• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH TOMAT DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan unt uk Mem enuhi S al ah S at u S ya rat

Memperol eh Gel ar S arj ana Farm asi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Henny

NIM : 108114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH TOMAT DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan unt uk Mem enuhi S al ah S at u S ya rat

Memperol eh Gel ar S arj ana Farm asi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Henny

NIM : 108114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Satisfaction lies in the effort, not the outcome.

Trying hard is the ultimate victory.

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.

( Mahatma Gandhi )

Make Today Better Than Yesterday

and Always Thanks to God

for All His Grace

I dedicate this work to :

My Mother and My Father

My Brother

And all who I love

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul “Pengaruh Texapon® N70 Sebagai Surfaktan dan PEG 4000 Sebagai

Basis Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Etil Asetat Buah Tomat

dengan Metode Desain Faktorial“ sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak

terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah diberikan kesehatan perlindungan

yang baik dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Papa, Mama dan Ahia yang telah bekerja keras, memberikan semangat,

doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing

akademik.

4. Bapak Septim awant o Dwi Pras et yo, M .Si., Apt . selaku dosen

pembimbing yang selalu memberikan waktu, semangat, pengarahan,

masukan, kritik dan saran baik selama penelitian maupun penyusunan

(9)

viii

5. Ibu Melania Perwitasari, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah

berkenan memberikan kritik serta saran yang membangun.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah

berkenan memberikan kritik serta saran yang membangun.

7. Semua dosen-dosen farmasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang telah sabar mendidik serta memberikan ilmu kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

8. Staf – staf laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma:

khususnya Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas

Wagiran, Mas Heru, Mas Agung, Pak Iswandi yang telah banyak

membantu selama penelitian di laboratorium.

9. Staf kebersihan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu kelancaran penulis dalam melakukan penelitian.

10.Fanny Adriyani Halim, Ega Mantyas, Priskila Agnes Salviana yang

menjadi teman seperjuangan dan tempat berbagi keluh kesah selama

penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih atas segala masukan,

semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan.

11.Verica Septi Permatasari dan Sherly Damima atas persahabatan yang

terjalin selama ini.

12.Stephanie Alvia yang telah menjadi sahabat dan selalu memberikan

(10)

ix

13.Go Yoanita Gunawan yang telah menjadi sahabat dan memberikan

dukungan selama penelitian.

14.Christian Gunawan yang telah menjadi teman belajar selama penelitian.

15.Teman-teman yang melakukan penelitian di lantai I dan III, telah berbagi

cerita, pengalaman dan bantuan selama penelitian ini.

16.Teman-teman FST kelas B 2010, atas persahabatan yang terjalin selama

perkuliahan. We are the best..

17.Teman-teman kelas C atas kerbersamaannya selama semester I hingga III.

Thanks a lot.

18.Asrama Putri Kinasih berserta isinya, terima kasih atas kebersamaan

selama ini.

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam mewujudkan skripsi ini. Terima Kasih semua.

Akhir kata, “tiada gading yang tak retak” maka penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan

kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang

membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 7 Maret 2014

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xix

(12)

xi

H. Desain Faktorial ... 16

I. Landasan Teori ... 18

J. Hipotesis ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian dan definisi operasional ... 21

C. Bahan penelitian ... 23

D. Alat penelitian ... 23

E. Tata Cara Penelitian ... 23

1. Pembuatan ekstrak etil asetat tomat ... 23

(13)

xii

3. Formula krim ... 25

4. Pembuatan krim ... 26

5. Uji stabilitas dan sifat fisis krim ... 26

6. HET CAM sebagai uji iritasi ... 28

7. Validasi ... 29

F. Analisis Hasil ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Identifikasi dan pembuatan ekstrak kering tomat ... 31

B. Pembuatan Krim ekstrak tomat ... 34

C. Pengujian Tipe Krim ... 39

D. Uji sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat ... 40

1. Uji organoleptis dan pH ... 41

2. Uji daya sebar ... 42

3. Uji viskositas ... 42

4. Uji ukuran droplet ... 45

E. Pengaruh penambahan Texapon® N70 dan PEG 4000 serta interaksinya dalam menentukan sifat fisis krim ekstrak tomat ... 48

1. Uji normalitas data ... 48

2. Uji kesamaan varian ... 49

3. Respon viskositas ... 50

4. Respon ukuran droplet ... 52

F. Stabilitas Krim ekstrak tomat ... 55

(14)

xiii

1. Viskositas... 57

2. Ukuran droplet ... 58

3. Superimposed Contour plot ... 59

H. Validasi ... 60

I. Uji iritasi dengan metode HET CAM ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ... 17

Tabel II. Formula dasar krim tipe M/A ... 25

Tabel III. Formula sediaan krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial ... 26

Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET CAM ... 29

Tabel V. Data uji organoleptis dan pH krim ekstrak tomat ... 41

Tabel VI. Daya sebar krim ekstrak tomat seteah penyimpanan 48 jam ... 42

Tabel VII. Viskositas krim ekstrak tomat seteah penyimpanan 48 jam ... 43

Tabel VIII. Viskositas krim ekstrak tomat seteah penyimpanan 28 hari ... 43

Tabel IX. Persentase pergeseran viskositas (x̅ ± SD) krim ekstrak tomat .... 44

Tabel X. Ukuran droplet krim ekstrak tomat seteah penyimpanan 48 jam .. 46

Tabel XI. Ukuran droplet krim ekstrak tomat seteah penyimpanan 28 hari .. 46

Tabel XII. Persentase perubahan ukuran droplet (x ̅ ± SD) krim ekstrak tomat ... 48

Tabel XIII. Uji normalitas data viskositas dan ukuran droplet ... 49

Tabel XIV. Uji kesamaan varian (levene’s test) viskositas dan ukuran droplet ... 49

Tabel XV. Efek Texapon® N70 dan PEG 4000 serta interaksinya dalam menentukan respon viskositas ... 50

(16)

xv

Tabel XVII. Uji normalitas data pergeseran viskositas dan perubahan ukuran

droplet ... 56

Tabel XVIII. Uji kesamaan varian data pergeseran viskositas dan perubahan

ukuran droplet ... 56

Tabel XIX. Data validasi respon viskositas ... 61

Tabel XX. Data validasi respon ukuran droplet ... 61

Tabel XXI. Indeks iritasi primer krim ekstrak tomat dengan metode HET

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah tomat ... 7

Gambar 2. Polietilen glikol ... 9

Gambar 3. Sodium Lauril Ether Sulfate ... 10

Gambar 4. Asam stearat ... 10

Gambar 5. Trietanolamin ... 11

Gambar 6. Metil paraben ... 12

Gambar 7. Hasil uji kualitatif antioksidan ... 33

Gambar 8. Reaksi penangkapan radikal oleh DPPH ... 33

Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh jumlah Texapon® N70 terhadap viskositas krim ... 36

Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh jumlah Texapon® N70 terhadap ukuran droplet krim ... 36

Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh jumlah PEG 4000 terhadap viskositas krim ... 37

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh jumlah PEG 4000 terhadap ukuran droplet krim ... 37

Gambar 13. Hasil pengamatan tipe emulsi dengan metode warna, perbesaran 40 x 10 kali ... 40

Gambar 14. Grafik pergeseran viskositas krim tiap minggu ... 45

(18)

xvii

Gambar 16. Grafik hubungan antara Texapon® N70 terhadap respon viskositas

setelah 48 jam pembuatan ... 51

Gambar17. Grafik hubungan antara PEG 4000 terhadap respon viskositas setelah 48 jam pembuatan ... 52

Gambar 18. Grafik hubungan antara Texapon® N70 terhadap respon ukuran droplet setelah 48 jam pembuatan . ... 54

Gambar 19. Grafik hubungan antara PEG 4000 terhadap respon ukuran droplet setelah 48 jam pembuatan ... 55

Gambar 20. Contour plot ukuran viskositas krim ekstrask tomat ... 58

Gambar 21. Contour plot ukuran droplet krim ekstrask tomat ... 59

Gambar 22. Superimposed Contour plot krim ekstrask tomat ... 60

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi ... 70

Lampiran 2. Data hasil orientasi Texapon® N70 dan PEG 4000 ... 71

Lampiran 3. Uji pH krim ekstrak etil asetat tomat ... 73

Lampiran 4. Data uji sifat fisis dan stabilitas krim ektrak etil asetat tomat ... 73

Lampiran 5. Hasil analisis dengan software R-2.14.1 ... 76

Lampiran 6. Nilai efek masing-masing terhadap respon ... 81

Lampiran 7. Validasi ... 82

Lampiran 8. Hasil uji iritasi pimer dengan metode HET-CAM ... 83

(20)

xix

INTISARI

Texapon® N70 merupakan surfaktan yang bersifat non polar, memiliki sifat seperti detegen, memiliki kompatibilitas yang baik serta tingkat iritasi pada mata dan kulit rendah. PEG 4000 merupakan suatu basis yang memiliki sifat yang larut air sehingga dapat meningkatkan efek kenyamanan pada pasien karena tidak lengket dan mudah dicuci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari PEG 4000 sebagai basis dan Texapon® N70 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas krim dari ekstrak buah tomat serta mengetahui formula optimum dari PEG 4000 dan Texapon® N70. Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan formula krim yang telah dimodifikasi.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bersifat deskriptif dikarenakan ada perlakuan terhadap subjek uji dan dipaparkan fenomena yang terjadi dan tidak terdapat hubungan sebab akibat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Faktorial dengan 2 faktor (PEG 4000 dan Texapon® N70) dan 2 level (tinggi dan rendah). Analisis statistik menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh Texapon® N70, PEG 4000 dan interaksinya terhadap respon sifat fisis dan stabilitas dari krim ekstrak tomat. Hasil dianalisis secara statistik dengan

software R 2.14.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Texapon® N70 sebagai surfaktan dan interaksinya memberikan efek yang signifikan sedangkan PEG 4000 sebagai basis tidak memberikan efek yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Texapon® N70 merupakan faktor yang dominan mempengaruhi respon viskositas dan interaksi keduanya merupakan faktor yang dominan mempengaruhi respon ukuran droplet. Pada penelitian krim ekstrak buah tomat ini tidak didapatkan area optimum.

(21)

xx

ABSTRACT

Texapon®N70 is a surfactant that is non-polar, has properties such as detegen, has good compatibility and degree of eye and skin irritation low pad. PEG 4000 is a base that has the properties of water soluble so it can increase the effect on patient comfort because it is not sticky and washed easily. This study aims to determine the effect of PEG 4000 as a base and Texapon®N70 as a surfactant to the physical properties and stability of cream of tomato fruit extract and determine the optimum formula of PEG 4000 and Texapon®N70. The formula used in this study is a creamy formula that has been modified.

This study is a descriptive experimental research because there are treatment of test subjects and explained the phenomenon that occurs and there is no causal relationship . The method used in this study is a factorial design with two factors (PEG 4000 and Texapon® N70) and 2 levels (high and low). Statistical analysis using ANOVA with a level of 95 % to determine the effect of Texapon®N70, PEG 4000 and its interaction with the physical nature of the response and the stability of cream of tomato extract. The results were statistically analyzed with the software R 2.14.1.

The results showed that Texapon®N70 as a surfactant and it’s interaction deals significant effect neither PEG 4000 as a cream based. It can be concluded that Texapon®N70 is a dominant effect to affect cream’s viscosity and it’s interaction within PEG 4000 is a dominant effect to affect droplet size of the cream. From this experiment no optimum area founded.

(22)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pada era modern ini, kulit merupakan salah satu bagian terpenting,

baik pria maupun wanita. Kulit memiliki peranan penting sebagai pelindung. Oleh

karena itu, perlu adanya produk-produk yang dapat mendukung perkembangan

jaman tersebut, salah satunya adalah krim yang sekaligus berfungsi sebagai

pelembab yang nantinya akan melindungi kulit dari udara kering, sinar matahari

serta usia.

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

(USP, 1995). Krim merupakan suatu emulsi yang terdiri dari dua fase yang tidak

saling bercampur. Krim terbentuk dari hasil emulsifikasi antara fase minyak dan

fase air dengan bantuan emulsifying agent (Allen, 2002).

Praktek yang umum dalam memformulasi emulsi adalah melarutkan

atau mendispersikan komponen lipofilik pada fase yang sesuai sebelum

emulsifikasi dilakukan. Maka dari itu, komposisi yang larut minyak atau yang

dapat didispersikan dalam minyak dicampurkan pada fase minyak dan komposisi

yang larut air atau yang dapat didispersikan dalam air dicampurkan dalam fase air

(Lachman et al., 1989).

Krim yang baik biasanya tidak lengket, mudah digunakan dan dapat

(23)

adalah fase minyak dalam air ( M/A ) di mana fase pendispersinya air dan fase

terdispersinya minyak. Krim harus memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan krim yang baik adalah

proses pencampuran serta bahan-bahan yang digunakan. Bahan – bahan yang

digunakan harus compatible satu dengan yang lainnya.

Penggunaan tumbuhan sebagai obat telah lama dikenal secara luas

oleh masyarakat Indonesia yang disebut sebagai obat tradisional. Pengobatan

dengan menggunakan obat tradisional dewasa ini sangat popular dan semakin

disukai oleh masyarakat. Hal ini disebab karena disamping harganya murah,

mudah didapat juga mempunyai efek samping yang relatif sedikit.

Beberapa tumbuhan yang banyak digunakan salah satunya adalah

tomat. Tomat merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Tengah dan

Selatan. Sekarang tomat tidak hanya digunakan sebagai bahan dalam memasak

tetapi dapat mengatasi berbagai masalah kulit terutama kulit pada wajah.

Beberapa kandungan tomat seperti karbohidrat, mineral, protein, lemak, serat, air,

vitamin A, B1, B2, C, E, asam folat, dan lycopene yang dapat melindungi kulit

dari penuaan dini serta mencerahkan kulit (WH foods, 2007).

Tomat memiliki kandungan lycopene lebih besar dibandingkan

dengan buah lain seperti semangka. Hal ini yang menyebabkan tomat tidak hanya

berfungsi meningkatkan kesehatan tubuh, tetapi sebagai pemelihara kecantikan

khususnya kulit wajah karena adanya kandungan lycopene yang berfungsi sebagai

(24)

Dalam penelitian ini dibuat salah satu sediaan semisolid yaitu krim

yang memiliki tipe M/A. Dipilih sediaan dalam bentuk krim karena mudah dalam

pengaplikasiannya terhadap kulit dan memiliki daya penetrasi yang tinggi. Dalam

formulasi sediaan krim, terdapat bahan-bahan yang penting yang dapat

berpengaruh pada sifat fisis dan stabilitas dari krim yaitu surfaktan dan basis.

Pemilihan basis dan surfaktan perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan sistem

emulsi yang stabil dan sediaan krim yang dihasilkan baik sesuai persyaratan krim

yang diharapkan.

Surfaktan berfungsi untuk meningkatan kelarutan dari bahan-bahan

yang digunakan dalam formulasi. Surfaktan dalam konsentrasi yang kecil dapat

meningkatkan kelarutan dan menurunkan tegangan permukaan (Martin et al.,

1993). Surfaktan yang digunakan adalah Texapon® N70 yang memiliki sifat non

polar, memiliki kompatibilitas dan daya iritasi yang rendah. Sedangkan basis yang

digunakan yaitu PEG 4000. PEG biasa digunakan sebagai bahan dasar dari

formulasi sediaan semisolid seperti salep dan krim (Rowe et al., 2009). PEG 4000

disebut juga poliglikol 4000 dan makrogol 4000 yang memiliki bobot molekul

tidak kurang dari 3000 dan tidak lebih dari 3700. Mudah larut dalam air, etanol

95% dan kloroform. Praktis tidak larut dalam eter. Memiliki kekentalan 76-110 cs

pada suhu 210oF, dinyatakan sebagai kekentalan kinematik (Depkes RI, 1979).

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang

(25)

a. Faktor apakah yang paling dominan antara Texapon® N70, PEG 4000 dan

interaksinya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak

tomat?

b. Apakah ditemukan area optimum Texapon® N70 dan PEG 4000 pada

superimposed contour plot krim ekstrak tomat?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis,

penelitian tentang Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000

sebagai Basis Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Tomat dengan Metode

Desain Faktorial belum pernah dilakukan. Penelitian serupa yang pernah

dilakukan antara lain :

a. Uji Stabilitas Fisis dan Antioksidan Sediaan Krim yang Mengandung

Ekstrak Kering Tomat (Solanum lycopersicum L.) yang dilakukan oleh

Budiman, 2008.

b. Optimasi Proses Pembuatan Krim Sunscreen Ekstrak Kering Polifenol Teh

Hijau (Camellia sinensis L.) dengan Metode Desain Faktorial yang

(26)

3. Manfaat

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini menambah informasi bagi dunia

ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai

formulasi sediaan krim ekstrak etil asetat tomat.

b. Manfaat metodologis

Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian dalam

aplikasi penggunaan metode desain faktorial.

c. Manfaat praktis

Penelitian ini akan menghasilkan sebuah sediaan krim ekstrak

etil asetat tomat yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Membuat sediaan krim dari ekstrak etil asetat tomat dengan

surfaktan Texapon® N70 dan basis PEG 4000.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui faktor yang paling dominan antara Texapon® N70

dan PEG 4000 serta interaksinya yang menentukan sifat fisis dan stabilitas

krim ekstrak tomat.

Mengetahui area optimum Texapon® N70 dan PEG 4000 pada

(27)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kulit

Kulit merupakan bagian terluas yang menutupi seluruh permukaan

tubuh. Kulit memiliki tingkat ketebalan yang bervariasi pada setiap bagian.Daerah

yang paling tebal adalah telapak kaki dan tangan serta sela-sela jari. Sedangkan

pada kulit wajah terdapat sel-sel yang sangat tipis, sehingga hal ini

memungkinkan berpenetrasinya sediaan kosmetika. Dalam menjaga kulit agar

tetap berada dalam kondisi yang baik perlu adanya sediaan kosmetika seperti

cleansing, toning, dan moisturizing (Young, 1972).

Struktur dari kulit adalah :

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit terluar dan mempunyai 5

lapisan yaitu lapisan tanduk (stratum corneum), stratum lucidum, stratum

spinosum, stratum spinosum, stratum germinativum atau stratum basale

(Brannon, 2007)

Lapisan ini sangat tebal, keras dan seperti tanduk misalnya pada

area telapak tangan dan telapak kaki dan sangat tipis pada bagian lain seperti

pada badan dan bagian dalam ekstremitas (Watson, 2002).

b. Dermis

Dermis adalah lapisan jaringan menyambung dengan ketebalan 1-2

(28)

mukopolisakarida, protein fibrilar ( retikulin, kolagen dan elastin ), dan

sel-sel (fibroblas, makrofag, sel-sel mast dan sejumlah limfosit). Dermis berisi

pembuluh darah, limfatik, dan saraf (Taylor dan Clive, 2005).

c. Adneksa Epidermis

Merupakan alat tambahan epidermis yang terdiri atas struktur

keratinosa yang bermodifikasi ( misal, kuku, rambut dan kelenjar adneksa

pada epidermis dan folikel rambut ) meliputi kelenjar sebasea, kelenjar

keringat ( ekrin ), dan kelenjar apokrin. Kelenjar apokrin terutama ditemukan

pada aksila dan daerah anogenital.

B. Tomat

Gambar 1. Buah tomat (Lycopersicon lycopersicum L.)

Klasifikasi tanaman tomat :

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

(29)

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon

Spesies : Lycopersicon lycopersicum L.

Tomat merupakan salah satu bahan alam yang memiliki banyak

khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit seperti radang kulit, infeksi jamur,

jerawat, luka sukar sembuh dan rasa nyeri pada kulit akibat terbakar sinar

matahari (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Tomat juga merupakan tanaman

sayuran dari keluarga Solanaceae. Termasuk golongan tanaman semusim dan

bersifat menjalar. Akar pokoknya tergolong akar tunggang dan akar serabut.

Batangnya berbentuk persegi empat hingga berbentuk bulat, dengan bulu-bulu

halus. Tomat mengandung lycopene yang memiliki efek farmakologis lebih kuat

dari vitamin C, E maupun betakaroten. Lycopene juga mampu dalam menangkap

singlet oksigen yang merupakan radikal bebas kuat dalam tubuh (Anonim, 2005).

C. Krim

Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung

satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60% air ditujukan untuk

pemakaian luar (Anief, 1997). Terdapat dua tipe krim sederhana, yaitu tipe air

dalam minyak (A/M) dan tipe minyak dalam air (M/A). Tipe air dalam minyak

(A/M) tidak larut dalam air dan tidak dapat dicuci dengan air, sedangkan tipe

(30)

berminyak (Allen, 1999). Evaluasi krim dapat meliputi uji organoleptis, uji daya

lekat, dan uji daya sebar (Banker dan Rhodes, 1990).

D. Formulasi

1. Basis

Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Polietilen Glikol

4000. Polietilen Glikol ini banyak digunakan dalam formulasi kefarmasian. Di

mana Polietilen Glikol dianggap tidak beracun dan non irritant. Polietilen

glikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, meskipun berat

molekul kurang dari 2000 adalah higroskopis. Polietilen glikol tidak

mendukung mikroba pertumbuhan, dan tidak menjadi tengik.

Gambar 2. Polietilen glikol (Rowe et al., 2009)

2. Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus

hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang

terdiri dari air dan minyak. Aktivitas surfaktan diperoleh dari sifat ganda

molekulnya. Bagian polar dari surfaktan dapat bermuatan positif, negatif

maupun netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diabsorbsi

(31)

tunggal di mana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon

ke udara (Jatmika, 1998 ).

Surfaktan yang digunakan adalah Texapon® N70. Texapon® N70

atau Sodium Lauryl Ether Sulphate (SLES) merupakan suatu surfaktan yang

memiliki sifat seperti detergen. Karakteristik dari Texapon® N70 adalah:

sebagai emulsifiying agent, pembasah, pembusa yang baik; merupakan solvensi

dan bahan pengental yang baik; dispersi, kompatibilitas baik; serta tingkat

iritasi pada kulit yang relatif rendah (Anonim, 2000).

Gambar 3. Sodium lauril ether sulfate (Anonim, 2000)

3. Asam Stearat

Asam sterat biasa digunakan dalam dunia kefarmasian untuk

formulasi sediaan oral dan topikal. Pada sediaan oral biasa digunakan pada

tablet dan capsule lubricant. Dalam bentuk sediaan topikal asam stearat biasa

digunakan sebagai emusifying dan solubilizing agent. Ketika sebagian

dinetralkan dengan alkali atau trietanolamin, maka asam sterat digunakan

sebagai salah satu bahan penyusun krim. Penampilan dan plastisitas krim

ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan (Rowe et al., 2009).

(32)

4. Trietanolamin

Trietanolamin biasa digunakan untuk formulasi sediaan yang

diaplikasikan secara topikal. Biasanya digunakan untuk sediaan dalam bentuk

emulsi (Rowe et al., 2006). Trietanolamin yang bersifat basa digunakan untuk

netralisasi carbopol. Penambahan trietanolamin pada carbopol akan

membentuk garam 14 yang larut. Sebelum netralisasi, carbopol di dalam air

akan ada dalam bentuk tak terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini, polimer

sangat fleksibel dan strukturnya random coil. Penambahan trietanolamin akan

menggeser kesetimbangan ionik membentuk garam yang larut. Hasilnya

adalah ion yang tolak menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi

kaku dan rigid, sehingga meningkatkan viskositas (Osborne dan Amann,

1990).

Gambar 5. Trietanolamin (Rowe et al., 2009)

5. Preservative

Metil paraben secara luas digunakan sebagai antimikroba pada

kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Paraben efektif pada range

pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, meskipun

paraben paling efektif menghambat yeast dan fungi. Aktivitas antimikroba

(33)

dalam air menjadi menurun. Oleh karena itu, penggunaan campuran paraben

sering digunakan untuk menghasilkan efek antimikroba yang lebih efektif.

Konsentrasi penggunaan metil paraben sebagai antimikroba pada sediaan

topikal adalah 0,02-0,3%. Metil paraben 16 bersifat nonmutagenik,

nonteratogenik, dan nonkarsinogenik (Rowe et al., 2009).

Gambar 6. Metil paraben (Rowe et al., 2009)

E. Stabilitas

Stabilitas suatu emulsi merupakan sifat emulsi untuk mempertahankan

distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu

yang panjang (Voigt, 1994). Ada beberapa fenomena tentang stabilitas krim:

a. Creaming

Creaming merupakan pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian

yang satu memiliki fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain.

Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesen dari droplet,

(34)

b. Koalesen

Koalesen dari gelembung minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya

lapisan emulsifier yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap

gelembung. Dua gelembung yang saling berdekatan satu sama lain akan

menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan

dari bentuk bulat menjadi bentuk lain menghasilkan peningkatan luas

permukaan dan karenanya meningkatkan energi bebas permukaan total,

penyimpanan bentuk gelembung ini akan tertahan dan pengeringan film fase

kontinyu dari antara dua gelembung akan tertunda (Aulton, 2002).

c. Inversi

Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau

sebaliknya karena kondisi lingkungan yang tidak stabil (Anief, 2000).

Uji-uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dari krim

adalah:

1. Viskositas

Viskositas merupakan suatu ketahanan suatu cairan untuk mengalir, di mana

semakin tinggi viskositas, maka semakin besar pula ketahanannya (Martin et

al., 1993). Evaluasi mengenai viskositas merupakan karakteristik formulasi

yang penting pada sediaan semisolid, karena viskositas suatu sediaan

semisolid menentukan lama tinggal sediaan di kulit, sehingga obat dapat

terpenetrasi dengan baik. Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu

(35)

2. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat

aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik yang bertanggungjawab

dalam keefektifan dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan

semisolid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu: rigiditas

sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi. Metode plat sejajar adalah

metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan dan mengukur daya

sebar sediaan semi padat. Keuntungan dari metode ini adalah sederhana dan

relatif murah. Di sisi lain, metode ini kurang akurat dan sensitif, serta data

yang dihasilkan harus diinterpretasikan dan disajikan secara manual (Garg et

al., 2002).

3. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel

kecil. Satuan ukurang partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik

adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Bagian penting yang

perlu diperoleh dari partikel yaitu (a) ukuran partikel dan distribusi ukuran

diameter (ukuran) partikel dan (b) bentuk dan luas permukaan partikel,

sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran tetang luas permukaan

spesifik partikel dan teksturnya (kasar atau halus) (Martin et al., 1993).

F. Ektraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan bahan yang terkandung

(36)

infudasi, maserasi, perkolasi dan destilasi uap. Maserasi merupakan cara

penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari dengan bantuan penggojogan. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat

didesak keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Depkes RI,

1986). Maserasi berakhir berarti keseimbangan antara bahan yang diekstraksi

pada bagian dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan telah tercapai maka

proses difusi segera berakhir (Voigt, 1994).

G. HET CAM

Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Membran (HET CAM) merupakan

metode in vitro menggunakan telur fertil untuk mengetahui daya antiinflamasi

dan iritasi subtansi atau bahan-bahan tertentu. Telur fertil yang diinkubasi selama

kurang lebih 9 hari akan terbentuk CAM. CAM ini terdapat pada lapisan

mesodermis telur yang terdiri dari pembuluh darah. Proses inflamasi

menunjukkan adanya permeabilitas dan perubahan vaskuler pembuluh darah pada

pemberian stimulus. Profil perubahan pembuluh darah yang terjadi seperti

timbunya warna kemerahan pada membran (hemoragi), pecahnya pembuluh darah

(37)

menjadi Irritation Score (IR) yang menggambarkan tingkat iritasi suatu bahan uji

(Rudianto, 2010).

Metode ini menggunakan telur fertil yang diinkubasikan pada

inkubator dengan suhu 36-37oC. Pengaturan lembab pada inkubator dapat

dilakukan dengan memberikan air pada rak inkubator. Periode inkubasi telur fertil

yang akan digunakan untuk HET CAM adalah 8-12 hari (D’arcy dan Howard,

1966).

Hemorage time adalah dimulai dalam detik reaksi hemoragi atau

terjadi pendarahan pada CAM. Lysis time adalah dimulai dari detik lisis pembuluh

darah hingga pembuluh darah hilang pada CAM. Coagulation time adalah dimulai

dalam detik pembentukan koagulan pada CAM (Rudianto, 2010).

H. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan suatu desain eksperimental yang

bertujuan untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan oleh sejumlah faktor

yang simultan, memperkirakan hubungan relatifnya, dan untuk menentukan

hubungan apa yang terjadi interaksi antara faktor - faktor tersebut (Amstrong dan

James, 1996).

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah

menggunakan dua faktor dan dua level. Jumlah percobaan untuk penelitian

dengan metode desain faktorial yaitu jumlah level yang digunakan dalam

(38)

menggunakan 2 faktor dan 2 level maka jumlah percobaan adalah 22 (4

percobaan) (Bolton, 1997).

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - -

• Formula ab : Faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi

Maka berlaku rumus :

y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB)

Keterangan : y : respon hasil atau sifat yang diamati

(XA)(XB) : level faktor A dan faktor B

b0, b1, b2, b12 : koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Rumus dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu

respon yang digunakan untuk memilih komposisi campuran yang optimum.

Dengan mencari selisih rata-rata antara respon pada level tinggi dan rata-rata

respon pada level rendah dapat diperoleh besarnya efek yang dicari (Bolton,

(39)

Beberapa istilah yang digunakan dalam desain faktorial yang harus

dipahami:

1. Faktor adalah variabel yang telah ditetapkan pada suatu penelitian yang dapat

bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Faktor ini harus bisa dinyatakan dalam

suatu harga atau nilai.

2. Level adalah harga yang ditetapkan untuk faktor.

3. Respon adalah hasil yang terukur yang didapat dari suatu penelitian dan harus

dapat dikuantifikasi. Bervariasinya level pada suatu penelitian dapat

menyebabkan perubahan respon.

4. Interaksi adalah akibat dari penambahan efek-efek faktor yang dapat bersifat

sinergis ataupun antagonis. Bersifat sinergis berarti interaksi memiliki efek

yang menambah besar efek faktor, sedangkan antagonis berarti interaksi

memiliki efek yang mengurangi efek faktor (Kurniawan dan Sulaiman, 2009).

I. Landasan Teori

Dalam pembuatan sediaan semisolid seperti krim perlu diperhatikan

beberapa hal seperti komposisi surfaktan, basis serta metode yang digunakan.

Tujuan peggunaan surfaktan dalam sediaan krim adalah menurunkan tegangan

anatarmuka antara fase minyak dan fase air (Genaro, 1990). Apabila komposisi

surfaktan, basis serta metode yang digunakan tidak sesuai, dapat menyebabkan

terjadinya fenomena-fenomena seperti creaming, coalesen serta inversi. Krim

(40)

fisis yang mudah larut dalam air, sehingga pada pemakaiannya tidak lengket dan

mudah dicuci dengan air.

Uji – uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui stabilitas sifat fisis

sediaan semisolid dalam penelitian ini adalah :

1. Viskositas

Viskositas, elastisitas dan rheologi merupakan hal penting dalam

formulasi sediaan semisolid. Viskositas adalah kemampuan suatu cairan

untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, akan semakin sulit untuk

mengalir. Peningkatan viskositas dapat menurunkan daya sebar karena

meningkatnya waktu retensi pada tempat aksi.

2. Daya Sebar

Daya sebar merupakan salah satu hal yang penting dalam

formulsi yaitu pada penghantaran dan pelepasan obat serta pengaplikasian.

Daya sebar menggambarkan hubungan antara sudut kontak sediaan dengan

tempat aplikasinya.

3. Mikromeritik

Uji mikromeritik dalam percobaan ini adalah dengan melihat

ukuran droplet. Ukuran droplet merupakan hal yang penting karena

berhubungan dengan luas permukaan yang berkaitan dengan sifat fisis, kimia

dan farmakologis suatu sediaan.

Metode desain faktorial digunakan untuk melihat pengaruh Texapon®

N70 sebagai surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis dalam menentukan sifat fisis

(41)

yang paling dominan serta dapat menentukan area komposisi yang optimum dari

masing-masing faktor.

J. Hipotesis

Terdapat faktor yang paling dominan di antara Texapon® N70, PEG

4000 atau interaksi keduanya dalam menentukan respon sifat fisis (viskositas dan

ukuran droplet) dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat, serta dapat ditentukan

area komposisi optimum Texapon® N70 dengan PEG 4000 pada superimposed

contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim ektrak etil asetat

(42)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan

metode desain faktorial, bertujuan untuk mengetahui berapakah jumlah optimum

dari Texapon® N70 dan PEG 4000 pada formula untuk menghasilkan sediaan

krim ekstrak etil asetat tomat dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Komposisi basis yang digunakan yaitu PEG 4000 dengan level rendah

sebesar 2 gram dan level tinggi 6 gram, serta surfaktan yang digunakan

yaitu Texapon® N70 dengan level rendah sebesar 1 gram dan level tinggi

2,5 gram.

b. Variabel terkendali

Sifat fisis krim ekstrak etil asetat tomat yang meliputi organoleptis, pH,

tipe krim, viskositas krim, ukuran droplet, daya sebar serta stabilitas krim

(43)

c. Variabel pengacau terkendali

Kecepatan putar mixer, kondisi bahan yang digunakan, lama pengadukan,

komposisi krim selain Texapon® N70 dan PEG 4000, dan konsidi

penyimpanan sediaan krim.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Perubahan kelembaban dan suhu ruangan tempat pembuatan dan

penyimpanan krim.

2. Definisi Operasional

a. Krim adalah sediaan semisolid yang terdiri dari emulsi, yang diaplikasikan

pada kulit ( topikal ).

b. Surfaktan adalah suatu molekul yang memiliki 2 gugus yaitu gugus polar

yang suka air dan gugus non polar yang suka minyak.

c. Sifat fisis krim adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis dari suatu

sediaan krim dengan uji daya sebar dan viskositas.

d. Stabilitas fisis krim adalah kemampuan krim dalam mempertahankan fase

dispers terdistribusi halus dan merata dalam jangka waktu yang panjang.

e. Daya sebar optimal adalah daya sebar yang mudah diaplikasikan di kulit.

f. Viskositas yang optimal adalah viskositas yang memberi kemudahan

ketika sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan dikeluarkan untuk

diaplikasikan di kulit.

g. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi

(44)

h. Contour plot merupakan grafik hasil dari desain faktorial yang

menggambarkan respon dari sifat fisis.

i. Superimposed merupakan perpotongan daerah optimum hasil dari

pengujian sifat fisis.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat

(diperoleh dari penjual di daerah Sleman, Maguwoharjo, Yogyakarta), etil asetat

(farmasetis), asam stearat (farmasetis), PEG 4000 (farmasetis), Propilen Glikol

(farmasetis), Metilparaben (farmasetis), TEA (farmasetis), Texapon® N70

(farmasetis), aquadest dan telur ayam kampung usia 10 hari.

D. Alat Penelitian

Glassware (PYREX GERMANY), timbangan analitik (Mettler Toledo

GB 3002), waterbath, sendok, pipet tetes, gunting, vacum rotary evaporator,

thermometer, mixer (Modifikasi USD), stopwatch, alat uji daya sebar (Modifikasi

USD), viscotester seri VT 04 (RION JAPAN), mikroskop (merk Olympus

CH2-Japan), kertas pH universal, software R-2.14.1.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Tomat

Sebanyak 1 kg tomat dicuci dan dibersihkan kemudian

(45)

tomat diblender dan dimasukkan ke dalam erlemeyer 500 mL yang dilapisi

aumunium foil. Kedalam erlemeyer ditambahkan 250 mL etil asetat. Digojog

dan didiamkan selama 7 hari. Setelah dilakukan pendiaman selama 7 hari, isi

dikeluarkan dari erlenmeyer dan disaring. Sisa dari ampas kemudian direndam

lagi dengan 250 mL etil asetat dan mendapat perlakuan yang sama seperti

pertama perendaman. Sedangkan untuk cairan hasil ekstraksi dimasukkan ke

dalam corong pisah dan dihilangkan fase airnya. Hasil pemisahan dipindahkan

ke dalam labu alas bulat dan diuapkan dengan menggunakan vaccum rotary

evaporator pada tekanan rendah dan suhu antara 40-60oC. Vaccum di hentikan

apabila sudah tersisa ekstrak kental dan pelarut tidak menetes lagi (Narendran,

et, al., 2013). Ektrak kental yang didapat kemudian ditimbang dan

ditambahkan dengan talkum dengan perbandingan 1 : 5 (ekstrak kental :

talkum), diaduk sampai homogen sampai terbentuk ektrak kering tomat.

Disimpan pada tempat yang kering dan terlindung dari cahaya matahari.

2. Uji Kualitatif Antioksidan

Ekstrak kental tomat yang telah didapat diteteskan pada kertas

whatmann. Kemudian larutan 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) 0,2 %

diteteskan pada seluruh bagian kertas whatmann. Amati perubahan yang

terjadi setelah beberapa saat. Apabila terjadi perubahan warna pada bagian

tengah kertas whatmann yaitu dari warna ungu menjadi ungu muda atau warna

lebih memudar menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak tomat

(46)

3. Formula Krim

Tabel II. Formula dasar krim tipe M/A ( Anonim, 1971 )

Bahan Dasar krim I Dasar krim II

Formula modifikasi krim tipe M/A hasil optimasi :

R/ A. Ektrak Tomat 6 gram

B. Texapon® N70 1 – 2,5 gram

C. Asam Stearat 20 gram

Trietanolamin 1,35 gram

D. PEG 4000 2 - 6 gram

Metil Paraben 0,20 gram

Propilen Glikol 5 gram

Aquadest 60 mL

Formula di atas dibuat krim ekstrak kental tomat dengan surfaktan

Texapon® N70 dan basis PEG 4000. Level rendah Texapon® N70 adalah 1,0 gram

dan level tinggi Texapon® N70 adalah 2,5 gram. Level rendah PEG 4000 adalah

2,0 gram dan level tinggi PEG 4000 adalah 6,0 gram. Penggunaan level rendah

(47)

Tabel III. Formula sediaan krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan

Pertama-tama fase minyak dan fase air masing-masing dipanaskan

pada suhu yang sama (70oC). Fase minyak (asam stearat, trietanolamin)

dimasukkan ke dalam wadah pencampuran. Lalu fase air (propilen glikol,

metil paraben, PEG 4000, aquadest) yang telah dipanaskan dicampurkan ke

dalam fase minyak. Kemudian campuran diaduk hingga merata menggunakan

mixer dengan kecepatan konstan dan ditambahkan Texapon® N70 dan ekstrak

tomat.

5. Uji Stabilitas dan Sifat Fisis Krim

a. Uji Organoleptis dan pH

Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna

dan bau dari krim 48 jam setelah pembuatan. Pengukuran pH dilakukan

dengan menggunakan bantuan indikator pH universal (pH stick) dengan

cara memasukkan pH universal ke dalam sediaan krim dan

(48)

b. Uji Tipe Krim

Dengan menggunakan metode pewarnaan. Sebanyak 0,5 g

krim dimasukkan ke dalam bekker glass dan diencerkan dengan 2 ml

aquades. Campuran diaduk kemudian ditambah 2 tetes methylen blue.

Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase

air sedangkan bagian yang tidak berwarna merupakan fase minyak

(Voigt, 1994).

c. Uji Daya Sebar

Ditimbang sebanyak 1 g dan diletakkan di tengah kaca bulat

berskala. Kaca bulat lain diletakkan diatasnya dan ditambahkan beban

hingga 125 gram selama 1 menit, kemudian diukur diameternya (Garg et

al., 2002). Pengujian dilakukan 48 jam setelah pembuatan sediaan krim.

d. Uji Viskositas

Krim dimasukkan kedalam wadah dan dipasang pada

viscotester Rion VT-04. Nilai viskositas krim ditunjukkan oleh jarum

penunjuk saat viscotester dinyalakan. Pengujian dilakukan setelah 48 jam

krim selesai dibuat dan setelah disimpan selama satu bulan (Hariyadi et

al., 2005).

e. Uji Mikromeritik

Sediaan krim diletakkan di atas gelas objek, kemudian

ditutup dengan gelas penutup. Diameter partikel yang ada diukur

sebanyak 500 partikel. Pengujian dilakukan pada krim setelah 48 jam

(49)

6. HET-CAM sebagai uji iritasi

Telur yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam

kampung yang berusia 8-12 hari. Bagian cangkang yang terdapat rongga

udara dibuka (biasanya bagian bawah). Komtrol positif yang digunakan

adalah NaOH 0,1 N dan kontrol negative yang digunakan adalah NaCl 0,9 %.

Masing-masing diambil sebanyak 0,3 mL dengan spuit dan dimasukkan

kedalam telur yang terdapat pembuluh darah. Untuk krim diambil 0,3 gram

dan diletakkan pada telur yang terdapat pembuluh darah. Amati perubahan

yang terjadi pada pembuluh darah (Deshmukh et al., 2012).

Gejala – gejala yang diamati dalam pengujian dengan metode

HET-CAM adalah hemorrhage (pendarahan), vascular lysis (disintegrasi

pembuluh darah), serta coagulation (denaturasi protein ekstravaskuler dan

intravaskuler). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian

dimasukkan ke dalam persamaan Irritation Score (IS):

𝐼𝑆 = (301− 𝐻𝑒𝑚𝑜𝑟𝑟ℎ𝑎𝑔𝑒)

300 𝑥5 +

(301− 𝐿𝑦𝑠𝑖𝑠)

300 𝑥7

+(301− 𝐶𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛)

300 𝑥9 (Deshmukh 𝑒𝑡𝑎𝑙. , 2012).

Dari hasil IS yang diperoleh kemudian dapat dilihat pada tabel IV

(50)

Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET-CAM (Cazedey et al., 2009)

Irritation Score Kategori

0-0,9 Tidak mengiritasi 1-4,9 Sedikit mengiritasi 5-8,9 Cukup mengiritasi 9-21 Sangat mengiritasi

7. Validasi

Krim ekstrak tomat dibuat dengan komposisi Texapon® N70 dan PEG

4000 yang terdapat pada area optimum. Kemudian krim diukur respon

viskositas dan ukuran droplet pada 48 jam setelah pembuatan. Hasil dianalisis

dengan menggunakan software R-2.14.1.

F. Analisis Hasil

Dalam penelitian akan didapatkan data sifat fisis dan stabilitas

kemudian dianalisis dengan menggunakan metode desain faktorial ( 2 faktor dan 2

level ) untuk mengetahui nilai efek dari Texapon® N70, PEG 4000 dan

interaksinya kedua faktor yaitu Texapon® N70 sebagai surfaktan dan PEG 4000

sebagai basis. Digunakan desain faktorial untuk meghitung koefisien F1, Fa, Fb,

Fab sehingga didapat persamaan y = F1 + FaA + FbB + FabAB. Dari persamaan

yang diperoleh kemudian dapat dibuat grafik contour plot dan dari penggabungan

grafik tersebut dapat dilihat superimposed contour plot untuk mengetahui

komposisi optimum dari Texapon® N70 dan PEG 4000, terbatas pada level yang

diteliti.

Analisis statistik untuk melihat signifikansi dari setiap faktor dan

(51)

menggunakan software R 2.14.1 dengan berbagai uji statistik yang dilakukan

yaitu: Shapiro-Wilk Test, Levene’s Test dilanjutkan dengan uji ANOVA apabila

uji statistik parametrik terpenuhi. Namun apabila tidak memenuhi persyaratan uji

parametrik, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc

Wilcoxon. Untuk data penyimpanan krim ekstrak tomat dianalisis dengan

menggunakan software R-2.14.1. Uji statistik yang dilakukan yaitu Shapiro-Wilk

(52)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi dan Pembuatan Ekstrak Kering Tomat

Tomat yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari penjual

di daerah Sleman, Maguwoharjo, Yogyakarta. Tomat dikumpulkan dari satu

daerah yang sama untuk meminimalisir faktor pengacau yang mungkin

berpengaruh dalam penelitian ini. Sebelum digunakan, tomat perlu dipastikan

kebernaran spesiesnya dengan melakukan determinasi. Determinasi dilakukan

untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari tomat dan dibandingkan dengan kunci

determinasi dari suatu pustaka oleh Backer (1963) (Lampiran 1).

Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan Agustus 2013. Buah tomat

yang dikumpulkan memiliki diameter rata-rata 6-8 cm dengan kondisi masih

segar, berwarna orange kemerah-merahan dalam keadaan yang bersih. Meskipun

telah dipilih dengan keadaan yang bersih, tomat sebelum digunakan dicuci

terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran seperti serangga, debu serta

benda-benda asing yang masih menempel pada tomat dan dapat mengganggu pada hasil

penelitian.

Sebanyak 1 kg tomat dicuci dan dibersihkan kemudian

diangin-anginkan sampai tidak ada air yang menempel. Kemudian dibagi menjadi

masing-masing 250 gram tomat. Selanjutnya, sejumlah 250 gram tomat diblender sampai

halus dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL yang telah ditutupi oleh

(53)

agar tidak terjadi reaksi oksidasi pada likopen. Ke dalam masing-masing

erlenmeyer ditambahkan etil asetat sebanyak 250 mL sebagai penyari dan digojog

perlahan. Dilakukan maserasi selama 5 hari di dalam lemari pendingin (setiap hari

dilakukan penggojogan ± 1 menit).

Setelah dilakukan pendiaman selama 5 hari, isi dikeluarkan dari

erlenmeyer dan disaring untuk memisahkan cairan hasil ekstraksi dan sisa dari

ampas tomat. Kemudian dilakukan remaserasi yaitu merendam sisa penyaringan

dengan 250 mL etil asetat dan mendapat perlakuan yang sama seperti pertama kali

perendaman. Sedangkan untuk cairan hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam corong

pisah dan dihilangkan fase airnya. Hasil pemisahan dipindahkan ke dalam labu

alas bulat dan diuapkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada

tekanan rendah dan suhu antara 40-60oC. Vaccum dihentikan apabila sudah tersisa

ekstrak kental dan pelarut tidak menetes lagi.

Ekstrak kental yang didapat kemudian ditimbang dan ditambahkan

dengan talkum dengan perbandingan 1 : 5 (ekstrak kental : talkum), diaduk

sampai homogen sampai terbentuk ektrak kering tomat. Talkum biasa digunakan

sebagai bahan pengisi untuk sediaan kosmetik. Ekstrak kering yang di dapat

disimpan pada tempat yang kering dan terlindung dari cahaya matahari. Rata-rata

rendemen yang diperoleh dari metode ekstraksi adalah 0,553 %.

Dilakukan uji kualitatif antioksidan terhadap ekstrak kental yang

didapat. Tujuan dari uji kualilatif ini adalah untuk memastikan ekstrak kental yang

didapat mengandung antioksidan. Ektrak kental tomat diteteskan pada kertas

(54)

kertas whatmaan. Dapat dilihat pada gambar 7 terjadi perubahan warna dari ungu

( i ) menjadi lebih muda bahkan putih ( ii ). Perubahan warna terjadi karena

adanya aktivitas antioksidan yang menyebabkan hilangnya radikal pada DPPH

(gambar 8). Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak tomat

yang didapat secara kualitatif.

( i ) ( ii )

Gambar 7. Hasil uji kualitatif antioksidan ( i ) awal pemberian DPPH dan ( ii ) sesaat setelah pemberian DPPH

DPPH antioksidan DPPH-H

(55)

B. Pembuatan Krim Ekstrak Tomat

Krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995).

Tipe krim yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak dalam air (M/A).

Krim tipe minyak dalam air (M/A) merupakan tipe krim yang larut air sehingga

pada saat pengaplikasiannya pada kulit tidak menimbulkan rasa lengket serta

mudah untuk dibersihkan dengan air.

Dalam formulasi digunakan bahan-bahan yaitu Ekstrak tomat, Asam

stearat, Trietanolamin (TEA), PEG 4000, Texapon® N70, Metil Paraben, Propilen

Glikol dan aquadest. Ekstrak tomat berfungsi sebagai zat aktif yang mengandung

senyawa lycopene. Lycopene berperan sebagai antioksidan. Asam Stearat

berfungsi sebagai fase minyak. Trietanolamin (TEA) berfungsi sebagai basa kuat

yang apabila bereaksi dengan asam stearat akan membentuk emulgator sabun

monovalen (Allen, 1999). PEG 4000 berfungsi sebagai basis. Texapon® N70

sebagai surfaktan. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan. Dalam penelitian

digunakan pengawet yaitu metil paraben. Digunakan metil paraben karena lebih

larut air dibandingkan dengan propil paraben.

Formula yang digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini merupakan

modifikasi dari formula acuan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Anonim, 1971. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan adanya perubahan

bahan-bahan dan jumlah bahan yang digunakan. Formula yang digunakan dalam

pembuatan krim ekstrak tomat ini mengacu pada orientasi yang telah dilakukan

(56)

Tujuan modifikasi formula adalah untuk menghasilkan krim dengan

stabilitas dan sifat fisis yang diharapkan lebih baik. Proses pembuatan krim

dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan sesuai dengan kelarutannya.

Bahan-bahan yang memiliki kelarutan yang sama dicampurkan terlebih dahulu

kedalam satu wadah. Dalam penelitian bahan-bahan yang larut air adalah propilen

glikol, Trietanolamin, PEG 4000, Texapon® N70 dan metil paraben. Untuk

bahan-bahan yang larut minyak adalah asam sterat. Sebelumnya asam stearat dan PEG

4000 dilelehkan pada suhu ± 70oC. Pada saat pencampuran bahan-bahan harus

dalam kondisi yang hangat. Tujuan pencampuran pada kondisi yang hangat adalah

untuk mencegah pembekuan dari bahan-bahan yang telah dilelehkan sebelumnya

yaitu asam stearat dan PEG 4000. Setelah keduanya (fase minyak dan fase air)

bercampur tambahkan aquadest kemudian ekstrak kering tomat. Penambahan

ekstrak kering tomat dilakukan pada saat semua bahan telah dicampur adalah

untuk meningkatkan homogenitas dari sediaan krim ekstrak tomat. Pemcampuran

bahan-bahan dilakukan dengan menggunakan mixer selama ± 1 menit dengan

kecepatan yang konstan karena kecepatan pengadukan dan lama pengadukan

dapat mempengaruhi stabilitas dan sifat fisis dari krim ektrak tomat.

Selain zat aktif, eksipien memegang peranan penting dalam suatu formula.

Eksipien digunakan untuk sediaan semisolid topikal untuk meningkatkan

kelarutan zat aktif, mencegah kontaminasi dan pertumbuhan mikroba,

meningkatkan aspek estetika sediaan, mengatur pelepasan dan permeasi obat serta

(57)

Dalam penelitian ini dilakukan optimasi untuk menentukan level

rendah dan tinggi yang digunakan untuk masing-masing faktor (Texapon® N70

dan PEG 4000) terhadap respon viskositas dan ukuran droplet. Kemudian

didapatkan hasil untuk respon viskositas (gambar 9 dan 11) dan ukuran droplet

(gambar 10 dan 12).

Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh jumlah Texapon® N70 terhadap viskositas krim

Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh jumlah Texapon® N70 terhadap ukuran droplet krim

Pengaruh Texapon

®

N70 terhadap

Viskositas Krim

(58)

Dari gambar 9 dan gambar 10 dapat diketahui jumlah dari Texapon®

N70 yang dapat memberikan pengaruh yang besar pada viskositas krim adalah 1

gram; 1,5 gram; 2 gram; dan 2,5 gram. Sedangkan jumlah Texapon® N70 yang

dapat memberikan pengaruh yang besar pada ukuran droplet krim adalah 1 gram;

1,5 gram; 2 gram; dan 2,5 gram. Pengaruh Texapon® N70 ditentukan berdasarkan

linearitas data. Dari kedua grafik tersebut dapat diketahui daerah perpotongan

grafik yaitu 1 gram; 1,5 gram; 2 gram; dan 2,5 gram. Sehingga dapat digunakan 1

gram sebagai level rendah dari Texapon® N70 dan 2,5 gram sebagai level tinggi

dari Texapon® N70. Dari daerah perpotongan kedua grafik diatas memenuhi

viskositas (120-170 d.Pa.s) (Wiranata, 2011) dan ukuran droplet (10-100 µm)

(Gupta dan Garg, 2002) dari krim yang telah ditetapkan.

PEG 4000 digunakan sebagai basis dalam formulasi sediaan krim

ekstrak tomat. Pada gambar 11, terlihat bahwa PEG 4000 dapat mempengaruhi

viskositas pada krim ekstrak tomat dengan jumlah PEG 4000 yaitu 2 gram, 3

gram, 4 gram, 5 gram dan 6 gram. Pada gambar 12, PEG 4000 dapat

mempengaruhi ukuran droplet dengan jumlah PEG 4000 yaitu 2 gram, 3 gram, 4

gram, 5 gram dan 6 gram. Pengaruh PEG 4000 ditentukan berdasarkan linearitas

data. Dari kedua grafik dapat dilihat adanya perpotongan (irisan) antara 2-6 gram,

sehingga dapat ditetapkan 2 gram sebagai level rendah dari PEG 4000 dan 6 gram

sebagai level tinggi dari PEG 4000.

Keunggulan dari penggunaan PEG 4000 sebagai basis adalah sifat

yang tidak mengiritasi dan larut air sehingga pada saat pengaplikasian ke kulit

(59)

menggunakan Texapon® N70 sebagai surfaktan karena memiliki sifat yang

kompatibilitasnya baik serta daya iritasinya rendah sehingga aman untuk

digunakan untuk formulasi krim ekstrak tomat ini.

Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh jumlah PEG 4000 terhadap viskositas krim

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh jumlah PEG 4000 terhadap ukuran droplet krim

Pengaruh PEG 4000 terhadap

Viskositas Krim

(60)

Viskositas sangat berpengaruh pada sediaan krim dalam hal

pengaplikasiannya oleh pasien. Viskositas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pasien sulit dalam penggunaan dan krim yang digunakan juga harus dalam jumlah

yang banyak untuk menutupi permukaan kulit.

C. Pengujian Tipe Krim

Pengujian tipe krim dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti

metode pewarnaan, metode pengenceran, metode fluorosensi, metode

konduktivitas elektrik. Dalam penelitian ini digunakan metode pewarnaan. Dipilih

metode pewarnaan karena metode ini cenderung lebih mudah dilakukan dan

secara mikroskopis dapat dilihat apakah krim yang dihasilkan memiliki tipe M/A

atau A/M. Pengujian tipe krim dengan metode pewarnaan ini digunakan

methylene blue sebagai zat warna yang larut air. Pada penambahan methylene blue

untuk krim dengan tipe M/A akan menyebabkan medium dispersi ( fase air )

berwarna biru dan medium terdispersi (fase minyak) berwarna biru muda atau

tidak mengalami perubahan warna. Sebaliknya pada penambahan methylene blue

untuk krim dengan tipe A/M akan mengakibatkan medium terdispersi ( fase air )

berwarna biru dan medium dispersi ( fase minyak ) berwarna lebih muda bahkan

tidak berwarna. Pengujian tipe krim untuk setiap formula krim ekstrak tomat ini

menggunakan mikroskop Boeco germany Model number BM 180 dengan

perbesaran 40 x 10 kali. Dapat dilihat pada gambar 13 untuk pengujian tipe krim

(61)

Formula 1 Formula a

Formula b Formula ab

Gambar 13. Hasil pengamatan tipe emulsi dengan metode warna, perbesaran 40 x 10 kali

Dari gambar 13 dapat dinyatakan krim ektrak tomat yang dihasilkan

memiliki tipe M/A karena warna droplet pada fase minyak lebih muda bahkan

tidak berwarna dibandingkan dengan fase air (berwarna biru).

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat

Uji stabilitas penting untuk meyakinkan suatu formula dari sediaan

semisolid dapat mempertahankan integritasnya. Stabilitas fisis yang baik

merupakan salah satu kriteria untuk sediaan semisolid (Dukes, 1990). Sifat fisis Fase minyak

(62)

yang diuji dalam penelitian ini adalah organoleptis, pH, ukuran droplet dan

viskositas. Sedangkan stabilitas fisis krim yang diuji adalah pergeseran viskositas

dan perubahan ukuran droplet.

1. Uji Organoleptis dan pH

Uji organoleptis untuk krim ini adalah dengan mengamati bau,

warna dan homogenitas. Sedangkan untuk untuk uji pH dilakukan dengan

menggunakan pH stick. Tujuan dilakukan uji organoleptis adalah agar secara

visual krim ekstrak tomat dapat diterima oleh pasien. Sedangkan tujuan dari

uji pH diharapkan krim ekstrak tomat yang dibuat memiliki nilai pH yang

lebih kurang sama dengan pH kulit yaitu antara 5 – 6,5 (netral). Krim yang

memiliki niai pH yang jauh dari pH kulit dapat menimbulakan iritasi pada

kulit. Hasil dari uji organoleptis dan pH dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Data uji organoleptis dan pH krim ekstrak tomat (48 jam)

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Jingga muda Jingga muda Jingga muda Jingga Muda

Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

pH 6 6 6 6

Dari data tabel V menunjukkan bahwa semua formula krim ekstrak

tomat memiliki tingkat homogenitas yang baik secara visual dengan

mengamati warna yang tersebar merata pada sediaan krim ekstrak etil asetat

buah tomat dan memiliki nilai pH yang masuk pada range nilai pH kulit. Nilai

pH pada formula krim ekstrak tomat ini adalah 6. Dari data yang diperoleh

dapat diasumsikan bahwa krim ekstrak tomat yang dihasilkan diharapkan

tingkat penerimaan pada pasien baik serta tidak mengakibatkan iritasi pada

(63)

2. Uji Daya Sebar

Daya sebar adalah kemampuan sediaan untuk menyebar saat

diaplikasikan pada kulit. Menurut penelitian Paramita 2008, daya sebar

berpengaruh pada penyebaran krim untuk kemudian dapat memberikan efek

terapetik selain berpengaruh pada faktor kenyamanan dalam pemakaian.

Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan. Semakin besar

viskositas suatu sediaan, maka semakin kecil kemampuan untuk menyebar

(Garg et al., 2002). Untuk sediaan topikal yang ideal memiliki nilai daya

sebar yang tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar. Data hasil uji daya

sebar krim ekstrak tomat dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Daya sebar krim ekstrak tomat setelah penyimpanan 48 jam

Replikasi Formula

Menurut Garg et al., 2002, daya sebar yang baik untuk suatu

sediaan semisolid krim adalah pada range 5-7 cm. Bedasarkan hasil pada

tabel VI dapat disimpulkan bahwa semua formula krim ekstrak tomat tidak

memenuhi persyaratan daya sebar.

3. Uji viskositas

Viskositas merupakan parameter yang penting dalam menentukan

sifat fisis dari suatu sediaan krim. Pengujian sifat alir dibutuhkan jika sifat

(64)

dapat mengindikasikan perubahan stabilitas fisis dari suatu sediaan (Heather

dan Adam, 2012). Nilai viskositas dari suatu sediaan tidak boleh terlalu besar

(kental) dan tidak boleh terlalu kecil (cair) tetapi harus disesuaikan dengan

tujuan penggunaannya. Apabila nilai viskositas dari suatu sediaan krim terlalu

besar dapat pengakibatkan sediaan sulit untuk dikeluarkan dari wadah

sedangkan apabila suatu sediaan memiliki nilai viskositas yang terlalu kecil

dapat mengurangi efek aseptabilitas dari pasien. Viskositas yang diharapkan

dari suatu sediaan krim adalah 120 – 170 dPas (Wiranata, 2011). Pengujian

viskositas dilakukan dengan alat viscotester seri VT 04 RION JAPAN.

Tabel VII. Viskositas krim ekstrak tomat setelah penyimpanan 48 jam

Replikasi Formula

Dapat dilihat pada tabel VII, formula yang memiliki viskositas

krim seperti yang diharapkan adalah pada formula a, formula b, dan formula

ab. Sedangkan formula 1 tidak memenuhi kriteria viskositas krim yang

diharapkan.

Tabel VIII. Viskositas krim ekstrak tomat setelah penyimpanan 28 hari

(65)

Untuk pengujian viskositas dilakukan dari minggu ke 0 ( 48 jam ),

minggu ke 1 ( 7 hari ), minggu ke 2 ( 14 hari ), minggu ke 3 ( 21 hari ) dan

minggu ke 4 ( 28 hari ). Tidak dilakukan pegujian segera setelah krim selesai

dibuat tetapi 48 jam setelah pembuatan karena diasumsikan 48 jam krim sudah

membentuk suatu sistem yang stabil dari pengaruh proses pembuatan. Pada

proses pembuatan krim ekstrak tomat diberikan energi sehingga

droplet-droplet minyak dapat bertubrukan satu sama lain, ukuran droplet-droplet dapat

mempengaruhi viskositas krim ekstak tomat. Oleh karena itu dilakukan

pendiaman selama 24-48 jam diasumsikan semua pengaruh dari proses

pembuatan telah hilang.

Dari data – data yang didapat dari pengujian viskositas setiap

minggunya, dapat dilihat pergeseran viskositas yang terjadi pada gambar 14

pergeseran viskositas yang diinginkan adalah kurang dari 10 %. Pada gambar

14, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan viskositas dari minggu 0 ( 48 jam )

hingga minggu ke 4 ( 28 hari ). Dari gambar tersebut dapat dinyatakan bahwa

lama penyimpanan krim mempengaruhi viskositas.

Tabel IX. Persentase pergeseran viskositas ( x̅ ± SD) krim ekstrak tomat Formula Viskositas 48 jam

(d.Pa.s) Pada tabel IX dapat diketahui bahwa semua formula tidak memenuhi syarat

pergeseran viskositas yang diinginkan karena nilai pergeseran viskositas yang

Gambar

Tabel XIX.
Gambar 19.  Grafik hubungan antara PEG 4000 terhadap respon ukuran droplet
Gambar 1. Buah tomat (Lycopersicon lycopersicum L.)
Gambar 2. Polietilen glikol (Rowe et al., 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif tentang perumusan program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret.

Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis faktor-faktor penyebab gizi buruk menggunakan metode Analytical Hierarchy Process untuk mengetahui tingkat kerentanan gizi

Sedangkan kegiatan non-mengajar adalah kegiatan yang berkaitan di luar pembelajaran antara lain: observasi, konsultasi dengan dosen/guru pembimbing, membantu guru pembimbing

 Sampah yang tidak dapat dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan dalam bak penampungan sampah medis dan dimusnahkan dengan incinerator.. Transportasi Sampah Medis

Observasi pembelajaran di kelas merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan mahasiswa PPL kepada guru pembimbing di dalam kelas. Waktu yang digunakan mahasiswa

[r]

[r]