• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL TABEL INPUT-OUTPUT NASIONAL (REGIONAL) 1. KERANGKA DASAR MODEL TABEL INPUT-OUTPUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL TABEL INPUT-OUTPUT NASIONAL (REGIONAL) 1. KERANGKA DASAR MODEL TABEL INPUT-OUTPUT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL TABEL INPUT-OUTPUT NASIONAL

(REGIONAL)

Dalam suatu perencanaan pembangunan ekonomi diperlukan penentuan prioritas kegiatan diantara sektor-sektor perekonomian. Pada dasarnya masing-masing sektor tersebut tidak berdiri sendiri namun saling memiliki keterkaitan. Kemajuan suatu sektor tidak akan terlepas dari dukungan yang diberikan oleh sektor-sektor lainnya sehingga sebenarnya keterkaitan antar sektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan seluruh sektor-sektor yang terdapat dalam perekonomian. Dengan melihat keterkaitan antar sektor dan memperhatikan efisiensi dan efektifitas yang hendak dicapai dalam pembangunan maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan banyak sektor pada dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal ini karena jika sektor utama yang mendapatkan perhatian lebih tersebut mengalami pertumbuhan maka sektor yang terkait dengannya akan mengalami pertumbuhan juga.

Analisis model Tabel Input Output (Tabel I-O) adalah alat yang akan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian.

1. KERANGKA DASAR MODEL TABEL INPUT-OUTPUT

Secara sederhana model I-O menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (Biro Pusat Statistik, 1995). Sebagai model kuantitatif, tabel IO mampu memberi gambaran menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah,

2. Struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah,

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri

maupun barang-barang yang berasal dari impor, dan

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

Sesuai dengan namanya, model I-O pada dasarnya berisikan gambaran mengenai saling keterkaitan antara suatu sektor yang digunakan sebagai Input, baik untuk menghasilkan Output sektor itu sendiri maupun sektor lain. Seperti diketahui, di dalam proses produksi, untuk menghasilkan Output, suatu sektor memerlukan Input baik berupa barang, jasa, dan faktor produksi lainnya. Keterkaitan antara Input dan Output tersebut digambarkan dalam tabel transaksi seperti pada Tabel1.

Tabel 1. Transaksi Input Output

Permintaan Antara Permintaa

n

Total

Input Sektor 1 2 ... n Akhir Output

1 x11 x12 ... x1n F1 X1 Input 2 x21 x22 ... x2n F2 X2 Antara ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... - - n xn1 xn2 ... xnn Fn Xn Input Primer/NTB V1 V2 .... Vn Total Input X1 X2 .... Xn

Output yang diproduksi oleh sektor 1 (sebanyak X 1) didistribusikan ke dua macam pemakai. Pemakai pertama adalah sektor produksi yang terdiri dari sektor 1 sampai dengan sektor n. Sektor 1 sendiri memakai sebesar x11, sektor 2 menggunakan sebesar x12, sektor 3 menggunakan sebanyak x13 dan seterusnya hingga sektor n yang menggunakan sebesar x1n. Bagi sektor produksi, output yang diproduksi oleh sektor 1 tersebut merupakan bahan baku atau Input Antara

(intermediate input) yang digunakan dalam proses produksi lebih lanjut.

Pemakai kedua adalah para pemakai akhir, dan bagi mereka output sektor 1 merupakan Permintaan Akhir (final demand). Permintaan Akhir terdiri dari empat unsur yaitu: konsumsi rumah tangga (C), pembentukan modal tetap bruto atau investasi (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan ekspor (X). Komponen F1 menunjukkan nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor 1 dan Fn menunjukkan nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor n.

(2)

Output suatu sektor seluruhnya habis digunakan untuk Input Antara dan Permintaan (Konsumsi) Akhir. Dengan demikian, total output sektor 1 (X1) adalah sejumlah output sektor 1 yang digunakan sebagai Input Antara oleh sektor 1 sampai dengan n ditambah dengan Permintaan Akhir.

Dengan demikian maka total output sektor i (Xi) adalah jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j (j = 1, 2, ... n) ditambah dengan Permintaan Akhir sektor i, yang dirumuskan dalam bentuk

6 2 1 5 4 2 1 3 2 2 2 22 21 1 1 1 12 ... ... ... ... .... .... ... ... ... ... .... .... ... ... 11 X F x x x X X F x x x X X F x x x X F x x x n nn n n i in i i n n = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + ... (1)

Jika output suatu sektor tidak mencukupi kebutuhan permintaan antara dan permintaan akhir maka harus dilakukan impor. Sehingga struktur pengadaan dan permintaan output menjadi

4 3 2 1 6 2 1 4 2 1 2 2 2 22 21 1 1 1 12 ... .... ... ... ... ... ... .... .... ... ... ... ... ... .... .... ... ... 11 M M M M X F x x x X F x x x X F x x x X F x x x n nn n n i in i i n n + + + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + = + + + + ... (2)

Persamaan penyediaan dan permintaan sektor i di atas dapat ditulis dalam bentuk notasi ∑ + = − = n j ij i i i M X F x 1 ... (3) dimana

xij = banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Fi = Permintaan akhir terhadap output sektor i

Xi = total output sektor i

Mi = total ouput sektor i yang diimpor

Bertolak dari konsep keseimbangan umum, di dalam model tabel I-O, Total Output suatu sektor harus sama dengan Total Input sektor tersebut. Itulah sebabnya Total Output sektor 1 bernilai sama dengan Total Input sektor 1 yaitu X1. Namun input yang diperlukan dalam proses produksi sektor 1 bukan hanya Input Antara, tetapi diperlukan juga input lain yang disebut Input Primer. Input Primer disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto (NTB) atau gross value added yaitu balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Jika dirinci, NTB terdiri lima komponen yaitu: pertama, upah dan gaji; kedua, surplus usaha (keuntungan); ketiga, depresiasi barang modal; keempat pajak tak langsung; dan kelimasubsidi. Komponen V1 diartikan sebagai nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor 1, sedangkan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor n adalah Vn.

Dengan demikian maka total input suatu sektor adalah jumlah seluruh Input Antara ditambah Input Primer, yang dirumuskan dalam bentuk :

n n nn n n n n X V x x x X V x x x X V x x x = + + + = + + + + = + + + + = + + + + ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2 1 2 2 2 22 12 1 1 1 21 11 ... (4)

Persamaan disederhanakan menjadi :

∑ = + = n i j j ij V X x 1 ... (5) yang mana,

xij = banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j Vj = Input Primer (nilai tambah) sektor j

(3)

2. JENIS-JENIS TABEL INPUT-OUTPUT

Secara konsep tabel input output dibagi menjadi empat jenis dengan hirarki pengelompokkan sebagai berikut:

Penjelasan:

1. Tabel I-O Transaksi Total

Yang dimaksud transaksi total adalah bahwa setiap nilai transaksi yang ada pada kuadran I dan II tabel Input-Output merupakan penggabungan dari komponen domestik dan impor. Jadi dalam tabel jenis ini, komponen barang dan jasa impor disatukan dengan komponen lokal atau domestik. Oleh karenanya komponen lokal/domestik dan impor diperlakukan secar kompetitif. Jenis tabel Input-Output ini kemudian dibagi lagi ke dalam dua jenis, yakni Tabel I-O Transaksi Total Harga Produsen dan Tabel I-O Transaksi Total Harga Konsumen.

a. Harga Produsen

Yang dimaksud dengan transaksi harga produsen adalah nilai transaksi diukur pada harga yang terjadi di tingkat produsen atau pembuat. Sehubungan dengan itu, dalam jenis tabel Input-Output ini dimunculkan sektor perdagangan dan transportasi yang berfungsi mengantarkan barang dari produsen kepada pembeli atau konsumennya. Melihat dari fungsinya, maka nilai output dari kegiatan perdagangan dan transportasi adalah sebesar margin atau perbedaan diantara nilai yang dibayar oleh konsumen dan nilai yang diterima oleh produsen. Tabel IO TTransaksi Total TTransaksi Domestik Harga Produsen Harga Produsen Harga Konsumen Harga Konsumen b. Harga Konsumen

Yang dimaksud dengan transaksi harga konsumen adalah nilai transaksi diukur pada harga yang terjadi di tingkat konsumen atau pemakai. Dalam jenis tabel Input-Output ini tidak ada sektor perdagangan dan transportasi. Margin perdagangan dan transportasi ditempatkan pada kolom di kuadran permintan akhir.

2. Tabel I-O Transaksi Domestik

Disebut transaksi domestik karena angka transaksi pada kuadran I dan II hanya tersusun atas nilai barang dan jasa yang di produksi oleh perekonomian lokal atau domestik. Komponen barang dan jasa impor dikumpulkan pada baris khusus yang ditempatkan pada bagian sebelah bawah kuadran I. Sementara itu kolom impor yang ada di kuadran II (permintaan akhir) bernilai nol. Jenis tabel Input-Output ini kemudian dibagi lagi ke dalam dua jenis, yakni Tabel I-O Transaksi Dometik Harga Produsen dan Tabel I-O Transaksi Domestik Harga Konsumen. Penjelasan mengenai transaksi harga produsen dan lonsumen sama dengan yang dijelaskan pada bagian Jenis Tabel Input-Output Transaksi Total.

3. KOEFISIEN INPUT, DAMPAK DAN PENGGANDA OUTPUT

Untuk dapat diaplikasikan, selain memerlukan Tabel Transaksi (sebagaimana dilukiskan pada Tabel 1) sebagai tabel dasar, model I-O juga memerlukan tabel Koefisien Input dan tabel Matriks Kebalikan (inversematrix).

Koefisien Input sangat penting dalam analisis I-O antara lain untuk melihat komponen input (Input Antara dan Input Primer) yang paling dominan, peranan penggunaan bahan baku dan energi, tingkat pemakaian jasa bank, komunikasi, transportasi, dan sebagainya. Proporsi Input Antara yang berasal dari sektor i terhadap total input sektor j disebut sebagai Koefisien Input Antara yang diperoleh dengan rumus: j ij ij X x a = ... (6)

(4)

j ij ij a X

x = ... (7) dimana

aij = koefisien Input Antara (koefisien Teknis) dari output sektor i yang digunakan oleh kegiatan produksi sektor j

xij = banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh kegiatan produksi sektor j.

Xj = total input kegiatan sektor j.

Secara lengkap koefisien input antara atau koefisien teknis dapat ditata ke dalam suatu matriks A dengan struktur

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = nn n n n n a a a a a a a a a A ... ... ... ... ... ... ... 2 1 2 22 21 1 12 11 ... (8)

Koefisien Input Primer menunjukkan peranan dan komposisi dari upah dan gaji, surplus usaha (keuntungan), pajak tak langsung, dan penyusutan. Koefisien Input Primer dirumuskan sebagai :

j j j X V = v ... (9) dimana

Xj = total input yang dibutuhkan sektor j = total output sektor i (untuk i=j) Vj = Input Primer (nilai tambah) sektor j.

vj = koefisien Input Primer.

Berdasarkan persamaan di atas, jumlah Koefisien Input Antara dan Koefisien Input Primer adalah satu, yaitu aij + vj = 1. Bila aij makin besar maka vj menjadi kecil, demikian pula sebaliknya.

Tinggi rendahnya Koefisien Input Antara merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi proses produksi. Koefisien Input Antara menggambarkan tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksi sehingga koefisien ini disebut juga sebagai Koefisien Teknis (technical coefficient). Koefisien Teknis ini disebut juga

kebutuhan langsung (direct requirement), karena menunjukkan kebutuhan langsung suatu sektor akan output sektor lainnya.

Matriks Koefisien Teknis merupakan dasar untuk perhitungan Efek Pengganda (multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis I-O. Efek Pengganda diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (1). Sehingga diperoleh gugus persamaan berikut:

n n n nn n n n n n n X F X a X a X a X F X a X a X a X F X a X a X a = + + + = + + + + = + + + + = + + + + ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2 2 1 1 2 2 2 2 22 1 21 1 1 1 2 12 1 11 ... (10)

Jika susunan persamaan pada persamaam (6 disederhanakan ke dalam catatan matriks, maka diperoleh:

AX + F = X ... (11) X - AX = F ... (12) (I - A)X= F ... (13)

sehingga besarnya output dapat dihitung sebagai pengaruh induksi Permintaan Akhir, seperti berikut

X = (I - A)-1 F ... (14)

dimana

X = matriks total output berukuran n x 1 I = matriks identitas berukuran n x n F = matriks permintaan akhir berukuran n x 1 A = matriks koefisien input /teknis berukuran n x n

Matriks identitas berguna untuk memudahkan manipulasi matematis. Suatu matriks jika dikalikan dengan matriks identitas akan menghasilkan matriks itu sendiri.

Persamaan (14) inilah yang menjadi inti dari model I-O, sedangkan (I - A)-1

disebut adalah Matriks Kebalikan (Inverse) Leontief yang berfungsi sebagai pengganda (output multiplier). Kenaikan Permintaan Akhir (F) suatu sektor tidak

(5)

hanya berpengaruh langsung terhadap kenaikan total output (X) sektor itu sendiri tetapi juga sektor lainnya. Besar kecilnya dampak dari kenaikan total output akibat kenaikan Permintaan Akhir tergantung dari besar kecilnya pengganda (I-A)-1. Jika ke dalam persamaan (14) dimasukkan impor (M), maka persamaan tersebut menjadi:

AX + F = X + M ... (15)

X = (I - A)-1 (F - M) ... (16)

Pada persamaan (12) dengan (F - M) tertentu tingkat output yang diperlukan dapat diestimasi. Namun jika inverse (I - A) yang digunakan, maka impor diperlakukan sebagai variabel eksogenus. Padahal dalam A sendiri sudah termasuk komponen impor. Untuk membersihkan A dari komponen impor maka harus digunakan rumus:

X = (I - Ad)-1 Fd ... (17)

dimana

Ad = matriks koefisien teknis tanpa transaksi dari komponen impor berukuran nxn

Fd = matriks Permintaan Akhir domestik atau (F - M) yang berukuran n x 1

Matriks (I - Ad)-1 adalah matriks pengganda yang sangat cocok digunakan untuk mengukur perubahan output domestik, akibat terjadinya perubahan pada Permintaan Akhir domestik.

4. DAMPAK DAN PENGGANDA PENDAPATAN

Matriks Inverse Leontief juga dapat digunakan untuk mengukur dampak perubahan Permintaan Akhir terhadap pendapatan (melalui income multiplier) dan kesempatan kerja (melalui employment multiplier). Suatu perusahaan tidak hanya membeli bahan baku dari perusahaan lainnya, melainkan juga dari masyarakat, dalam bentuk tenaga kerja. Balas jasa dari tenaga kerja ini berupa upah dan gaji.

Kenaikan output berpengaruh langsung terhadap kenaikan Input Primer atau Nilai Tambah Bruto (NTB), demikian juga dengan tambahan kebutuhan tenaga kerja.

Komponen pendapatan, seperti diketahui merupakan salah satu unsur dari Input Primer atau NTB yaitu berupa upah dan gaji. Koefisien pendapatan merupakan rasio komponen upah dan gaji terhadap total input (atau total output).

Karena adanya hubungan linier antara perubahan output dan perubahan pendapatan, maka jika Permintaan Akhir berubah pendapatan pun akan berubah. Besar-kecilnya dampak terhadap pendapatan suatu sektor dan sektor-sektor lainnya bergantung pada Pengganda Pendapatan (income multiplier). Angka dampak pendapatan dirumuskan sebagai :

1 ) 1 ( ˆ − = d A V M ... (18) dimana

M = Matriks Dampak Pendapatan berukuran n x n, (1-Ad)-1 = Matriks Pengganda Output Total , dan

V

ˆ

= Matriks koefisien pendapatan berukuran n x n.

Matriks

V

ˆ

merupakan matriks diagonal. Dengan demikian, dampak pendapatan adalah perkalian matriks diagonal koefisien pendapatan dengan Pengganda Output. Dampak perubahan Permintaan Akhir terhadap perubahan pendapatan menjadi F ) ( ˆ 1 = ∆ dA I V M ... (19)

Angka pengganda pendapatan untuk sektor j ditentukan oleh rumus:

j n i ij j v m y

= = 1 ... (20) dimana

(6)

mij = unsur dari matriks dampak pendapatan baris i kolom j

vj = koefisien pendapatan sektor j

Angka yj mengandung arti berapa penambahan (pengurangan) pendapatan bagi perekonomian secara keseluruhan jika pendapatan para pekerja di sektor j meningkat (berkurang) sebesar satu satuan uang.

5. DAMPAK DAN PENGGANDA KESEMPATAN KERJA

Angka dampak kesempatan kerja digunakan untuk melihat penambahan kesempatan kerja baru akibat peningkatan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Dampak kesempatan kerja dirumuskan sebagai berikut :

1 ) d A (I Lˆ E= − − ... (20) dimana

E = Matriks Dampak Kesempatan Kerja

Lˆ= Matriks Koefisien Tenaga Kerja yaitu berisi rasio tenaga kerja terhadap total input tiap sektor. Matriks ini adalah matriks diagonal dengan komponennya diperoleh dengan

j X j TK j l = ... (21) dimana

TKj = jumlah tenaga kerja sektor j Xj = total input sektor j

Perubahan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena perubahan Permintaan Akhir domestik tiap sektor dirumuskan sebagai :

d F 1 ) d A (I Lˆ E= − − ∆ ∆ ... (22)

Angka pengganda kesempatan kerja sektor j ditentukan oleh rumus:

j n i ij j l e z

= = 1 ... (20) dimana

zj = pengganda kesempatan kerja (employment multiplier sektor j)

eij = elemen matriks dampak kesempatan kerja (E) baris i kolom j

lj = koefisien tenaga kerja j

Angka zj mengandung arti berapa penambahan (pengurangan) kesempatan kerja bagi perekonomian secara keseluruhan jika kesempatan kerja di sektor j meningkat (berkurang) sebesar satu orang.

6. ANALISA KETERKAITAN (LINKAGE ANALYSIS)

a. Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Depan

Ukuran keterkaitan ke belakang langsung sektor j dapat dilihat dari jumlah koesifisien input antara dari sektor j atau jumlah elemen matriks A pada kolom j. Semakin besar angka ini menunjukkan semakin besar tingkat keterkaitan langsung ke belakang sektor j. Sedangkan indeks keterkaitan langsung ke belakang sektor j diperoleh dengan rumus:

∑∑

= = = = n i n i ij n i ij j a a n IKBL 1 1 1 ... (24) dimana

IKBLj = Indeks Keterkaitan Ke Belakang Langsung sektor j aij = koefisien input antara sektor j yang berasal dari sektor ke-i

(7)

Tingkat keterkaitan ke depan langsung sektor i dapat dilihat dari jumlah nilai koesifisien input antara yang sebaris dengan sektor i atau jumlah elemen matriks A pada baris i. Semakin besar angka ini menunjukkan semakin besar tingkat keterkaitan langsung ke depan sektor i. Sedangkan indeks keterkaitan langsung ke depan sektor i diperoleh dengan rumus:

∑∑

= = = = n i n i ij n j ij i a a n IKDL 1 1 1 ... (25) dimana

IKDLi = Indeks Keterkaitan ke Depan Langsung sektor i

aij = koefisien input antara sektor j yang berasal dari sektor ke-i

b. Keterkaitan Total (Keterkaitan Langsung + Tidak Langsung)

Melalui Tabel I-O dapat dilihat atau dianalisis keterkaitan total antar-sektor atau

(totallinkage effect) baik ke arah belakang maupun depan. Pertama, efek berantai

kepada industri yang memberikan input (supply) kepada sektor tertentu, yang disebut indeks keterkaitan ke hulu atau daya penyebaran (backward linkage

index). Kedua, menganalisa efek berantai kepada industri lain yang menggunakan

output dari industri pertama sebagai inputnya, ini disebut indeks keterkaitan ke hilir atau daya kepekaan (forward linkage index).

Rumus untuk memperoleh angka Backward Linkage index adalah

∑ = ∑= ∑ = = n i n i ij n i ij n j r 1 1 1 α α ... (26) dimana

rj = indeks keterkaitan total ke belakang sektor j

α ij = elemen baris i kolom j dari matriks multiplier output (I - Ad)-1 .

Metoda perhitungan untuk analisis Forward Linkage index adalah

∑ = ∑ = ∑ = = n i n i ij n j ij n si 1 1 1 α α ... (27) dimana

si = indeks keterkaitan total ke hilir (forward linkage) sektor i. bij = elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks multiplier (I - Ad)-1 .

Gambar

Tabel 1.   Transaksi Input Output  Permintaan Antara  Permintaa

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dialami individu dan berkaitan dengan aspek komunitas, meliputi proses, simbol maupun makna

Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pada aspek input yaitu belum tersedianya tenaga surveilans, epidemiologi, dan kesehatan reproduksi, belum adanya

Dengan hormat, kami sampaikan bahwa untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan, mahasiswa Tahun Akademik 2013/ 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jika dihubungkan dengan keefektifan pengendalian intern dan reward yang ada di perusahaan, maka apabila individu memiliki perilaku yang berasal dari faktor internal ada atau tidaknya

Pengujian text to speech untuk mengetahui indikator suara dari alat dapat bekerja, pengujian dilakukan dengan cara menginputkan text dengan panjang karakter

Persentase penghambatan pertumbuhan fungi patogen oleh fungi endofit dihitung dengan rumus (Nuangmek et.al. oxysporum dengan fungi endofit yang diisolasi dari

Hasil analisis regresi berganda terhadap hipotesis H2c yang menyatakan bahwa konflik pekerjaan-keluarga memoderasi hubungan antara normative commitment dengan kepuasan kerja

Metabolisme ↑ MK : Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan tubuh Reaksi inflamasi Edema, Demam, berkeringat malam hari..