• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MEMAHAMI PANDANGAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA TERHADAP TINDAKAN MEDIS KEBIDANAN TENTANG EUTHANASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH MEMAHAMI PANDANGAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA TERHADAP TINDAKAN MEDIS KEBIDANAN TENTANG EUTHANASIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKALAH

MEMAHAMI PANDANGAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

TERHADAP TINDAKAN MEDIS KEBIDANAN TENTANG

EUTHANASIA

Disusun oleh :

1.

Diah Novitasari

2.

Lailatul Nasiroh

3.

Zubaidah

AKADEMI KEBIDANAN ISLAM AL HIKMAH JEPARA

2016

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Memahami Pandangan Agama-Agama Di Indonesia Terhadap Tindakan Medis Kebidanan Tentang Euthanasia.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Memahami Pandangan Agama-Agama Di Indonesia Terhadap Tindakan Medis Kebidanan Tentang Euthanasia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jepara, 15 Oktober 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 1 C. Tujuan ... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Euthanasia ... 3 B. Jenis-Jenis Euthanasia ... 4

C. Pandangan Agama-Agama Di Indonesia Terhadap Tindakan Medis Kebidanan Tentang Euthanasia ... 6

1. Euthanasia Dalam Perspektif Islam ... 6

2. Euthanasia Dalam Perspektif Katholik ... 7

3. Euthanasia Dalam Perspektif Kristen Protestan ... 8

4. Euthanasia Dalam Perspektif Agama Buddha ... 9

5. Euthanasia Dalam Perspektif Hindu ... 10

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan ... 12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang medis membagi proses kematian ke dalam tiga cara yaitu : pertama, Orthothansia ialah proses kematian yang terjadi karena proses ilmiah atau secara wajar, seperti proses ketuaan, penyakit dan sebagainya. Kedua, dysthanasia ialah proses kematian yang terjadi secara tidak wajar, seperti pembunuhan, bunuh diri dan lain-lain. Ketiga, euthanasia ialah proses kematian yang terjadi karena pertolongan dokter.

Euthanasia atau jenis kematian ketiga yang disebutkan diatas merupakan jenis kematian yang hingga saat ini menimbulkan dilema bagi para petugas medis khususnya dokter karena belum adanya ketetapan hukum. Karena tidak jarang pasien yang menderita penyakit parah dan sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh menginginkan dokter melakukan euthanasia terhadap dirinya atau pasien yang tidak sadarkan diri selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga keluarganya tidak tega melihat penderitaan yang dialami oleh pasien tersebut sehingga keluarga meminta kepada dokter untuk melakukan tindakan euthanasia. Baik itu dengan cara menghentikan pengobatan, memberikan obat dengan dosis yang berlebihan (over dosis), dan dengan berbagai macam cara lainnya.

Masalah euthanasia telah lama dipertimbangkan oleh beberapa kalangan. Mengenai pembahasan euthanasia ini masih terus di perdebatkan, terutama ketika masalahnya dikaitkan dengan pertanyaan bahwa menentukan mati itu hak siapa, dan dari sudut mana ia dilihat. Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat mengungkapkan suatu pandangan konprehensif mengenai euthanasia menurut 5 agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu euthanasia?

2. Bagaimana euthanasia menurut agama Islam? 3. Bagaimana euthanasia menurut agama Hindhu? 4. Bagaimana euthanasia menurut agama Budha?

5. Bagaimana euthanasia menurut agama Kristen Katolik? 6. Bagaimana euthanasia menurut agama Kisten Protestan?

(5)

2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa itu euthanasia?

2. Untuk mengetahui Bagaimana euthanasia menurut agama Islam? 3. Untuk mengetahui Bagaimana euthanasia menurut agama Hindhu? 4. Untuk mengetahui Bagaimana euthanasia menurut agama Budha?

5. Untuk mengetahui Bagaimana euthanasia menurut agama Kristen Katolik? 6. Untuk mengetahui Bagaimana euthanasia menurut agama Kisten Protestan?

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Euthanatos.” Eu berarti baik, tanpa penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau mati cepat tanpa derita.

Menurut kamus hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa tanpa rasa sakit untuk meringankan sakaratul maut seorang penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi.

Menurut pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Profesinya seorang dokter tidak boleh melakukan penguguran kandungan (Abortus Provocatus), mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).

Euthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai “kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan”. Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini.

Menurut Kamus Kedokteran euthanasia mengandung dua pengertian. Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.

Dapat disimpulkan bahwa Euthanasia merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja untuk mempermudah atau meringankan kematian seseorang pasien yang tingkat kesembuhannya kecil agar tidak merasakan penderitaan yang berkepanjangan atau untuk memperpanjang hidupnya dan hal ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.

Unsur-unsur euthanasia dilihat dari beberapa definisi di atas, antara lain : 1. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.

(7)

4

2. Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang hidup pasien.

3. Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk disembuhkan kembali. 4. Atas atau tanpa permintaan pasien atau keluarganya.

5. Demi kepentingan pasien dan keluarganya.

B. Jenis-Jenis Euthanasia

Euthanasia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dari mana sudut pandangnya atau cara melihatnya.

1. ditinjau dari cara dilaksanakannya

Berdasarkan cara pelaksanaannya, Euthanasia dapat dibedakan menjadi : a. Euthanasia pasif

Euthanasia pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien dengan cara menolak memberikan pertolongan seperti menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang menunjang hidup si pasien.

Hal ini sudah jelas, karena seorang pasien yang sedang menjalani perawatan pastilah didukung oleh obat-obatan sebagai salah satu tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis atau dokter demi kesembuhan pasien.

Apabila petugas medis/dokter membiarkan pasien meninggal atau pasien menolak untuk diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara menghentikan pemberian obatobatan bagi pasien, misalnya seperti memberhentikan alat bantu pernapasan (alat respirator) maka secara otomatis pasien meninggal. Cara yang dilakukan oleh dokter tersebut merupakan euthanasia pasif.

b. Euthanasia aktif

Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui intervensi atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk mengakhiri hidup pasien.

Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk membuat pasien yang bersangkutan meninggal, baik dengan cara memberikan obat bertakaran tinggi (over dosis) atau menyuntikkan obat dengan dosis atau cara lain yang dapat mengakibatkan kematian.

Euthanasia aktif dibagi lagi menjadi euthanasia aktif langsung (direct) dan euthanasia aktif tidak langsung (indirect).

(8)

5

1) Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini biasa disebut 12 mercy killing. Contohnya, dokter memberikan suntikan zat yang dapat segera mematikan pasien.

2) Euthanasia aktif tidak langsung adalah keadaan dimana dokter atau tenaga medis melakukan tindakan medik tidak secara langsung untuk mengakhiri hidup pasien, namun mengetahui adanya resiko yang dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Contohnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.

2. Ditinjau dari permintaan

Bagi pasien yang harapannya untuk sembuh sangat kecil biasanya mengajukan permintaan kepada petugas medis untuk mengakhiri hidupnya agar pasien tersebut tidak mengalami penderitaan yang berkepanjangan.

Berdasarkan hal tersebut, maka Euthanasia dapat dibedakan menjadi : a. Euthanasia voluntir

Euthanasia voluntir adalah euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis berdasarkan permintaan dari pasien sendiri. Permintaan ini dilakukan oleh pasien dalam kondisi sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun. Dengan kata lain, pasien menginginkan dilakukannya euthanasia secara sukarela karena berdasarkan permintaannya sendiri dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

b. Euthanasia involuntir

Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah tidak sadar. Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal dari pihak ketiga yaitu keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biaya perawatan yang mahal sehingga tidak bisa ditanggung lagi oleh keluarga pasien, kasihan terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan lainnya.

Menurut Leenen terdapat beberapa kasus yang disebut pseudo-euthanasia atau euthanasia semu, yang tidak dapat dimasukkan pada larangan hukum pidana.

(9)

6

2. Pengakhiran perawatan medis karena gejala mati batang otak. Jantung masih berdenyut, peredaran darah dan pernapasan masih berjalan, tetapi tidak ada kesadaran karena otak seratus persen tidak berfungsi, misalnya akibat kecelakaan berat.

3. Pasien menolak perawatan atau bantuan medis terhadap dirinya.

4. Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa tidak terlawan (force majure).

5. Penghentian perawatan/pengobatan/bantuan medis yang diketahui tidak ada gunanya

C. Pandangan Agama-Agama Di Indonesia Terhadap Tindakan Medis Kebidanan Tentang Euthanasia

1. Euthanasia Dalam Perspektif Islam

Dalam fiqh Islam, euthanasia ini diistilahkan dengan qatl ar-rahmah (membunuh karena kasihan) atau taisir al-maut (mempermudah kematian).

Berikut ini adalah fatwa MUI mengenai Euthanasia yaitu

a. Menurut ajaran Islam, hukum Euthanasia adalah haram, karena hak untuk menghidupkan dan mematikan manusia hanya berada di tangan Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 156 :

“Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS. Ali Imran, 3 : 156”]

b. Euthanasia merupakan suatu tindakan bunuh diri yang diharamkan oleh Allah SWT sebagaimana telah difirmankan dalam surat an-Nisa’, ayat 29 :

“Dan jangan kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”[ An-Nisa’, 4 : 29].

Demikian juga firman-Nya dalam surat al-An’am, ayat 151 :

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. [QS. Al-An’am :151].

c. Seseorang yang sengaja melakukan tindakan bunuh diri, meskipun dengan cara melakukan Euthanasia maka selamanya akan menjadi penghuni neraka Jahanam. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah RA sebagai berikut :

(10)

7

“Barangsiapa sengaja menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri kemudian ia mati, maka kelak ditempatkan di neraka Jahannam selama-lamanya dalam keadaan selalu menjatuhkan diri. Barangsiapa sengaja menenggak racun untuk bunuh diri kemudian ia mati, maka kelak ditempatkan di neraka Jahannam selama-lamanya dalam keadaan menenggak racun. Dan barangsiapa sengaja melakukan bunuh diri dengan besi kemudian ia mati, maka kelak ditempatkan di neraka Jahannam selama-lamanya dalam keadaan sakit karena menusukkan besi ke dalam tubuhnya sendiri”.

d. Seseorang yang menderita suatu penyakit, betapapun parahnya dan sekalipun tidak ada harapan untuk disembuhkan adalah sedang diuji oleh Allah SWT; apakah dia bersabar dalam menghadapi musibah atau tidak. Demikian juga keluarganya. Oleh karena itu ia tidak boleh meminta kepada dokter atau orang lain agar dipercepat kematiannya. Satu-satunya yang boleh dilakukan adalah berdo’a kepada Allah SWT dengan do’a sebagai berikut :

اذا ىنفوت و ىل اريخ ةايحل اتناك ام ىنيحأ مهللا

ىل اريخ ةافولا تناك

“Ya Allah hidupkanlah aku sepanjang hidup itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku sepanjang kematian itu lebih baik bagiku”.

2. Euthanasia Dalam Perspektif Katholik

Dari pihak Gereja Katolik, melalui ensiklik “Mystici Corporis” Paus Pius XII mengecam pembantaian orang Yahudi “eugenic eutanasia” yang dilakukan Nazi Jerman pada masa Perang Dunia II sebagai tindakan kekerasan melawan Allah.

Sejak awal Gereja sudah mengecam tindakan bunuh diri atau eutanasia ini. Salah satu tokohnya ialah Pastor Hermas (140-55). St. Yustinus Martir dan St. Agustinus pun menolak secara tegas eutanasia ini, karena melawan cinta Allah yang memberi kehidupan, manusia adalah milik Allah secara utuh.

Pada zaman ini melalui ensiklik Paus Yohanes Paulus II “Evangelium

Vitae” pada tahun 1995, Gereja menegaskan kembali pentingnya membela kehidupan manusia yang telah dirusak oleh manusia itu sendiri melalui tindakan eutanasia. Oleh karena itu, Gereja menolak dengan tegas eutanasia ini.

Menurut Kongregasi Suci Ajaran Iman yang dikeluarkan pada 5 Mei 1980, dikenal beberapa bentuk eutanasia:

(11)

8

Tindakan medis atau pemberian obat untuk mempercepat kematian seseorang dan secara moral sama dengan pembunuhan. Dibedakan menjadi eutanasia aktif/positif langsung dan tak langsung.

1) Eutanasia aktif/positif langsung

Eutanasia aktif/positif langsung ini dibedakan lagi, yakni atas kehendak pasien (Voluntary Active Eutanasia) dan tanpa kehendak pasien (Involuntary Active Eutanasia).

2) Eutanasia aktif/positif tidak langsung

Tindakan medis dengan tujuan mengurangi rasa sakit dengan akibat samping yang dapat mempercepat proses kematian.

b. Eutanasia Pasif atau Negatif

Tindakan untuk menghentikan kegiatan medis yang membantu pasien bertahan hidup dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini masih dibenarkan sejauh merupakan tindakan luar biasa dan diatur sesuai dengan keadaan pasien. Dalam kalangan umum, eutanasia pasif tidak dipakai lagi, diganti dengan istilah Letting Die, yakni upaya memberikan kesempatan kepada pasien untuk memutuskan pilihannya dalam menghadapi sakitnya.

Melalui deklarasi tentang eutanasia pada tanggal 5 Mei 1980, Kongregasi Suci Ajaran Iman mengajak umat memperhatikan hidup manusia. Hidup manusia itu sangat bernilai. Orang tidak boleh semena-mena merampas hidup manusia.

Dalam deklarasi ini diberikan dasar-dasar yang tegas tentang eutanasia dan mengajarkan bahwa eutanasia aktif langsung ditolak dengan tegas karena sama dengan pembunuhan.

3. Euthanasia Dalam Perspektif Kristen Protestan

Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu pelaksanaan eutanasia.

Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya :

Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : ” penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut

(12)

benar-9

benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut”.

Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.

Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.

Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.

Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah “bunuh diri” dan “pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut “kekudusan kehidupan” sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

4. Euthanasia Dalam Perspektif Agama Buddha

Dalam sudut pandang Buddhis, kasus euthanasia seharusnya tidak boleh dilakukan karena merupakan suatu pembunuhan yang menyebabkan karma buruk.

Agama Buddha menanggapi masalah euthanasia antara setuju dengan tidak setuju. Alasan tidak boleh dilakukannya euthanasia adalah kita sebagai umat Buddha tidak boleh membunuh, adanya kemungkinan untuk sembuh bagi orang yang menderita penyakit maupun yang sedang dalam keadaan koma. Kita harus merawat dengan sekuat tenaga terhadap keluarga kita yang mengalami penyakit yang parah maupun dalam keadaan koma. Misalnya orang yang sakit yang ingin dieuthanasia saja karena sudah tidak tahan dengan sakit yang dideritanya, maka kita sebagai keluarganya tidak memperbolehkan hal tersebut karena hal tersebut adalah bunuh diri. Misalnya orang tersebut jadi melakukan euthanasia maka akan menambah karma

(13)

10

buruknya sendiri karena ia menyuruh seseorang untuk membunuh dan ia melakukan bunuh diri.

Kasus euthanasia banyak dilakukan dengan alasan ekonomi karena pihak keluarga tidak mempunyai uang yang cukup untuk merawat orang yang sedang menderita penyakit yang parah maupun yang mengalami koma. Orang yang sakit tersebut misalnya dirawat dirumah sakit dalam waktu yang lama. Keluarga sudah tidak sanggup membayar biaya dirumah sakit dan sudah tidak ada orang yang membantu maka seharusnya dibawa kerumah dan dirawat dirumah karena tidakl mempunyai biaya. Keluarga tidak boleh melakukan euthanasia tetapi harus merawatnya dengan sekuat tenaga meskipun orang yang sakit sudah sangat menderita. Ada kasus misalnya orang dirumah sakit dalam kondisi koma dan sangat tergantung pada peralatan medis. Keluarganya tidak bisa lagi menanggung biayanya bila peralatan medisnya dicabut maka ia akan mati. Hal tersebut yang mengharuskan untuk melakukan euthanasia karena keadaan tersebut. Kasus euthanasia sering dilakukan dengan alasan ekonomi.

Umat Buddha seharusnya menghindari euthanasia karena merupakan pembunuhan. Terlebih lagi misalnya orang tua kita sendiri yang akan kita euthanasia, hal tersebut adalah suatu karma buruk yang sangat berat dan mengakibatkan lahir dialam neraka.

Euthanasia boleh dilakukan dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan. Contohnya dalam kasus diatas orang yang dalam kondisi koma yang tergantung pada peralatan medis. Umat Buddha sebisa mungkin menghindari euthanasia. Kita harus berusaha semaksimal mungkin merawat keluarga kita yang mengalami penyakit yang sangat parah dan mengalami koma tanpa melakukan euthanasia.

5. Euthanasia Dalam Perspektif Hindu

Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia adalah didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa. Karma adalah merupakan suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Sebagai akumulasi terus menerus dari "karma" yang buruk adalah menjadi penghalang "moksa" yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari penganut ajaran Hindu.

(14)

11

Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan" atau pantang menyakiti siapapun juga. Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu faktor yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma" buruk.

Kehidupan manusia adalah merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali. Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada didunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan.

(15)

12

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah, bagus, terhormat atau gracefully and with dignity, dan thanatos yang berarti mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik. Jadi sebenarnya secara harfiah, euthanasia tidak bisa diartikan sebagai suatu pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.

2. Euthanasia menurut Agama Islam. Euthanasia dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa MUI, tidak diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Lebih lanjut, KH Ma’ruf Amin ( Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia ) mengatakan, euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus.

3. Euthanasia menurut Agama Hindu. Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada didunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu dimana seharusnya ia menjalani kehidupan (Catatan : misalnya umurnya waktu bunuh diri 17 tahun dan seharusnya ia ditakdirkan hidup hingga 60 tahun maka 43 tahun itulah rohnya berkelana tanpa arah tujuan), setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima hukuman lebih berat dan akhirnya ia akan kembali ke dunia dalam kehidupan kembali (reinkarnasi) untuk menyelesaikan “karma” nya terdahulu yang belum selesai dijalaninya kembali lagi dari awal

4. Euthanasia menurut Agama Buddha. Euthanasia atau mercy killing baik yang aktif atau pasif tidak dibenarkan dalam agama Buddha karena perbuatan membunuh atau mengakhiri kehidupan seseorang ini, walaupun dengan alasan kasih sayang, tetap melanggar sila pertama dari Pancasila Buddhis. Perbuatan membunuh atau mengakhiri hidup seseorang ini sesungguhnya tidak mungkin dapat dilakukan dengan kasih sayang atau karuna.

5. Euthanasia menurut Agama Kristen Katolik. Para Uskup Gereja Katolik mengukuhkan bahwa eutanasia itu pelanggaran berat hukum Allah, karena berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moril tidak dapat diterima” (Evangelium Vitae, No. 65).

(16)

13

6. Euthanasia menurut Agama Kristen Protestan. Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya : Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : ” penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut”. Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Muawiah, Abu. 2011. Euthanasia Dalam Perspektif Islam. Http://Al-Atsariyyah.Com/Euthanasia-Dalam-Perspektif-Islam.Html

Stefanus Tay & Ingrid Tay. 2014. Apa Pandangan Gereja Katolik Tentang Euthanasia?.

Http://Www.Katolisitas.Org/Apa-Pandangan-Gereja-Katolik-Tentang-Euthanasia/ Maria, Serafim. 2011. Eutanasia Dan Iman Kristiani.

Http://Www.Carmelia.Net/Index.Php/Artikel/Tanya-Jawab-Iman/64-Eutanasia-Dan-Iman-Kristiani

Erl Shi Jiu Zhen. 2010. Euthanasia Dan Agama Buddha.

Https://Amitofo.Wordpress.Com/2010/04/22/Euthanasia-Dan-Agama-Buddha/

Sarjono, Anastasia. 2014. Tesis : Euthanasia Dan Hak Hidup Menurut Perspektif Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 (Tentang Hak Asasi Manusia). Universitas Negeri Gorontalo. Http://Eprints.Ung.Ac.Id/276/4/2013-2-74201-271409009-Bab2-09012014112333.Pdf.

Tukul, Bajang. 2008. Perdebatan Etis Atas Euthanasia (Perspektif Filsafat Moral). Yogyakarta : Perpustakaan Digital Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id/1276/1/Bab%201,%20bab%20v,%20daftar%20pustaka.Pdf

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan, 1) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan paradigma Penelitian Tindakan Sekolah; 2) Menetapkan komponen yang dikontrakkan; 3) Memberi motivasi

data berdasarkan kriteria kinerja, kinerja pelayaran, dan kinerja pelabuhan.  Rute Pemenang penurunan kinerja sampai tahun 2019 dengan rata-rata penurunan kinerja pelayaran

Menyimpulkan bahwa konsep Good Corporate Governance antara bank konvensional dengan bank syariah pada dasarnya adalah sama, namun yang menjadi pembeda diantara

Melakukan bimbingan dan fasilitasi bagi lembaga untuk mendapatkan pemahaman mengenai ketentuan jenis dan jumlah ruang yang seharusnya dipenuhi, serta membantu memberikan solusi bagi

Pengelolaan perikanan dapat diterapkan melalui penyediaan zona terbatas, zona pemanfaatan, izin perikanan, implementasi perlindungan spe- sies kunci, implementasi pengawasan

Based on abundant multi-source data, the paper applies data fusion into the production and updating of spatial data, which can gather the advantages of existing data to get

Capaian Program Persentase Pelaksanaan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat Terkait Mekanisme Dini Dan Pencegahan Dini Dalam Menangkal Ancaman Dari Dalam Dan Luar.

Our goal of the 3D Digital Model Database for wooden construction is to fully demonstrate the earlier wooden constructions information of all aspect that we have collected