• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN

KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012)

YENI MARLINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Yeni Marlina

(4)

ABSTRAK

YENI MARLINA. Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012). Dibimbing oleh ALLA ASMARA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor periode 2006-2012. Analisis yang digunakan adalah analisis kontribusi sektor, Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), Model Rasio pertumbuhan (MRP) dan overlay (dari PB, RPs, dan MRP). Penelitian dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor secara umum dan lebih spesifik dilakukan terhadap 28 subsektor perekonomian Kota Bogor. Data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor dan PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2006-2012. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga sektor unggulan yaitu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sementara untuk subsektor unggulan, terdapat lima subsektor unggulan yaitu, subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki, subsektor air bersih, subsektor lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan.

Kata kunci: Location Quotient (LQ), MRP, overlay, Sektor Unggulan, Shift Share

(SS).

ABSTRACT

YENI MARLINA. Analysis Leading Economic Sector of Bogor City (Period 2006-2012). Supervised by ALLA ASMARA.

This research aims to analyze the leading economic sector of Bogor City in 2006-2012. The analysis used in this research is the contribution analysis of sector, Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), ratio of growth models and overlay (from PB, RPs, and MRP). This research is conducted on the nine economic sectors and specifically on 28 economic subsectors of Bogor City. The data used in this research is the Gross Domestic Product (GDP) of Bogor City and GDP of West Java Province in 2006-2012. The result showed that there are three leading sectors, which are trade, hotel, and restaurant sector, manufacturing sector, and electricity, gas, and water supply sector. As for the subsector, there are five leading subsector, which are wholesale and retail trade subsector, textile, leather good, and footwear subsector, water supply subsector, financial institutions other than bank subsector, and building leasing subsector.

Keywords: Leading sector, Location Quotient (LQ), MRP, overlay, Shift Share (SS).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN

KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012)

Nama : Yeni Marlina

NIM : H14080036

Disetujui oleh

Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Sektor Unggulan Dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012) ini telah dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan saran, motivasi, dan dukungan bagi kelancaran penyusunan skripsi ini. Tak lupa pula ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

METODE PENELITIAN 5

Jenis dan Sumber Data 5

Metode Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Ekonomi Kota Bogor 15

Analisis Local Quotient 17

Analisis Shift Share 19

Analisis Model Rasio Pertumbuhan Perekonomian Kota Bogor 25

Analisis Sektor Unggulan 26

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 30

(10)

DAFTAR TABEL

1. PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha

tahun 2006-2012 (juta rupiah) 1

2. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun

2006-2012 (dalam persen) 2

3. Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota

Bogor tahun 2005-2012 14

4. Kontribusi masing-masing subsektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun

2006-2012 (dalam persen) 16

5. Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 9 sektor PDRB tahun

2006-2012 17

6. Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 28 subsektor PDRB

tahun 2006-2012 18

7. Analisis shift share 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012

(juta rupiah) 19

8. Analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun

2006-2012 (juta rupiah) 20

9. Nilai Pergeseran Bersih (PB) 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun

2006-2012 24

10. Nilai Pergeseran Bersih (PB) 28 subsektor perekonomian Kota Bogor

tahun 2006-2012 24

11. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 9 sektor perekonomian Kota Bogor 25 12. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 28 subsektor perekonomian Kota

Bogor 26

13. Analisis overlay 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 27 14. Analisis overlay 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun

2006-2012 28

DAFTAR GAMBAR

1. Kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor tahun

2006-2012 dalam persen 3

2. Profil pertumbuhan sektor perekonomian 12

3. Profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan 9 sektor 22 4. Profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan 28 subsektor 23

DAFTAR LAMPIRAN

1. PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha

tahun 2006-2012 (Juta rupiah) 33

2. PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usahanya tahun 2006-2012 (Juta rupiah) 36 3. Perhitungan kontribusi sektor dan subsektor terhadap PDRB Kota Bogor

tahun 2006-2012 (dalam persen) 38

4. Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Bogor tahun 2006-2012 38 5. Perhitungan Shift Share (SS) Kota Bogor tahun 2006-2012 38

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Menurut Tjitroresmi dan Dharmawan (2007), dalam era otonomi daerah, banyak kabupaten/kota yang memfokuskan pada pemanfaatan potensi unggulan sebagai ladang peningkatan pendapatan asli dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah.

Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki oleh daerah (Buhana dan Masyhuri, 2006).

Kota Bogor secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Perekonomian Kota Bogor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salahsatu peningkatan tersebut dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 1 menunjukkan peningkatan PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha pada tahun 2006 sampai tahun 2012.

Tabel 1 PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2006-2012 (juta rupiah)

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 1. Pertanian 12 323.95 13 121.58 13 539.61 13 539.61 13 975.80 14 372.41 14 692.08 2. Pertambangan dan Penggalian 116.24 118.31 120.53 121.98 123.85 112.12 101.81 3. Industri Pengolahan 1 059 336.89 1 126 541.95 1 197 768.02 1 273 762.00 1 355 090.75 1 439 103.05 1 527 428.91 4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 119 970.03 128 090.57 136 829.56 146 236.51 156 395.94 167 329.84 179 083.37 5. Bangunan 276 736.82 288 023.99 299 804.17 312 096.14 324 954.50 338 436.87 352 056.83 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1 140 159.58 1 205 111.94 1 267 518.19 1 331 874.52 1 398 254.93 1 472 079.82 1 550 221.93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 368 420.39 394 451.07 422 723.25 453 533.00 487 253.72 522 364.70 559 053.23 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 522 979.71 560 780.48 602 517.87 648 625.82 702 828.58 762 347.03 827 077.55 9. Jasa-Jasa 282 230.09 296 907.60 312 418.61 328 915.49 346 556.29 365 336.85 384 413.63 Total PDRB 3 782 273.71 4 012 743.18 4 252 821.78 4 508 705.07 4 785 434.36 5 081 482.69 5 394 161.34 Sumber : BPS Kota Bogor, 2013

Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Kontribusi terbesar dalam PDRB Kota Bogor diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1 550 221.93 juta rupiah atau 28.74 persen pada tahun 2012. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor 1

(12)

2

2

unggulan dalam perekonomian Kota Bogor yang terus dikembangkan. Sektor tersebut memang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Bogor tetapi persentase kontribusinya terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 30.14 persen, yang kemudian turun sebesar 1.4 persen menjadi 28.74 persen pada tahun 2012. Tidak hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami penurunan kontribusi dari tahun 2006 sampai tahun 2012, sektor lain seperti sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa juga mengalami penurunan persentase kontribusi. Kontribusi masing-masing sektor dalam persen terhadap PDRB Kota Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2006-2012 (dalam persen)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata- rata

1. Pertanian 0.33 0.32 0.31 0.30 0.29 0.28 0.27 0.30

2. Pertambangan dan

penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3. Industri pengolahan 28.01 28.07 28.16 28.25 28.32 28.32 28.32 28.21 4. Listrik, gas, dan air bersih 3.17 3.19 3.22 3.24 3.27 3.29 3.32 3.24

5. Bangunan 7.32 7.18 7.05 6.92 6.79 6.66 6.53 6.92

6. Perdagangan, hotel, dan

restoran 30.14 30.03 29.80 29.54 29.22 28.97 28.74 29.49

7. Pengangkutan dan

komunikasi 9.74 9.83 9.94 10.06 10.18 10.28 10.36 10.06

8. Keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan 13.83 13.97 14.17 14.39 14.69 15.00 15.33 14.48

9. Jasa-jasa 7.46 7.40 7.35 7.30 7.24 7.19 7.13 7.29

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013 (diolah)

Sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang mengalami peningkatan persentase kontribusi terhadap PDRB Kota Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Peningkatan kontribusi terbesar terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pada tahun 2006 berkontribusi sebesar 13.83 persen kemudian meningkat sebesar 1.5 persen menjadi 15.33 persen pada tahun 2012.

Dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kota Bogor tahun 2010-2014 disebutkan misi mengembangkan perekonomian masyarakat yang bertumpu pada kegiatan jasa perdagangan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan dalam perekonomian terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor. Penurunan persentase kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dari tahun 2006 sampai tahun 2012 memunculkan pertanyaan adakah sektor unggulan lain yang dapat dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor yang memiliki sifat-sifat unggulan sehingga pengembangannya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.

PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan suatu wilayah. PDRB dapat menggambarkan kegiatan roda perekonomian yang dilakukan masyarakat suatu daerah yang pada akhirnya menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyatnya (BAPPEDA Kota Bogor, 2013). Menurut Tarigan (2005), satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah

(13)

3 sektor unggulan. Namun menurut penelitian Parulian (2010), sektor unggulan tidak dapat diartikan bahwa seluruh subsektor yang termasuk dalam sektor tersebut juga merupakan subsektor unggulan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan spesifikasi sektor unggulan dan non unggulan untuk mencari sektor unggulan selain sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lebih spesifik lagi perlu dilakukan juga spesifikasi subsektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan sektor dan 28 subsektor dalam perekonomian Kota Bogor. Penelitian mengenai spesifikasi sektor dan subsektor unggulan dan non unggulan penting dilakukan. Spesifikasi tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah Kota Bogor dalam mengembangkan sektor dan subsektor perekonomian untuk meningkatkan PDRB dan membantu dalam penentuan kebijakan terutama dalam pegalokasian dana APBD agar sektor dan subsektor unggulan lebih diprioritaskan sehingga dapat lebih meningkatkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar (dominan) terhadap PDRB Kota Bogor. Tahun 2012, sektor ini memberikan kontribusi sebesar 1 550 221.93 juta rupiah atau 28.74 persen. Walaupun sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB dari tahun 2006 sampai 2012, tetapi persentase kontribusi sektor ini terus menurun dari tahun 2006 sampai 2012. Penurunan tersebut sebesar 1.4 persen dari 30.14 persen pada tahun 2006 menjadi 28.74 persen pada tahun 2012. Gambar 1 menunjukkan kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor dalam persen.

Gambar 1 Kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2006-2012 dalam persen

0,330 0,320 0,310 0,30 0,290 0,280 0,270 28,01 28,07 28,16 28,25 28,32 28,32 28,32 3,17 3,19 3,22 3,24 3,27 3,29 3,32 7,32 7,18 7,05 6,92 6,79 6,66 6,53 30,14 30,03 29,8 29,54 29,22 28,97 28,74 9,74 9,83 9,94 10,06 10,18 10,28 10,36 13,83 13,97 14,17 14,39 14,69 15 15,33 7,46 7,4 7,35 7,3 7,24 7,19 7,13 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian Pertambangan dan penggalian

Industri pengolahan Listrik, gas, dan air bersih

Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran

Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa

(14)

4

4

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan dalam perekonomian terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor. Penurunan persentase kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dari tahun 2006 sampai tahun 2012 memunculkan pertanyaan adakah sektor unggulan lain yang dapat dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor yang memiliki sifat-sifat unggulan sehingga pengembangannya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor. Terdapat sembilan sektor dalam perekonomian Kota Bogor dan masing-masing sektor terdiri dari beberapa subsektor. Subsektor yang terdapat dalam sektor unggulan belum tentu merupakan subsektor unggulan juga. Maka dari itu diperlukan juga spesifikasi sektor dan subsektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kota Bogor.

Menurut Tabrani (2008), hal penting yang perlu dianalisis dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah bagaimana perencanaan tersebut diarahkan untuk dapat memberikan akselerasi atau percepatan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi setiap sektor yang terdapat dalam perekonomian tersebut. Dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah, saat ini perhatian diberikan tidak hanya pada perekonomian wilayah secara umum, namun perhatian yang mendalam perlu juga diberikan kepada upaya untuk melakukan identifikasi sektor unggulan.

Spesifikasi sektor dan subsektor unggulan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan menentukan prioritas untuk memajukan perekonomian Kota Bogor. Sifat sektor dan subsektor unggulan yang tumbuh dominan, kompetitif dan surplus dapat dijadikan fokus untuk meningkatkan potensi sektor dan subsektor unggulan di Kota Bogor. Pengembangan sektor dan subsektor unggulan dapat meningkatkan sumbangan subsektor tersebut terhadap PDRB Kota Bogor. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu perhitungan dan analisis sektor dan subsektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor periode 2006-2012.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus utama pada penelitian ini. Permasalahan-permasalahannya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi sumbangan masing-masing sektor dan subsektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor?

2. Subsektor apa sajakah yang termasuk sektor dan subsektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor periode 2006-2012?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis kontribusi masing-masing sektor dan subsektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor.

2. Menganalisis sektor dan subsektor unggulan di Kota Bogor periode 2006-2012.

(15)

5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan untuk pengelolaan di tingkat Kota Bogor dalam merencanakan dan mengembangkan perekonomian Kota Bogor.

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kontribusi sektor, analisis LQ (Local Quotient), analisis SS (Shift Share), MRP (Model Rasio Pertumbuhan) dan analisis overlay. Analisis sektor dan subsektor unggulan dilakukan berdasarkan kontribusi sektor dan subsektor ekonomi yang dominan terhadap PDRB Kota Bogor dan juga menggunakan analisis overlay. Analisis overlay dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis dari LQ, SS, dan MRP. Sektor dan subsektor unggulan adalah sektor dan subsektor yang mempunyai nilai positif dari ketiga alat analisis yang digunakan.

Penulis menggunakan periode 2006-2012 karena pada periode tersebut perekonomian Kota Bogor terus meningkat dan jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi, sejak tahun 2006 terjadi pergeseran perilaku sektoral. Pergeseran perilaku sektoral tersebut dapat dilihat dari bergesernya sektor sekunder yang pada tahun sebelumnya memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada sektor primer dan sektor tersier, pada tahun 2006 hingga tahun 2012 sektor tersierlah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi disusul oleh sektor sekunder dan sektor primer. Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan sektor dan 28 subsektor perekonomian Kota Bogor.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDRB Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000 pada periode tahun 2006-2012, serta data-data lain yang masih terkait dengan penelitian ini. Data diperoleh dari BPS Kota Bogor dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih relevan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kontribusi sektor, LQ, analisis SS, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan analisis sektor unggulan. Pengolahan data pada penelitian menggunakan program Microsoft Excel 2007.

(16)

6

6

Analisis Kontribusi Sektor Ekonomi Kota Bogor

Analisis ini dilakukan dengan cara mencari nilai kontribusi sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor. Dalam penelitian ini, analisis juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor.

𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡 = 𝑌𝑖𝑡

𝑌𝑡 𝑥 100% (3.1)

Keterangan:

Yit = Nilai PDRB Kota Bogor sektor i pada tahun t

Yt = Nilai total PDRB Kota Bogor pada tahun t

Analisis LQ (Location Quotient)

Menurut Tarigan (2005), location quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah perbandingan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Analisis LQ memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada di atas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu.

Metode ini digunakan untuk melihat sektor yang termasuk ke dalam kategori basis dan non basis. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua subsektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat dituliskan:

𝐿𝑄 = 𝑆𝑖𝑏⁄𝑆𝑏 𝑆𝑖𝑎⁄𝑆𝑎

(3.2)

Keterangan:

Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kota Bogor)

Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kota Bogor)

Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat)

Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat)

Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i

dikategorikan sebagai sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Bogor lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Bogor lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini, analisis LQ juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu:

1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kota Bogor) identik dengan pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat).

(17)

7 2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh

wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya.

3. Setiap penduduk di Kota Bogor mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat provinsi Jawa Barat.

Analisis SS (Shift Share)

Analisis shift share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor/industri di suatu daerah dengan wilayah nasional secara lebih tajam. Metode ini memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel yang tidak dapat dijelaskan dalam metode LQ. Analisis SS menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya (Tarigan, 2005) Budiharsono (2001), analisis shift share merupakan teknik analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja. Teknik ini melihat perkembangan produksi ataupun kesempatan kerja di suatu wilayah di suatu titik waktu. Tujuan analisis shift share adalah untuk menetukan produktifitas kerja perekonomian daerah yang lebih besar (regional atau nasional).

Pertumbuhan sektor perekonomian di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu:

1. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

Komponen PR adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan, ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu wilayah atau sektor. Bila diasumsikan tidak ada perubahan karakteristik antar sektor dan antar wilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri, dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

Komponen PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan regional pada wilayah tersebut.

Kelebihan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993), kelebihan-kelebihan analisis shift share adalah : 1. Analisis shift share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja suatu

wilayah hanya pada dua titik waktu, satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis dan titik waktu lainnya dijadikan akhir analisis.

2. Perubahan PDRB disuatu wilayah antara tahun dasar analisis dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu PR, PP, PPW.

(18)

8

8

3. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahkan sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor tersebut.

4. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat dayasaing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi di wilayah lainnya.

5. Jika presentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya

shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Kelemahan Analisis Shift Share

Menurut Soepono (1993), kelemahan shift share adalah :

1. Analisis shift share tidak lebih daripada suatu teknik pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah yang menjadi komponen-komponen. Metode ini tidak menjelaskan mengapa suatu masalah terjadi. Metode ini lebih kepada perhitungan semata dan tidak analitik.

2. Komponen PR secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab laju pertumbuhan wilayah.

3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran, perubahan teknologi, perubahan lokasi, sehingga tidak dapat berkembang dengan baik. 4. Analisis shift share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang

dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian.

Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kota Bogor) sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Dalam penelitian ini analisis SS juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor.

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kota Bogor.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kota Bogor dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sembilan sektor ekonomi dan lebih spesifik terhadap 28 subsektor ekonomi yang terdapat pada sembilan sektor perekonomian Kota Bogor.

4. Menghitung perubahan indikator ekonomi.

(19)

9

𝑌𝑖 = ∑𝑚𝑗=1𝑌𝑖𝑗 (3.3)

Keterangan:

Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis

Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis.

𝑌′𝑖 = ∑𝑚𝑗=1𝑌′𝑖𝑗 (3.4)

Keterangan:

Y’i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Y’

ij= PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis

c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut :

∆𝑌𝑖𝑗 = 𝑌′𝑖𝑗− 𝑌𝑖𝑗 (3.5) d) Persentase perubahan PDRB %∆𝑌𝑖𝑗 = (𝑌′𝑖𝑗−𝑌𝑖𝑗) 𝑌𝑖𝑗 ⋅ 100% (3.6) Keterangan:

ΔYij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor Y

ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis

Y’

ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis

5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi

Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra.

a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor)

𝑟𝑖 = 𝑌′𝑖𝑗−𝑌𝑖𝑗

𝑌𝑖𝑗 (3.7)

Keterangan:

Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat)

𝑅𝑖 = 𝑌′𝑖−𝑌𝑖

𝑌𝑖 (3.8)

Keterangan:

Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar

analisis

Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir

analisis

c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat)

𝑅𝑎 = 𝑌′..−𝑌..

𝑌.. (3.9)

Keterangan:

(20)

10 10

Y’.. = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis 6. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah

a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

𝑃𝑅𝑖𝑗 = (𝑅𝑎)𝑌𝑖𝑗 (3.10)

Keterangan: PR

ij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kota

Bogor

Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat Y

ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis

b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

𝑃𝑃𝑖𝑗 = (𝑅𝑖 − 𝑅𝑎)𝑌𝑖𝑗 (3.11)

Keterangan: PP

ij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kota

Bogor

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat

Y

ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis

Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut: a. Jika, PP

ij < 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kota

Bogor laju pertumbuhannya lambat.

b. Jika, PPij > 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kota Bogor laju pertumbuhannya cepat.

c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗 = (𝑟𝑖 − 𝑅𝑖)𝑌𝑖𝑗

(3.12)

Keterangan: PPW

ij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah

Kota Bogor

ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor

Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Y

ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis

Jika: PPW

ij > 0, maka sektor i pada wilayah Kota Bogor mempunyai daya

saing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah Kota Bogor mempunyai daya saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 7. Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut:

a) Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kota Bogor), dirumuskan sebagai berikut :

(21)

11

∆𝑌𝑖𝑗 = 𝑃𝑅𝑖𝑗 + 𝑃𝑃𝑖𝑗+ 𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗 (3.13)

∆𝑌𝑖𝑗 = 𝑌′𝑖𝑗 − 𝑌𝑖𝑗 (3.14)

b) Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :

∆𝑌𝑖𝑗 = 𝑃𝑅𝑖𝑗 + 𝑃𝑃𝑖𝑗+ 𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗

𝑌′𝑖𝑗− 𝑌𝑖𝑗 = 𝑌𝑖𝑗(𝑅𝑎) + 𝑌𝑖𝑗(𝑅𝑖 − 𝑅𝑎) + 𝑌𝑖𝑗(𝑟𝑖 − 𝑅𝑖) (3.15) c) Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :

%𝑃𝑅𝑖𝑗 = 𝑅𝑎 (3.16) %𝑃𝑃𝑖𝑗 = 𝑅𝑖 − 𝑅𝑎 (3.17) %𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗 = 𝑟𝑖 − 𝑅𝑖 (3.18) atau %𝑃𝑅𝑖𝑗 = (𝑃𝑅𝑖𝑗) 𝑌⁄ 𝑖𝑗∗ 100% (3.19) %𝑃𝑃𝑖𝑗 = (𝑃𝑃𝑖𝑗) 𝑌⁄ 𝑖𝑗∗ 100% (3.20) %𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗 = (𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗) 𝑌⁄ 𝑖𝑗 ∗ 100% (3.21)

8. Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran bersih (PB)

𝑃𝐵𝑖𝑗 = 𝑃𝑃𝑖𝑗 + 𝑃𝑃𝑊𝑖𝑗 (3.22)

Jika:

PBij > 0, menunjukkan bahwa sektor tersebut pertumbuhan progressive

(maju).

PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor tersebut pertumbuhan tidak

progressive.

9. Menganalisis profil pertumbuhan sektor perekonomian

Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu:

1. Kuadran I, PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya).

2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif).

3. Kuadran III, PP dan PPW nya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.

4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif).

Gambar profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dilihat pada gambar 2. Pada Gambar 2 terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang

(22)

12 12

membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih.

Gambar 2 Profil pertumbuhan sektor perekonomian Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Merupakan alat untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial dengan formula :

a. Rasio pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

RPs adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan/tenaga kerja kegiatan i wilayah studi dengan laju pertumbuhan pendapatan/tenaga kerja kegiatan i di wilayah referensi.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

RPr adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan/tenaga kerja kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB)/ total tenaga kerja wilayah referensi.

𝑅𝑃𝑠 = 𝐸𝑖𝑗 𝐸𝑖𝑗 (𝑡) ⁄ 𝐸𝑖𝑟 𝐸𝑖𝑟 (𝑡) ⁄ (3.22) Dimana :

Eij = perubahan PDRB sektor i di wilayah studi (Kota Bogor)

Eij (t) = PDRB sektor i pada awal periode penelitian wilayah studi (Kota Bogor)

Eir = perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi Eir (t) = PDRB awal periode penelitian wilayah referensi Keterangan :

Jika nilai RPs > 1 positif (+) RPs < 1 negatif (-)

 RPs positif artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi

 RPs negatif artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah referensi.

(23)

13 Analisis Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya sektor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sambodo dalam Usya 2006). Menurut Rustiadi et al. (2004) dalam tesis Suryawardana (2006), bahwa syarat suatu sektor layak dijadikan sebagai sektor unggulan di dalam perekonomian daerah ialah memiliki kontribusi yang dominan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk menentukan sektor dan subsektor unggulan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan analisis kontribusi sektor dan subsektor terhadap PDRB Kota Bogor dan menggunakan analisis overlay.

Analisis sektor dan subsektor unggulan berdasarkan kontribusi sektor dan subsektor terhadap PDRB Kota Bogor dilakukan dengan cara mencari sektor dan subsektor yang memberikan kontribusi tinggi (dominan) terhadap PDRB Kota Bogor. Sektor dan subsektor yang memiliki kontrubusi dominan terhadap PDRB Kota Bogor merupakan sektor dan subsektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor.

Analisis sektor dan subsektor unggulan menggunakan analisis overlay

(paparan) hasil dari nilai pergeseran bersih (dari komponen analisis SS) nilai RPs (salah satu formula dari analisis MRP) dan nilai analisis LQ. Analisis overlay ini akan memperlihatkan sektor mana yang mempunyai keunggulan/nilai positif dari hasil-hasil yang digunakan. Analisis ini mengacu pada analisis overlay Yusuf (1999) dalam Buhana dan Masyhuri (2006), yang merupakan suatu teknik yang mengambil sebuah kesimpulan dengan menggabungkan beberapa hasil analisis. Hasil analisis yang digabungkan yaitu Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan dan

Location Quotient.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 berjumlah 1 004 831 orang yang terdiri dari 510 844 orang laki-laki dan 493 947 orang perempuan. Jumlah penduduk Kota Bogor bertambah 37 433 orang atau meningkat sebanyak 3.87 persen pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011. Berdasarkan hasil survey angkatan kerja nasional, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2012 sebanyak 383 111 orang. Pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap pada lapangan pekerjaan perdagangan dan jasa-jasa. Dengan rincian sebanyak 115 406 orang bekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan, rumah makan dan hotel serta sedangkan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jasa-jasa terdapat sebanyak 113 108 orang.

PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai jumlah 5 394 161.34 juta rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor pada tahun 2012 mencapai 6.15 persen. Pada tahun 2012, investasi di Kota Bogor mampu mencapai nilai Rp. 2.6 triliun. Sementara itu, inflasi di Kota Bogor tahun 2012 sebesar 4.06 persen.

Sejak Tahun 2006 telah terjadi pergeseran perilaku sektoral dalam perekonomian Kota Bogor. Pada tahun-tahun sebelumnya sektor sekunder masih

(24)

14 14

mengalami LPE yang lebih tinggi daripada sektor tersier dan sektor primer, seperti pada tahun 2005. Tahun 2006 sektor tersier memiliki LPE yang lebih tinggi dibandingkan sektor sekunder dan sektor primer. Tabel 3 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota Bogor tahun 2005-2012.

Tabel 3 Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota Bogor tahun 2005-2012

Sektor Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Primer 3.85 4.30 -2.28 3.17 3.17 3.14 3.21 2.73 2.14

Sekunder 6.22 6.19 5.44 5.95 5.95 5.98 6.02 5.90 5.85

Tersier 6.04 6.09 6.45 6.20 6.02 6.06 6.22 6.38 6.36

PDRB 6.10 6.12 6.03 6.09 5.98 6.02 6.14 6.19 6.15

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013

Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer cenderung turun dari tahun ke tahun. Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Lambatnya pertumbuhan sektor tersebut disebabkan karena sektor primer bukan merupakan sektor yang potensi di daerah perkotaan. Lahan pertanian di Kota Bogor tahun 2012, sebagian besar berada pada lahan bukan sawah yaitu sebesar 2 374 ha atau sekitar 76 persen. Sementara 24 persen sisanya adalah lahan sawah. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, sifatnya yang musiman dan hanya dilakukan oleh perorangan membuat pertumbuhan sektor ini tergolong sangat lambat (BPS Kota Bogor, 2013).

Pada tahun 2004 dan 2005 sektor sekunder sempat menjadi sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan sektor primer dan tersier. Sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang sangat mendominasi perekonomian Kota Bogor setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dengan laju pertumbuhan sebesar 6.14 persen pada tahun 2012, sektor industri pengolahan menjadi penopang roda perekonomian Kota Bogor.Investasi terbesar dalam sektor indutri pengolahan terdapat pada industri tekstil dari kategori industri besar dan menengah yang mencapai 28.74 persen dari total investasi (BPS Kota Bogor, 2013).

Sektor listrik, gas dan air bersih meruapakan sektor yang memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga. Sektor ini terus meningkat pertumbuhannya, hal tersebut dipicu oleh meningkatnya kegiatan konstruksi, industri dan niaga, serta meningkatnya perumahan di Kota Bogor. Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2011 sebanyak 201 850 pelanggan. Jumlah pelanggan gas pada tahun 2012 mencapai 16 826 pelanggan. Sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar 97 persen. Sementara itu, jumlah pelanggan air bersih terus meningkat, pada tahun 2012 pelanggan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan mencapai 109 846 pelanggan. Sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar 93.55 persen (BPS Kota Bogor, 2013).

Sejak tahun 2006 sampai tahun 2012, sektor tersier menjadi sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi paling tinggi dibandingkan dengan sektor primer dan sekunder. Sektor tersier atau yang dikenal sebagai sektor jasa terdiri dari sektor

(25)

15 perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor ekonomi andalan Kota Bogor. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang paling dominan dalam PDRB Kota Bogor. Perkembangan sektor ini didukung oleh semakin berkembangnya sektor pariwisata Kota Bogor. Jumlah pengunjung yang semakin banyak di Kota Bogor menambah pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2012 perdagangan melalui ekspor barang dan jasa mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Realisasi ekspor non migas pada tahun 2012 tercatat sebesar 151.86 juta US$ atau mengalami penurunan 2.78% dibanding nilai ekspor tahun 2011 (BPS Kota Bogor, 2013).

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7.03 persen pada tahun 2012. Laju pertumbuhan untuk subsektor komunikasi cukup pesat, yaitu sebesar 11.51 persen pada tahun 2012. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 8.49 persen pada tahun 2012. Subsektor yang tumbuh paling cepat pada sektor ini adalah subsektor lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan. Subsektor lembaga keuangan selain bank tumbuh 11.15 persen, sementara subsektor sewa bangunan tumbuh 11.24 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan subsektor sewa bangunan dipicu oleh berkembang pesatnya pusat perbelanjaan dan ruko-ruko yang disewakan di Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2013).

Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Ekonomi Kota Bogor

Analisis kontribusi sektor merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor. Analisis ini dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian dalam PDRB Kota Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Berdasarkan hasil analisis kontribusi terhadap sektor, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi dominan sebesar 28.74 persen pada tahun 2012, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 28.32 persen. Letak geografis Kota Bogor yang berdekatan dengan daerah Ibukota Jakarta membuat Kota Bogor menjadi salah satu tujuan utama warga Ibu Kota yang untuk berlibur dan berbelanja sehingga menambah pendapatan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi sektor yang dominan. Lebih digalakannya agro industri dan peningkatan pelayanan jasa-jasa dan perdagangan di Kota Bogor turut andil juga dalam besarnya sumbangan sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2012).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 memang memiliki nilai persentase kontribusi tertinggi tetapi sektor tersebut mengalami penurunan persentase kontribusi setiap tahunnya. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB turun sebesar 1.41 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sementara itu, sektor industri pengolahan mengalami peningkatan kontribusi sebesar 0.31 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Peningkatan kontribusi tertinggi dari terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 1.51 persen dari 13.83 persen pada tahun 2006 sampai 15.33 persen pada tahun 2012.

Analisis kontribusi juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor. Subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB Kota

(26)

16 16

Bogor adalah subsektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai kontribusi sebesar 23.64 persen pada tahun 2012 yang disusul oleh subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki sebesar 21.39 persen. Subsektor perdagangan,besar dan eceran mengalami penurunan kontribusi sebesar 0.59 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012, sementara subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami peningkatan sebesar 1.12 persen. Peningkatan kontribusi tertinggi terdapat pada subsektor sewa bangunan sebesar 1.32 persen dari 4.00 persen pada tahun 2006 menjadi 5.32 pada tahun 2015. Perkembangan pesat pusat perbelanjaan dan ruko-roko yang disewakan turut mendorong peningkatan kontribusi subsektor sewa bangunan terhadap PDRB Kota Bogor. Tabel 4 menunjukkan kontribusi 28 subsektor terhadap PDRB Kota Bogor.

Tabel 4 Kontribusi masing-masing subsektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2006-2012 (dalam persen)

No. Subsektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Δ

Kont

1 Tanaman bahan makanan 0.19 0.19 0.18 0.18 0.17 0.17 0,16 -0,03

2 Tanaman perkebunan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 0,00

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07 0,07 -0,01

4 Perikanan 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0,04 -0,01

5 Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 0,00

6 Makanan, minuman dan tembakau 4.01 3.82 3.65 3.48 3.31 3.15 3,00 -1,01

7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 20.27 20.49 20.73 20.95 21.16 21.28 21,39 1,12

8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 0.82 0.80 0.79 0.77 0.75 0.74 0,72 -0,10

9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 2.91 2.96 3.00 3.05 3.10 3.15 3,21 0,30

10 Listrik 1.47 1.45 1.44 1.42 1.40 1.39 1,37 -0,10

11 Gas kota 1.25 1.27 1.30 1.33 1.36 1.39 1,42 0,18

12 Air bersih 0.45 0.47 0.48 0.49 0.50 0.52 0,53 0,07

13 Bangunan 7.32 7.18 7.05 6.92 6.79 6.66 6,53 -0,79

14 Perdagangan besar dan eceran 24.23 24.27 24.18 24.05 23.87 23.75 23,64 -0,59

15 Hotel 0.58 0.58 0.59 0.59 0.59 0.60 0,60 0,02

16 Restoran 5.34 5.18 5.04 4.90 4.76 4.62 4,50 -0,84

17 Angkutan rel 0.17 0.16 0.16 0.15 0.15 0.14 0,14 -0,03

18 Angkutan jalan raya 5.95 5.89 5.84 5.79 5.74 5.66 5,56 -0,38

19 Jasa penunjang angkutan 0.68 0.67 0.67 0.66 0.65 0.64 0,63 -0,05

20 Komunikasi 2.95 3.11 3.28 3.46 3.65 3.85 4,04 1,09

21 Bank 4.24 4.04 3.86 3.69 3.59 3.52 2,52 -1,72

22 Lembaga keuangan selain bank 2.43 2.57 2.72 2.87 3.04 3.18 3,33 0,90

23 Sewa bangunan 4.00 4.19 4.40 4.62 4.84 5.08 5,32 1,32

24 Jasa perusahaan 3.16 3.18 3.19 3.20 3.22 3.23 3,24 0,07

25 Pemerintahan umum 2.12 2.10 2.09 2.07 2.06 2.04 2,03 -0,09

26 Sosial kemasyarakatan 2.34 2.29 2.25 2.21 2.16 2.12 2,07 -0,27

27 Hiburan dan rekreasi 0.18 0.18 0.17 0.17 0.16 0.16 0,16 -0,02

28 Perorangan dan rumah tangga 2.82 2.83 2.84 2.85 2.86 2.87 2,87 0,05

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013 (diolah) Keterangan :

Δ Kont = perubahan kontribusi dari tahun 2006 sampai tahun 2012

Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian merupakan sektor dengan sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor. Subsektor dengan sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor terdapat pada subsektor tanaman perkebunan dan subsektor penggalian. Sempitnya lahan pertanian di Kota Bogor menyebabkan sektor pertanian dan subsektor didalamnya memiliki sumbangan yang kecil terhadap PDRB Kota Bogor. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, letak topografi Kota Bogor yang tidak memiliki daerah pertambangan

(27)

17 menyebabkan sumbangan sektor pertambangan dan penggalian serta subsektor didalamnya kecil terhadap PDRB Kota Bogor.

Analisis Local Quotient

Menurut Tarigan (2005), kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis (sektor basis) dan kegiatan non basis (sektor non basis). Sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Sektor nonbasis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor basis ini merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya, karena kegiatan ini adalah kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.

Menurut Budiharsono (2001), inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (immobile), seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah atau daerah pariwisata dan sebagainya. Sektor (industri) yang bersifat seperti ini disebut sektor basis.

Pendekatan metode Local Quotient biasanya digunakan untuk mengetahui sektor basis dan sektor non basis di suatu wilayah. Pada penelitian ini, metode LQ dipakai untuk mengetahui sektor basis dan non basis serta subsektor basis dan non basis di Kota Bogor. Perhitungan dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor dan 28 subsektor perekonomian Kota Bogor dalam kurun waktu tahun 2006 hingga 2012. Tabel 5 menunjukkan nilai Location Quotient Kota Bogor menurut sembilan sektor PDRB Tahun 2006-2012. Analisis LQ terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor menunjukan bahwa terdapat enam sektor basis dan tiga sektor non basis. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mempunyai nilai LQ paling tinggi sebesar 4.23 pada tahun 2012.

Tabel 5 Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 9 sektor PDRB tahun 2006-2012

No. Sektor Location Quotient (LQ) Kriteria 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,02 NB

2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 NB

3 Industri pengolahan 0.63 0.63 0.61 0.65 0.67 0.67 0,69 NB

4 Listrik, gas, dan air bersih 1.50 1.52 1.57 1.44 1.44 1.52 1,49 B

5 Bangunan 2.29 2.20 2.11 2.04 1.85 1.69 1,55 B

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 1.53 1.50 1.52 1.43 1.34 1.31 1,24 B

7 Pengangkutan dan komunikasi 2.25 2.20 2.37 2.31 2.14 2.00 1,91 B

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.64 4.43 4.55 4.54 4.48 4.29 4,23 B

9 Jasa-jasa 1.06 1.08 1.10 1.10 1.07 1.05 1,02 B

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah) Keterangan:

(28)

18 18

Tabel 5 hanya menggambarkan keadaan sembilan sektor di Kota Bogor, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat diartikan bahwa seluruh subsektor yang termasuk dalam keenam sektor basis tersebut merupakan subsektor basis di Kota Bogor. Begitu pula halnya dengan sektor lainnya yang non basis, tidak dapat pula diartikan bahwa seluruh subsektor pada sektor tersebut adalah non basis. Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan LQ terhadap 28 subsektor dalam perekonomian Kota Bogor.

Tabel 6 Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 28 subsektor PDRB tahun 2006-2012

No. Subsektor Location Quotient (LQ) Kriteria 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Tanaman bahan makanan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,02 NB

2 Tanaman perkebunan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 NB

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0,05 NB

4 Perikanan 0.07 0.08 0.07 0.06 0.06 0.06 0,06 NB

5 Penggalian 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,01 NB

6 Makanan, minuman dan tembakau 0.75 0.73 0.77 0.72 0.74 0.70 0,69 NB 7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 1.90 1.97 2.20 2.42 2.75 2.81 2,97 B 8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 1.34 1.37 1.44 1.28 1.52 1.65 1,82 B 9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 0.60 0.58 0.76 0.79 0.96 0.96 1,04 B

10 Listrik 0.81 0.80 0.84 0.79 0.76 0.78 0,75 NB

11 Gas kota 8.17 8.62 6.40 4.06 4.64 5.40 5,51 B

12 Air bersih 3.42 3.44 3.58 3.74 3.71 3.84 3,85 B

13 Bangunan 2.29 2.20 2.11 2.04 1.85 1.69 1,55 B

14 Perdagangan besar dan eceran 1.43 1.40 1.43 1.33 1.25 1.22 1,15 B

15 Hotel 1.42 1.41 1.33 1.26 1.12 1.35 1,31 B

16 Restoran 2.31 2.36 2.33 2.32 2.21 2.09 1,97 B

17 Angkutan rel 1.73 2.03 2.05 2.09 1.79 1.75 1,94 B

18 Angkutan jalan raya 2.48 2.48 2.70 2.58 2.59 2.41 2,34 B

19 Jasa penunjang angkutan 3.23 3.62 3.73 3.68 3.31 2.99 2,86 B

20 Komunikasi 2.17 1.97 2.13 2.14 1.92 1.75 1,78 B

21 Bank 6.15 4.26 3.75 3.45 3.21 2.87 1,91 B

22 Lembaga keuangan selain bank 6.98 6.47 6.76 7.03 7.74 7.91 8,18 B

23 Sewa bangunan 2.73 3.15 3.57 3.80 3.79 3.78 3,89 B

24 Jasa perusahaan 6.62 6.67 7.07 6.69 6.57 6.16 6,10 B

25 Pemerintahan umum 0.55 0.56 0.59 0.59 0.62 0.65 0,68 NB

26 Sosial kemasyarakatan 4.44 4.16 4.10 4.15 3.89 3.72 3,52 B

27 Hiburan dan rekreasi 2.19 2.16 1.98 1.82 1.66 1.50 1,38 B

28 Perorangan dan rumah tangga 1.09 1.15 1.13 1.13 1.01 0.93 0,86 NB

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah) Keterangan:

B: Basis NB: Non Basis

Analisis terhadap 28 subsektor dalam perekonomian Kota Bogor menunjukkan terdapat 19 subsektor basis dan sembilan subsektor non basis. Subsektor yang mempunyai nilai LQ tertinggi terdapat pada subsektor lembaga keuangan selain bank dengan nilai 8.18 pada tahun 2012.

Sektor primer seperti sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis yang subsektor didalamnya pun bukan termasuk subsektor basis. Sektor primer mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2006 hingga tahun 2012. Sektor ini memberikan kontribusi lebih kecil dibandingkan sektor sekunder dan sektor tersier. Hal ini disebabkan lebih digalakannya agro industri dan peningkatan pelayanan jasa-jasa dan perdagangan di Kota Bogor.

(29)

19 Analisis Shift Share

Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Bogor Tahun 2006-2012 Analisis Shift Share terdiri dari tiga komponen yaitu komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Komponen pertumbuhan regional merupakan pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat sektor i di Kota Bogor. Pertumbuhan Proporsional (PP) menggambarkan tentang kecepatan pertumbuhan. Semakin tinggi nilai positif PP maka semakin cepat pertumbuhannya. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) memberikan gambaran tentang daya saing. Semakin tinggi nilai PPW maka semakin tinggi daya saingnya. Hasil analisis shift share sembilan sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Analisis shift share 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 (juta rupiah)

No. Sektor PRij PPij PPWij

1 Pertanian 5 133.14 -2 662.93 -102.08

2 Pertambangan dan penggalian 48.42 -55.14 -7.71

3 Industri pengolahan 441 232.07 -113 350.53 140 210.48

4 Listrik, gas, dan air bersih 49 969.59 9 408.02 -264.27

5 Bangunan 115 265.66 122 880.87 -162 826.51

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 474 896.12 290 396.31 -355 230.07

7 Pengangkutan dan komunikasi 153 453.44 131 547.21 -94 385.81

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 217 830.07 159 633.29 -73 365.53

9 Jasa-jasa 117 553.70 -3 932.50 -11 437.65

Total 1 575 382.19 342 869.90 -557 409.16

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah)

Pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat mampu menambah pertumbuhan perekonomian Kota Bogor sebesar Rp. 1 575 382.19 juta. Nilai PR tertinggi terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 474 896.12 juta, yang berarti apabila terjadi perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat maka sektor yang paling terpengaruh adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara sektor yang paling kecil terpengaruh oleh perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 48.42 juta.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai PP tertinggi dengan jumlah Rp. 290 396.31 juta tetapi mempunyai nilai PPW yang paling rendah dengan nilai negatif Rp. 355 320.07 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan sektor lain di Kota Bogor tetapi memiliki daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, sektor industri pengolahan memiliki nilai PP yang paling rendah, yaitu negatif Rp. 113 350.53 juta tetapi memiliki nilai PPW yang paling tinggi dengan nilai Rp. 140 210.48 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan sektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat.

(30)

20 20

Analisis shift share juga dilakukan terhadap 28 subsektor perekonomian Kota Bogor. Tabel 8 menunjukkan hasil analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 dalam juta rupiah.

Tabel 8 Analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 (juta rupiah)

No. Subsektor PRij Ppij PPWij

1 Tanaman bahan makanan 3 009.88 -1 325.45 -125.04

2 Tanaman perkebunan 6.68 -3.08 -0.70

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 1 331.74 -1 215.78 534.78

4 Perikanan 784.84 -148.33 -481.40

5 Penggalian 48.42 -27.10 -35.75

6 Makanan, minuman dan tembakau 63 242.32 -39 934.62 -13 299.85

7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 319 324.65 -352 712.24 420 706.67 8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 12 880.39 -15 570.60 10 410.95

9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 45 784.72 -56 520.62 73 780.26

10 Listrik 23 184.47 279.93 -5 241.75

11 Gas kota 19 622.85 46 180.26 -36 258.99

12 Air bersih 7 162.27 857.79 3 326.52

13 Bangunan 115 265.66 122 880.87 -162 826.51

14 Perdagangan besar dan eceran 381 667.96 268 965.41 -291 768.08

15 Hotel 9 154.15 3 863.04 -2 472.41

16 Restoran 84 074.01 -3 273.65 -40 148.08

17 Angkutan rel 2 620.87 -2 434.89 832.70

18 Angkutan jalan raya 93 663.48 -3 462.22 -15 077.69

19 Jasa penunjang angkutan 10 759.41 1 406.41 -4 118.90

20 Komunikasi 46 409.69 106 582.15 -46 516.16

21 Bank 66 757.80 207 262.49 -298 447.48

22 Lembaga keuangan selain bank 38 245.05 22 206.07 27 428.40

23 Sewa bangunan 62 982.55 -14 516.97 87 269.89

24 Jasa perusahaan 49 844.67 18 900.48 -13 835.09

25 Pemerintahan umum 33 350.01 -26 342.08 22 243.08

26 Sosial kemasyarakatan 36 908.43 14 484.90 -28 154.00

27 Hiburan dan rekreasi 2 839.78 3 546.83 -4 814.15

28 Perorangan dan rumah tangga 44 455.48 42 940.94 -39 275.68

Total 1 575 382.19 342 869.90 -557 409.16

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah)

Subsektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai PR paling besar yaitu Rp. 381 667.96 juta. Hal ini berarti apabila terjadi perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat maka subsektor yang paling terpengaruh adalah subsektor perdagangan besar dan eceran. Sementara subsektor yang paling kecil terpengaruh oleh perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat adalah subsektor tanaman perkebunan sebesar Rp 6.68 juta.

Subsektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai PP tertinggi dengan jumlah Rp. 268 965.41 juta, tetapi mempunyai nilai PPW negatif sebesar 291 768.08 juta. Hal tersebut menggambarkan bahwa subsektor perdagangan besar dan eceran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Terdapat 342 perusahaan perdagangan formal di Kota Bogor pada tahun 2012.

Subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mempunyai nilai PP terendah dengan jumlah negatif Rp. 352 712.24 juta tetapi mempunyai nilai PPW tertinggi

(31)

21 dengan jumlah Rp 420 706.67 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mempunyai pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 di Kota Bogor terdapat 28 unit usaha industri tekstil besar dan menengah, 91 unit usaha industri tekstil kecil formal dan 160 unit usaha industri tekstil kecil non formal. Sementara untuk industri kulit, terdapat 2 unit usaha industri kulit besar dan menengah, 75 unit usaha industri kulit kecil formal dan 337 unit usaha industri kulit kecil non formal.

Nilai PPW yang paling rendah dimiliki oleh subsektor bank dengan nilai negatif Rp. 298 447.48 juta, yang berarti subsektor bank mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Walaupun mempunyai daya saing yang kurang baik, subsektor bank mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai PP yang tertingi setelah subsektor perdagangan besar dan eceran. Terdapat 43 bank di Kota Bogor pada tahun 2012 dengan jumlah kantor sebanyak 125 unit.

Profil Pertumbuhan Sektor dan Subsektor Perekonomian Kota Bogor

Profil pertumbuhan sektor dan subsektor perekonomian Kota Bogor pada tahun 2006-2012 dapat dilihat dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).

Berdasarkan empat kuadran yang berada dalam profil pertumbuhan menurut sembilan sektor perekonomian, tidak ada satupun sektor yang terdapat pada kuadran I. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satupun sektor dari sembilan sektor perekonomian di Kota Bogor yang mempunyai pertumbuhan cepat dalam perekonomian Kota Bogor sekaligus mempunyai daya saing yang baik dibandingan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Terdapat lima sektor yang berada pada kuadran II, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor bangunan. Sektor yang berada pada kuadran II berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingan dengan sektor lainnya di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran III terdapat 3 sektor, yaitu sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang terdapat pada kuadran ini mempunyai pertumbuhan sektor yang lambat dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian Kota Bogor dan juga mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara pada kuadran IV hanya terdapat satu sektor, yaitu sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Gambar 3 menunjukkan profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan sembilan sektor ekonomi.

Gambar

Tabel 1 PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha  tahun 2006-2012 (juta rupiah)
Tabel  2  Kontribusi  masing-masing  sektor  terhadap  PDRB  Kota  Bogor  tahun  2006-2012 (dalam persen)
Gambar  1  Kontribusi  sektor-sektor  perekonomian  terhadap  PDRB  Kota  Bogor  tahun 2006-2012 dalam persen
Gambar 2 Profil pertumbuhan sektor perekonomian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis pada kemampuan berpikir kritis menggunakan uji gain-t, diperoleh t hitung lebih besar dari pada t tabel (3,5&gt; 1,67) pada taraf signifikan 5%,yang artinya

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras

Peran konsultasi yang dilaksanakan penyuluh sudah cukup berperan dalam memberdayakan petani swadaya, Banyak permasalahan yang dimiliki petani dalam menjalankan

Pembuatan elektroda pembanding Ag/AgCl dengan variasi jenis membran yaitu membran poliisoprena, LDPE, kaolin, selulosa dan grafit telah dilakukan dengan ukuran yang

Pada item pertanyaan nomor 1 yaitu tenaga kesehatan memberikan informasi tentang pemanfaatan ruang menyusui sehingga dapat memepengaruhi sikap responden lebih besar

Bagi BNI Syariah dapat memberikan motivasi dalam meningkatkan nasabah, terutama nasabah pembiayaan gadai emas (Rahn) yang secara otomatis akan meningkatkan

Dari hasil pengujian interaksi antara perbedaan kecenderungan bunuh diri ditinjau dari tipe kepribadian dan harga diri diperoleh nilai F=0,408; p=0,525 (p&gt;0,05) yang

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan