BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Tinjauan Medis
A. Kehamilan
1. Definisi kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo,
2014;h.213).
Kehamilan adalah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi
(pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di
dalam uterus (Bobak, dkk., 2005;h.74).
Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester): (a) kehamilan
triwulan I antara minggu 0-12, (b) kehamilan triwulan II antara minggu
12-28, dan (c) kehamilan triwulan III antara minggu 28-40 (Mochtar,
2012;h.35).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan
adalah penyatuan antara sperma dan ovum yang terjadi di dalam
rahim yang akan tumbuh dan berkembang menjadi janin.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
Minggu ke4 : panjang fetus 7,5-10 mm; pembentukan organ rudimen
mata, telinga dan hidung.
Minggu ke-8 : panjang fetus 2,5 cm; hidung, telinga, jari jemari mulai
Minggu ke-12 : panjang fetus 9cm; daun telinga lebih jelas, kelopak
mata melekat, leher mulai terbentuk, genetalia eksterna terbentuk
tetapi belum berdiferensiasi.
Minggu ke-16 : panjang fetus 16-18 cm; genitalia eksterna terbentuk
dan dapat dikenal, kulit tipis dan warna merah.
Minggu ke-20 : panjang fetus 25 cm; kulit lebih tebal, rambut mulai
tumbuh di kepala, dan rambut halus (lanugo) tumbuh di kulit.
Minggu ke-24 : panjang fetus 30-32 cm; kedua kelopak mata
ditumbuhi alis dan bulu mata serta kulit keriput, kepala besar jika lahir
dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja.
Minggu ke-28 : panjang fetus 35 cm; kulit berwarna merah dan
ditutupi vernik caseosa. Jika lahir dapat bernapas, menangis pelan
dan lemah. Bayi imatur.
Minggu ke-32 : panjang fetus 40-43 cm; kulit merah dan keriput. Jika
lahir tampak seperti orangtua kecil.
Minggu ke-36 : panjang fetus 46 cm; muka berseri tidak keriput. Bayi
prematur.
Minggu ke-40 : panjang fetus 50-55 cm, bayi cukup bulan, kulit licin,
vernik caseosa banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ-organ
baik. Pada pria testis sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada
wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala
menulang. Pada 80% kasus telah terbentuk pusat penulangan pada
epifisis tibia proksimal (Mochtar, 2012;h.26).
3. Diagnosa Kehamilan
a. Tanda dugaan hamil
Tanda ini meliputi tidak datang bulan (amenorea).
Perasaan mengidam (ingin makanan khusus) yang dapat berupa
mual-muntah terutama pagi hari (morning sickness), kurang suka
makanan, tidak tahan bau-bauan, terdapat pengeluaran air liur
berlebihan (hipersaliva), kepala sakit dan pusing, ingin makanan
tertentu. Gangguan pencernaan dan perkemihan, sering sulit
buang air besar karena kurang makan serat dan pengaruh
hormonal, sering kencing berlebihan karena kandung kemih
tertekan rahim (Manuaba, 2009;h.73).
Tanda-tanda presumtif meliputi: amenorea (tidak
mendapat haid), mual dan muntah (nausea and vomiting),
mengidam (ingin makanan khusus), pingsan, tidak ada selera
makan (anoreksia), lelah (fatigue), payudara membesar tegang
dan sedikit nyeri, miksi sering, konstipasi/obstipasi, pigmentasi
kulit (Mochtar, 2012;h.35).
Tanda dugaan kehamilan mencakup
perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh wanita dan pada sebagian
besar kasus mengindikasikan bahwa seorang wanita sedang
hamil (Varney, 2007;h.493).
b. Tanda kemungkinan hamil
Pada pemeriksaan kehamilan dapat diduga hamil bila
dijumpai pembesaran rahim dan perut, pemeriksaan memberi
ada tanda Hegar, Chadwick, Piscaseck, Ballotement, dan reaksi
pemeriksaan kehamilan positif (Manuaba, 2009;h.73).
Perut membesar, uterus membesar, tanda hegar, tanda
chadwick, tanda piskacek, braxton-hicks, teraba ballotment dan
reaksi kehamilan positif (Mochtar, 2012;h.35-36).
Tanda kemungkinan kehamilan meliputi
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi, selain tanda-tanda dugaan
kehamilan, yang terdeteksi pada saat pemeriksaan dan
didokumentasi oleh pemeriksa (Varney, 2007;h.493).
c. Tanda pasti kehamilan
Dengan menggunakan alat canggih ultrasonografi (USG),
kehamilan pasti sudah dapat ditetapkan pada umur yang relatif
muda. Pemeriksaan USG dapat diketahui terdapat “fetal plate”,
kantung gestasi, rahim membesar. Dengan metode konvensional
kepastian hamil diketahui dengan teraba bagian janin, terdengar
denyut jantung janin, teraba gerakan janin (Manuaba, 2009;h.74).
Tanda positif meliputi gerakan janin yang dapat dilihat atau
dirasa atau diraba termasuk bagian-bagian janin, terdengar denyut
jantung janin, terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
(Mochtar, 2012;h.36).
Tanda positif adalah tanda-tanda yang secara langsung
berhubungan dengan janin, sebagaimana dideteksi dan
didokumentasi oleh pemeriksa (Varney, 2007;h.493).
4. Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan
a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai
5 L bahkan dapat mencapai 20 L atau lebih dengan berat rata-rata
1100 g. Pada akhir kehamilan ketebalan uterus hanya berkisar 1,5
cm bahkan kurang. Pada minggu-minggu pertama kehamilan
uterus masih sama seperti bentuk aslinya seperti buah advokad.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam
rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan
menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan
ke atas, terus tumbuh hingga menyentuh hati. Pada akhir
kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga
segmen bawah uterus akan melebar dan menipis (Prawirohardjo,
2014;h.175).
b. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak
dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya oedema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
c. Ovarium
Ovulasi terhenti. Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron (Mochtar, 2012;h.30).
d. Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yan
terkenal dengan tanda Chadwick (Prawirohardjo, 2014;h.178).
e. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai
daerah payudara dan paha disebut striae gravidarum. Pada
banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea
nigra (Prawirohardjo, 2014;h.179).
f. Payudara
Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah
bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut
kolostrum dapat keluar. Aerola juga kehitaman (Prawirohardjo,
2014;h.179).
g. Metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme.
Karena itu, wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada
perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambahkan berat
badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan
dengan gizi kurang atau lebih dianjurkan menambah berat badan
per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. WHO
menganjurkan asupan protein pada ibu hamil 51 g (Prawirohardjo,
2014;h.180).
Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan
mineral ini 7,3-11,3 mg/hari, tetapi hanya pada
perempuan-perempuan berisiko yang dianjurkan mendapat suplemen mineral
ini (Prawirohardjo,2014;h.182). Kalsium dibutuhkan rata-rata 1,5
gram sehari, sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang,
terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30-40 gram. Fosfor
dibutuhkan rata-rata 2 g/hari. Dibutuhkan tambahan zat besi
800mg atau 30-50 mg/hari (Mochtar, 2012;h.32).
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam sintesis DNA/RNA. Para perempuan yang
merencanakan kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat
0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu (Prawirohardjo,
2014;h.182).
Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol
meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Kebutuhan kalori
diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah
kehamilan 5 bulan ke atas. Namun jika dibutuhkan, dipakai lemak
ibu untuk mendapatkan tambahan kalori (Mochtar, 2012;h.31, 32).
h. Sistem pernapasan
Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan pendek napas.
Hal itu disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma
akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat
selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih dalam
akan lebih menonjol pernapasan dada (Mochtar, 2012;h.31).
i. Saluran pencernaan
Salivasi meningkat dan pada trimester pertama, timbul
keluhan mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan
melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada
dalam saluran makanan. Resorpsi makanan baik, tetapi akan
timbul obstipasi. Gejala muntah sering terjadi, biasanya pada pagi
hari, disebut sakit pagi (morning sickness) (Mochtar, 2012;h.31).
j. Sistem sirkulasi darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat
sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah
banyak, kira-kira 25%, dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu, diikuti pertambahan curah jantung yang meningkat 30%.
Protein dalam serum darah berubah, jumlah protein, albumin, dan
gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat
secara bertahap pada akhir kehamilan. Jumlah eritrosit cenderung
sangat diperlukan selama kehamilan. Dalam kehamilan leukosit
meningkat sampai 10.000/cc, begitu pula dengan produksi
trombosit. Tekanan darah arteri cenderung menurun, terurama
pada trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti pra-hamil.
Tekanan vena dalam batas normal pada ekstremitas atas dan
bawah dan cenderung naik setelah akhir trimester pertama. Nadi
biasanya naik, nilai rata-ratanya 84/menit (Mochtar, 2012;h.30).
5. Ketidaknyamanan kehamilan dan cara mengatasinya
a. Nausea
Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah,
ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering
terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan sepanjang hari.
Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga
biasanya lebih parah di pagi hari. Jumlah puncak nausea dan
muntah pada wanita hamil adalah pada usia kandungan 11
minggu. Cara untuk meredakan morning sickness antara lain :
1) Makan porsi kecil, sering bahkan setiap dua jam karena
hal ini lebih mudah dipertahankan dibanding makan porsi
besar tiga kali sehari.
2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari
tempat tidur di pagi hari.
3) Jangan menyikat gigi anda segera setelah makan untuk
menghindari stimulasi reflek gag.
4) Minumlah minuman yang mengandung karbonat,
5) Hindari makanan beraroma kuat atau menyengat.
6) Batasi lemak dalam diet anda.
7) Coba kenakan pembalut lengan yang berfungsi sebagai
akupresur.
8) Selalu ingat bahwa nausea kemungkinan besar berakhir
pada trimester ke dua.
9) Istirahat.
10) Gunakan obat-obatan. Bidan harus mewaspadai
penggunaan obat-obatan yang belum banyak diteliti efek
teratogeniknya (Varney, 2007;h. 537).
b. Ptialisme (Salivasi berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat
disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau
peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva
pada wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan. Para
wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga mengalami mual.
Kondisi ini berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus
karena bukan saja saliva yang berlebihan yang membuat rasa
mual semakin kuat, tetapi keinginan untuk menghindari nausea
juga mengakibatkan pasien menelan lebih sedikit makanan
sehingga jumlah saliva di dalam mulut menigkat (Varney,
2007;h.537).
c. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun
meyakinkan kembali wanita tersebut bahwa keletihan adalah hal
yang normal bahwa keletihan akan hilang secara spontan pada
trimester kedua. Pengetahuan ini akan membantu wanita untuk
sering beristirahat selama siang hari jika memungkinkan hingga
kelelahannya menghilang. Latihan ringa dan nutrisi yang baik juga
dapat membantu mengatasi keletihan (Varney, 2007;h.538).
d. Nyeri punggung bagian atas
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester
pertama akibat penigkatan ukuran payudara, yang membuat
payudara menjadi lebih berat. Metode untuk mengurangi nyeri ini
ialah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran
payudara (Varney, 2007;h.538).
e. Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar,
dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester
pertama. Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan
memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan
mengganti panty berbahan katun dengan sering (Varney,
2007;h.538).
f. Peningkatan frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi
akibat peningkatan berat pada fundus uterus. Metode yang dapat
dilakukan untuk mengurangi frekuensi berkemih ini adalah
tidak perlu bolak-balik ke kamar mandi pada saat mencoba tidur
(Varney, 2007;h.538).
g. Nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati mulai timbul menjelang akhir trimester kedua
dan bertahan hingga trimester ke tiga. Ada banyak cara untuk
mengurangi nyeri ulu hati antara lain :
1) Makan dalam porsi kecil, tetapi sering, untuk menghindari
lambung menjadi terlalu penuh.
2) Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih
besar bagi lambung sehingga tidak menambah tekanan pada
lambung.
3) Regangkan lengan melampaui kepala untuk memberi ruang
bagi perut untuk berfungsi.
4) Hindari makanan berlemak.
5) Hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan
cenderung menghambat asam lambung, diet makanan kering
tanpa roti-rotian dapat membantu sebagian wanita.
6) Hindari makanan dingin.
7) Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat
menyebabkan gangguan pencernaan.
8) Upayakan minum susu murni daripada susu manis.
9) Minum susu skim atau konsusmsi es krim rendah lemak.
10) Hindari makanan lemak atau makanan lengkap sesaat
h. Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat
memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga. Cara
menangani konstipasi antara lain:
1) Asupan cairan yang adekuat yaitu minum air minimal 8
gelas/hari.
2) Konsumsi buah prem atau jus prem.
3) Istirahat cukup.
4) Minum air hangat saat bangkit dari tempat tidur untuk
menstimulasi peristaltik.
5) Makan makanan berserat dang mengandung serat alami
(misal: selada, daun seledri, kulit padi).
6) Lakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari,
pertahankan postur yang baik dan latihan kontraksi otot
abdomen bagian bawah secara teratur (Varney, 2007;h.539).
i. Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Cara
untuk mengatasi hemoroid antara lain :
1) Hindari konstipasi.
2) Mandi berendam;hangatnya air tidak hanya memberi
kenyamanan tetapi juga meningkatkan sirkulasi.
3) Kompres es untuk mengurangi hemoroid.
5) Masukkan kembali hemoroid ke dalam rektum sambil latihan
mengencangkan perineum.
6) Tirah baring dengan cara mengelevasi panggu dan
ekstremitas bagian bawah.
7) Salep analgesik dan atau anestesi tropikal (Varney,
2007;h.539,540).
j. Kram tungkal
Kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan
kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh. Salah
satu dugaan lainnya adalah bahwa uterus yang membesar
memberi tekanan yang baik pada pembuluh darah panggul,
sehingga mengganggu sirkulasi. Cara mengatasi kram tungkal
antara lain:
1) Meminta wanita untuk meluruskan kaki kaki yang kram dan
menekan tumitnya. Jika wanita berada di tempat tidur ia
memrlukan tekanan yang kuat dan stabil melawan bagian
bawah kaki, baik menggunakan tangan orang lain ataupun
papan kaki pada ujung tempat tidur sebagai tolakan.
2) Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memiliki
kebiasaan mempertahankan mekanisme tubuh yang baik
sehingga dapat meningkatkan sirkulasi darah.
3) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
4) Anjurkan diet mengandung kalsium dan pospor (Varney,
k. Edema dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Hal ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada
vena-vena panggul saat wanita hamil duduk atau berdiri dan pada
saat memakai pakaian yang ketat. Cara menanganinya antara
lain:
1) Hindari menggunakan pakaian ketat.
2) Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
3) Posisi menghadap ke samping saat berbaring.
4) Penggunaan korset (Varney, 2007;h.540).
l. Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Varises yang terjadi selama kehamilan paling menonjol pada area
kaki atau vulva. Cara menanganinya antara lain:
1) Mengenakan kaos kaki penyokong, pembalut yang baik atau
kaos kaki elastis, sebaiknya dipakai sebelum berdiri.
2) Menghindari pakaian ketat.
3) Menghindari berdiri lama.
4) Menyediakan waktu untuk istirahat.
5) Berbaring dengan mengambil posisi sudut kanan beberapa
kali sehari.
7) Mengenakan korset untuk menghilangkan tekanan pada vena
panggul.
8) Melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva atau
hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.
9) Mandi dengan air hangat untuk menenangkan (Varney,
2007;h.540).
m. Dispareunia
Nyeri saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah
penyebab selama kehamilan antara lain abdomen yang
membesar atau dijumpai pada tahap akhir kehamilan saat bagian
presentasi mengalami penurunan ke dalam pelvis dan faktor
psikologis yang dapat menyebabkan dispareunia karenan
pemahaman yang salah dan kekhawatiran akan menyakiti jabang
bayi meskipun kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali terdapat
perdarahan vagina atau pecah ketuban. Cara menanganinya
antara lain :
1) Perubahan posisi dapat mengurangi masalah yang
disebabkan oleh pembesaran abdomen atau nyeri akibat
penetrasi yang terlalu dalam.
2) Mendiskusikan pemikiran yang salah danketakutan yang
dirasakan dan memberi fakta dapat menenangkan wanita
tersebut (Varney, 2007;h.540,541).
n. Nokturia
Peningkatan frekuensi berkemih yang terjadi pada trimester
mengapa hal itu bisa terjadi lalu membiarkannya memilih cara
yang nyaman baginya dan menganjurkannya mengurangi cairan
setelah makan sore sehingga asupannya selama sisa hari
tersebut tidak akan memperberat masalah (Varney, 2007;h.541).
o. Insomnia
Insomnia dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab seperti
kekhawatiran,kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara
untuk keesokan hari. Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat
uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan,
dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif. Cara
menanganinya antara lain :
1) Mandi air hangat.
2) Minum air hangat (susu, teh tanpa kafein diacampur susu).
3) Melakukan aktivitas yang mnegandung stimulus sebelum tidur.
4) Mengambil posisi relaksasi.
p. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya
seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan
akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur
tubuhnya. Nyeri punggung dapat merupakan akibat membungkuk
berlebihan, berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban.
Akitivitas-aktivitas tersebut menambah peregangan pada punggung. Cara
mengatasi nyeri punggung antara lain :
1) Postur tubuh yangb baik.
3) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan
berjalan tanpa istirahat.
4) Ayunkan panggul atau miringkan panggul.
5) Gunakan sepatu tumit rendah.
6) Kompres hangat pada punggung.
7) Kompres es pada punggung.
8) Pijatan atau usapan pada punggung (Varney, 2007;h.542).
q. Sesak napas
Sesak napas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami
pada trimester tiga. Cara menanganinya antara lain :
1) Menganjurkan wanita berdiri dan meregangkan lengannya di
atas kepalanya secara berkala dan mengambil napas dalam.
2) Menganjurkan mempertahankan postur yangb baik, jangan
menjatuhkan bahu.
3) Menjelaskan alasan terjadinya sesak napas, meredakan
kecemasan atau ketakutan.
6. Asuhan pada kehamilan
Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
selama periode antenatal :
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu
14-28).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36
Langkah-langkah untuk memberikan asuhan antenatal yang baik
antara lain:
a. Menyapa ibu (dan juga keluarganya) dan membuatnya merasa
nyaman.
b. Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan
teliti apa yang diceritakan oleh ibu.
c. Melakukan pemeriksaan fisik, seperlunya saja.
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium.
e. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
menilai apakah kehamilannya normal diantaranya tekanan darah
di bawah 140/90 mmhg, edema hanya pada ekstremitas, tinggi
fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai
dengan usia kehamilan, denyut jantung janin 120 sampai 160
denyut per menit, gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu
hingga melahirkan.
f. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran
dan kemungkinan keadaan darurat antara lain bekerja sama
dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan
rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong dan
tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk
mempersiapkan biaya persalinan; bekerjasama dengan ibu,
keluarganya, dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika
terjadi komplikasi termasuk mengidentifikasi kemana harus pergi
dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut, mempersiapkan
pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak
ada di tempat; memberikan konseling gizi yaitu peningkatan
konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari, mengonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan
(menu seimbang), latihan yaitu mormal tidak berlebihan dan
istirahat jika lelah, perubahan fisiologi yaitu tambah berat badan,
perubahan payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual
selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varises, hubungan
suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan
memakai kondom), menasihati ibu untuk mencari pertolongan
segera jika ia mendapati tanda-tanda bahaya yaitu perdarahan
pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan,
pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen, janin tidak
bergerak sebanyak biasanya, merencanakan dan menyiapkan
kelahiran yang bersih dan aman di rumah (sabun dan air, handuk
dan selimut bersih untuk bayi, makanan dan minuman untuk ibu
selama persalinan, mendiskusikan praktek-praktek tradisional dan
posisi melahirkan, mengidentifikasi siapa yang dapat membantu
bidan selama persalinan), menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit, menjelaskan cara merawat payudara terutama pada
ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk kedalam
dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.
g. Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.
h. Memberikan imunisasi TT 0,5 cc, jika sebelumnya telah
i. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
j. Mendokumentasikan kunjungan tersebut (Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2010;h.2, 3,
N-4).
B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain (Mochtar, 2012;h.69).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dari kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008;h.672).
Persalinan adalah proses yang ditandai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong
janin keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2014;h.297).
Dismipulkan persalinan adalah suatu rangkaian proses yang
ditandai dengan adanya kontraksi yang adekuat yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi/janin.
2. Fisiologi Persalinan Normal
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos
miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm.
Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta
secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme
regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih belum
jelas benar (Prawirohardjo, 2014;h.296).
3. Fase-fase Persalinan Normal
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak energi dikeluarkan
pada waktu ini. Oleh karena itu penggunaan istilah in labor (kerja
keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi
miometrium pada persalinan terasa nyeri sehingga istilah nyeri
persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini
(Prawirohardjo, 2014;h. 297).
4. Kala Persalinan
a. Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Dibagi menjadi dua yaitu fase aktif
dan fase laten.
b. Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan
his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga
lahir.
c. Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Kala I (kala pembukaan)
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub
fase yaitu periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal berlangsung selama 2
jam pembukaan cepat menjadi 9 cm, dan periode deselerasi
berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10cm.
Kala II (kala pengeluaran janin)
Ditandai dengan his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan
mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh
badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama satu setengah
Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang
menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis
atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.
Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum (Mochtar, 2012;h.71, 73).
5. Langkah asuhan persalinan normal
Menurut buku Sarwono Prawirohardjo (2014;h.341) :
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan essensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/bersih.
5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi.
8) Dengan menggunkan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
srung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya ke dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180
kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
11) Memberi tahu pembukaan suddah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikannya.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaima mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepda ibu saat ibu mulai
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelhiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara
atau 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu
tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jikaibu belum ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran padda puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepal bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letkkan
tangan yang lain di kepal bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepal bayi, membiarkan kepal keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagia atas kepal bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepal melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
aarah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menariknya ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior .
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran tanngan dan siku bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di ats perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
membiarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin/im.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari kelm ke arah ibu
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang bsah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya danmenganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
31) Melatakkan kain yang besih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
32) Memberi tahu pada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit stelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin
10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat
diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat denga lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontaksi, meminta ibu
atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan
puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit:
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
melahirkan selaput ketuban tersebut. jika selpaut ketuban ketuban
robek, memakai sarung tangan steril dan memeriksa vagina dan
serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klem atau forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikann bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plassenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagian dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusta desinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan perawatan
yang sessuainuntuk menatalkasana atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan mengunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersaalinan. Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang tekontaminasi ke dalam tempat
smapah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat
itnggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih ddasn kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
membalikkan bagian ke dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
C. Bayi baru lahir
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
17-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh,
2013;h.150).
Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria
a. Berat badan bayi baru lahir antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-50 cm.
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebiih 180
kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada
saat bayi berumur 30 menit.
f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi
suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya
berlangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
i. Kuku telah agak panjang dan lemas.
j. Genitalia : testis sudah turun (pada baayi laki-laki) dan
labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi
perempuan).
k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.
l. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24
jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam
kehijauan dan lengket (Sondakh, 2013;h.150).
2. Adapatasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
a. Adaptasi pernapasan
a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang
kolpas (misalnya, perubahan dalam gradien tekanan).
b) Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara
dan penurunan suhu.
c) Faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah
(misalnya, penurunan kadar oksigen, penigkatan kadar
karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat asfiksia
sementara selama kelahiran.
2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir sebesar 30-60
kali/menit.
3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
4) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Pernapasan
pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik.
Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan
yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml.
Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti
dengan udara (Sondakh,2013;h.151).
b. Adaptasi kardiovaskuler
1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.
Bebrapa perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi
terjadi seiring dengan waktu.
3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi
sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
c. Perubahan termoregulasi dan metabolik
1) Suhu bayi baru lahir dapat turun bebrapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada
uterus.
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan
kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, koneveksi, radiasi dan evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam
hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat
(Sondakh, 2013;h.152).
d. Adaptasi neurologis
1) Sistem neurologis bayi secar anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang
3) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala,
tersenyum, meraih dengan tujuan).
4) Refleks bayi baru lahir merupakan medikator penting
perkembangan normal (Sondakh, 2013;h.153,154).
e. Adaptasi gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Perncernaan protein dan karbohidrat telah tercapai,
pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak
adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai
bayi berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lenget dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24
jam 90% bayi baru lahir normal.
6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat
terhadap makanan, gejala-gejal lapar, dan jumlah makanan
yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan.
7) Bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati
di dalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang baik pada
saat lahir dan diperketat dengan rasa lapar (Sondakh,
2013;h.155,156).
f. Adaptasi ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler
glomerulus.
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir
yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk
berespons terhadap stresor.
3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan
dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan
asidosis dan ketidaksimbangan cairan.
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
5) Urine dapat keruh karena lendir dan asam garam urat, noda
kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat
(Sondakh, 2013;h.156).
g. Adaptasi hati
1) Selama kehidupan janin dan sampain tingkat tertentu setelah
lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat esensial
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5
bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini, bayi baru lahir
menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi.
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapa meninggalkan sistem vaskular
dan menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya kulit,
sklera, membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning
yang disebut ikterus.
6) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Peningkatan
kadar bilirubin tidak berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan
peningkatan risiko ikterus bahkan pada kadar bilirubin serum
10 mg/dl atau kurang (Sondakh, 2013;h.156).
h. Adaptasi imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di
dalam pintu masuk.
2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Respons inflamasi berkurang baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
b) Fagositosis lambat.
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA
juga tidak terdapat dalam saluran GI.
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
selama periode neonatus (Sondakh, 2013;h.157).
3. Mekanisme kehilangan panas pada bayi
a. Konduksi yaitu melalui benda-benda padat yang berkontak
dengan kulit bayi.
b. Konveksi yaitu melalui aliran udara di sekitar bayi.
c. Evaporasi yaitu melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.
d. Radiasi yaitu melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi (Prawirohardjo, 2014;h.367).
D. Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Mochtar, 2012;h.87).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo, 2014;h.356).
Disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa setelah persalinan
2. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah
besiih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermediet yaitu kepulihan menyeluru alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu
persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat
sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan
(Mochtar, 2012;h.87).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi
a) Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasent lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
(Ambarwati, 2010;h.73).
b) Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus. Proses involusi
(1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot urine. Enzim proteolitik akakn
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan (Ambarwati,
2010;h.74).
(2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi
sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot-otot iterus, lapisan ddesidua
akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru (Ambarwati,
2010;h.74).
(3) Efek oksitosin (kontraksi)
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur.
Karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.
atau intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir.
Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan
meerangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi
pada payudara (Ambarwati, 2010;h.75).
c) Bagian bekas plasenta
(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plaseenta
lhir seluas 12x5 cm, permukaan kasar dimana
pembuluh darah besar bermuara.
(2) Pada pembuluh darah tejadi pembentukan trombosis
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi
otot rahim.
(3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu ke 2 sebesar 6-8 cm pada kahir massa nifas
sebesar 2 cm.
(4) Lapisan endometrium dilepaskan dlam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lochea.
(5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka
dan lapisan basalis endometrium.
(6) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum
d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum
(1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di
bawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas
pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
(2) Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri
1 cm di bawah pusat. Pada hari ke tida sampai empat
tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari
ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak
mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses
involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat
disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta/perdarahan lanjut (Ambarwati, 2010;h.77).
2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung sisa plasenta dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai bau
amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menunjukkan adanya infeksi.
Lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :
a) Lochea rubra/merah
Muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 mas postpartum.
seegar, jaringan sisa-sia plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
Berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
c) Lochea serosa
Muncul pada hri ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit dan robekan/laserasi plaenta.
d) Lochea alba/putih
Berlangsung 2 sampai 6 minggu postpartum. Mengandung
leukosit, sel desidua , sel epitel, selapt lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati (Ambarwati, 2010;h.78,79).
3) Cervik
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Karena robekan yang terjadi selama dilatasi maka serviks
tidak pernah kembali ke keaddan normal seperti sebelum
hamil 9Ambarwati, 2010;h.79).
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan srerta peregangan
yang snagat bessar selama proses persalinan dan akan
kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan
anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan
lahir. Sipaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit
atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan
yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dlam waktu 2 sampai 3
hari dpat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit
atau diberikan pbat laksan yang lain (Ambarwati, 2010;h.80).
c. Perubahan sistem perkemihan
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air
kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme
pleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh
karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan. Urine biasanya berlebihan antara hari kedua dan
kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat
retensi air dalam kehamilan dan sekrang dikeluarkan (Ambarwati,
2010;h.81).
d. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastik kulit dan distensi kulit yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak
dan kendur untuk smentara waktu. Pemulihan dibantu dengan
latihan (Ambarwati, 2010;h.81,82).
e. Perubahan endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL),
estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula
darah menurun secara bermakna pada nifas. Karena
perubahan hormon normal ini membuat masa nifas menjadi
suatu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat,
interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini
(Ambarwati, 2010;h.82).
2) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi (Ambarwati,
2010;h.83).
3) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin
menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya
bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi
tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu kembali ke bentuk
normal dan pengeluaran air susu (Ambarwati, 2010;h.83).
4) Hipotalamik pituitary ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
Menstruasi yang pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron
(Ambarwati, 2010;h.83).
f. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5°C-38°C) sebagai akibat kerja keras wwaktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal
suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ke 3 suhu badan akan
naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. Nifas terganggu
jika ada demam lebih dari 38°C pada 2 hari berturut-turut pada
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari (Ambarwati,
2010;h.84).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali
permenit. Sehabis melahirkan biasanya nadi akan meningkat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan
hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum (Ambarwati, 2010;h.84).
3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklampsi postpartum (Ambarwati, 2010;h.85).
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusu pada saluran pernafasan (Ambarwati,
2010;h.85).
g. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar
300-400 cc. Bila kelahiran melalui sectio caesarea kehilangan darah
dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi. Setelah melahirkan volume darah ibu akan
dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada penderita vitium
cordia. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 5
postpartum (Ambarwati, 2010;h.85,86).
4. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus
perhatian ibu masih pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik (Ambarwati, 2010;h.88,89).
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Perasaannya sangat sensitif
sehingga muda tersinnggung. Oleh karena itu ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri (Ambarwati,
2010;h.89).
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah