• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Capaian Kinerja Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3.1. Capaian Kinerja Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Capaian Kinerja Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Evaluasi dan analisis pencapaian diukur dari indikator yang ditetapkan dalam Renja Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trengalek tahun 2016 yang selanjutnya dibahas dalam Lampiran Pengukuran Kinerja. Adapun evaluasi dan analisis pencapaian sasaran Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek yang didasarkan pada indikator kinerja Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Efektif Dan Efisien

1.1. Persentase Temuan BPK/APIP yang ditindaklanjuti

Sasaran meningkatnya Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien dengan indikator sasaran tahun 2016 ini adalah Persentase Temuan BPK/APIP yang ditindaklanjuti dengan ditargetkan 100% dapat terealisasi 100%.

Pada tahun anggaran 2016 ini terdapat audit dari BPK untuk kegiatan tahun anggaran 2015 dengan 2 temuan yaitu :

1) Terdapat kekurangan volume atas dua paket pekerjaan pada

Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan sebesar Rp. 149.367.018,43 terdiri dari :

a. Pekerjaan Jalan Usaha Tani Desa Dompyong Kecamatan

Bendungan sebesar Rp. 98.361.778,89 dan,

b. Pekerjaan Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier Desa

(2)

2) Realisasi bantuan hibah kepada lembaga/ organisasi kemasyarakatan yang belum berbadan hukum dari kedua temuan tersebut semuanya berhasil ditindak lanjuti 100%.

Ditinjau dari Capaian Tahun 2016 berdasarkan target jangka menengah yang ditargetkan dapat terealisasi 100% maka indikator ini akan dapat direalisasi 100% pada tiap tahunnya. Hal ini selaras dengan capaian yang ada pada tahun-tahun sebelumnya yaitu terealisasi 100%.. Target kinerja Persentase temuan BPK/ APIP yang ditindaklanjuti merupakan target yang diharapkan berdasarkan tujuan sasaran penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien. Capaian indikator ini akan diwujudkan oleh Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan terealisasi 100%.

Keberhasilan pencapaian target ini dikarenakan adanya komonikasi yang baik dengan kontraktor pelaksana yaitu CV. Kuncup Agung dan CV. Surya Dharma sehingga dalam rangka mengatasi kekurangan volume tersebut kontraktor pelaksana segera membayar/ mencicil kekurangan tersebut.

Efisiensi penggunaan sumberdaya dalam mewujudkan keberhasilan memenuhi target kinerja ini adalah dengan menggunakan semua elemen pengelola kegiatan dan membentuk tim untuk menindaklanjuti temuan BPK.

Kegiatan ini didukung dengan Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan melalui kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Pelaporan SKPD dan Reformasi Birokrasi.

(3)

1.2.Nilai evaluasi SAKIP dari Inspektorat

Indikator nilai evaluasi SAKIP dari inspektorat yang ditargetkan dengan nilai B pada tahun anggaran 2016 tidak dapat diukur pencapaiannya karena tidak ada penilaian SAKIP oleh inspektorat. Hasil capaian SAKIP Dinas Petanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek yang diperoleh terakhir adalah nilai B untuk SAKIP tahun 2014 yang dinilai pada tahun 2015.

Target yang diberikan kepada Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek yang tertuang dalam Renja Dinas sampai dengan akhir tahun 2021 adalah dengan nilai B. Sesuai dengan standart nasional maka penilaian SAKIP harus bisa dilaksanakan pada tiap tahunnya sehingga akuntabilitas dapat terwujud dan terjadi konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan dalam mewujudkan visi dan misi Bupati terpilih.

Dalam memenuhi penilaian SAKIP ini merupakan integrasi dari kinerja seluruh bidang yang dihimpun oleh Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek.

Kegiatan ini didukung dengan Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan melalui kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Pelaporan SKPD dan Reformasi Birokrasi.

2. Meningkatnya peran serta kelembagaan kelompok tani dalam pengembangan sektor pertanian

Indikator meningkatnya peran serta kelembagaan kelompok tani dalam pengembangan sektor pertanian ini dengan indikator

(4)

jumlah kelembagaan petani yang meningkat kapasitasnya dengan target tahun 2016 sebesar 6 kelompok dan dapat terealisasi 100%. Capaian indikator ini sama dengan capaian indikator pada tahun 2015 yang bisa diwujudkan sebanyak 6 lembaga.

Apabila ditinjau dalam Renja Dinas selama lima tahun indikator ini ditargetkan dapat terwujud 6 lembaga yang meningkat kapasitsnya pada setiap tahunnya. Hal ini selaras dengan standar nasional bahwa kelembagaan petani harus meningkat kelembagaannya dari pemula menjadi lanjut, lanjut menjadi madya, madya menjadi utama berdasarkan Permentan no 82 tahun 2013.

Penyebab keberhasilan ini merupakan indikator keberhasilan penyuluh pertanian dalam menjalankan tugasnya meningkatkan kapasitas kelembagaan petani. Efisiensi penggunaan sumber daya adalah dengan melibatkan peran serta penyuluh pertanian dan lembaga yang ditangani.

Kegiatan ini didukung dengan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani melalui kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan Petani dan Pelaku Agrobisnis.

3. Meningkatnya produksi, produktivitas dan daya saing produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan

3.1 Jumlah Produksi Hasil Pertanian : a. Padi

Prosentase peningkatan produksi padi yang ditargetkan pada tahun anggaran 2016 sebesar 187.373 ton dapat terealisasi 210.925 ton atau tercapai 112,57 %.

Produksi padi pada tahun anggaran 2016 ini jauh lebih meningkat jika dibandingkan dengan tahun anggaran 2015 yang

(5)

capaiannya sebesar 184.604 ton meningkat sebesar 26.321 ton atau sebanding dengan 14,26%. Kenaikan produksi ini terjadi beriringan dengan kenaikan jumlah luas panen di tahun 2016 yang mencapai 35.282 ha atau meningkat sebesar 5.613 ha jika dibandingkan dengan luas panen tahun 2015 seluas 29.669 ha. Luas panen ini terdiri dari luas panen padi sawah dan luas panen padi ladang. Jika dibandingkan dengan tahun–tahun sebelumnya maka produksi padi di tahun 2016 ini lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 yang produksinya sebesar 184.604 ton dengan luas panen 29.669 ha, tahun 2014 produksinya 169.608 ton dengan luas panen 28.411 ha, tahun 2013 produksinya 193.223 ton dengan luas panen 31.508 ha dan tahun 2012 yang produksinya mencapai 173.003 ton dengan luas panen 28.508 ha.

Produksi padi pada tahun 2016 ini jika dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Treggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 201.854 ton pada tahun 2021 maka posisi produksi padi pada tahun 2016 ini sudah memenuhi.

Jika dibandingkan dengan produksi padi nasional pada tahun 2016 yang capaian produksinya di tahun 2016 sebesar 79.100.000 ton maka produksi padi di Kabupaten Trenggalek memberikan konstribusi terhadap produksi padi nasional sebesar 0,266 % dari produksi padi nasional.

Peningkatan produksi padi di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya kenaikan jumlah luas panen padi. Faktor iklim di tahun 2016 ini menjadi pendukung utama peningkatan produksi padi di Kabupaten Trenggalek. Curah

(6)

hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 ini menjadikan lahan khususnya ladang yang pada umumnya bero atau ditanami palawija di musim kemarau banyak yang dibudidayakan untuk tanaman padi. Sehingga secara umum peningkatan luas tanaman padi untuk padi ladang meningkat cukup signifikan sehingga memberikan konstribusi terhadap peningkatan produksi padi di Kabupaten Trenggalek.

Namun perlu diperhatikan keberhasilan produksi padi ini masih banyak dipengaruhi oleh peningkatan jumlah luas panen di Kabupaten Trenggalek dan belum banyak dipengaruhi oleh adanya intensifikasi pertanian terkait alih teknologi pertanian dan perubahan perilaku petani.

Peran penyuluh pertanian di Kabupaten Trenggalek dalam merubah perilaku petani dari pertanian tradisioal menjadi pertanian berbasis agroindustri sangat diharapkan. Pola tanam jajar legowo dan SRI harus diterapkan di Kabupaten Trenggalek dalam rangka peningkatan jumlah produksi padi selain dukungan untuk sarana dan prasarana baik pra dan pasca panen.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan pada kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan, Trengginas Galang Ekonomi Pengolahan Pupuk Organik dan Agensia Hayati, Pemberdayaan Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) maupun Penyuluhan dan pendampingan petani dan Pelaku Agribisnis serta dukungan dari dana APBN TP untuk kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia yang banyak memberikan bantuan

(7)

bibit unggul dan penerapan pola tanam jajar legowo di Kabupaten Trenggalek.

b. Jagung

Produksi Jagung pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 92.778 ton dapat terealisasi 98.668 ton atau sebesar 106,35% dengan luas panen 15.938 ha.

Jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang produksinya mencapai 90.959 ton maka di tahun 2016 ini meningkat sebesar 7.709 ton (8,48%). Produksi jagung di tahun 2016 ini mencapai produksi yang tertinggi selama periode 5 tahun ini. Dapat dilihat bahwa produksi jagung di tahun 2015 sebesar 90.959 ton dengan luas 14.324 ha, tahun 2014 sebesar 76.294 ton dengan luas panen 12.953 ha, tahun 2013 sebesar 71.683 ton dengan luas panen 12.964 ha dan tahun 2012 sebesar 76.495 ton dengan luas panen 15.108 ha.

Produksi jagung pada tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Treggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 102.435 ton pada tahun 2021 maka capaian target produksi jagung pada akhir periode akan dapat terwujud dengan peningkatan produksi jagung sebesar 2% per tahunnya.

Jika dibandingkan dengan produksi jagung nasional pada tahun 2016 yang capaian produksinya di tahun 2016 sebesar 23.200.000 ton maka produksi padi di Kabupaten Trenggalek memberikan konstribusi sebesar 0,43 % dari produksi jagung nasional.

(8)

Peningkatan produksi jagung di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya kenaikan jumlah luas panen. Faktor iklim di tahun 2016 ini menjadi pendukung utama peningkatan produksi padi di Kabupaten Trenggalek. Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 ini menjadikan lahan khususnya ladang yang pada umumnya bero atau ditanami sayuran maupun kedelai di musim kemarau banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung.

Yang cukup menggembirakan pada peningkatan produksi jagung di tahun 2016 ini, seluruh hasil produksi jagung diperoleh dari hasil produksi padi hibrida. Dengan kata lain seluruh petani jagung di Kabupaten Trenggalek sudah mampu merubah perilakunya dari penggunaan bibit lokal menjadi bibit hibrida yang mempunyai hasil lebih tinggi. Keberhasilan perubahan perilaku petani ini tidak lepas dari kerja penyuluh pertanian dengan berbagai program dan kegiatan yang diberikan dari Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupetan Trenggalek. Dukungan dalam peningkatan produksi di tahun yang akan dibutuhkan sarana dan prasarana pra dan pasca panen jagung untuk mengurangi lossis hasil panen.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan pada kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan, Trengginas Galang Ekonomi Pengolahan Pupuk Organik dan Agensia Hayati, Pemberdayaan Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) maupun Penyuluhan dan pendampingan petani dan Pelaku Agribisnis serta dukungan dari dana APBN TP untuk kegiatan Pengelolaan

(9)

Produksi Tanaman Serealia yang banyak memberikan bantuan bibit jagung hibrida di Kabupaten Trenggalek.

c. Kedelai

Produksi kedelai pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 10.432 ton dapat terealisasi 9.202 ton atau sebesar 88,21% dengan luas panen 4.673 ha.

Jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang produksinya mencapai 10.326 ton dengan luas panen 5.270 ha maka di tahun 2016 ini menurun sebesar 1.124 ton atau menurun (10,89%). Produksi kedelai sedikit menurun jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang produksinya sebesar 8.637 ton dengan luas panen 5.049 ha, tahun 2013 sebesar 6.496 ton dengan luas panen 3.915 ha dan tahun 2012 sebesar 8.208 ton dengan luas panen 5.156 ha.

Produksi kedelai pada tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 10.981 ton pada tahun 2021 maka capaian target produksi kedelai pada akhir periode akan dapat terwujud dengan peningkatan produksi kedelai sebesar 1,03% pertahun. Peningkatan ini akan dikejar melalui pergantian varietas unggul baru, penerapan teknologi budidaya (pemupukan, pengolahan lahan dan pengaturan pola tanam), peningkatan mutu hasil pengelolaan air, mekanisasi pertanian, penurunan susut hasil maupun pengamanan produksi dari OPT dan DPI.

(10)

Jika dibandingkan dengan produksi kedelai nasional pada tahun 2016 yang capaian produksinya di tahun 2016 sebesar 890.000 ton maka produksi kedelai di Kabupaten Trenggalek memberikan konstribusi sebesar 1,03 % dari produksi kedelai nasional.

Penurunan produksi kedelai di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya penurunan jumlah luas panen yang cukup signifikan yang berkisar turun seluas 597 ha. Penurunan luas panen yang berpengaruh terhadap jumlah produksi ini dikarenakan adanya iklim la nina yang berakibat pada curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 menjadikan lahan khususnya ladang yang pada umumnya ditanami kedelai banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung dan padi. Selain itu penurunan produksi juga disebabkan oleh minat petani untuk menanam kedelai berkurang karena harga yang kurang kompetitif. Namun demikian jika dibandingkan dengan tahun 2012 dengan luas panen 5.156 ha dan tahun 2014 dengan luas panen 5.049 ha, tahun 2016 memiliki luas panen lebih kecil tetapi jumlah produksinya lebih tinggi. Hal ini membuktikan adanya peningkatan produktivitas kedelai.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan pada kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan, Trengginas Galang Ekonomi Pengolahan Pupuk Organik dan Agensia Hayati maupun Penyuluhan dan pendampingan petani dan Pelaku Agribisnis serta dukungan dari dana APBN TP untuk kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia di Kabupaten Trenggalek.

(11)

d. Ubi Kayu

Produksi Ubi Kayu pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 354.585 ton dapat terealisasi 205.653 ton atau sebesar 58,00 % dengan luas panen 8.357 ha.

Produksi ubi kayu tahun 2016 sebesar 354.585 ton umbi basah menurun sebesar 145.074 ton jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 atau menurun sebesar 41,36%. Jika dibandingkan dengan produksi 5 tahun sebelumnya, ubi kayu di tahun 2016 adalah yang terkecil. Produksi ubi kayu tahun 2015 mencapai 350.727 ton dengan luas panen 14.578 ha, tahun 2014 yang produksinya sebesar 425.617 ton dengan luas panen 16.485 ha, tahun 2013 sebesar 395.658 ton dengan luas panen 16.446 ha dan tahun 2012 sebesar 473.015 ton dengan luas panen 17.765 ha.

Penurunan produksi ubi kayu di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya penurunan jumlah luas panen yang cukup signifikan yang berkisar turun seluas 6.221 ha dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan luas panen yang berpengaruh terhadap jumlah produksi ini dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 menjadikan lahan khususnya ladang yang pada umumnya ditanami ubi kayu banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung dan padi.

Produksi ubi kayu pada tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 374.521 ton pada tahun 2021 maka capaian target produksi ubi kayu masih cukup jauh dari target.

(12)

Namun demikian faktor produksi ubi kayu yang ditentukan oleh luasan lahan ini masih bisa dikejar ketika iklim mendukung.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh program Peningkatan Ketahanan Pangan melalui kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian, Trengginas Galang Ekonomi Pengembangan Cassava serta dukungan dari dana APBN TP untuk kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Kabupaten Trenggalek.

e. Cabai

Produksi cabai pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 448,54 ton dapat terealisasi 393,30 ton atau sebesar 87,68 % dengan luas panen 84 ha.

Produksi cabai tahun 2016 menurun sebesar 44 ton atau menurun sebesar 10,12 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya mencapai 437,6 ton. Jika dibandingkan dengan produksi 5 tahun sebelumnya, produksi cabai khususnya cabai rawit di tahun 2016 adalah yang terkecil. Produksi cabai tahun 2015 mencapai 437,60 ton dengan luas panen 91,00 ha, tahun 2014 yang produksinya sebesar 811,70 ton dengan luas panen 109,00 ha, tahun 2013 sebesar 491,20 ton dengan luas panen 98,00 ha dan tahun 2012 sebesar 507,40 ton dengan luas panen 141,00 ha.

Penurunan produksi cabai di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya penurunan jumlah luas panen yang cukup signifikan yang berkisar turun seluas 7 ha dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan luas panen yang berpengaruh terhadap jumlah produksi ini dikarenakan curah hujan yang

(13)

cukup tinggi sepanjang tahun 2016 menjadikan lahan khususnya sawah yang pada umumnya ditanami cabai pada musim kemarau banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung dan padi. Selain itu menanam cabai di musim penghujan banyak sekali resiko yang harus dihadapi terutama masalah serangan hama penyakit.

Produksi cabai pada tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 495,10 ton, maka capaian target produksi cabai masih cukup jauh dari target. Namun demikian faktor produksi cabai ini akan dapat mencapai target iklim di tahun berikutnya mendukung untuk budidaya tanaman cabai. Kegiatan pengembangan tanaman hortikultura maupun pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi hal yang akan dikembangkan di Kabupaten Trenggalek untuk mengejar produksi cabai.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura Kawasan Agropolitan dan kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

f. Bawang Merah

Produksi bawang mera pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 63,82 ton dapat terealisasi 25,20 ton atau sebesar 39,49 % dengan luas panen 4 ha.

(14)

Produksi cabai tahun 2016 menurun sebesar 38 ton atau menurun sebesar 60 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya mencapai 63 ton. Jika dibandingkan dengan produksi 5 tahun sebelumnya, produksi bawang merah di tahun 2016 masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang capaian produksinya hanya sebesar 9 ton dengan luas panen yang hanya 2 ha.

Penurunan produksi bawang merah di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya penurunan jumlah luas panen dari 7 ha menjadi 4 ha dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan luas panen yang berpengaruh terhadap jumlah produksi ini dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun 2016 menjadikan lahan khususnya sawah yang pada umumnya ditanami bawang merah pada musim kemarau banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung dan padi. Selain itu tanaman bawang merah masih belum banyak diminati oleh para petani mengingat budidaya bawang merah tergolong rumit dan membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Namun demikian pengembangan tanaman bawang merah yang juga merupakan prioritas pengembangan tanaman hortikultura harus tetap dikembangkan dengan memberikan alih teknologi melalui Sekolah Lapang Tanaman Hortikultura.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan mempunyai produksi sebesar 67,20 ton, maka capaian target produksi bawang merah masih cukup jauh dari target. Untuk itu dalam rangka mengejar target produksi bawang merah harus giat dilakukan Sekolah Lapang khususnya terkait budidaya tanaman bawang merah

(15)

dalam rangka merubah kebiasaan petani untuk giat melakukan budidaya tanaman hortikultura guna memberikan nilai tambah kesejahteraan petani. Selain itu kegiatan pengembangan tanaman hortikultura maupun pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan menjadi hal yang akan dikembangkan di Kabupaten Trenggalek untuk mengejar produksi bawang merah di skala rumah tangga dalam rangka memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura Kawasan Agropolitan dan kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

g. Sayuran lainnya

Produksi sayuran lainnya pada tahun anggaran 2016 ini ditargetkan sebesar 719,26 ton terealisasi 379,60 ton atau tercapai 52,78 % dari target yang diberikan.

Produksi sayuran pada tahun anggaran 2016 ini menurun sebesar 330 ton atau turun 46,47 % jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang produksinya mencapai 709,2 ton dan juga menurun jika dibandingkan dengan produksi sayuran tahun 2014 yang produksinya mencapai 12.618 ton dan tahun 2013 yang produksinya tercapai 3.481 ton.

Sama halnya dengan produksi hortikultura lainnya, penurunan produksi sayuran di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini dikarenakan adanya penurunan jumlah luas panen dari 7 ha menjadi 4 ha dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan luas panen yang berpengaruh terhadap jumlah produksi ini

(16)

dikarenakan iklim la nina dimana curah hujan cukup tinggi sepanjang tahun 2016 menjadikan lahan khususnya sawah yang pada umumnya ditanami sayuran pada musim kemarau banyak yang dibudidayakan untuk tanaman jagung dan padi. Luas lahan tanaman hortikultura ini selalu berbanding terbalik dengan luas tanaman padi maupun jagung. Dimana terjadi peningkatan luas areal padi maupun jagung selalu diikuti dengan penurunan luas tanaman hortikultura kususnya sayuran.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan mempunyai produksi sayuran sebesar 771,74 ton pada tahun 2021 maka capaian target produksi sayuran masih cukup jauh dari target. namun demikian target itu masih realistis untuk dapat dipenuhi. Faktor iklim memang menjadi faktor utama dalam budidaya tanam sayuran. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan sayuran skala rumah tangga dengan menggalakkan budidaya tanaman sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan akan terus dikejar guna pemenuhan kebutuhan sayuran di Kabupaten Trenggalek.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Peningkatan Sarana Produksi Hortikultura dan kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

h. Buah – buahan

Produksi buah – buahan pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 43.031,88 ton dapat terealisasi 52.875,11 ton atau sebesar 122,87 %.

(17)

Produksi buah-buahan tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 11.121 ton atau meningkat sebesar 26,63 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya sebesar 41.754,20 ton. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi buah buahan juga terus meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang realisasinya sebesar 52.115 ton maupun tahun 2013 yang produksinya mencapai 164.051 ton.

Peningkatan produksi buah-buahan di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi hampir pada semua komoditas seperti durian meningkat dari produksi sebesar 15.731,4 ton pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 26.203 ton menjadi 41.934,4 ton atau meningkat sebesar 166%. Produksi manggis pada tahun 2015 meningkat dari 1.976,6 ton meningkat sebesar 1.475,3 ton menjadi 3.451,9 ton atau meningkat sebesar 74,6 %. Begitu juga dengan salak yang meningkat produksinya dari 5.041,90 ton di tahun 2016 meningkat sebesar 127,1 ton menjadi 5.168,7 ton atau meningkat sebesar 2,52%.

Penurunan produksi buah terjadi pada komoditas pisang yang menurun sebesar 724,3 ton atau menurun sebesar 4,32 % dari produksi pada tahun 2015 sebesar 16.786,60 ton menjadi 16.062,3 di tahun 2016. Produksi alpukat juga menurun sebesar 804,2 ton atau turun sebesar 36,2 % dari produksi sebesar 2.217,7 ton di tahun 2015 menjadi 1.413,5 ton di tahun 2016. Kenaikan dan penurunan produksi buah ini juga terpengaruh oleh kondisi iklim di tahun 2016. Seperti penurunan produksi pada tanaman alpukat juga disebabkan oleh tingginya curah hujan sepanjang tahun 2016 ini. Produksi alpukat yang seharusnya bisa digenjot pada tri wulan ke IV ternyata menurun cukup signifikan karena

(18)

memang curah hujan yang cukup tinggi sehingga banyak berpengaruh terhadap pembungaan. Produksi durian dan manggis pada tahun 2016 ini belum terpengaruh oleh keadaan iklim la nina mengingat produksi durian dan manggis terjadi pada tri wulan I yang pembungaannya dipengaruhi oleh kondisi iklim tahun 2015 sehingga pada tri wulan I produksi buah durian dan manggis sangat menggembirakan. Peningkatan produksi buah ini juga dipegaruhi oleh bertambahnya tanaman muda dari belum menghasilkan menjadi tanaman yang menghasilkan.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan mempunyai produksi sebesar 48.545,71 ton, maka capaian target produksi buah-buahan ini optimis akan dapat dipenuhi. Namun demikian dalam rangka mengejar target produksi buah-buahan harus terus giat dilakukan Sekolah Lapang khususnya terkait budidaya tanaman buah, bantuan bibit maupun bantuan saran pra dan pasca panen tanaman buah – buahan. Selain itu juga kegiatan penanganan pasca panen tanaman hortikultura harus dilakukan guna memberikan peningkatan mutu hasil dengan harapan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Hortikultura, Peningkatan Sarana Produksi Hortikultura Pengembangan dan Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan pada kegiatan Pengembangan Tanaman

(19)

Hortikultura Kawasan Agropolitan dan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

i. Biofarmaka

Produksi Biofarmaka pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 5.451,23 ton dapat terealisasi 5.962,44 ton atau sebesar 109,38 %.

Produksi biofarmaka tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 592 ton atau meningkat sebesar 11,02 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya sebesar 5.370,70 ton. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi biofarmaka sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2014 yang realisasinya sebesar 6.971 ton dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang produksinya mencapai 5.525 ton.

Peningkatan produksi biofarmaka di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi pada komoditas lengkuas meningkat sebesar 662,37 ton atau sebesar 210,6 % dari produksi sebesar 314,54 ton pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 976,91 ton. Produksi jahe pada tahun 2015 meningkat dari 2.071,10 ton turun sebesar 177,1 ton menjadi 1.894 ton atau turun sebesar 8,6%. Begitu juga dengan kunyit dan temulawak. Produksi kunyit turun dari 2.084,33 ton di tahun 2015 menjadi 1.879.8 ton atau turun sebesar sebesar 204,5 ton (2,52 %). Sedangkan produksi temulawak turun dari 1.215,28 ton di tahun 2015 menjadi 1.212,3 ton di tahun 2016. Penurunan produksi ini sebesar 3 ton atau sebesar 0,24%.

Penurunan produksi biofarmaka ini terjadi dipengaruhi oleh luasan lahan yang sedikit berkurang dan penganan pasca panen yang kurang bagus karena kondisi cuaca yang hujan

(20)

sepanjang tahun. Produksi biofarmaka ini terjadi pada triwulan ke III dimana kondisi cuaca pada tri wulan ke III ini sangat ekstrim dengan curah hujan yang tinggi sehingga penangan pasca panen tidak bisa maksimal diberikan.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan mempunyai produksi sebesar 5.869,59 ton pada tahun 2021 maka capaian target produksi biofarmaka ini optimis akan dapat dipenuhi. Penekanan produksi biofarmaka ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait budidaya tanaman biofarmaka, bantuan benih maupun bantuan sarana pra dan pasca panen tanaman biofarmaka.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Hortikultura, Peningkatan Sarana Produksi Hortikultura Pengembangan dan Pengembangan Tanaman Hortikultura. j. Janggelan

Produksi janggelan pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 245,43 ton dapat terealisasi 544,53 ton atau sebesar 221,87 %.

Produksi janggelan tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 302 ton atau meningkat sebesar 124,09 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya sebesar 243 ton. Produksi janggelan ini merupakan komoditas yang baru ditangani pada Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek. Penyebaran tanaman janggelan ini masih terpusat di Kecamatan Pule.

(21)

Produksi janggelan di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini menunjukkan hal yang positif mengingat secara ekonomi tanaman ini mudah untuk dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Produksi janggelan secara umum masih belum ditangani secara maksimal dan perlakuan pasca panen yang belum ditangani dengan baik sehingga harga masih belum bisa maksimal karena produk masih bercampur dengan akar dan belum di pak secara baik.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang janggelan ditargetkan mempunyai produksi sebesar 255,40 ton, maka capaian target produksi janggelan optimis akan dapat dipenuhi. Penekanan produksi janggelan ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait budidaya tanaman janggelan, bantuan benih maupun bantuan sarana pasca panen tanaman jangelan.

k. Kakao

Produksi kakao pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 828,30 ton dapat terealisasi 1.171,90 ton atau sebesar 141,48 %.

Produksi kakao tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 352 ton atau meningkat sebesar 42,90 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang capaian produksinya sebesar 820,1 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang realisasinya sebesar 869,75, tahun 2013 yang produksinya mencapai 664,75 ton dan tahun 2012 yang produksinya mencapai 767,75 ton maka produksi kakao tahun 2016 masih jauh lebih tinggi.

(22)

Apabila dibandingkan dengan produksi kakao nasional yang pada tahun 2016 ini berkisar sebesar 660.000 ton maka produksi kakao di Kabupaten Trenggalek mempunyai kontribusi 0,18 % terhadap produksi kakao nasional.

Peningkatan produksi kakao di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi karena tanaman muda yang pada tahun sebelumnya belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman yang menghasilkan (TM). Selain tu juga terjadi penurunan serangan Penggerek Buah Kakao (PBK), hellopeltist dancendawan/jamur. Hal ini menjadi tolak ukur terhadap keberhasilan sekolah lapang hama tanaman perkebunan khususnya kakao sehingga tekhnologi budidaya tanaman kakao dapat diberikan kepada petani dalam budidaya tanaman kakao.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan kakao mempunyai produksi sebesar 861,93 ton, maka capaian target produksi kakao ini optimis akan dapat dipenuhi. Penekanan produksi kakao ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait pengendalian hama tanaman kakao, bantuan benih maupun bantuan sarana pra dan pasca panen tanaman kakao.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan dan Agribis/Agroindustri Tanaman Perkebunan (Tanaman Kakao).

(23)

l. Kelapa

Produksi kelapa pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 10.451,60 ton dapat terealisasi 15.960,14 ton atau sebesar 152,71%.

Jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang produksinya sebesar 10.399,60 ton maka di tahun 2016 ini meningkat sebesar 5.561 ton atau meningkat (53,47%). Produksi kelapa tahun 2016 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 yang produksinya sebesar 10.475,75, tahun 2013 sebesar 8.689,25 ton dan tahun 2012 sebesar 10.652,50 ton.

Produksi kelapa pada tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan target kinerja yang tertuang dalam Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang ditargetkan sebesar 10.662,20 ton, maka capaian target produksi kedelai pada akhir periode akan dapat terwujud. Penekanan produksi kakao ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait pengendalian hama tanaman perkebunan sehingga penanggulangan hama tanaman kelapa khususnya kwangwung dapat teratasi secara maksimal sehingga produksi terus meningkat.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan.

m. Cengkeh

Produksi cengkeh pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 560 ton dapat terealisasi 1.838,12 ton atau terealisasi sebesar 328,24%.

(24)

Namun demikian jika dibandingkan dengan tahun 2015 kenaikan Produksi cengkeh tahun 2016 ini mengalami penurunan sebesar 625 ton atau turun sebesar 25,37 % dimana produksi cengkeh tahun 2015 sebesar 2.462,96 ton. Jika dibandingkan dengan produksi cengkeh tahun 2014 yang realisasinya sebesar 551,25 ton, tahun 2013 yang produksinya mencapai 319,75 ton dan tahun 2012 yang produksinya mencapai 589,25 ton maka produksi cengkeh tahun 2016 masih jauh lebih tinggi.

Penurunan produksi cengkeh jika dibandingkan dengan produksi cengkeh tahun 2015 dikarenakan siklus panen raya yang terjadi setiap 3 – 4 tahun sekali ini bertepatan pada tahun 2015. Namun demikian di luar siklus panen raya pada tahun 2016 ini produksi cengkeh sudah menunjukkan hal yang menggembirakan mengingat produksi cengkeh di tahun produksi normal sudah bisa naik 200% lebih dibandingkan dengan tahun produksi normal sebelumnya. Hal ini terjadi mengingat cengkeh saat ini merupakan komoditas perkebunan yang cukup banyak diminati petani karena harga panen yang cukup tinggi sehingga tanaman cengkeh berkembang cukup pesat di Kabupaten Trenggalek. Selain itu peningkatan produksi cengkeh di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi karena tanaman muda yang pada tahun sebelumnya belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman yang menghasilkan (TM).

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun yang panen rayanya diperkirakan terjadi pada tahun 2019 dengan target produksi sebesar 2.462,96 ton

(25)

maka apabila terjadi panen raya pada tahun 2019 maka target produksi akan dapat tercapai. Penekanan produksi cengkeh ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait pengolahan tanaman cengkeh, bantuan benih maupun bantuan sarana pra dan pasca panen tanaman cengkeh.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan dan Agribis/Agroindustri Tanaman Perkebunan (Tanaman Kakao) serta Program Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan melalui kegiatan Pemeliharaan dan Operasional Kebun Dilem Wilis.

n. Kopi

Produksi kopi pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 294,87 ton dapat terealisasi 316,32 ton atau terealisasi sebesar 107,27%. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 kenaikan Produksi kopi tahun 2016 ini naik sebesar 24 ton atau naik sebesar 8,35 % dimana produksi kopi tahun 2015 sebesar 291,95 ton. Jika dibandingkan dengan produksi kopi tahun 2014 yang realisasinya sebesar 179,75 ton, tahun 2013 yang produksinya mencapai 174,50 ton dan tahun 2012 yang produksinya mencapai 179,25 ton maka produksi kopi tahun 2016 masih lebih tinggi.

Jika dibandingkan dengan produksi kopi nasional yang pada tahun 2016 sebesar 639.305 ton maka produksi kopi di Kabupaten Trenggalek memberikan konstribusi sebesar 0.051% produksi kopi nasional.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan

(26)

akhir periode 5 tahun dengan target produksi sebesar 306,84 ton, maka target produksi akan dapat tercapai. Penekanan produksi kopi ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait pengolahan tanaman kopi, penambahan luasan tanaman kopi, bantuan benih maupun bantuan sarana pra dan pasca panen tanaman cengkeh.

Peningkatan produksi kopi di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi karena tanaman muda yang pada tahun sebelumnya belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman yang menghasilkan (TM). Iklim di tahun 2016 ini juga sangat mendukung produksi kopi di Kabupaten Trenggalek. Jumlah bulan kering di tahun 2016 sangat optimal untuk tanaman kopi karena musim bulan kering yang dikehendaki tanaman kopi adalah 3–5 bulan dengan 1,5 bulan bulan kering sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Hal ini yang terjadi di tahun 2016 sehingga produktivitas tanaman kopi meningkat cukup signifikan.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Kopi (DBHCHT).

o. Nilam

Produksi nilam pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 236,27 ton dapat terealisasi 920 ton atau terealisasi sebesar 389,39 %.

Jika dibandingkan dengan tahun 2015 kenaikan Produksi nilam tahun 2016 ini naik sebesar 688 ton atau naik sebesar 297,17 % dimana produksi nilam tahun 2015 sebesar 231,64 ton. Jika dibandingkan dengan produksi nilam tahun 2014 yang

(27)

realisasinya sebesar 313,75 ton, tahun 2013 yang produksinya mencapai 179,25 ton dan tahun 2012 yang produksinya mencapai 828,5 ton maka produksi cengkeh tahun 2016 masih jauh lebih tinggi.

Mengacu pada Renstra Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 – 2021 yang sampai dengan akhir periode 5 tahun dengan target produksi sebesar 255,75 ton maka apabila mengacu pada produksi nilam pada tahun 2016 ini target produksi akan dapat tercapai. Penekanan produksi nilam ini akan dikejar dengan mengadakan Sekolah Lapang khususnya terkait pengolahan tanaman nilam, perluasan lahan produksi, bantuan benih nilam unggul maupun bantuan sarana pra dan pasca panen nilam.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh Program Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan. 3.2. Jumlah Produktivitas Hasil Pertanian

a. Padi

Prosentase peningkatan produktivitas hasil pertanian khususnya tanaman pangan pada tahun 2016 padi yang diberi target 62,41 ku/ha dapat teralisasi 59,78 ku/ha atau tercapai 95,79 %.

Jika dibanding dengan tahun 2015 produktivitas tanaman padi menurun 2,44 ku/ha atau turun sebesar 3,92%. Produktivitas padi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 dan lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas pada tahun 2013 yang produktivitasnya mencapai

(28)

62,20 ku/ha dan tahun 2012 yang produktivitasnya mencapai 60,69 ku/ha.

Produktivitas padi di tahun 2016 yang mencapai target ini dikarenakan tingginya curah hujan sepanjang tahun sehingga terjadi peningkatan jumlah areal padi ladang yang produktivitasnya rendah yaitu berkisar 42,42 ku/ha. Luasan produksi padi ladang dengan tingkat produktivitas yang rendah menjadi pembagi produktivitas jumlah padi sehingga produktivitas padi menjadi rendah. Namun demikian produktivitas padi sawah yang menjadi tolok ukur produktivitas padi di Kabupaten Trenggalek sebesar 62,68 ku/ha, produktivitas padi unggul sebesar 62,60 ku/ha dan padi hibrida sebesar 74,43 ku/ha.

Produktivitas padi yang belum sesuai harapan ini secara umum juga disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya wereng dan penyakit potong leher. Selain itu petani juga belum banyak menggunakan benih padi hibrida.

b. Jagung

Produktivitas Jagung yang ditargetkan pada tahun 2016 sebesar 63,70 ku/ha dapat terealisasi 61,91 ku/ha atau sebesar 97,19 %. Produktivitas jagung tahun 2016 jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2015 yang produktivitasnya mencapai 63,51 ku/ha menurun sebesar 1,6 ku/ha atau turun sebesar 2,52%.

Jika dibandingkan dengan produktivitas jagung pada tahun 2014 sebesar 58,90, tahun 2013 sebesar 55,29 dan tahun 2012 sebesar 50,63, maka produktivitas jagung tahun 2016 masih lebih

(29)

tinggi. Tidak tercapainya target pada tahun 2016 ini juga dikarenakan jumlah hujan yang tinggi sehingga produktivitas jagung tidak bisa maksimal. Namun demikian hal yang menggembirakan pada tahun 2016 ini sudah tidak ada lagi petani yang menggunakan bibit lokal.

c. Kedelai

Produktivitas kedelai di tahun 2016 yang ditargetkan sebesar 19,79 ku/ha dapat terealisasi 19,69 ku/ha atau sebesar 99,49%. Tidak tercapainya produksi kedelai ini dikarenakan tingginya curah hujan sepanjang tahun 2016 sehingga banyak lahan tanaman kedelai yang sering tergenang sehingga mengganggu produktivitas tanaman kedelai.

Jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai tahun 2015 sebesar 19,59 ku/ha maka produktivitas kedelai tahun 2016 ini meningkat sebesar 0,10 ku/ha atau sebesar 0,51%. Produktivitas kedelai ini juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai tahun 2014 sebesar 17,11 ku/ha, tahun 2013 sebesar 16,59 ku/ha dan tahun 2012 sebesar 15,92 ku/ha. d. Ubi Kayu

Ubi kayu yang ditargetkan sebesar 241,7 ku/ha pada tahun 2016 dapat terealisasi 246,0 ku/ha (101,78 %). Meskipun jumlah luas ladang maupun produksi kecil namun produktivitas ubi kayu meningkat sebesar 5,50 ku/ha (2,29%) dibandingkan dengan tahun 2015 yang produktivitasnya sebesar 240,50 ku/ha. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang produktivitasnya sebesar 258,18 ku/ha, tahun 2013 sebesar

(30)

240,58 ku/ha dan tahun 2012 sebesar 266,26 ku/ha produktivitas ubi kayu di tahun 2016 lebih rendah.

Secara umum produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai tidak dapat dicapai pada tahun 2016. Capaian produktivitas yang bisa dicapai oleh tanaman pangan adalah produktivitas ubi kayu. Iklim la nina dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun 2016 banyak mengganggu produktivitas tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai.

Namun demikian produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Trenggalek jika dibandingkan dengan target produktivitas tanaman pangan nasional masih cukup baik dan memenuhi. Produktivitas tanaman pangan nasional di tahun 2016 untuk tanaman padi berkisar di angka 53,46 ku/ha, jagung 53,18 ku/ha dan kedelai 16,44 ku/ha.

Jika mengacu pada renstra Dinas Pertanian dan Pangan 2016 – 2021 yang mana pada akhir periode produktivitas padi ditargetkan sebesar 63,16 Ku/Ha, jagung sebesar 64,47 Ku/Ha, kedelai sebesar 20,59 Ku/Ha dan ubi kayu sebesar 246,57 Ku/Ha maka target ini akan dapat tercapai. Namun demikan perlu diadakan berbagai upaya dalam peningkatan produktivitas ini dengan penyiapan sarana dan prasarana budidaya maupun infrastruktur pertanian dari hulu hingga hilir yang memadai dan penggunaan benih padi hibrida/bibit unggul serta teknologi budidaya pertanian yang modern.

Capaian target kinerja ini banyak dipengaruhi oleh

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

(Pertanian/Perkebunan) dengan kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian, Trengginas Galang

(31)

Ekonomi Pengembangan Cassava, Pemberdayaan Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A); Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Trengginas Galang Ekonomi Pengolahan Pupuk Organik dan Agensia Hayati; Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan dengan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan, Fasilitasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Peningkatan Sarana dan Prasarana Kelembagaan Penangkar Bibit/Benih dan Penyuluhan Pertanian (Sisa DAK 2011 - 2015), Peningkatan Infrastruktur Pertanian Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) (Sisa DAK Tambahan) dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kelembagaan Penangkar Bibit/Benih dan Penyuluhan Pertanian (DAK).

e. Cabai

Jumlah produktivitas hasil tanaman hortikultura pada tahun 2016 secara umum tidak bisa dicapai seperti cabai yang diberi target 48,34 ku/ha dapat teralisasi 47,00 ku/ha atau tercapai 97,23 %.

Jika dibandingkan dengan produktivitas komoditas sayuran seperti cabai pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 maka produktivitas cabai turun sebesar 1,10 ku/ha atau turun 2,29%. Produktivitas cabai ini juga lebih rendah dari tahun 2013 yang produktivitasnya sebesar 58,69 ku/ha namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2013 yang produktivitasnya sebesar 42,94 ku/ha dan juga tahun 2012 yang produktivitasnya sebesar 35,98 ku/ha.

Penurunan produktivitas cabai ini dikarenakan tingginya curah hujan pada tahun 2016 sehingga serangan hama dan

(32)

penyakit pada tanaman cabai terutama penyakit patek atau antraknosa maupun penyakit busuk yang disebabkan oleh

Phytophthora capsici maupun penyakit mosaik atau Cucumber Mosaic Virus (CMV).

f. Bawang Merah

Bawang merah yang ditargetkan 90,27 ku/ha dapat tercapai 63,00 ku/ha atau tercapai (69,79 %). Produktivitas bawang merah jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2015 yang produktivitasnya mencapai 90,00 ku/ha maka di tahun 2016 menurun sebesar 27,00 ku/ha atau turun sebesar 30%.

Tidak tercapainya produktivitas ini dikarenakan curah hujan yang tinggi pada masa tanam bawang merah sehingga serangan hama penyakit meningkat khususnya serangan Antraknose (Colletotrichum gloeosporioiodes), Busuk Daun (Peronospora destructor) dan Bercak Daun Cercospora (Cercospora duddiae). Belum lagi tanaman yang mati akibat tergenang air mengingat benih yang dipakai oleh petani pada umumnya adalah jenis philipina yang tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Tanaman bawang merah yang seharusnya ditanam pada curah hujan yang tinggi adalah jenis tanaman bauji yang karakteristiknya lebih tahan terhadap curah hujan.

g. Sayur-sayuran lainnya

Begitu juga dengan produktivitas sayuran lainnya yang pada tahun 2016 ditarget sebesar 249,8 ku/ha hanya dapat terealisasi sebesar 135,75 ku/ha atau terealisasi sebesar 54,34 ku/ha. Jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2015 yang

(33)

produktivitas sayuran lainnya mencapai 246,98 ku/ha maka produktivitas sayuran tahun 2016 ini menurun sebesar 111,23 ku/ha atau turun sebesar 45,04 %. Penurunan produktivitas sayuran lainnya seperti kacang panjang, sawi, bayam dll ini juga disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga tanaman sayuran tidak banyak dibudidayakan di lahan dan hanya sebatas pada pematang maupun tempat-tempat yang agak tinggi dan tidak dirawat dengan baik karena pada umumnya petani lebih fokus pada tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung sehingga produktivitas sayuran cukup rendah.

h. Buah-Buahan

Produktivitas buah-buahan yang ditagetkan produktivitasnya tahun 2016 sebesar 109,52 ku/ha dapat terealisasi sebesar 134,65 ku/ha atau terealisasi sebesar 122,95 ku/ha. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 dimana produktivitas buah-buahan tercapai 107,46 ku/ha atau naik sebesar 27,19 ku/ha (25,30%).

Realisasi ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi produktivitas buah-buahan tahun 2014 sebesar 93,30 ku/ha dan lebih rendah jika dibandingkan produktivitas buah-buahan tahun 2013 yang terealisasi sebesar 169,6 ku/ha.

Capaian produktivitas ini dikarenakan tanaman buah seperti durian dan manggis yang produktivitas tahun 2016 meningkat signifikan. Peningkatan produktivitas durian maupun manggis ini dikarenakan adanya tanaman yang belum menghasilkan menjadi tanaman yang menghasilkan.

(34)

i. Biofarmaka

Produktivitas biofarmaka pada tahun 2016 yang ditargetkan sebesar 195,98 ku/ha dapat terealisasi 285 ku/ha atau sebsar 145,42 %. Jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2015 yang produktivitasnya sebesar 195 ku/ha maka produktivitas biofarmaka di tahun 2016 ini meningkat sebesar 90 ku/ha atau meningkat sebesar 46,15%.

j. Janggelan

Produktivitas janggelan pada tahun 2016 ini ditargetkan sebesar 2,12 ku/ha dapat terealisasi sebesar 12,6 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 maka produktivitas janggelan ini meningkat 10,5 ku/ha.

Capaian rata-rata nasional pada umumnya berkisar antara 75 ku/ha janggelan basah per ha atau setara dengan 15 ku/ha janggelan kering. Bila melihat produktivitas tesebut maka janggelan di Kabupaten Trenggalek harus intensif dikembangan dan dibudidayakan dengan baik terutama pasca panen janggelan karena pada umumnya kegiatan pemanenan janggelan masih belum menggunakan alat pasca panen yang bagus seperti alat pres hasil panen.

Mengacu pada renstra, maka produktivitas tanaman hortikultura seperti cabai yang ditargetkan pada tahun 2018 sebesar 48,83 ku/ha dan ditargetkan pada akhir tahun 2021 sebesar 49,31 Kw/Ha maka target produktivitas ini akan dapat dicapai dengan peningkatan sekolah lapang tanaman hortikultura, penyediaan bibit unggul dan penyediaan pra dan pasca panen.

(35)

Produktivitas tanaman bawang merah yang dalam masa akhir periode 2021 ditargetkan sebesar 91,36 ku/ha akan dapat terealisasi apabila iklim mendukung dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi sehingga benih bawang merah yang pada umumnya menggunakan bibit philipin maupun thailan akan dapat berproduktivitas secara maksimal sampai dengan 10 ton per hektar.

Produktivitas sayuran yang ditargetkan sampai dengan periode 2021 sebesar 261,44 ku/ha, buah-buahan sebesar 118,18 ku/ha, biofarmaka sebesar 200,01 ku/ha dan janggelan sebesar 2,23 ku/ha akan dapat tercapai. Target sampai dengan tahun 2021 yang paling berat untuk tercapai apabila melihat realisasi produktivitas tahun 2016 ini adalah sayuran lainnya. Namun demikian target produktivitas sayuran ini akan dikejar melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan sekolah lapang tanaman hortikultura, penyediaan bibit unggul dan penyediaan pra dan pasca panen yang memadai.

Efisiensi penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan program kegiatan dalam mendukung pencapaian produktivitas ini melibatkan semua unsur uang ada pada bidang hortikultura Dinas Pertanian Kehutanan dan erkebunan Kabupaten Trenggalek berikut tenaga lapangnya seperti mantra tani maupun penyuluh pertanian serta melibatkan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani maupun gapoktan.

Pencapaian indikator ini didukung oleh Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Peningkatan Sarana Produksi Hortikultura serta program Program Peningkatan Produksi Pertanian/

(36)

Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura Kawasan Agropolitan dan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

k. Kakao

Jumlah produktivitas tanaman perkebunan kakao yang ditargetkan pada tahun 2016 sebesar 3,64 ku/ha dapat terealisasi sebesar 5,70 ku/ha atau sbesar 156,59%. Jika dbandingkan dengan produktivitas kakao pada tahun 2015 yang produktivitasnya tercapai 3,60 ku/ha maka produktivias kakao pada tahun 2016 ini meningkat sebesar 2,10 ku/ha atau meningkat sebesar 58,33%. Produktivitas kakao tahun 2016 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2014 sebesar 4,10 ku/ha, tahun 2013 sebesar 3,10 ku/ha dan tahun 2012 sebesar 3,30 ku/ha.

Capaian produktivitas kakao yang menggembirakan ini dikarenakan oleh tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM) sehingga dipastikan produktivitasnya naik.

l. Kelapa

Kelapa yang pada tahun 2016 ini ditargetkan sebesar 9,85 ku/ha dapat terealisasi sebesar 16,99 ku/ha atau terealisasi sebesar 172,49%. Produktivitas tahun 2016 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2015 yang produktivitasnya sebesar 9,80 ku/ha atau naik sebesar 7,19 ku/ha (73,37%).

Capaian produktivitas ini dikarenakan tingkat serangan hama kwangwung yang ada di wilayah dataran rendah sudah

(37)

dapat ditanggulangi dengan baik sehingga dengan berkurangnya serangan hama ini produktivitas kelapa meningkat cukup signifikan.

Produktivitas kelapa tingkat nasional secara umum masih berkisar antara 5 ku/ha sampai dengan 10 ku/ha sehingga produktivitas tanaman kelapa di Kabupaten Trenggalek sudah berhasil dengan baik dan sudah hampir mendekati kemampuan kelapa berproduksi optimal sebesar 20 ku/ha.

m. Cengkeh

Cengkeh yang produktivitasnya ditargetkan sebesar 2,31 ku/ha dapat terealisasi sebesar 7,25 ku/ha atau sebesar 313,85 %. Jika dibandingkan dengan produktivitas cengkeh pada tahun 2015 maka produktivitas cengkeh tahun 2016 ini menurun sebesar 1,55 ku/ha atau turun sebesar 17,61%.

Bila dibandingkan dengan produktivitas cengkeh pada tahun 2014 sebesar 2,10 ku/ha, tahun 2013 sebesar 1,20 ku/ha dan tahun 2012 sebesar 2 ku/ha maka produktivitas cengkeh pada tahun 2016 masih lebih besar.

Penurunan produksi cengkeh jika dibandingkan dengan tahun 2015 adalah dikarenakan adanya panen raya yang secara umum terjadi setiap 3-4 tahun sekali yang bertepatan pada tahun 2015. Namun demikian pada awal tahun 2016 panen raya cengkeh masih ada di sebagian wilayah Kabupaten Trenggalek sehingga produktivitas di tahun 2016 masih tergolong cukup tinggi.

Apabila melihat renstra yang pada akhir periode ditarget kan sebesar 2,34 ku/ha dengan panen raya yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2019 dengan target 8,91 ku/ha maka

(38)

dengan melihat kondisi pada tahun 2016 ini target yang diberikan dapat terpenuhi.

n. Kopi

Kopi yang produktivitasnya ditargetkan pada tahun 2016 ini sebesar 7,68 ku/ha dapat terealisasi sebesar 9,77 ku/ha atau sebesar 127,21%. Jika dibandingkan dengan produktivitas kopi pada tahun 2015 maka produksi kopi tahun 2016 meningkat sebesar 2,21 ku/ha atau naik sebesar 27,71%. Produktivitas kopi di tahun 2016 ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tahun 2014 sebesar 4,7 ku/ha, tahun 2013 sebesar 4,5 ku/ha dan produktivitas tahun 2012 sebesar 4,5 ku/ha.

Jika dilihat pada renstra pada masa akhir periode ditargetkan sebesar 7,99 ku/ha dan melihat kondisi pada tahun 2016 maka target yang diberikan sampai dengan akhir periode 5 tahunan renstra akan dapat terpenuhi.

Peningkatan produkivitas kopi di Kabupaten Trenggalek tahun 2016 ini terjadi karena tanaman muda yang pada tahun sebelumnya belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman yang menghasilkan (TM). Iklim di tahun 2016 ini juga sangat mendukung produksi kopi di Kabupaten Trenggalek dengan jumlah bulan kering di tahun 2016 sangat optimal untuk tanaman kopi karena musim bulan kering yang dikehendaki tanaman kopi adalah 3–5 bulan dengan 1,5 bulan bulan kering sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Hal ini yang terjadi di tahun 2016 sehingga produktivitas tanaman kopi meningkat cukup signifikan.

(39)

o. Nilam

Nilam pada tahun 2016 ini ditargetkan sebesar 16,47 ku/ha dapat terealisasi sebesar 42,6 ku/ha (258,65%). Jika Jika dibandingkan dengan produktivitas nilam pada tahun 2015 maka produksi nilam tahun 2016 meningkat sebesar 26,45 ku/ha atau naik sebesar 163,78 %.

Jika dilihat ada renstra yang direncanakan pada tahun 2021 sebesar 18,15 ku/ha dan melihat kondisi pada tahun 2016 maka target yang diberikan sampai dengan akhir periode 5 tahunan renstra akan dapat terpenuhi.

Efisiensi penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan program kegiatan dalam mendukung pencapaian produktivitas ini melibatkan semua unsur uang ada pada bidang perkebunan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek berikut tenaga lapangnya seperti mantri tani maupun penyuluh pertanian serta melibatkan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani maupun gapoktan.

Pencapaian indikator peningkatan produktivitas hasil perkebunan ini didukung oleh Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) melalui kegiatan Trengginas Galang Ekonomi Peningkatan Pengolahan Kakao. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan dan Agribis/Agroindustri Tanaman Perkebunan (Tanaman Kakao), Standarisasi kualitas bahan baku (DBHCHT) dan Penanganan Panen dan Pasca Panen Bahan Baku (DBHCHT) serta Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan melalui kegiatan Pemeliharaan dan Operasional Kebun Dilem

(40)

Wilis, Anty Poverty Program (APP) Bidang Perkebunan dan Pengembangan Tanaman Kopi (DBHCHT). Trengginas Galang Ekonomi Pengolahan Pupuk Organik dan Agensia Hayati kegiatan Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan. 3.3. Jumlah Produk Pertanian yang Meningkat Daya Saingnya

(Bersertifikat)

Jumlah produk pertanian yang meningkat daya saingnya (bersertifikat) pada tahun 2016 yang ditargetkan pencapaiannya sebanyak 8 produk dapat terealisasi 6 poduk atau terealisasi 75%. Target pencapaian indikator ini merupakan akumulasi dari penambahan realisasi tahun ini ditambah dengan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi jumlah produk yang meningkat daya saingnya pada tahun 2015 tercapai sebanyak 3 produk dan pada tahun 2016 juga tercapai sebanyak 3 produk. Target yang diberikan adalah peningkatan jumlah produk yang meningkat daya saingnya sebanyak 5 produk pertahun.

Tidak tercapainya target ini dikarenakan pada waktu sertifikasi produk khususnya untuk kooditas durian dan manggis yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sudah banyak komoditas durian maupun manggis yang berakhir masa panennya sehingga pada waktu dilakukan sertifikasi bahan produk sudah tidak ada lagi. Dari 10 kelompok yang diajukan hanya ada 3 kelompok yang bisa disertifikasi yaitu kelompok tani Sri Rahayu II Dukuh untuk komoditas Durian dan Manggis, Kelpmpok Tani Sepakat RT. 20 Rw. 06 Desa Dukuh Kecamatan Watulimo untuk komoditas Manggias dan Kelompok Tani Karya Makmur II RT. 04 RW. 03 Desa Slawe Kecamatan Watulimo.

(41)

Jika dilihat dari renstra yang menargetkan sampai dengan akhir tahun 2021 sejumlah 28 produk maka target ini akan dapat dicapai apabila waktu sertifikasi diajukan pada waktu awal panen sehingga pada waktu sertifikasi yang dilakukan oleh petugas propinsi produk masih tersedia.

Efisiensi penggunaan sumber daya diberikan oleh aparatur bidang hortikultura, Petugas UPT Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan masyarakat petani hortikultura. Capaian kegiatan ini didukung oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Hortikultura.

3.4. Jumlah sarana dan prasarana pertanian yang diadakan

Jumlah sarana dan prasarana pertanian yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek tahun 2016 dapat terealisasi sebanyak 100% dari target yang diberikan sebanyak 10 unit. Sarana dan prasarana pertanian yang dapat diwujudkan pada tahun 2016 ini adalah alat pengolahan kakao, alat produksi perkebunan, handsprayer, alat pertanian, Pompa air, cultivator, alat produksi jamur, alat pasca panen hortikultura, mesin perajang tembakau dan kendaraan roda tiga.

Dibandingkan dengan tahun 2015 yang dapat terealisasi sebanyak 5 unit/jenis maka di tahun 2016 meningkat sebanyak 5 unit atau meningkat sebanyak 100%. Jika ditinjau dari standart nasional yang mencanangkan pertanian di Indonesia berbasis agroindustri, maka dengan pemenuhan sarana pertanian yang memadai, di Kabupaten Trenggalek akan segera terbentuk agroindustri yang memadai.

(42)

Efisiensi penggunaan sumber daya diberikan oleh aparatur bidang hortikultura, perkebunan dan tanaman pangan, masyarakat petani, Trengginas Galang Ekonomi Peningkatan Pengolahan Kakao, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tanaman Perkebunan dan Agribis/Agroindustri Tanaman Perkebunan (Tanaman Kakao), Penanganan Panen dan Pasca Panen Bahan Baku (DBHCHT), Peningkatan Sarana Produksi Hortikultura.

3.5. Infrastruktur Pertanian yang terbangun a. Jalan Usaha Tani

Infrastruktur pertanian Jalan Usaha Tani yang ditargetkan pencapaian indikator kinerjanya ditahun 2016 sebesar 11.263 m terealisasi 5.921,50 m atau sebesar 52,57%. Jika dibandingan dengan tahun 2015 yang pembangunan infrastruktur Jalan Usaha Tani dapat terbangun sepanjang 10.239 m maka pembangunan Jalan Usaha Tani ini turun sepanjang 4.317,50 m (42,17%). Realisasi ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 yang dapat terealisasi sepanjang 15.206,50 m.

Tidak tercapainya target pencapaian infrastruktur pertanian Jalan Usaha Tani ini dikarenakan berkurangnya anggaran APBD di tahun 2016. Pembangunan jalan usaha tani yang terbangun di tahun 2016 pada umumnya juga merupakan jalan rabat yang memerlukan banyak biaya jika dibandingkan dengan jalan makadam.

b. Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT)

Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) tahun 2016 yang ditargetkan terbangun sepanjang 8.894 m dapat terealisasi

(43)

sepanjang 9.343,19 m atau terealisasi 105,05%. Jika dibandingkan dengan pembangunan jitut tahun 2015 yang dapat terbangun sepanjang 8.894 m maka di tahun 2016 ini pembangunan JITUT meningkat sepanjang 449,19 m atau meningkat 5,05%.

Tercapainya pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani ini dikarenakan dukungan dana dari APBD melalui kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana serta Infrastruktur Pertanian untuk pembangunan JITUT sepanjang 5.723,19 m serta dukungan dari APBN untuk pembangunan JITUT sepanjang 3.620 m.

c. Dam Parit

Dam Parit tahun 2016 ditarget terbangun sebanyak 28 unit dapat terealisasi sebanyak 28 unit (100%). Realisasi ini meningkat 2 unit dari tahun 2015 atau sebesar 7,69%.

Renstra tahun 2016 – 2021 yang menargetkan pembangunan infratruktur pertanian sampai dengan akhir periode Renstra yaitu Jalan Usaha Tani sepanjang 16.490 meter, Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani sepanjang 13.021 meter dan dam parit sepanjang 36 unit. Dengan melihat capaian di tahun 2016 maka pembangunan jalan usaha tani harus ada pembangunan sebanyak 20 – 30 % pertahun, jaringan irigasi tingkat usaha tani harus ada penambahan pembangunan sebanyak 10 % pertahun dan dam parit harus ada penambahan bangunan sebanyak 2 unit pertahun untuk mengejar realisasi yang harus dipenuhi sampai dengan akhir tahun anggaran renstra.

Efisiensi penggunaan sumber daya dalam mendukung pencapaian pembangunan infrastruktur pertanian ini melibatkan

(44)

semua unsur yang ada pada Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek seperti petugas lapang, masyarakat petani, P3A, penyuluh dan desa. Pencapaian ini juga didukung oleh sumber dana baik dari dana APBD maupun dana APBN dan DAK.

Pencapaian indikator ini didukung oleh Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan melalui kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kelembagaan Penangkar Bibit/Benih dan Penyuluhan Pertanian (DAK), Peningkatan Sarana dan Prasarana serta Infrastruktur Pertanian, Peningkatan Sarana dan Prasarana Kelembagaan Penangkar Bibit/Benih dan Penyuluhan Pertanian (Sisa DAK 2011 - 2015) dan Peningkatan Infrastruktur Pertanian Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) (Sisa DAK Tambahan).

.

4. Meningkatnya pengembangan hutan rakyat, daya saing dan nilai tambah produk kayu serta penanganan lahan kritis

Sasaran Meningkatnya pengembangan hutan rakyat, daya saing dan nilai tambah produk kayu serta penanganan lahan kritis ada 3 indikator pencapaian sasaran, yaitu :

1) Luas lahan untuk pengembangan produksi hasil hutan non kayu Luas lahan untuk pengembangan produksi hasil hutan non kayu pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 130 ha dapat terealisasi 50 ha atau tercapai 38,46 %. Jika dibandingkan dengan realisasi pengembangan hasil hutan non kayu tahun 2015 yang ditargetkan sebesar 299,25 ha dapat tercapai sebesar 55,00 ha maka di tahun 2016 ini berkurang sebesar 5 ha (9,09%). Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 yang dapat tercapai 230 ha dan tahun 2013

(45)

sebesar 205 ha maka di tahun 2016 ini menurun sangat signifikan. Penurunan luasan hasil hutan non kayu ini dimaksudkan untuk peningkatan hasil petani hutan di bawah tegakan seperti hasil produksi porang, nilam, kunir, temulawak, tanaman MPTS/ buah dan usaha non kayu yang produktif lainnya di kawasan hutan rakyat.

Tidak tercapainya target ini dikarenakan pada tahun 2016 ini lebih difokuskan bukan untuk pengembangan luasan lahan namun lebih kepada penanganan pasca panen hasil hutan non kayu seperti pengadaan alat untuk perajang porang dan empon-empon. Hal ini dilakukan untuk memberi nilai tambah kepada petani penghasil porang maupun empon empon di Kabupaten Trenggalek.

Bila ditinjau dari Renstra maka target luas lahan untuk pengembangan produksi hasil hutan non kayu ini merupakan target terakhir yang dikerjakan Bidang Kehutanan karena tahun 2017 Bidang Kehutanan sudah menjadi kewenangan propinsi.

Efisiensi penggunaan sumber daya dalam mendukung pencapaian pembangunan infrastruktur pertanian ini melibatkan semua unsur yang ada pada Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek seperti bidang kehutanan maupun penyuluh Kehutanan, maupun LMDH.

Pencapaian indikator ini didukung oleh Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan melalui kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu.

2) Peningkatan Jumlah kayu olahan

Peningkatan Jumlah kayu olahan pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 69.422 m³ dapat terealisasi sebesar 188.533,56 m³ atau tercapai 271,58%. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang

Referensi

Dokumen terkait

Proses produksi dilakukan dalam skala rumahan dimana Putri Timus belum sepenuhnya menerapkan standar produksi berdasarkan kriteria Cara Produksi Pangan yang Baik –

Selanjutnya tahapan yang kedua adalah packaging, yaitu mengemas bagaimana sebuah konten media dapat disajkan secara menarik dan mendapat simpati masyarakat, umumnya

Kalimat dari segi susunan unsur subjek dan predikat dibedakan atas (1) kalimat biasa, (2) kalimat inversi.. Subjek pada penelitian ini adalah pola sintasis, sedangkan

 Namun  Ridley

4.1.16 Jumlah Tenaga Akademik dan Administrasi Pada Universitas Brawijaya menurut Fakultas dan Jenis Kelamin Tahun 2013/2014. Number of Full Time Academic and Administratif Staff

Multiple sistem atrophy adalah penyakit degeneratif yang memiliki gejala parkinsonisme, dengan atau tanda cerebellar dan gangguan autonomy

Anna Craft, Me-Refresh Imajinasi dan Kreativitas Anak-Anak, h.. kehidupan disekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak

Berdasarkan hasil penelitian Kriesat (2014) didapatkan bahwa memiliki pengalaman pribadi dalam menyusui tidak meningkatkan sikap menyusui (p = 0,35). Hasil penelitian