• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

97 PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SD NEGERI 101883 PASAR XIII TANJUNG MORAWA

Sarma Simamora dan Naeklan Simbolon *Mahasiswa Jurusan PPSD Prosi PGSD FIP UNIMED

**Dosen Jurursan PPSD Prosi PGSD FIP UNIMED Email :sarmasimamora76@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini ialah rendahnya hasil belajar siswa pada bahasa Indonesia khususnya dalam menyimak pada materi mengidentifikasi unsur-unsur cerpen yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan metode yang bervariasi. Subjek penelitian ini sebanyak 44 orang siswa kelas VA SD Negeri 101883 Pasar XIII Tanjung Morawa tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan tes dan observasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Analisis data menggunakan presentase. Berdasarkan tes yang digunakan di awal pembelajaran terdapat 5 orang (11,36%) yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas 47,72. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 31,82% dengan rata-rata kelas 62,15. Pada siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 93,18% dengan rata-rata kelas 78,18. Dapat disimpulkan bahwa metode Discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, model Discovery learning dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar.

Kata kunci : Hasil belajar, metode pembelajaran discovery learning PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses yang membuat orang belajar. Dalam proses pembelajaran tersebut, peranan guru sebagai pendidik bertugas untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mudah. Di samping itu, siswa selaku peserta didik berusaha untuk mencari informasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pendapatnya. Proses pembelajaran dalam kelas merupakan inti yang paling pokok dari proses pendidikan. Untuk itu, dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan harus dimulai dengan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Melalui pembelajaran di kelas,

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa akan berkembang. Sehingga hasil belajar diharapkan tinggi sebagai pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran saat ini ialah rendahnya hasil belajar. Dalam pembelajaran guru kurang menggunakan metode yang bervariasi sehingga anak didik cenderung pasif. Proses pembelajaran dikelas cenderung monoton dan berpusat pada guru sehingga membuar siswa kurang terangsang untuk berfikir. Akibatnya, siswa merasa bosan sehingga hasil belajar kurang memuaskan. Salah satu cara yang dapat meningkatkan

(2)

hasil pembelajaran ialah dengan mengaktifkan proses pembelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran ialah meningkatnya pemahaman siswa tentang nilai psikomotorik, afektif dan kognitif dan siswa mencintai bahasa nasional.

Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan pemahaman siswa untuk mencintai bahasa nasional ialah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memberikan suatu pengetahuan dasar dan beberapa keterampilan berbahasa.salah satu keterampilan dalam Bahasa Indonesia adalah keterampilan membaca. Dengan meningkatnya pemahaman siswa maka siswa akan dapat menemukan inti atau kesimpulan dari setia bacaan. Di setiap akhir pembelajaran diharapkan nilai hasil belajar siswa tinggi sebagai pencapaian tujuan pembelajaran.

Sayangnya, pada kenyataan yang ada dilapangan tidak seperti yang diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran. Ketika peneliti melakukan observasi di SD Negeri 101883 Pasar XIII Tanjung Morawa di kelas VA terdapat fakta bahwa banyak siswa yang beranggapan bahwa Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang membosankan karena bersifat abstrak dan suda menjadi bahasa yang dipakai dalam keseharian.

Berdasarkan wawancara peneliti kepada beberapa siswa kelas V SD N 101883 Pasar XIII Tanjung

Morawa, terdapat beberapa siswa mengatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang penuh dengan cerita sehingga membosankan. Pada saat peneliti meninjau pembelajaran di kelas pada pelajaran Bahasa Indonesia guru menyajikan materi pelajaran secara monoton dan berpusat pada guru yang kurang menerapkan metode yang bervariasi sehingga siswa kurang semangat dalam belajar sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan atau di bawak KKM ( >70).

Uapaya peningkatan hasil belajar tersebut, para pendidik harus menciptakan suatu kegiata belajar yang menyenangkan sehingga anak dapat semangat belajar sehingga hasil belajar anak didik dapat meningkat sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mendesain kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pengajaran yang cocok untuk setiap materi yang akan diajarkan. Tidak semua metode atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan setiap materi karena setiap materi dan metode memiliki karakteristik masing-masing.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis tertarik melakukan penelitan terhadap penerapan metode discovery learning pada pelajara Bahasa Indonesia. Metode ini akan membelajarkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran agar siswa dapat

(3)

99 menemukan sendiri makna dari

pembelajaran. Penelitian ini berjudul: “Penerapan Metode discovery Learning Untuk Meningkatkan hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 101883 Pasar XIII Tanjung Morawa”.

TINJAUAN TEORI

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono (dalam Sagala, 2009:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam hal ini guru sebagai pendidik akan mendesain pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sementara itu siswa sebagai subjek akan memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Siswa tersebut akan mengalami perubahan atau perkembangan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Seperti yang diungkapkan oleh Bloom (dalam Hanafiah, 2009:20) perubahan tingkah laku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Pembelajaran dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam setiap proses pembelajaran, diharapkan hasilnya memuaskan

sebagai pencapaian dari tujuan pembelajaran.

Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Minat terhadap proses pembelajaran harus dilandasi dengan keinginan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Hasil belajar sering kali menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman bahan yang sudah dipelajari. Untuk mengetahui hasil belajar diperlukan alat evaluasi yang baik.

Demikian juga menurut Winkel (dalam Purwanto 2008:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan perilaku akibat dari belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang telah dipelajari dalam proses belajar mengajar untuk mecapai tujuan pengajaran. Hasil belajar juga dapat didefenisikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan Soedijarto (dalam Purwanto 2008:46).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran yang dibagi ke dalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

(4)

100 Hasil belajar yang diperoleh

siswa dalam proses pembelajaran tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari diri maupun dari luar diri siswa. Menurut Daryanto (2010 : 36) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah : faktor intern meliputi, 1.jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), 2. psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), 3.kelelahan. Faktor-faktor ekstern meliputi : 1. keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), 2.sekolah (metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), 3. masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, bentuk kehidupan masyarakat).

Sehubungan dengan pendapat Daryanto di atas, Dimyati juga mengemukakan pendapatnya tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar (2009:238). Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar ialah: sikap terhadap belajar, motivasi belajar,konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa,

inteligensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Dan faktor ekstern ialah: guru sebagai Pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah.

Jadi, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, ialah faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal ialah faktor yang berada di luar diri siswa yaitu. Yang tergolong faktor internal ialah: faktor psiologis, faktor psikologis dan faktor kematangan fisik dan psikis sedangkan faktor eksternal ialah faktor sosial, budaya, lingkungan fisik dan faktor spiritual.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penerapan metode discovery learning. Penerapan metode ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa.

Metode adalah cara yang

digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2006:145). Jadi, metode yang digunakan bertujuan untuk merealisasikan teknik yang telah ditetapkan atau bisa dikatakan salah

(5)

101 satu cara atau jalan yang harus dilalui

dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting . Sedangkan menurut Hamdani (2011:80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa.

Jadi, metode yang digunakan pada umumnya untuk membimbingan siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Metode pembelajaran menekankan pada proses pembelajaran agar siswa aktif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) kesesuaian dengan tujuan yang akan dicapai, 2) waktu yang tersedia dalam membahas materi tertentu, 3) kelengkapan fasilitas, 4) latar belakang dan pengelompokan peserta didik, 5) jenis dan karakteristik pembelajaran. Hal ini sangat mempengaruhi hasil dari pembelajaran. Metode pembelajaran akan menekankan pada proses pembelajaran siswa yang aktif untuk memperoleh hasil belajar siswa yang memuaskan.

Menurut Hammalik (dalam Ilahi, 2012:29) discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan.

Mohammad Takdir Ilahi (2012:33) berpendapat bahwa discovery learning merupakan salah satu metode yang memungkinan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Dalam hal ini pembelajaran akan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak didik agar terlibat langsung dengan kondisi lingkungan sekitarnya.

Keunggulan pembelajaran menggunakan discovery learning tidak hanya terletak pada keterampilan meneliti dan mencari pemecahan masalah. Tetapi juga anak didik didorong untuk mampu mengolah dan menggali informasi, serta mendapatkan data yang konkret yang berkenaan dengan metode pembelajaran.

Pada saat anak didik mampu mengolah dan menggali informasi, maka secara tidak langsung mereka akan menemukan sesuatu yang baru. Pada saat itulah akan lahir suatu kreativitas dalam menghadapi realitas kehidupan dan akhirnya akan berimplikasi pada pengembangan diri peserta didik.

Secara garis besar tujuan penerapan metode discovery learning

(6)

102 ialah unutuk meningkatkan

keterampilan hidup (life skill) anak didik dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.

Oleh sebab itu, penerapan metode discovery learning dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu memberikan pencerahan bagi anak didik. Jadi, guru harus mempunyai rencana terstruktur yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di bawah ini ada beberapa tujuan penerapan metode discovery learning antara lain: 1) untuk mengembangkan kreativitas (gaya hidup, karya tertentu, proses intelektual); 2) untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar; 3) untuk mengembangkan kemampuan berfikir rasional dan kritis; 4) untuk meningkatkan keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran; 5) untuk belajar memecahkan masalah; 6) untuk mendapatkan inovasi dalam proses pembelajaran.

Dari tujuan penerapan metode discovery learning, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode discovery learning merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa. Adapun ciri-cirinya yaitu: (1) memecahkan masalah; (2) berpusat pada siswa; (3) menghubungkan dan menggabungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Dalam penerapan metode discovery learning ini guru akan berperan sebagai pembimbing yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Siswa lebihdituntut untu belajar mandiri dan menemukan arti pembelajaran itu sendiri. Penerapan metode discovery learning juga memungkinkan peserta didik untuk mempelajari konsep-konsep dalan bahasa yang dimerngerti oleh mereka.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus, masing-masing terdiri dari empat langkah: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi Hopkins (2011:92).

Subjek penelitian ini ialah siswa kelas VA SD N 101883 Tanjung Morawa T.A 2014/2015 dengan jumlah keseluruha nilai siswa 44 orang 18 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Sementara objek pada penelitian ini yaitu, penerapan metode discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar.

Teknik pengumpulan data yang digunaka dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. Tes dilakukan di awal untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa sebelum belajar dan di akhir pembelajaran. Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengetahui sejauh mana kesesuai pelaksanaan pembelajaran dengan skenario dan juga keseriusan siswa. Dokumentasi

(7)

103 berupa RPP dan rekaman foto saat

pelaksanaan pembelajaran.

Adapun criteria keberhasilan meningkatnya hasil belajar siswa ialah apa bila hasil belajar mencapai KKM ≥70.

Kemmis & Taggart (dalam Hopkins, 2011:92) mengemukakan bahwa dalam desain PTK seperti yang tertera di atas, peneliti akan melaksanakan penelitian dengan model siklus setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu: rencana (planning), tindakan (acting), observasi dan refleksi (reflecting). Siklus I

Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kurikulum.

b. Membuat sarana yang mendukung proses pembelajaran seperti: Lembar Kerja Siswa (LKS), media, bahan ajar dan beberapa cerita pendek anak. c. Menyusun tes awal yang

akan dikerjakan siswa sebelum pembelajaran dimulai.

d. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

e. Menetapkan waktu pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, yang akan dilakukan adalah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

direncanakan pada kegiatan pembelajaran.

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti akan memberikan tes kemampuan awal untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa sebelum menerapkan metode discovery learning. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam meningkatkan hasil belajar pada materi mengidentifikasikan unsur-unsur cerpen ialah sebagai berikut:

a. Mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran, dan memberi informasi tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan metode discoveri learning

b. Guru mendeskripsikan materi mengenai unsur-unsur cerpen secara singkat dan memberikan penjelasan dan petunjuk yang akan dilakukan siswa dalam kelompok. c. Siswa dibentuk dalam tujuh

kelompok yang beranggotakan 6-7 siswa yang dibagi secara acak. d. Guru memberi

pertanyaan-pertanyaan sebagai identifikasi masalah yang akan didiskusikan jawabannya bersama kelompok. Dan membimbing jalannya diskusi agar tetap fokus pada pelajaran.

e. Memberikan waktu pada

(8)

104 mempresentasikan hasil kerja

kelompok masing-masing. f. Guru memberikan LKS yang

akan dikerjakan perindividu sebagai latihan siswa yang berisikan beberapa soal tentang unsur-unsur cerpen. g. Bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran.

h. Guru memberikan refleksi dan penguatan kepada siswa. i. Memberikan postes diakhir

pembelajaran.

Jika pada hasil analisis dan refleksi pada siklus I kemampuan siswa dalam mengidentifikasikan unsur-unsur cerpen belum mencapai indikator keberhasilan dari segi hasil yang dicapai siswa belum maksimal maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Siklus ini merupakan siklus perbaikan terhadap proses pembelajaran dalam mengidentifikasikan unsur-unsur melalui metode discovery.

Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah perilaku siswa antara lain : (1) kemampuan siswa mengikuti pelajaran yang menerapkan metode discovery learning; (2) keseriusan siswa dalam menerima materi; (3) keaktifan siswa di dalam kelas; (3) kerjasama dalam kelompok. Sedangkan yang akan diobservasi dari guru ialah

kesesuaian pembelajaran dengan metode discovery learning.

Refleksi

Refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya menghasilkan perbaikan. Refleksi dilakukan pada akhir siklus pembelajaran yang bertujuan untuk melihat, memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah tindakan yang telah dilakukan pada siklus I telah mecapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan atau belum mencapai indikator keberhasilan tersebut. Jika pada hasil analisis dan refleksi belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan maka dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.

Adapun kegiatan yang direfleksi adalah sebagai berikut:

a. Waktu yang digunakan. b. Kesempatan belajar. c. Pengelolaan bahan ajar. d. Partisipan/kerjasama. Siklus II

Perencanaan

Pada Tahap pesiapan tindakan siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan atau penyempurnaan pada tindakan Siklus I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan siklus II meliputi (1) menyusun rencana perbaikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleski pada siklus I, (2) menyusun perbaikan instrumen berupa tes (3) menyiapkan bacaan yang berbeda, (4) mengadakan kolaborasi dengan

(9)

105 guru kelas tempat peneliti

mengadakan penelitian. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II menitikberatkan pada materi mengidentifikasikan unsur-unsur cerpen dengan menggunakan metode discovery learning. Sebelum siswa mulai mengidentifikasikan unsur-unsur cerpen, guru akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dijelaskan sebelumnya dan menjelaskan kesalahan yang terjadi pada siklus I, kemudian guru meminta siswa untuk lebih memperhatikan penjelasan materi.

Di samping menjelaskan materi, peneliti juga menyiapkan cerpen anak yang berbeda dengan cerpen yang sebelumnya. Siklus II siswa mengidentifikasikan unsur-unsur cerpen dalam secara perorangan/individual bukan didalam kelompok seperti siklus I.

Observasi

Dalam kegiatan observasi ini peneliti dibantu oleh observer untuk mengamati siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati pada siklus II sama dengan aspek yang diamati pada siklus I.

Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui keefektifan metode discovery learning dalam pembelajaran mengidentifikasikan unsur-unsur

cerpen dan mengetahui keberhasilan dari perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II. Refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti dan hasil pekerjaan siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data pada tes kondisi awal diperoleh data dari 44 orang siswa terdapat 36 orang yang tidak dapat mengidentifikasi unsur cerpen dalam bentuk presentase 88,64% dan 5 orang yang mampu mengidentifikasi unsur cerpen dalam bentuk presentase 11,36% dengan nilai rata-rata 47,72.

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa masih kurang. Dari tabel tersebut jumlah rata-rata afektif siswa adalah 68,63 dimana masih termasuk kategori kurang. Sementara itu siswa yang mendapat kategori sangat baik sebanyak 1 siswa (2,72%). Sebanyak 15 orang siswa (34,10%) yang termasuk dalam kategori baik. Sebanyak 2 orang siswa (4,54%) mendapat kategori cukup. Dan sebanyak 26 orang siswa (59,09%) lebih dari setengah jumlah siswa mendapat kategori kurang bahkan sangat kurang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer, siswa belum sepenuhnya serius dalam

(10)

106 melakukan kegiatan pembelajaran

dan belum melakukan diskusi dengan baik. Menurut observer juga masih ada beberapa siswa yang kurang menanggapi atau kurang memberi perhatian pada pembelajaran.

Pada siklus I diperoleh data peningkatan hasil belajar siswa yaitu 14 orang siswa yang mampu mengidentifikasi unsur-unsur cerpen (31,82%) sedangkan siswa yang belum mampu mengidentifikasi unsur cerpen terdapat sebanyak 26 orang (68,18%) dengan nilai rata-rata 42,72. Data observasi yang diperoleh dari hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I hasil observasi kemampuan guru 70 dalam bentuk presentese 70 % dan hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa terdapat 26 orang yang masih kurang (59,09%). Pada siklus II hasil belajar semakin meningkat dan telah sesuai dengan presentase yang ingin dicapai yaitu terdapat sebanyak 41 otang yang telah mampu mengidentifikasi unsur cerpen dalam bentuk presentase 93,18% sedangkan yang belum tuntas hanya 3 orang (6,82%). Data observasi yang diperoleh terdapat 43 orang yang mendapat nilai afektif dan psikomotorik yang baik dalam presentase 97,73%. Sedangkan observasi kemampuan guru terdapat 97,5 dalam bentuk presentase 97,5%.

Adapun tabel peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini:

N o Pencapai an Hasil Belajar Pretes Siklus I II 1 Nilai Rata-rata 47,72 62, 15 78,18 2 Jumlah Siswa yang Tuntas 5 18 41 3 Persenta se Ketuntas an 11,36 % 40, 90 % 93,18 % 11.36 % 40.90 % 93.18 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pretes Siklus I Siklus II Ketuntasa…

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dari 44 orang siswa yang tuntas sebelum melakukan tindakan (pretes) sebanyak 5 siswa (11,36%), dan yang tidak tuntas sebanyak 39 siswa (88,64%). Setelah diberi tindakan pada siklus I terdapat 18 siswa p e r s e n t a s e

(11)

107 (40,90%) yang masuk dalam kategori

tuntas, dan 26 siswa (59,10%) belum tuntas. Dilakukan kembali siklus II hasilnya menunjukkan peningkatan yakni terdapat 41 siswa (93,18%) telah memenuhi kategori tuntas tetapi masih ada 3 orang siswa lagi (6,82%) belum tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode discoveri learning dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen melalui penyelesaian soal-soal yang diberikan kepada siswa.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 101883 Pasar XIII Tanjung Morawa T.A 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasi belajar dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita dengan menerapkan metode discovery learning, sehingga metode tersebut merupakan salah satu strategi yang efektif untuk membelajarkan anak didik dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita di kelas V.

Hal ini dapat diliha dari hasil pretes diperoleh tingkat ketuntasan secara klasikal yaitu 5 orang siswa (11,36%), dinyatakan tuntas dan 39 orang siswa (88,64%) dinyatakan tidak tuntas dengan kriteria ketuntasan 70 dan hasil pre test nilai rata-rata diperoleh 47,72.

Setelah pelaksanaan siklus I menerapkan metode discovery

learning diperoleh tingkat ketuntasan secara klasikal yaitu 18 orang (40,90%) dinyatakan tuntas dan 26 orang siswa (59,10%) dinyatakan tidak tuntas dengan nilai rata-rata pada post test tersebut adalah 62,72. Setelah pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar, dengan tingkat ketuntasan klasikal yaitu 41 orang siswa (93,18%) dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata 78,18.

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran agar terus menggunaka metode yang efektif dan berfariasi dalam proses pembelajaran. Agarhasil belajar maksimal dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat ditingkatkan agar pembelajaran dapat lebih aktif dan supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis agar melakukan penelitian yang lebih sempurna, seperti melakukan dengan materi yang lebih mendalam yang sesuai dengan metode penemuan terbimbing. Serta lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat diajarkan dengan baik sehingga penerapan metode discoveri learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah B.Indonesia siswa lebih optimal.

(12)

108 SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 101883 Pasar XIII Tanjung Morawa T.A 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasi belajar dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita dengan menerapkan metode discovery learning, sehingga metode tersebut merupakan salah satu strategi yang efektif untuk membelajarkan anak didik dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita di kelas V.

Hal ini dapat diliha dari hasil pretes diperoleh tingkat ketuntasan secara klasikal yaitu 5 orang siswa (11,36%), dinyatakan tuntas dan 39 orang siswa (88,64%) dinyatakan tidak tuntas dengan kriteria ketuntasan 70 dan hasil pre test nilai rata-rata diperoleh 47,72.

Setelah pelaksanaan siklus I menerapkan metode discovery learning diperoleh tingkat ketuntasan secara klasikal yaitu 18 orang (40,90%) dinyatakan tuntas dan 26 orang siswa (59,10%) dinyatakan tidak tuntas dengan nilai rata-rata pada post test tersebut adalah 62,72. Setelah pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar, dengan tingkat ketuntasan klasikal yaitu 41 orang siswa (93,18%) dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata 78,18.

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran agar terus menggunaka metode yang

efektif dan berfariasi dalam proses pembelajaran. Agar hasil belajar maksimal dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat ditingkatkan agar pembelajaran dapat lebih aktif dan supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis agar melakukan penelitian yang lebih sempurna, seperti melakukan dengan materi yang lebih mendalam yang sesuai dengan metode penemuan terbimbing. Serta lebih memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat diajarkan dengan baik sehingga penerapan metode discoveri learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah B.Indonesia siswa lebih optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. Dimyati. 2009. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

(13)

109 Hanafiah. 2009. Konsep Strategi

Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hopkins, David. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ilahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategi & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: DIVA Press.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standard Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suprijono, Agus. 2009. Cooverative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

yaitu antara mengikuti Senam Jantung Sehat dengan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi didapatkan data dari seluruh responden berjumlah 20 orang

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk membangung sebuah aplikasi laporan kehilangan barang serta sebagai sebuah forum berbentuk sosial media berbasis android untuk memudahkan

Koordinasi gerakan kebawah tubuh tahapan untuk memperkuat dan memperjelas efek serta memberi muatan dalam gerak menuju level bawah, pada tahap eksplorasi ini

Analisis dampak lalu lintas (Andalalin) adalah kajian yang menilai efek – efek yang ditimbulkan akibat pengembangan tata guna lahan terhadap

Maka dari itu, untuk meningkatkan peran pemerintah dalam mengawasi transaksi, diperlukan inovasi untuk menjamin perlindungan serta keamanan konsumen terhadap pelaku usaha

dibandingkan biaya yang dibudgetkan pada tingkat budget aktivitas semula, pada static budget harus dibandingkan.. Flexible Budget bersifat dinamik ,. Static budget bersifat

Jika dalam keadaan di luar kontrol Tertanggung baik kontrak pengangkutan diakhiri di suatu tempat selain dari tujuan yang telah disebutkan atau perjalanan dihentikan dengan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dengan metode kualitatif agar data yang diperoleh mengandung makna , karena makna adalah data yang sebenarnya, oleh karena