• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Analisis Efek Perbedaan Lokasi Terhadap Performansi Video Streaming Pada Jaringan W-LAN Kantor Indosat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. Analisis Efek Perbedaan Lokasi Terhadap Performansi Video Streaming Pada Jaringan W-LAN Kantor Indosat"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Analisis Efek Perbedaan Lokasi Terhadap Performansi Video

Streaming Pada Jaringan W-LAN Kantor Indosat

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh :

Nama : Arie Budi Prasojo

NIM : 41407110050

Jurusan : Teknik Elektro

Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Attamimi MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Arie Budi Prasojo N.P.M : 41407110050 Jurusan : Teknik Elektro Fakultas : Teknik Industri

Judul Skripsi : Analisis Efek Perbedaan Lokasi Terhadap Performansi Video Streaming Pada Jaringan W-LAN kantor Indosat

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis,

Materai Rp.6000

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFEK PERBEDAAN LOKASI TERHADAP PERFORMANSI VIDEO STREAMING PADA JARINGAN W-LAN KANTOR INDOSAT

Disusun Oleh :

Nama : Arie Budi Prasojo

NIM : 41407110050

Program Studi : Teknik Elektro Peminatan : Telekomunikasi

Mengetahui,

Pembimbing TA

( Ir. Said Attamimi, MT )

Kaprodi. Teknik Elektro & Koordinator TA

(4)

iv

ABSTRAKSI

Teknologi jaringan saat ini semakin maju dengan bertambahnya kecepatan data yang diberikan. Hal ini dipacu oleh pesatnya peningkatan kebutuhan data yang bersifat real time dalam berbagai bidang seperti pendidikan, hiburan, olahraga maupun untuk keperluan bisnis. Video streaming adalah aplikasi yang dapat melayani kebutuhan user akan data yang bersifat real time. Teknologi ini dapat mengirimkan dan memutar video pada saat yang bersamaan kepada user, tanpa harus berlama-lama menunggu untuk men-download seluruh file video tersebut.

Dengan adanya teknologi wireless LAN, user akan semakin dimudahkan dalam mengakses informasi seperti video streaming kapan saja dan di lokasi mana saja. Namun hal ini sangat bergantung dari wilayah coverage jaringan wireless LAN yang tersedia di dalam suatu gedung atau lingkungan kampus. Daya tangkap sinyal Access Point di satu lokasi akan berbeda dengan lokasi lainnya, sehingga kualitas dari video

streaming yang dihasilkan pun berbeda untuk tiap lokasi.

Maka Tugas Akhir ini ditujukan agar dapat memperlihatkan hasil video

streaming dari beberapa lokasi dalam lingkungan kantor Indosat. Dalam percobaan ini menggunakan beberapa perangkat antara lain satu buah server streaming, satu klien yang menggunakan laptop dan AP yang memang sudah ada dalam jaringan LAN Indosat serta skenario lokasi yang telah ditentukan sebagai tempat pengambilan data. Kemudian dilanjutkan pada tahap pengamatan sistem dengan melakukan

peng-capture-an paket untuk mendapatkan data berupa throughput, delay, jitter, dan packet loss ratio dari tiap-tiap lokasi yang telah

ditentukan.

Hasil Tugas Akhir ini, dengan adanya perbedaan lokasi mengakibatkan perbedaan dari kualitas video streaming berdasarkan parameter-parameter yang telah didapat pada percobaan.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, penulis mengucap syukur atas Karunia pengetahuan dan limpahan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Efek Perbedaan Lokasi Terhadap Performansi Video Streaming Pada Jaringan W-LAN kantor Indosat” dapat terselesaikan. Dan juga selama penulis menyusun Tugas Akhir dan menuntut ilmu di Universitas Mercu Buana banyak pihak yang telah berperan serta membantu baik dari segi moril dan spirituil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. My lovely family : Ibu, Bapak, keempat kakakku atas dukungan semangat, curahan kasih sayang, do’a yang tiada putus semoga cita-cita kita didengar dan dijawab Allah SWT .

2. Bapak Ir. Yudhi Gunadi, MT. Selaku ketua program studi teknik elektro Universitas Mercu Buana Jakarta

3. Bapak Ir. Said Attamimi, MT. Selaku Pembimbing I, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan kritik, saran dan solusi untuk setiap kesulitan yang dihadapi.

4. Bapak dan Ibu dosen Universitas Mercu Buana Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

5. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro angkatan ke-11, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

6. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk sedikitnya mengurangi berbagai kelemahan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 11 Juli 2010 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………... i

Halaman Pernyataan ………... ii

Halaman Pengesahan ……….. iii

Abstraksi ………. iv

Kata Pengantar ……… v

Daftar Isi ………. vi

Daftar Gambar………. vii

Daftar Tabel……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Tujuan Penulisan Tugas Akhir………... 2

1.3 Perumusan Masalah ...………... 2

1.4 Batasan Masalah. ………... 2

1.5 Metodologi Penelitian ……… 3

1.6 Sistematika Penulisan ……… 4

BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)… 5 2.1.1 Arsitektur TCP/IP……….……… 5

2.1.2 User Datagram Protocol (UDP) ……. ……… 6

2.1.3 Internet Protocol (IP)……… 7

2.2 Quality Of Service (QoS) ………... ………... 7

2.3 Streaming ………... 9

2.3.1 Protokol-protokol Streaming... 2.3.2 Sistem Transmisi pada Proses Streaming... 2.4 Wireless LAN………. 2.4.1 Arsitektur IEEE 802.11……….. 2.4.2 Standarisasi IEEE 802.11……….. 10 10 11 11 12 BAB III PENGIMPLEMENTASIAN SISTEM 3.1 Penjelasan Alur Kerja ………... 15

3.2 Pemodelan Sistem……… 16

3.3 Skenario Pengukuran..………. 3.4 Pengamatan Sistem ………. 17 19 BAB IV ANALISIS SISTEM 4.1 Gambaran Analisis ……….. 21

4.2 Analisis Lokasi 1………

4.3 Analisis Lokasi 2………

22 23

(7)

vii 4.4 Analisis Lokasi 3……… 4.5 Analisis Lokasi 4 ………... 4.6 Analisis Lokasi 5 ………... 4.7 Analisis Lokasi 6 ………... 4.8 Analisis Lokasi 7 ………... 4.9 Analisis Lokasi 8 ………... 4.10 Analisis Lokasi 9 ……….. 4.11 Analisis Lokasi 10 ……… 4.12 Analisis Throughput ……….

4.13Analisis Packet Loss Ratio ………...

4.14Analisis Delay ………..

4.15Analisis Jitter ………

4.16Analisis Pemilihan Lokasi Terbaik ………... 24 24 25 26 27 27 28 29 30 31 33 34 36 BAB V KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan……… 5.2 Saran ………. 37 38 Daftar Pustaka Lampiran

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Protocol TCP/IP 5

Gambar 2.2 Teknik Perhitungan Jitter 8

Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1

Prinsip Kerja Streaming Infrastructure Mode

Flowchart Implementasian Sistem

9 12 15 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Grafik Throughput Grafik Packet Loss Ratio

Grafik Delay rata-rata Grafik Jitter rata-rata

30 32 34 35

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi IEEE 802.11 13

Tabel 4.1 Tabel Throughput 30

Tabel 4.2 Tabel Packet Loss Ratio 31

Tabel 4.3 Tabel Delay rata-rata 33

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Teknologi jaringan saat ini semakin maju dengan bertambahnya kecepatan data yang diberikan. Hal ini dipacu oleh pesatnya peningkatan kebutuhan data yang bersifat real time dalam berbagai bidang seperti pendidikan, hiburan, olahraga maupun untuk keperluan bisnis. Video streaming adalah aplikasi yang dapat melayani kebutuhan user akan data yang bersifat real time. Teknologi ini dapat mengirimkan dan memutar video pada saat yang bersamaan kepada user, tanpa harus berlama-lama menunggu untuk men-download seluruh file video

tersebut.

Dan dengan adanya teknologi wireless LAN makin memudahkan user akan kebutuhan bergerak bebas tanpa terikat pada satu tempat. Sebagai pengganti atau perpanjangan kabel fisik, wireless LAN menjadi solusi bagi user untuk meng-akses informasi di mana saja. Namun kualitas layanan wireless LAN bergantung pula dari lokasi saat user mengakses suatu informasi. Dengan adanya halangan berupa tembok/dinding dari suatu ruangan yang menghalangi user dari Access Point mampu menurunkan kualitas dari layanan pada wireless LAN. Faktor jarak antara user pada suatu lokasi dari Access Point juga mampu mempengaruhi daya terima dari perangkat wireless.

Oleh karena itu dengan Tugas Akhir ini diharapkan mampu memberikan suatu informasi bagaimanakah pengaruh perbedaan lokasi dalam kantor Pusat Indosat terhadap performansi layanan video streaming pada jaringan wireless

(11)

I.2 Tujuan Penulisan Tugas Akhir

Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perbedaan lokasi dari tiap user terhadap kualitas layanan video streaming pada jaringan wireless

LAN berdasarkan parameter throughput, packet loss, delay dan jitter sehingga dapat menentukan lokasi terbaik bagi user dilingkungan kantor Indosat saat menjalankan aplikasi video streaming sesuai kondisi jaringan wireless LAN PT Indosat.

I.3 Perumusan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini terdapat beberapa masalah dan dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh jarak antara user dengan Access Point pada lokasi tertentu dapat menurunkan kualitas layanan video streaming pada jaringan wireless

berdasarkan parameter throughput, packet loss, delay dan jitter.

2. Apakah kondisi LOS (Line of Sight) dan NLOS (Non Line of Sight) dari user

berpengaruh pada kualitas layanan video streaming pada jaringan wireless

berdasarkan parameter throughput, packet loss, delay dan jitter.

3. Diharapkan letak 10 lokasi yang dipilih dalam lingkungan kantor Pusat Indosat dapat mewakili lokasi strategis untuk user dalam mengaplikasikan

video streaming.

4. Bagaimanakah cara mengkonfigurasi server streaming agar dapat menjalankan aplikasi multimedia dengan menggunakan protocol UDP.

5. Software apakah yang dapat digunakan untuk menangkap data-data parameter pada client W-LAN.

I.4 Batasan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini terdapat beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan agar tercapai tujuan dari Tugas Akhir ini, yaitu :

1. Jumlah user yang melakukan aplikasi video streaming pada percobaan ini berjumlah 2 user.

(12)

3. Video yang dijalankan pada aplikasi streaming untuk semua lokasi user memakai video dengan format yang sama.

4. Pada percobaan tidak dilakukan pembatasan bandwidth data untuk aplikasi

streaming atau memakai setting-an yang sudah ada pada perangkat wireless

yang digunakan.

5. Analisis akan membandingkan parameter throughput, delay, jitter, dan

packet loss mulai dari lokasi pertama lalu berpindah hingga lokasi kesepuluh sehingga dapat mencapai tujuan dari Tugas Akhir.

I.5 Metodologi Penulisan

Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam Tugas Akhir ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Studi Literatur

Pada tahap ini akan dilakukan pendalaman pemahaman tentang konsep dan teori dari wireless LAN, cara penggunaan server streaming, cara peng-capture-an parameter-parameter yang dibutuhkan dan teori pendukung lainnya.

2. Tahap Pengimplementasian Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan konfigurasi server streaming dan setting aplikasi streaming pada user. Setelah itu dilakukan pengambilan data mulai dari lokasi pertama lalu berpindah ke lokasi selanjutnya hingga lokasi kesepuluh.

3. Tahap Analisis Sistem

Dari data-data yang didapat kemudian dilakukan analisis yang ditekankan pada parameter throughput, delay, jitter, dan packet loss sehingga dapat mencapai tujuan awal dilakukannya Tugas Akhir.

(13)

I.6 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Metodologi Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II DASAR TEORI

Bab ini akan membahas teori dan konsep W-LAN 802.11, video streaming, QoS dan teori pendukung lainnya.

3. BAB III PENGIMPLEMENTASIAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan proses pengimplementasian yang dilakukan untuk dapat menjalankan aplikasi video streaming pada jaringan wireless. Kemudian dilanjutkan kepada proses pengamatan kepada sistem.

4. BAB IV ANALISIS SISTEM

Dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap data-data yang berasal dari hasil pengamatan tahap sebelumnya. Analisis ditekankan pada parameter

throughput, delay, jitter, dan packet loss sehingga dapat mencapai tujuan awal dilakukannya Tugas Akhir.

5. BAB V KESIMPULAN dan SARAN

Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang sesuai dengan tujuan Tugas Akhir serta saran agar dapat dilakukan penelitian berikutnya yang lebih mendalam dengan cakupan bahasan yang lebih luas.

(14)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)

TCP/IP merupakan sekumpulan protokol yang dikembangkan untuk mengijinkan komputer-komputer agar dapat saling membagi sumber daya yang dimiliki masing-masing melalui media jaringan.

Protokol-protokol TCP/IP dikembangkan sebagai bagian dari riset yang dikembangkan oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Pertama kalinya TCP/IP dikembangkan untuk komunikasi antar jaringan yang terdapat pada DARPA. Selanjutnya, TCP/IP dimasukkan pada distribusi software

UNIX. Sekarang TCP/IP telah digunakan sebagai standar komunikasi

internetwork dan telah menjadi protokol transport bagi internet, sehingga memungkinkan jutaan komputer berkomunikasi secara global.

2.1.1 Arsitektur TCP/IP

(15)

Sesuai dengan gambar 2.1 di atas, TCP/IP memiliki 4 lapisan yang antara satu dengan lainnya memiliki protokol dengan fungsi yang saling melengkapi satu sama lain. Lapisan-lapisan tersebut adalah:

1. Network Access Layer

Lapisan (layer) ini bertanggung jawab mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik (kabel, serat optic, gelombang radio, dll). Tiap protokol pada layer ini harus mampu menerjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang dimengerti komputer. Contoh: Ethernet, V.35

2. Internet Layer

Lapisan ini bertanggung jawab dalam proses pengiriman paket ke alamat yang tepat. Ada beberapa macam protocol di dalamnya, misalnya IP, ARP, ICMP.

3. Transport Layer

Lapisan ini bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antara dua komputer. Ada dua macam protocol, yaitu TCP dan UDP.

4. Application Layer

Lapisan ini bertanggung jawab untuk menampilkan semua aplikasi yang menggunakan protocol TCP/IP ini. Layer ini merupakan interface antara pengguna aplikasi dengan suatu sistem. Contoh: HTTP, FTP, SMTP, Telnet, Media Player.

2.1.2 User Datagram Protocol (UDP)

Paket-paket datagram UDP digunakan di dalam jaringan Internet Protocol

(IP) untuk mengirim pesan dari satu host ke host lain yang bersifat unreliable dan

connectionless. Pengiriman paket ini tidak memerlukan paket balasan yang berfungsi untuk memastikan tersampainya sebuah paket, namun paket-paket UDP memiliki keunggulan dalam penggunaan bandwidth, yaitu lebih efektif karena mampu meneruskan paket ke jalur lain apabila terjadi suatu kemacetan dalam pengiriman paket.

(16)

2.1.3 Internet Protocol

Internet Protocol (IP) adalah protocol yang memberikan alamat atau identitas logika untuk peralatan di jaringan computer. IP mempunyai tiga fungsi utama yaitu:

1. Service yang tidak bergaransi (connectionless oriented). 2. Pemecahan (fragmentation) dan penyatuan paket-paket. 3. Fungsi meneruskan paket (routing).

2.2 QoS

Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu servis. QoS biasanya digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut performansi yang telah dispesifikasikan dan biasanya diasosiasikan dengan suatu servis. Pada jaringan berbasis IP, IP QoS mengacu pada performansi dari paket-paket IP yang lewat melalui satu atau lebih jaringan. QoS didesain untuk membantu end user menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa end user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. QoS merupakan suatu tantangan yang cukup besar dalam jaringan berbasis IP dan internet secara keseluruhan. Tujuan dari QoS adalah untuk memuaskan kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang sama. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan jaringan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Parameter-parameter performansi dari jaringan IP adalah:

Delay, didefinisikan untuk semua kedatangan paket sukses dan error setelah melewati kumpulan-kumpulan jaringan yang tersedia antara source dan

destination. Delay adalah waktu (t2 – t1) antara dua titik referensi pengukuran, t2 waktu Measurement Point (MP) pada destination dan waktu

(17)

MP pada source. Untuk aplikasi-aplikasi suara dan video interaktif, kemunculan dari delay akan mengakibatkan system seperti tak merespon.

Jitter, variasi dari delay yang dihasilkan pada MP destination dapat menyebabkan jitter.

Packetloss ratio, adalah perbandingan seluruh paket IP yang hilang dengan seluruh paket IP yang dikirimkan antara MP pada source dan destination.

Throughput, adalah jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati di MP pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut (sama dengan, jumlah pengiriman paket IP sukses

per service-second).

Gambar 2.2 Teknik Perhitungan Jitter

Dengan formula perhitungan jitter sebagai berikut:

(2.1) dengan D(i,j)=(Rj-Ri)-(Sj-Si)=(Rj-Sj)-(Ri-Si)

Keterangan:

D = beda waktu yang timbul antara paket data ke i dengan paket data ke i-1.

(18)

R = waktu paket diterima S = waktu paket dikirim

2.3 Streaming

Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio secara langsung dari sebuah mesin server (web server). Dengan kata lain file video atau audio yang terletak pada sebuah server dapat secara langsung dijalankan pada computer client sesaat setelah ada permintaan dari users sehingga proses download file video atau audio yang menghabiskan waktu cukup lama dapat dihindari.

Saat file video atau audio di-stream maka akan terbentuk sebuah buffer di

computer client dan data video atau audio tersebut akan mulai didownload ke dalam buffer yang telah terbentuk pada mesin client. Dalam waktu sepersekian detik, buffer telah terisi penuh dan secara otomatis file video atau audio akan dijalankan oleh sistem. Sistem akan membaca informasi dari buffer sambil tetap melakukan proses download file sehingga proses streaming tetap berlangsung ke mesin client.

Gambar 2.3 Prinsip kerja streaming

Secara konsep, proses streaming dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:

1. Mempartisi/membagi data video/audio yang telah terkompresi ke dalam paket-paket data.

(19)

3. Penerima mulai men-decode dan menjalankan video/audio walaupun paket data yang lain masih dalam proses pengiriman ke mesin PC.

2.3.1 Protokol-protokol Streaming

Pada proses streaming protokol-protokol yang digunakan antara lain: 1. IP: Internet Protocol

Protokol terbawah yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi pada jaringan internet.

2. TCP: Transport Control Protocol

Protokol ini berada di atas lapisan (layer) internet yang berfungsi untuk mengatasi kongesti dan bersifat reliable.

3. RTP: Real-time Transport Protocol

Layer yang berada di atas IP (Internet Protocol) dan mendukung pengiriman data secara real-time.

4. HTTP: HyperText Transfer Protocol

Protokol ini digunakan untuk transmisi informasi melalui web page. Protokol ini berada di atas layer TCP (Transport Control Protocol).

5. RTSP: Real-time Transport Streaming Protocol

Protokol ini berada di atas lapisan RTP (Real-time Transport Protocol) yang digunakan untuk media streaming.

2.3.2 Sistem Transmisi pada Proses Streaming

1. Unicast

Transmisi Unicast merupakan transmisi informasi yang dilakukan dari satu pengirim ke satu penerima. Transmisi ini juga sering dikenal dengan transmisi point to point. Sehingga bila terdapat lebih dari satu user pada jaringan yang melakukan streaming, maka tiap user akan memperoleh

stream yang berbeda dari server streaming walaupun menampilkan film yang sama.

(20)

2. Multicast

Transmisi Multicast merupakan transmisi dari satu pengirim ke banyak penerima. Sehingga tiap user yang melakukan streaming akan mendapatkan stream yang sama.

2.4 Wireless LAN

Wireless local area network (WLAN) adalah sistem komunikasi data yang fleksibel yang dapat diimplementasikan sebagai perpanjangan atau sebagai alternatif pengganti untuk jaringan kabel LAN. Dengan menggunakan teknologi frekuensi radio, wireless LAN mengirim dan menerima data melalui media udara, dengan meminimalisasi kebutuhan akan sambungan kabel. Saat ini peralatan

Wireless LAN mengadopsi standar keluarga Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11 telah didukung oleh banyak vendor yang membuat perangkat seperti PDA, notebook, ponsel dan lain-lain. Dari standar ini masih ada beberapa standar lagi yang dipakai untuk membedakan kecepatan koneksi ataupun teknologi dan frekuensi yang dipakai, seperti 802.11b mampu mentransfer data sampai 11 Mbps, 802.11a dan 802.11g yang mampu mentransmisikan data sampai 54 Mbps.

2.4.1 Arsitektur IEEE 802.11 1. Infrastructure Mode

802.11 LAN berdasarkan pada arsitektur seluler dimana system dibagikan ke dalam sel-sel, dengan setiap sel (disebut Basic Service Set atau BSS) yang dikendalikan oleh suatu Base Stasion (disebut Access Point atau AP). Meskipun wireless LAN dapat dibentuk oleh satu sel dengan satu AP, tetapi sebagian besar pemasangan dibentuk oleh beberapa sel, dengan AP dihubungkan melalui berbagai jenis backbone (disebut Distribution System

atau DS), yang dapat berbasis Ethernet maupun wireless. Interkoneksi

wireless LAN yang meliputi berbagai sel yang berbeda AP maupun DS disebut Extended Service Set atau ESS. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan

(21)

suatu Infrastructure Mode dengan komponen-komponen seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Gambar 2.4 Infrastructure Mode

2. Ad-Hoc Mode

Merupakan mode operasi yang tidak menggunakan AP dalam membangun jaringan wireless. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung oleh 2 atau lebih pengguna dan bagian fungsional yang sebelumnya dilakukan oleh AP, dapat dilakukan oleh setiap end-user station.

2.4.2 Standarisasi IEEE 802.11

Versi original standar IEEE 802.11 dirilis pada 1997 menspesifikasikan hanya dua data rate 1 dan 2 Mbps untuk ditransmisikan melalui sinyal Infrared

(IR) atau melalui frekuensi Industrial Scientific Medical di 2,4 GHz. IR tetap merupakan bagian dari standar tetapi tidak dalam implementasi sebenarnya. Standar original juga mendefinisikan Carrier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMA/CA) sebagai dasar metode aksesnya. CSMA/CA merupakan salah satu metode akses yang dirancang sedemikian rupa sehingga

(22)

lebih meminimalisir terjadinya collision/tabrakan antar paket. Tahapan-tahapan proses pada metode CSMA/CA adalah sebagai berikut:

1. Pendeteksian jaringan, apakah jaringan dalam keadaan bebas atau tidak. Jika jaringan sibuk, ia akan mengambil waktu random, lalu mengecek kembali sampai jaringan benar-benar dalam keadaan bebas.

2. Sebelum mengirimkan paket, stasiun pengirim akan mengirimkan premature packet ke jaringan. Tiap stasiun akan mendeteksi paket tersebut sehingga ia mengetahui bahwa ada stasiun lain yang akan mengirimkan data. Karena itu, stasiun-stasiun lain yang akan mengirimkan paket juga pada saat itu dapat menunda waktu pengiriman.

Standar original IEEE 802.11 ini semakin meningkat melalui dokumen-dokumen tambahan yang didesain dengan huruf mengikuti nama 802.11, seperti 802.11b, 802.11a, atau 802.11g. Huruf dibelakang 802.11 tersebut mewakili grup kerja yang mendefinisikan perluasan dari setiap standarnya. Peningkatan ini membawa kenaikan pada data rate seperti yang diringkas pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Spesifikasi IEEE 802.11

1. IEEE 802.11b

Disahkan oleh IEEE pada Juli 1999, 802.11b merupakan peningkatan dari standar original IEEE 802.11 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

(23)

hingga data rate naik menjadi 11 Mbps pada spektrum 2,4 GHz dengan menggunakan modulasi Complementary Code Keying (CCK). Data rate

dapat beroperasi pada 11 Mbps, tetapi akan turun menjadi 5,5,2 dan 1 Mbps jika kualitas sinyal semakin mengecil.

2. IEEE 802.11a

Disahkan oleh IEEE pada waktu yang sama dengan 802.11b dan beroperasi pada spektrum 5 GHz. Standar ini didesain untuk aplikasi yang membutuhkan bandwidth lebih besar dari 802.11b, dan memiliki data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, 54 Mbps dengan menggunakan modulasi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Daya sinyal standar ini lebih kecil dari 802.11b maupun 802.11g karena 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi.

3. IEEE 802.11g

Pada tahun 2003 standar ini disahkan oleh IEEE yang pada dasarnya memiliki spektrum yang sama dengan 802.11b yaitu 2,4 GHz. 802.11g menggunakan modulasi CCK untuk kompatibilitas dengan standar sebelumnya 802.11b dengan data rate 1, 2, 5,5, dan 11 Mbps. Sedangkan untuk mencapai throughput yang lebih baik menggunakan modulasi OFDM dengan data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, 54 Mbps.

(24)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15

BAB III

PENGIMPLEMENTASIAN SISTEM

Bab ini menjelaskan alur kerja, pemodelan sistem, spesifikasi perangkat keras dan lunak serta beberapa skenario pengamatan yang akan dijalankan saat pengambilan data agar dapat mencapai tujuan awal dari Tugas Akhir ini.

3.1 Penjelasan Alur Kerja

Berikut adalah flowchart tahap-tahap yang dilakukan selama pengimplementasian:

Mulai

Koneksi Server Streaming Pada Jaringan Indosat Melalui Kabel UTP

Installasi Sofware VLC dan Wireshark Pada Server Streaming dan User

User Bergerak Menuju Lokasi Untuk Me-Request Video Streaming

Tahap Koneksi User Pada Jaringan

W-LAN Indosat Melalui Acess Point

Setting Software VLC Pada Server

Streaming dan User Untuk Menjalankan

Video Streaming

Peng-capture-an Parameter Troughput,

Packet loss, dan Jitter dari Video Streaming

User berpindah ke lokasi selanjutnya yang telah

ditentukan

Selesai

User Sudah Mencapai lokasi yang telah ditentukan

(25)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15

3.2 Pemodelan Sistem

Jaringan LAN Indosat

Server

HUB

Access Point

User

User

Gambar 3.2 Pemodelan Sistem

Seperti terlihat pada gambar 3.2 di atas pemodelan sistem pengukuran dilakukan dengan 1 buah komputer sever yang terhubung dengan jaringan LAN PT Indosat melalui switch atau hub menggunakan kabel UTP. Dan dua buah komputer laptop dengan spesifikasi yang sama sebagai 2 user yang me-request video streaming yang terhubung dengan jaringan LAN PT Indosat secara wireless

via Access point. Pada pemodelan sistem tersebut, hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan perangkat hardware dan software yang akan digunakan dalam percobaan ini dan penentuan lokasi yang akan digunakan oleh user untuk mengambil data percobaan. Perangkat hardware dan software yang akan digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

1. Hardware

• Satu buah komputer desktop untuk server dengan spesifikasi prosesor Intel Dual Core CPU E5300 @260 GHz, RAM 3062 MB

• Dua buah komputer laptop untuk user dengan spesifikasi prosesor Intel Celeron 2,4 GHz, RAM 1024 MB

• Kabel UTP category 5

• 1 buah Ethernet 100 Mbps 2. Software

• Windows XP Professional

(26)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15

• VLC media player 1.0.5

3.3 Skenario Pengukuran

Skenario yang dijalankan pada saat pengukuran adalah melalui tahap awal, yaitu penentuan lokasi yang harus didatangi user untuk melakukan percobaan. Lokasi tersebut haruslah strategis bagi user yang dalam hal ini adalah pegawai, dan merupakan lokasi yang potensial bagi user untuk mengakses video streaming. Lokasi tersebut juga bisa merupakan lokasi yang dapat digunakan pegawai untuk berkumpul dan berdiskusi bersama. Tempat-tempat seperti ini juga sudah banyak terdapat dalam lingkungan PT Indosat. Lokasi yang telah ditentukan untuk percobaan ini adalah:

1. Lokasi pertama adalah ruang Call Center.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 15 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point gedung podium belakang lantai 2 depan ruang istirahat call center. 2. Lokasi kedua adalah Ruang Quality Assurance.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 15 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point gedung podium belakang lantai 2.

3. Lokasi ketiga adalah Ruang Loby Podium Tower.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 10 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point Podium Tower lantai satu.

4. Lokasi keempat adalah Ruang istirahat Call Center

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 5 meter dengan Access Point

dengan kondisi Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point gedung podium belakang ruang istirahat call center lantai 2.

5. Lokasi kelima adalah Ruang Loby Podium Depan (Direksi)

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 10 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point galeri podium depan lantai 1.

(27)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15 6. Lokasi keenam adalah Ruang Perpustakaan.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 5 meter dengan Access Point

dengan kondisi Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point podium Tower lantai 23

7. Lokasi ketujuh adalah Ruang Smoking Area.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 20 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point galeripodium Tower lantai

8. Lokasi kedelapan adalah Ruang Aula Podium Depan

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 30 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point podium depan lantai 4.

9. Lokasi kesembilan adalah Ruang Pameran Teknologi Podium Depan (Galeri) Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 10 meter dengan Access Point

dengan kondisi Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point Galeri podium depan lantai 1.

10.Lokasi kesepuluh adalah Kantin.

Pada lokasi ini user berada pada jarak sekitar 25 meter dengan Access Point

dengan kondisi Non Line of Sight. Access Point yang terhubung adalah Access Point Podium Tower lantai 8.

Setelah lokasi ditentukan tahap berikutnya adalah instalasi dan konfigurasi

software yang dibutuhkan pada komputer server streaming dan komputer user. Komputer yang dipakai untuk server streaming merupakan sebuah komputer yang berada pada ruang call center. Untuk pengkoneksiannya, komputer tersebut telah terhubung secara fisik ke dalam jaringan LAN PT Indosat bersamaan dengan komputer lainnya pada ruang call center melalui sebuah switch dengan menggunakan kabel UTP. Setelah itu IP address komputer server harus diubah menjadi IP address yang sesuai agar dapat terhubung dengan jaringan LAN PT Indosat. Setelah komputer ter-koneksi lalu dilanjutkan dengan meng-install program yang dibutuhkan dalam percobaan ini, yaitu program aplikasi video

(28)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15

streaming dan program yang dapat meng-capture parameter-parameter yang dibutuhkan dalam percobaan ini.

Sedangkan untuk komputer laptop yang akan dijadikan sebagai client dalam percobaan ini cukup dengan konfigurasian terlebih dahulu. Untuk peng-koneksian dilakukan pada saat user sudah berada pada lokasi yang telah ditentukan untuk melakukan percobaan. Konfigurasi computer client dilakukan dengan meng-install program yang sama yang terdapat pada komputer server. Pada tahap ini juga dipastikan daya batere pada laptop cukup untuk melakukan percobaan.

3.4 Pengamatan Sistem

Tahap selanjutnya adalah tahap pengamatan sistem. Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah user bergerak menuju posisi yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama user bergerak ke lokasi 1 ruang call center. Tahap yang dilakukan untuk kedua buah user adalah:

1. Menyalakan komputer laptop. Membuka program Wireshark dan VLC.

2. Menghubungkan komputer laptop ke dalam jaringan PT Indosat dengan cara mengaktifkan wireless card pada laptop, kemudian pada menu wireless connection akan muncul ssid (ISAT_IT) lalu melakukan koneksi dan meminta IP Address melalui DHCP server.

3. Setelah terkoneksi pada ssid (ISAT_IT) kemudian meng-konfigurasi software VLC dengan cara menekan Crtl+N atau File – Open Network Stream, lalu checklist UDP/RTP Multicast dan memberikan nomor port yang sama dengan server.

4. Setelah itu pada software Wireshark dilakukan peng-capture-an data dengan cara memilih Capture – Start setelah video streaming sudah berjalan. Peng-capture-an dilakukan selama sekitar 1 menit.

5. Pada saat yang bersamaan di komputer server streaming dilakukan konfigurasi sebagai berikut:

• Setelah server terkoneksi dengan jaringan PT Indosat, menjalankan program VLC dan Wireshark.

(29)

Bab III Pengimplementasian Sistem

15

• Konfigurasi VLC dilakukan dengan 2 cara, pertama dengan menggunakan menu File – Wizard (tekan Ctrl+W) lalu ikuti petunjuk yang ditampilkan oleh program VLC. Cara yang kedua adalah dengan memilih file source dari harddisk, lalu checklist Stream Output dengan menekan Setting, lalu pilih metode output yang diinginkan (menggunakan protokol UDP dan masukkan IP address tujuan/user). Dan dilanjutkan dengan pemilihan pengkodean video (dipilih MPEG-TS) dan audio (dipilih mpga 16 kbps). Setelah itu penentuan TTL (default 1) sebelum paket dikirimkan.

• Setelah video streaming berjalan, kemudian menjalankan program peng-capture-an dengan cara memilih Capture – Start pada program Wireshark. Pengcapture-an dilakukan selama 1 menit.

• Setelah selesai lalu menunggu hingga user berpindah ke lokasi berikutnya dan menjalankan proses yang sama.

(30)

Bab IV Analisis Sistem 21

BAB IV ANALISIS SISTEM

4.1 Gambaran Analisis

Pada bab ini akan dilakukan analisa dari hasil yang didapatkan selama proses percobaan. Dari hasil tersebut, data-data yang diperoleh antara lain berupa

throughput, packet loss, delay, dan jitter yang merupakan parameter performansi jaringan. Kemudian akan dilakukan analisis untuk setiap parameter tersebut pada seluruh lokasi yang ada. Analisis ini akan memberikan uraian bagaimana pengaruh perbedaan lokasi terhadap kualitas layanan video streaming pada jaringan wireless. Serta mengetahui lokasi terbaik bagi user untuk menjalankan aplikasi video streaming dalam lingkungan kantor Indosat dengan memperbandingkan parameter-parameter yang telah didapat dengan standar ITU-T Recommendation G.1010 : End-user multimedia QoS categories agar dapat tercapai tujuan dari Tugas Akhir ini.

Parameter-parameter yang akan dianalisis antara lain adalah:

Throughput, yaitu jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati di titik pengamatan pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Jumlah throughput hasil dari percobaan dapat dilihat pada program Wireshark melalui menu Statistics – Summary. Dari tabel ITU-T G.1010 didapatkan nilai untuk throughput saat video streaming

yang baik adalah 16-384 kbps.

Packet Loss Ratio, yaitu perbandingan seluruh paket IP yang hilang dengan seluruh paket IP yang dikirimkan antara source dan destination. Hasil ini didapatkan dengan membandingkan data total paket yang diterima client dan data total paket yang dikirimkan server. Paket yang hilang adalah total paket yang dikirimkan server dikurangi total paket yang diterima client. Paket yang hilang lalu dibagi dengan total paket yang dikirimkan server untuk mendapatkan Packet Loss Ratio. Dari tabel ITU-T G.1010 didapatkan nilai untuk packet loss ratio saat video streaming yang baik adalah kurang dari 1%.

(31)

Bab IV Analisis Sistem 22

Delay, yaitu selisih waktu (t2 – t1

Jitter, yaitu variasi dari delay yang telah diterima oleh client, yang dapat menyebabkan sinyal terdistorsi dan dapat diperbaiki dengan meningkatkan buffer di antrian. Dari tabel ITU-T G.1010 didapatkan nilai untuk jitter saat

video streaming yang baik adalah kurang dari 1 ms. Pada percobaan ini jitter

dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.1 pada bab II. Dengan contoh sebagai berikut:

) antara dua titik pengukuran, t2 pengukuran pada client dan t1 pengukuran pada server. Untuk percobaan ini delay didapat dengan mengurangkan waktu pada client dengan waktu pada server untuk satu paket yang sama dari video streaming. Delay yang diambil adalah rata-rata dari delay selama waktu pengamatan. Dari tabel ITU-T G.1010 didapatkan nilai untuk delay saat video streaming yang baik adalah kurang dari 10 s.

Dilihat dari data delay lokasi 1 didapatkan :

D1= 117,956 ms D2= 175,959 ms Jitter1= 0 ms (asumsi)

Dengan menggunakan persamaan 2.1 akan didapatkan jitter2

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 1 adalah untuk

Throughput = 1,185 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio = 9,83 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 236,859 ms. Bila

= 3,625 ms. Dan begitu untuk mencari jitter yang selanjutnya. Lalu diambil jitter rata-ratanya.

4.2 Analisis Lokasi 1

Lokasi 1 adalah ruangan call center. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, ruangan tersebut dalam kondisi ramai namun tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan wireless Indosat di ruangan tersebut. User

terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 2 podium belakang depan ruang istirahat agent call center. Dengan jarak sekitar 15 meter dari Access Point

dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 1 ini terdapat 4 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

(32)

Bab IV Analisis Sistem 23

mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) = 16,089 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 1 saat streaming cukup bagus. Gambar terlihat cukup jelas dan sesuai dengan aslinya dan audio terdengar cukup jelas dan bisa dimengerti. Playback nya pun berjalan cukup lancar tanpa ada patah-patah. Lokasi 1 cocok untuk dijadikan tempat melakukan video streaming.

4.3 Analisis Lokasi 2

Lokasi 2 adalah ruang Quality Assurance lantai 2 podium belakang. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, di dalam area tersebut terdapat satu user

lain yang terkoneksi dengan jaringan wireless Indosat. User terkoneksi dengan

Access Point yang berada di lantai 2 podium belakang. Dengan jarak sekitar 15 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 2 ini terdapat 4 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 2 adalah untuk

Throughput = 1,165 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =28,92 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 1541,270 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) = 50,620 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 2 saat streaming masih bagus dengan gambar masih terlihat cukup jelas walau sedikit buram dan hasil suara terdengar cukup jelas. Pada saat playback kurang terlihat mulus dan agak sedikit patah-patah. Sehingga kualitas video streaming sudah tidak nyaman untuk dilihat dan didengar. Lokasi 2 tidak memadai untuk melakukan aplikasi video streaming.

(33)

Bab IV Analisis Sistem 24

4.4 Analisis Lokasi 3

Lokasi 3 adalah ruang lobi podium tower yang merupakan tempat berkumpul bagi pegawai. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, di dalam area tersebut terdapat 3 user lain yang terkoneksi dengan jaringan wireless Indosat. User terkoneksi dengan Access Point yang berada dilantai 1 podium tower. Dengan jarak sekitar 10 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 3 ini terdapat 4 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 3 adalah untuk Throughput = 1,153 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =20,03 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 450,431 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) = 30,046 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 3 saat streaming masih bagus dengan gambar masih terlihat cukup jelas walau sedikit buram sedangkan hasil suara terdengar jelas. Pada saat playback pun terlihat mulus dan nyaman untuk dilihat. Sehingga kualitas video streaming cukup nyaman untuk dilihat dan didengar. Lokasi 3 cukup memadai untuk melakukan aplikasi video streaming.

4.5 Analisis Lokasi 4

Lokasi 4 adalah ruang istirahat agent call center lantai 2 podium belakang yang merupakan tempat berkumpul bagi agent call center. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, di dalam area tersebut tidak terdapat user lain yang terkoneksi dengan jaringan wireless Indosat. User terkoneksi dengan Access Point

yang berada di lantai 2 podium belakang depan ruang istirahat call center. Dengan jarak sekitar 5 meter dari Access Point dan kondisi Line of Sight. Di lokasi 4 ini

(34)

Bab IV Analisis Sistem 25

terdapat 3 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 4 adalah untuk

Throughput = 1,371 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =0,86 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 41,316 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter

(rata-rata)= 1,695 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut sudah hampir mendekati standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 4 saat streaming sangat memuaskan dengan kualitas gambar dan suara yang persis sama dengan yang berada diserver. Playback-nya pun sangat mulus dan nyaman untuk dilihat. Lokasi 4 sangat memadai untuk melakukan video streaming.

4.6 Analisis Lokasi 5

Lokasi 5 adalah ruang lobi podium depan (direksi). Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, ruangan tersebut sedang kosong dan tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan wireless Indosat diruangan tersebut. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 2 gedung B sebelah timur. Dengan jarak sekitar 10 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 5 ini terdapat 4 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 5 adalah untuk

Throughput = 1,254 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio = 6,95 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 177,448 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata)

(35)

Bab IV Analisis Sistem 26

=16,006 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 5 saat streaming tidak jauh berbeda dengan lokasi 4 dan sangat memuaskan. Kualitas gambar sangat bagus dan terlihat dengan jelas begitu pula dengan suaranya terdengar sama jelasnya. Pada saat playback

pun sangat mulus dan tidak adanya efek patah-patah. Lokasi 5 juga memadai untuk melakukan video streaming.

4.7 Analisis Lokasi 6

Lokasi 6 adalah ruangan perpustakaan. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, di dalam area tersebut terdapat satu user lain yang terkoneksi dengan jaringan wireless Indosat. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 23 podium tower. Dengan jarak sekitar 5 meter dari Access Point dan kondisi Line of Sight. Di lokasi 6 ini terdapat 3 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 6 adalah untuk

Throughput = 1,301 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =0,52 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut sudah

memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 31,543 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata rata) = 1,312 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut masih di bawah walaupun hampir mendekati standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 6 saat streaming sangat memuaskan dengan kualitas gambar dan suara yang persis sama dengan yang berada di server. Playback-nya pun sangat mulus dan nyaman untuk dilihat. Lokasi 6 sangat memadai untuk melakukan video streaming.

(36)

Bab IV Analisis Sistem 27

4.8 Analisis Lokasi 7

Lokasi 7 adalah ruangan smoking area. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan wireless Indosat di ruangan tersebut. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 1 podium depan. Dengan jarak sekitar 20 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 7 ini terdapat 3 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 7 adalah untuk

Throughput = 1,133 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =31,79 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 2245,322 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) = 70,481 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 7 saat streaming kurang bagus dengan gambar sudah terlihat cukup buram dan hasil suara terdengar seperti ada gangguan. Pada saat playback kurang terlihat mulus dan agak sedikit patah-patah. Sehingga kualitas video streaming sudah tidak nyaman untuk dilihat dan didengar. Lokasi 7 tidak memadai untuk melakukan aplikasi video streaming.

4.9 Analisis Lokasi 8

Lokasi 8 adalah ruang aula podium depan yang merupakan tempat berkumpul bagi pegawai. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan wireless Indosat di lokasi tersebut. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 4 podium depan. Dengan jarak sekitar 30 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 8 ini terdapat 3 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

(37)

Bab IV Analisis Sistem 28

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 8 adalah untuk

Throughput = 1,170 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =29,88 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 1741,022 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) =48,838 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 8 saat streaming masih bagus dengan gambar masih terlihat cukup jelas walau sedikit buram dan hasil suara terdengar cukup jelas. Pada saat playback kurang terlihat mulus dan agak sedikit patah-patah. Sehingga kualitas video streaming sudah tidak nyaman untuk dilihat dan didengar. Lokasi 8 tidak memadai untuk melakukan aplikasi video streaming.

4.10 Analisis Lokasi 9

Lokasi 9 adalah ruang pameran teknologi podium depan (galeri) yang merupakan tempat berkumpul bagi pegawai perokok. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan

wireless Indosat di lokasi tersebut. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 1 podium depan. Dengan jarak sekitar 10 meter dari Access Point

dan kondisi Line of Sight. Di lokasi 9 ini terdapat 4 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT-IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 9 adalah untuk

Throughput = 1,247 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio =3,54 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 177,211 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) =

(38)

Bab IV Analisis Sistem 29

8,947 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 9 saat streaming cukup bagus. Gambar terlihat cukup jelas dan sesuai dengan aslinya dan audio terdengar cukup jelas dan bisa dimengerti. Playbacknya pun berjalan cukup lancar tanpa ada patah-patah. Lokasi 9 cocok untuk dijadikan tempat melakukan video streaming.

4.11 Analisis Lokasi 10

Lokasi 10 adalah ruangan kantin yang merupakan tempat berkumpul bagi pegawai pada waktu istirahat. Pada saat pengambilan data percobaan oleh user, tidak ada user lainnya yang sedang mengakses jaringan wireless Indosat di lokasi tersebut. User terkoneksi dengan Access Point yang berada di lantai 8 podium tower. Dengan jarak sekitar 25 meter dari Access Point dan kondisi Non Line of Sight. Di lokasi 10 ini terdapat 3 ssid yang sedang aktif pada saat yang bersamaan. Yang kita pilih adalah ssid (ISAT_IT).

Hasil parameter-parameter yang didapat dari percobaan lokasi 10 adalah untuk

Throughput = 1,175 Mbps. Angka ini sangat bagus untuk pengaplikasian video

streaming. Sedangkan untuk Packet Loss Ratio = 15,12 %. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar dari ITU yang maksimal adalah 1% untuk video streaming. Sedangkan untuk Delay (rata-rata) = 501,876 ms. Bila mengacu pada table ITU G.1010 angka tersebut sudah memenuhi standar dari ITU yang maksimal adalah 10 s untuk video streaming. Dan untuk Jitter (rata-rata) = 20,841 ms. Bila mengacu pada tabel ITU G.1010 angka tersebut di bawah standar ITU yang maksimal adalah kurang dari 1 ms.

Hasil video dan audio pada lokasi 10 saat streaming cukup bagus. Walaupun kualitas gambar yang diterima tidak sejelas pada server, tapi hasil suara yang diterima sejelas aslinya. Pada saat playback pun tidak ada gangguan delay yang menyebabkan kondisi patah-patah. Lokasi 10 cukup memadai untuk digunakan pada saat video streaming.

(39)

Bab IV Analisis Sistem 30

4.12 Analisis Throughput

Data throughput ini didapatkan dari hasil peng-capture-an paket-paket yang diterima pada wireless klien dengan menggunakan software wireshark. Pada software ini nilai throughput yang didapatkan merupakan hasil dari pembulatan dan dapat dilihat pada menu Statictics – Summary, sedangkan untuk nilai throughput yang lebih akurat dapat dicari dengan cara membagi jumlah bit total kedatangan paket IP sukses dengan durasi interval waktu pengamatan. Berikut ini adalah data throughput yang didapat dari hasil peng-capture-an untuk seluruh lokasi pengamatan.

Tabel 4.1Tabel Throughput

Tabel Throughput (Mbps) Lokasi 1 User 2 User Lokasi 1 1.186 1.185 Lokasi 2 1.167 1.165 Lokasi 3 1.154 1.153 Lokasi 4 1.372 1.371 Lokasi 5 1.254 1.254 Lokasi 6 1.304 1.301 Lokasi 7 1.134 1.133 Lokasi 8 1.171 1.171 Lokasi 9 1.249 1.247 Lokasi 10 1.175 1.175 Rata-rata 1.2166 1.2155 Grafik Troughput (Mbps) 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 Lok as i 1 Lok as i 2 Lok as i 3 Lok as i 4 Lok as i 5 Lok as i 6 Lok as i 7 Lok as i 8 Lok as i 9 Lok as i 10 R at a-rat a Tabel Throughput (Mbps) 1 User Tabel Throughput (Mbps) 2 User

(40)

Bab IV Analisis Sistem 31

Dari data hasil pengamatan tersebut dapat terlihat bahwa besarnya throughput

yang terlihat berada di atas nilai 1 Mbps. Hal ini disebabkan pada saat pengamatan semua perangkat memakai setting-an default-nya, sehingga tidak adanya mekanisme pembatasan bandwidth dari server streaming. Maka nilai

throughput di sini merupakan keadaan sebenarnya dari perangkat jaringan

Wireless Indosat.

Faktor perbedaan lokasi mempengaruhi besar kuatnya sinyal yang diterima oleh user dikarenakan adanya halangan (obstacle) dan pengaruh jarak. Pada lokasi 4 dan 6 throughput mempunyai nilai terbesar lalu menurun untuk lokasi-lokasi berikutnya. Hal ini disebabkan pada lokasi 4 dan 6 sinyal jarak user dan AP sangat dekat dan tidak adanya pembatas antara keduanya, sehingga jumlah paket yang diterima user maksimal. Penurunan nilai throughput sebesar 100 kbps terjadi ketika user berpindah ke lokasi 1, 5, dan 9, saat user dan AP mempunyai jarak yang cukup jauh dan adanya penghalang di antara keduanya. Penurunan yang lebih besar terjadi untuk lokasi berikutnya ketika jarak user dengan AP semakin jauh dan makin banyaknya penghalang diantara keduanya.

4.13 Analisis Packet Loss Ratio

Sebelum mendapatkan packet loss ratio (dalam persen), terlebih dulu dilakukan pengurangan jumlah paket yang tercatat pada software wireshark di

Measurement Point (MP) server dengan jumlah paket yang tercatat di MP pada klien untuk mendapatkan satuan paket yang hilang. Setelah itu, packet loss ratio

didapatkan dari membagi antara satuan paket yang hilang pada klien dengan jumlah total paket pada server yaitu sebesar 32592, kemudian hasil tersebut dikalikan 100 %. Berikut ini adalah data packet loss ratio untuk seluruh lokasi pengamatan.

Tabel 4.2 Tabel Packet Loss Ratio

Tabel Packet Loss Ratio (%) Lokasi 1 User 2 User Lokasi 1 9.41 9.83 Lokasi 2 28.62 28.92 Lokasi 3 19.65 20.03 Lokasi 4 0.53 0.86

(41)

Bab IV Analisis Sistem 32 Lokasi 5 6.88 6.95 Lokasi 6 0.35 0.52 Lokasi 7 31.14 31.79 Lokasi 8 29.45 29.88 Lokasi 9 3.16 3.54 Lokasi 10 14.94 15.12 Rata-rata 14.413 14.744

Grafik Packet Loss Ratio (%)

0 5 10 15 20 25 30 35 Loka si 1 Loka si 2 Loka si 3 Loka si 4 Loka si 5 Loka si 6 Loka si 7 Loka si 8 Loka si 9 Loka si 10 Rat a-ra ta

Tabel Packet Loss Ratio (%) 1 User Tabel Packet Loss Ratio (%) 2 User

Gambar 4.2 Grafik Packet Loss Ratio

Dari data hasil pengamatan diatas dapat terlihat bahwa pada saat user berada di lokasi 4 dan 6, packet loss yang terjadi paling kecil di antara lokasi lainnya yang bernilai rata-rata 0,44 %. Nilai packet loss tersebut makin membesar ketika

user berada di lokasi 1, 5 , dan 9 dengan rata-rata bernilai 6,48 %. Dan pada saat

user berada pada lokasi 3 dan10 nilai packet loss bertambah besar dengan rata-rata bernilai 17,58 %. Pada saat user berada pada lokasi 2, 7 dan 8 packet loss

bernilai paling besar dibandingkan dengan lokasi lainnya dengan rata-rata bernilai 32,34 % dan nilai terbesarnya 31,14 % pada lokasi 7. Nilai packet loss

mempunyai nilai terendah pada lokasi 4 dan 6 dikarenakan pada lokasi tersebut jarak user dengan AP adalah yang paling dekat dibandingkan lokasi lainnya dan tidak adanya penghalang antara user dengan AP, sehingga paket data yang dikirim oleh server hampir semuanya berhasil diterima oleh user. Ketika user berpindah ke lokasi berikutnya dengan makin bertambahnya jarak antara user dan AP serta

(42)

Bab IV Analisis Sistem 33

makin bertambahnya penghalang di antara keduanya mengakibatkan sinyal terima user semakin kecil, sehingga banyaknya paket data yang hilang sebelum sampai ke user semakin besar.

4.14 Analisis Delay

Nilai delay ini didapatkan dengan pengurangan antara waktu yang terukur pada software wireshark pada user dengan waktu yang terukur pada server. Pengurangan tidak dapat dilakukan langsung antara paket yang datang pertama pada user dengan paket pertama yang ter-capture di server, hal ini dikarenakan ada paket yang hilang. Langkah pertama adalah menyamakan angka identification

pada header IP yang tercatat pada software peng-capture pada user dan server. Lalu kemudian dapat dilakukan pengurangan waktu yang terukur pada klien dengan waktu pada server.

Berikut ini adalah data delay rata-rata untuk keseluruhan lokasi pengamatan dengan mengambil waktu pengamatan antara 10,1 s dan 30,1 s.

Tabel 4.3 Tabel Delay rata-rata

Delay Rata-rata (ms) Lokasi 1 User 2 User Lokasi 1 239.815 236.859 Lokasi 2 1536.142 1541.27 Lokasi 3 454.296 450.431 Lokasi 4 38.388 41.316 Lokasi 5 181.417 177.448 Lokasi 6 33.912 31.543 Lokasi 7 2241.378 2245.32 Lokasi 8 1735.832 1740.02 Lokasi 9 173.724 177.211 Lokasi 10 498.492 501.876 Rata-rata 713.3396 714.3298

(43)

Bab IV Analisis Sistem 34 0 500 1000 1500 2000 2500 Lokas i 1 Lokas i 3 Lokas i 5 Lokas i 7 Lokas i 9 Rat a-ra ta Delay Rata-rata (ms) 1 User Delay Rata-rata (ms) 2 User

Gambar 4.5 Grafik Delay rata-rata

Dari data hasil pengamatan tersebut, bahwa untuk lokasi 4 dan 6 delay yang terjadi sangat kecil sekali dengan rata-rata bernilai 36,150 ms, ini dikarenakan pada lokasi tersebut user mempunyai jarak yang sangat dekat dengan AP dan tidak adanya penghalang diantara keduanya sehingga user dapat menangkap semua paket dengan baik dan waktu delay akan semakin kecil. Ketika user

berpindah ke lokasi berikutnya terjadi kenaikan waktu delay yang sejalan dengan bertambahnya jarak user dengan AP dan banyaknya penghalang antara user

dengan AP. Hal ini menyebabkan user tidak dapat menerima paket dengan baik sehingga waktu delay paket data ke user semakin besar.

Pada lokasi 7 user berada pada jarak yang jauh dengan AP dan banyaknya penghalang antara keduanya menyebabkan delay yang terjadi semakin besar dengan nilai delay mencapai 2241.378 ms. Hal ini menyebabkan kualitas video

streaming yang diterima oleh user sangat buruk sekali.

4.15 Analisis Jitter

Langkah pertama untuk menghitung jitter sama dengan menghitung delay

yaitu menyamakan identification header paket IP. Setelah itu, nilai jitter dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1 pada bab II. Berikut ini adalah data

(44)

Bab IV Analisis Sistem 35

Tabel 4.4 Tabel Jitter rata-rata

Jitter rata-rata(ms)

Lokasi 1 User 2 User Lokasi 1 16.008 16.089 Lokasi 2 50.001 50.62 Lokasi 3 30.257 30.046 Lokasi 4 1.397 1.695 Lokasi 5 16.043 16.006 Lokasi 6 1.264 1.312 Lokasi 7 70.548 70.481 Lokasi 8 48.652 18.838 Lokasi 9 8.917 8.947 Lokasi 10 20.242 20.841 Rata-rata 26.333 23.4875 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Lokas i 1 Lokas i 2 Lokas i 3 Lokas i 4 Lokas i 5 Lokas i 6 Lokas i 7 Lokas i 8 Lokas i 9 Lokas i 10 Rat a-ra ta Jitter rata-rata(ms) 1 User Jitter rata-rata(ms) 2 User

Gambar 4.6 Grafik Jitter rata-rata

Dari data hasil pengamatan tersebut, bahwa untuk setiap lokasi user yang makin jauh dari AP mengakibatkan nilai jitter semakin besar. Hal ini disebabkan karena makin buruknya sinyal penerimaan pada user mengakibatkan paket data yang sampai ke user mengalami waktu penundaan yang besar. Kenaikan nilai

jitter sejalan dengan bertambahnya jarak user dengan AP pada lokasi pengamatan. Adanya penghalang (obstacle) antara user dengan AP juga berakibat pada berkurangnya daya terima user, sehingga paket data yang menuju user mengalami

(45)

Bab IV Analisis Sistem 36

waktu penundaan yang besar. Nilai jitter pada lokasi dengan kondisi banyak penghalang lebih besar dibandingkan pada lokasi dengan kondisi tanpa penghalang.

4.16 Analisis Pemilihan Lokasi Terbaik

Selama pengamatan dari 12 lokasi yang telah dijalankan dapat terlihat bahwa pada lokasi 4 dan 6 user dapat menikmati kualitas layanan streaming yang sangat baik. Video yang ditampilkan sangat bagus sesuai dengan data aslinya dan berjalan mulus. Sedangkan untuk lokasi 1, 3, 5, 9, dan 10 kualitas dari video yang ditampilkan mulai mengalami penurunan dengan adanya beberapa gambar yang rusak. Hal ini disebabkan pada lokasi tersebut jarak user dengan AP makin menjauh dan banyaknya obstacle (penghalang) antara user dan AP. Walaupun pada persyaratan yang berada pada tabel performance targets for audio and video applications, bahwa packet loss ratio untuk aplikasi ini < 1 %, sedangkan nilai

packet loss ratio pada lokasi tersebut menunjukkan angka 1 % < x < 20 %, isi kandungan informasi video streaming pada sisi klien masih dapat ditangkap dengan baik, meskipun kualitas gambar tidak sebagus seperti saat menjalankan aplikasi tersebut pada media player yang memutar file langsung dari dalam

harddisk PC. Untuk lokasi 2, 7, dan 8 kualitas video yang diterima pada sisi user

mengalami penurunan yang cukup besar. Hal ini dikarenakan jarak antara user

dengan AP makin besar dibandingkan dengan lokasi yang lainnya dan makin banyaknya obstacle yang menghalangi user dengan AP. Kualitas video yang terlihat sangat buruk dan sangat tidak nyaman untuk dilihat oleh user. Pada lokasi 7 video streaming yang terlihat sangat rendah sekali. Gambar sudah tidak dapat lagi terlihat dengan baik dan berjalan lambat sekali dengan video sering berhenti untuk waktu yang lama sebelum berputar kembali.

(46)

Bab V Kesimpulan dan Saran

37

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai throughput yang terlihat mempunyai nilai rata-rata 1,2166 Mbps dengan nilai tertinggi 1,372 Mbps pada lokasi 4 dan nilai terendah 1,134 Mbps pada lokasi 7.

2. Nilai packet loss ratio yang terlihat mempunyai rata-rata nilai 14,413 % dengan nilai terendah 0,35 % pada lokasi 6 dan nilai tertinggi 29.45 % pada lokasi 8.

3. Nilai delay yang terlihat mempunyai nilai rata-rata 713,3396 ms dengan nilai terendah 33,912 ms pada lokasi 6 dan nilai tertinggi 2241,378 ms pada lokasi 7.

4. Nilai jitter yang terlihat mempunyai nilai rata-rata 26,333ms dengan nilai terendah 1,264 ms pada lokasi 6 dan nilai tertinggi 70.548 ms pada lokasi 7.

5. Lokasi yang masih termasuk dalam kategori ITU-T G.1010 untuk parameter Throughput menggunakan layanan video streaming adalah seluruh lokasi yang telah digunakan untuk percobaan.

6. Lokasi yang masih termasuk dalam kategori ITU-T G.1010 untuk parameter packet loss ratio menggunakan layanan video streaming adalah lokasi 4 dan 6, sedangkan yang lainnya tidak memenuhi standar ITU-T. 7. Lokasi yang masih termasuk dalam kategori ITU-T G.1010 untuk

parameter delay menggunakan layanan video streaming adalah seluruh lokasi yang telah digunakan untuk percobaan.

8. Penurunan layanan video streaming terjadi dikarenakan bertambahnya jarak antara user dengan AP dan makin banyaknya obstacle di antara user dan AP.

Gambar

Gambar 2.1 Model Protocol TCP/IP
Gambar 2.2 Teknik Perhitungan Jitter
Gambar 2.3 Prinsip kerja streaming
Gambar 2.4 Infrastructure Mode
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa routing protocol DSR lebih baik berdasarkan parameter jaringan throughput, delay, jitter, packet delivery ratio, packet loss, dan

jitter , packet loss dan throughput dari pada protokol SIP, didapati bahwa pada protokol SIP parameter packet loss, delay, jitter hingga throughput semuanya memiliki

Dilihat dari hasil throughput, delay, packet loss,dan jitter yang didapat dari jaringan yang menggunakan teknologi MPLS-VPN mempunyai nilai yang lebih bagus dibandingkan dengan

Hasil pengujian performansi sebelum implementasi filtering port pada jaringan LAN menunujukkan nilai bandwidth 98,04 Mbits, Jitter 0,046 ms, dan Packet loss 0,3 ms..

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem Piconet Pervasive untuk mendapatkan nilai throughput, delay, jitter dan packet loss pada data rate yang ditransmisikan melalui

Hasil pengujian performansi sebelum implementasi filtering port pada jaringan LAN menunujukkan nilai bandwidth 98,04 Mbits, Jitter 0,046 ms, dan Packet loss 0,3

Pada penelitian ini akan dilihat Quality of Service layanan video dan audio streaming dengan parameter berupa throughput, packet loss, delay dan jitter saat digunakan

Skenario pengambilan data layanan video streaming Skenario Kualitas Video Parameter Kondisi Normal 360p, 480p, 720p dan 1080p Throughput, Packet Loss, Delay, Jitter Kondisi