• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama) - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH) Jurusan Ilmu Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

Oleh :

MUHAMMAD MUSHAWIR RAPI NIM.10500113010

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Mushawir Rapi

Nim : 10500113010

Tempat/Tgl. Lahir : Jeneponto, 03 Mei 1994

Jurusan : Ilmu Hukum

Fakultas : Syariah dan Hukum

Alamat : Jl Muhjirin II Perm. Maulana Regency No 7A Makassar

Judul : Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 15 Juni 2017

Penyusun,

Muhammad Mushawir Rapi

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga proses penulisan skripsi ini yang berjudul “Kedudukan Anak Angkat Dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)” dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmatan lil al-'alaimin, uswatun hasanah dan suri tauladan terbaik sepanjang masa yang telah membawa umat manusia dari alam kebiadaban menjadi alam berperadaban seperti saat ini.

Keterlibatan banyak pihak dalam proses penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, mereka yang berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini dan proses pembelajaran selama di Fakultas Syariah dan Hukum. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Uniersitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Ibu Istiqamah S.H.,M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak Rahman Syamsuddin S.H.,M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum.

(5)

v

5. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, terima kasih untuk seluruh didikan, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak Cening Budiana dan Ibu Hj. Nuraeni. selaku hakim di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Makassar atas kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan tanggapan atas beberapa pertanyaan yang penyusun ajukan dan atas saran-sarannya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Mustari, SH., MH. selaku bagian hukum kemahasiswaan di Pengadilan Negeri Makassar yang telah memberikan kesempatan dan arahan kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

8. Etta Tercinta Dra. Salmah ZR yang telah memberikan dukungan dan doa, serta kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun.

9. Ketiga orang tua tercinta, Ayah dan Ibu Drs. Muhammad Salim Rapi, Rahmawati dan Siti Nurbaya yang telah memberikan dukungan dan doa, serta kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun. Serta kepada kedua kakak dan adikku yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan yang terbaik.

10.Teman-teman Mahasiswa/i ILMU HUKUM Angkatan 2013 khususnya kepada Ilmu Hukum A, Terkhusus kepada Satriani S.H, Ahmad Kawakiby, Ruzmadi Zuarna, Muh. Takbir, dan Usman yang telah mendukung dan tak bosan untuk saling menasehati dan membantu penyusunan skripsi ini serta saudara-saudara seperjuangan yang hebat dan luar biasa.

(6)

vi

Hamid, Rikha Rezky Irjayanti, Muhamin Muis, Mansyur dan Bapak Kepala Desa Awaluddin Hamsah yang selalu memberikan nasehat dan dukungannya kepada penulis.

11. Terima Kasih Sahabatku Moh. Zukri Prasetyo Atas Dukungannya selamanya menyelseaikan Skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga orang-orang yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan di didalamnya, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu penyusun memohon maaf atas segala kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan dan penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua orang. Amin ya robbal alamin.

Makassar, 15 Juni 2017

Penulis,

Muhammad Mushawir Rapi

(7)

vii

DAFTAR ISI

JUDUL...i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...ii

PENGESAHAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vii

ABSTRAK...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1-13 A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14-58 A. Tinjauan Dasar Hukum Kewarisan ... 14

1. Pengertian Hukum Waris Islam ... 14

a. Bentuk – bentuk waris...22

b. Sebab-sebab adanya hak mewarisi...22

c. Syarat Mewarisi...23

d. Penganggur Hak Mewarisi...24

e. Golongan Ahli Waris...25

2. Pengertian Pengertian Hukum Waris Perdata ... 27

(8)

viii

B. Tinjauan Hukum Tentang Dasar Pengangkatan Anak ... 32

1. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak...39

a. Dasar Hukum Pengangkatan Anak...44

b. Syarat – Syarat Pengangkatan Anak...47

c. Tujuan Pengangkatan Anak...48

d. Akibat Hukum Pengangkatan Anak...53

BAB III METODE PENELITIAN ... 59-61 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 59

B. Metode Pendekatan ... 59

C. Sumber Data ... 59

D. Metode Pengumpulan Data ... 61

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 61

BAB IV KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM KEWARISAN...62-80 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...62

1. Pengadilan Negeri Makassar...62

2. Pengadilan Agama Makassar...65

B. Ketentuan Hukum Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan Dalam Pembagian Harta Warisan di Kota Makassar...68

1. Pengadilan Negeri Makassar...69

2. Pengadilan Agama Makassar...72

C. Ketentuan Hukum Tentang Pembagian Harta Warisan Terhadap Anak Angkat...73

1. Pengadilan Negeri...74

2. Pengadilan Agama...77

(9)

ix

B. Implikasi...82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x ABSTRAK

Nama : Muhammad Mushawir Rapi

Nim : 10500113010

Jurusan : Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Harta Warisan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama)

Skripsi ini membahas tentang kedudukan Anak Angkat di dalam orangtua angkat yang dimana Pengangkatan anak termasuk dalam kategori perbuatan hukum, yang mengakibatkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam terdapat perbedaan pengaturan tentang kedudukan anak angkat terhadap orang tua angkatnya. Hal tersebut berimplikasi pada proses pembagian warisan. Pembagian warisan terhadap anak angkat menurut Hukum Islam menggunakan wasiat wajibah, sedangkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak angkat mendapat warisan yang sama dengan anak sah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum Field Research Kualitatif Deskriptif yaitu metode penelitian lapangan dengan pengamatan langsung yang bersifat interaktif dan memaparkannya sesuai data – data yang diperoleh. Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Kota Makassar.

Kedudukan anak angkat terdapat pada Pasal 12 menyamakan seorang anak dengan anak yang sah dari perkawinan orang yang mengangkat. Dengan demikian, anak angkat didalam keluarga mempunyai kedudukan yang sama dengan anak kandung atau anak yang terlahir dari orang tua angkatnya. Hal itupun berakibat pada kesamaan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh anak angkat, termasuk pada pembagian warisan harta orang tua angkatnya apabila meninggal dunia.Sedangkan dalam hukum Islam, pengangkatan anaktidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya.

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah bagian dari segala tumpuhan dan harapan kedua orang tua (ayah

dan ibu) sebagai penerus hidup. Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya

perkawinan untuk menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan.

Mempunyai anak adalah kebanggaan dalam keluarga. Namun, demikian tujuan

tersebut terkadang tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan. Beberapa pasangan

hidup, tidaklah sedikit dari mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh

keturunan. Sedang keinginan untuk mempunyai anak nampaknya begitu besar.

sehingga kemudian di antara merekapun ada yang mengangkat anak.

Kita ketahui bahwa Pengangkatan anak terbagi dalam dua pengertian, yaitu:

a. pengangkatan anak dalam arti luas. Ini menimbulkan hubungan nasab

sehingga ada hak dan kewajiban selayaknya antara anak sendiri terhadap

orang tua sendiri

b. pengangkatan anak dalam arti terbatas. yakni pengangkatan anak orang

lain ke dalam keluarga sendiri dan hubungan antara anak yang diangkat

dan orang tua yang mengangkat hanya terbatas pada hubungan sosial saja1

1

(12)

2

Di Indonesia, ada tiga sistem hukum yang berlaku dan mengatur

permasalahan tentang pengangkatan anak. Ketiga sistem hukum itu adalah hukum

Islam, hukum Adat dan hukum perdata. Untuk sementara pembahasan mengenai

hukum Adat tidak kami sebutkan di sini, melainkan lebih dikonsentrasikan

terhadap hukum perdata dan hukum Islam di Indonesia

Hukum Islam sebagai satu pranata sosial memiliki dua fungsi;

1. sebagai kontrol sosial dan

2. sebagai nilai baru dan proses perubahan sosial.

Jika yang pertama hukum Islam ditempatkan sebagai blue-print atau cetak

biru Tuhan yang selain sebagai kontrol juga sekaligus sebagai social engineering

terhadap keberadaan suatu komunitas masyarakat. Sementara yang kedua, hukum

lebih merupakan produk sejarah yang dalam batas-batas tertentu diletakkan

sebagai justifikasi terhadap tuntutan perubahan sosial, budaya, dan politik. Oleh

karena itu, dalam konteks ini, hukum Islam dituntut akomodatif terhadap

persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasarnya. Sebab kalau tidak,

besar kemungkinan hukum Islam akan mengalami kemandulan fungsi, atau

meminjam istilah Abdurrahman Wahid, fosiliasi, bagi kepentingan umat. Karena itu

apabila para pemikir hukum tidak memiliki kesanggupan atau keberanian untuk

mereformulasi dan mengantisipasi setiap persoalan yang muncul dalam

masyarakat dan mencari penyelesaian hukumnya, maka hukum Islam akan

(13)

3

dipandang perlu untuk diadakan pembaharuan Hukum Islam seperti telah

diwujudkan dalam bentuk Kompilasi Hukum Islam atau dikenal KHI.

KHI Sesuai Inpres RI No.1 Tahun 1991 Tentang KHI sebagaimana

termaktub dalam diktumnya adalah perintah kepada Menteri Agama untuk

menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam.2 Tujuannya ialah untuk digunakan

oleh Instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukannya.

Pengangkatan anak termasuk dalam kategori perbuatan hukum, yang

mengakibatkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Kitab Undang - Undang

Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam terdapat perbedaan pengaturan

tentang kedudukan anak angkat terhadap orang tua angkatnya. Hal tersebut

berimplikasi pada proses pembagian warisan. Pembagian warisan terhadap anak

angkat menurut Kompilasi Hukum Islam menggunakan wasiat wajibah, sedangkan

di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak angkat mendapat warisan yang

sama dengan anak sah.

Defenisi pengangkatan anak terdapat dalam peraturan pemerintah Nomor 54

tahun 2007 pasal 1 butir 2 tentang pengangkatan Anak, berbunyi :

“Pegangkatan Anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang

anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke

dalam lingkungan keluarga orang tua angkat”.

2

(14)

4

Di Indonesia diberlakukan tiga sistem hukum kewarisan yaitu hukum

kewarisan Perdata, Islam, dan Adat. Ketiga sistem hukum ini diberlakukan karena

belum memiliki Undang – Undang hukum waris nasional yang dapat mengatur

seluruh rakyat Indonesia.

Pengangkatan anak bertujuan untuk meneruskan keturunan apabila dalam

suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan, mempertahankan ikatan perkawinan,

dan tidak pula karena faktor sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Namun

kedudukan anak angkat terhadap harta warisan yang diberikan oleh orang tua

angkatnya terjadi perbedaan menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUH

Perdata ) dan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ).

KUHPerdata (BW) tidak mengatur mengenai pengangkatan anak. Hal ini

membawa akibat tidak ada pengangkatan anak yang didasarkan pada KUH Perdata.

Akan tetapi, akibat perang dunia II di Belanda telah lahir Undang – Undang tentang

pengangkatan Anak, yaitu : Staatblad Nomor 129 Tahun 1917.

Dalam Staatsblad ini menyatakan bahwa anak adopsi memiliki hubungan

keperdataan secara hukum dan disamakan posisinya sebagai anak yang dilahirkan

dari perkawinan orang tua angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat.3

Adapun Fatwa Muhammadiyah dan NU mengenai adopsi bahwa:

3

(15)

5

Anak Angkat tidak boleh di akui dan disamakan sebagai anak kandung,

sehingga dalam pembagian harta warisan, anak angkat yang tidak memiliki hubungan

nasab atau hubungan darah dengan orang tua angkatnya tidak dapat saling mewarisi,

dengan kata lain anak angkat tidak mewarisi harta warisan yang ditinggalkan oleh

orang tua angkatnya, demikian pula sebaliknya orang tua angkat tidak mewarisi harta

warisan anak angkatnya.4

Di dalam hukum Perdata diartikan sebagai suatu ikatan sosial yang sama

dengan ikatan kewangsaan biologis. Anak angkat dalam hukum Perdata mendapat

kedudukan yang hampir sama dengan anak sendiri, yaitu dalam hal kewarisan dan

perkawinan. Namun sebaliknya, dalam hukum Islam tidak demikian. Hukum

Islam secara tegas melarang adanya pengangkatan anak yang mengakibatkan

hubungan nasab antara anak angkat dengan orang tua angkat dan tidak pula

menyebabkan hak waris. Kedudukan Anak Angkat dalam islam dijelaskan dalam QS.

Al-Ahzab/33: 4-5.

$¨Β

Ÿ

y

è

y

_

ª

!

$

#

9≅ã_

t

Ï9

ÏiΒ

É÷

t

7ù=

s

%

’Îû

ϵÏùöθ

y

_

4

$

t

Β

u

ρ

Ÿ

y

è

y

_

ãΝä3

y

_≡

u

ρø—

r

&

‘Ï↔

¯

ũ9

$

#

t

βρãÎγ≈

s

àè?

£åκ÷]ÏΒ

ö

/

ä3ÏG≈

y

γ¨Βé&

4

$

t

Β

u

ρ

Ÿ

y

è

y

_

öΝä.

u

!

$

u

ŠÏã÷Š

r

&

öΝä.

u

!

$

o

Ψö/

r

&

4

öΝä3Ï9≡

s

Œ

Νä3ä9öθ

s

%

öΝä3Ïδ≡

u

θøù

r

'Î/

(

ª

!

$

#

u

ρ

ãΑθà)

t

ƒ

¨,

y

sø9

$

#

u

θèδ

u

ρ

“ωôγ

t

ƒ

Ÿ

≅‹Î6¡¡9

$

#

∩⊆∪

öΝèδθãã÷Š

$

#

öΝÎγÍ←

!

$

t

/

K

ψ

4

(16)

6

u

θèδ

äÝ

|

¡ø%

r

&

y

‰ΖÏã

«

!

$

#

4

βÎ*

s

ù

öΝ©9

(

#þθßϑ

n

=֏

s

?

öΝèδ

u

!

$

t

/#

u

öΝà6çΡ≡

u

θ÷zÎ*

s

ù

’Îû

ÈÏe

$!

$

#

öΝä3‹Ï9≡

u

θ

t

Β

u

ρ

4

}

§øŠ

s

9

u

ρ

öΝà6ø‹

n

=

t

æ

Óy$

u

Ζã_

!

$

y

ϑ‹Ïù

Οè?ù'

s

Ü÷z

r

&

ϵÎ/

Å3≈

s

9

u

ρ

$¨Β

ôN

y

‰£ϑ

y

è

s

?

öΝä3ç/θè=è%

4

t

β%

Ÿ

2

u

ρ

ª

!

$

#

#Y‘θà"

x

î

$¸ϑŠÏm§‘

5

∩∈∪

Terjemahnya:

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).”

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”6

Akan tetapi, berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, bahwa

pengangkatan anak telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang berbeda - beda,

sejalan dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang di

dalam masyarakat yang bersangkutan

Menurut Hukum Islam, anak angkat tidak dapat diakui untuk bisa dijadikan

dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam kewarisan Islam adalah

hubungan darah atau nasab keturunan. Dengan kata lain bahwa peristiwa

(17)

7

pegangkatan anak menurut hukum kawarisan Islam, tidak membawa pengaruh hukum

terhadap status anak angkat, yakni bila bukan merupakan anak sendiri, tidak dapat

mewarisi dari orang yang setelah mengangkat anak tersebut. Hal ini, tentunya akan

menimbulkan masalah dikemudian hari apabila dalam hal warisan tersebut tidak

dipahami oleh anak angkat, dikarenakan menurut hukum Islam, anak angkat tidak

berhak mendapatkan pembagian harta warisan dari orang tua angkatnya, maka

sebagai solusinya menurut Kompilasi Hukum Islam adalah dengan jalan

pemberian “Wasiat Wajibah” sebanyak-banyaknya (sepertiga) harta warisan orang

tua angkatnya. Sebagaimana telah diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 209

ayat 2 yang berbunyi : “Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat maka

diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya dari harta warisan orang tua angkatnya”.

Permasalahan pengangkatan anak dan pembagian harta warisan menurut Kompilasi

Hukum Islam tersebut diatas menarik bagi penulis untuk membahasnya.

Menurut ketentuan umum dalam kompilasi Hukum Islam Pasal 171 bahwa

anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari,

biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggungjawabnya dari orang tua asal

kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.7 Atas dasar

pengertian tersebut jelaslah bahwa yang dilarang menurut Hukum Islam adalah

pengangkatan anak sebagai anak kandung dalam segala hal. Dari sini terlihat adanya

titik persilangan menurut ketentuan hukum adat, yang menghilangkan atau

7

(18)

8

memutuskan kedudukan anak angkat dengan orang tua kandungnya sendiri. Hal ini

bersifat prinsip dalam lembaga Adopsi karena adanya ketentuan yang

menghilangkan hak-hak ayah kandung dan dapat merombak ketentuan-ketentuan

mengenai waris. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sudah selayaknya

apabila ada suatu cara untuk menjembatani masalah anak angkat, sehingga anak

angkat dapat dipelihara dengan baik dan dapat terjamin masa depannya khususnya

yang berkaitan dengan bagian waris anak angkat yang bersangkutan.

Dengan demikian, adopsi yang dilarang menuntut ketentuan dalam hukum

Islam adalah seperti dalam pengertian aslinya, yakni menurut versi Hukum barat

yaitu mengangkat anak secara mutlak. Dalam hal ini adalah, memasukkan anak yang

diketahuinya sebagai anak orang lain kedalam keluarganya yang tidak ada pertalian

nasab kepada dirinya sebagai anak sendiri, seperti hak menerima warisan

sepeninggalnya dan larangan kawin dengan keluarganya

Demi keadilan dan kesejahteraan anak angkat maka KHI melalui Inpres RI

Nomor 1 Tahun 1991 memperbolehkan anak angkat mendapatkan warisan orang tua

angkatnya dengan melalui wasiat wajibah (Pasal 209 KHI). Latar belakang tersebut

diatas yang penting diteliti untuk membandingkan KUH Perdata (BW) dan KHI

(19)

9

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tercapailah pointer focus

sebagai representasi dari focus penelitian yaitu tentang Kedudukan anak angkat

dalam pembagian harta warisan dengan orang tua angkatnya.

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami focus penelitian

kedepannya, terlebih dahulu penulis mendeskripsikan fokus penelitian sebagai

berikut.

Anak angkat adalah adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

kekuasaan keluarga, orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung

jawab atas perawatan, pendidikandan membesarkan anak tersebut, ke dalam

lingkunag orang tua angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.

Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli

waris.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok masalah yang akan diteliti adalah

bagaimana kedudukan anak angkat dalam pembagian harta warisan. Dari pokok

masalah tersebut dapat diuraikan dua sub masalah, yakni :

1. Bagaimanakah kedudukan anak angkat terhadap orangtua angkatnya?

(20)

10

D.Kajian Pustaka

Dalam penyusunan penelitian ini dibutuhkan berbagai dukungan teori dari

berbagai sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian.

Sebelum melakukan penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap karya – karya

ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun penelitian yang memilki

relevansi dengan judul penulis, sebagai berikut :

Studi mengenai perkara kewarisan yang menjadi bagian dari materi hukum

perdata di Indonesia telah banyak dilakukan oleh kalangan sarjana Muslim, terlebih

lagi dalam hubungannya dengan kewarisan Islam. Namun demikian, penelitian

kalangan sarjana yang menulis tentang status kewarisan anak angkat masih dianggap

minim, untuk tidak mengatakan tidak ada dalam bentuk buku yang utuh. Setidaknya

literatur yang berhubungan dengan tema penelitian ini adalah karya R Wirjono

Projodikoro8, Muderis Zaini yang berhubungan dengan pokok masalah yang akan di

uraikan

R. Wirjono Projodikoro bukunya yang berjudul Hukum Waris Di Indonesia

tahun 1966 mengungkapkan bahwa masalah kewarisan merupakan masalah yang

berkaitan dengan apa dan bagaimana hak-hak dan kewajiban kewajiban tentang

kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain

yang masih hidup. Dengan pendekatan normatif, R.Wirjono menggaris bawahi bahwa

terdapat perbedaan antara adopsi di antara orang-orang Tionghoa dan pengangkatan

8

(21)

11

anak menurut hukum Perdata bagi orang-orang Indonesia asli, yaitu perihal hubungan

hukum antara anak angkat dan orang tuanya sendiri. Meski dengan berani ia

menyatakan bahwa Burgerlijk Wetboek (BW) tidak kenal anak angkat, dalam

kenyataannya menurut pasal 12 dari peraturan itu, anak angkat itu dapat disamakan

dengan seorang anak kandung. Adanya ketidak konsistenan inilah yang

mempertanyakan secara epistemologis mengenai akar kesejarahan hukum kewarisan

bagi anak angkat.

Buku R. Soeroso bukunya yang berjudul Perbandingan Hukum Perdata tahun

1993 berupaya melakukan perbandingan antara hukum barat, hukum adat, dan hukum

Islam. Namun, melalui tulisannya yang amat sederhana ini, Soeroso hanya menelaah

pengangkatan anak sebagai sub pembahasan yang simpel tanpa argumentasi normatif

hukum yang memadai. Menurutnya, hukum Islam sudah saatnya untuk memikirkan

status anak angkat dan karenanya ia menyarankan agar umat Islam memperbolehkan

pengangkatan anak. Namun, dalam kerangka praktisnya tentu tergantung pada situasi

dan kondisi dari pengangkatan anak itu sendiri. Oleh karenanya, kedudukannya bisa

menjadi sunnah atau dianjurkan atau dapat juga sebaliknya menjadi haram atau

dilarang. Dalam hal hubungannya dengan orang tua angkat, R. Soeroso memberikan

saran agar jika akan memberikan sesuatu kepada anak angkatnya,hendaknya

dilakukan pada waktu masih sama-sama hidup sebagai hibah biasa9.

9

(22)

12

Dari beberapa literatur di atas, studi mengenai status kewarisan anak angkat

dalam perspektif hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia belum ada yang

meneliti secara khusus Jumlah Pembagian Harta Warisan yang di peroleh anak dari

orang tua angkatnya. Meskipun ada, sebagaimana literatur-literatur yang telah

diterangkan di atas, pembicaraan mengenai kedudukan anak angkat hanya dibahas

secara umum dan ditulis dalam kajian, tidak menggunakan analisis perbandingan

yang lebih menelaah pada aspek status kewarisan anak angkat. Melalui penelitian

inilah, studi mengenai kewarisan anak angkat dari dua perspektif yang berbeda, yaitu

hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia dianggap perlu untuk di telaah.

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kedudukan anak angkat terhadap Orangtua

Angkatnya.

b. Untuk mengetahui Kedudukan Anak Angkat terhadap Harta Warisan

Orangtua Angkatnya.

2. Kegunaan Penelitian

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi

tentang pemahaman masyarakat tentang kedudukan anak angkat

(23)

13

b. Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tentang hakikat

pemberian harta terhadap anak angkat dalam KUHPerdata dan

(24)

14

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Dasar Hukum Kewarisan

1. Pengertian Hukum Waris Islam

Al-mirats (ﺙﺍﺭﻳﻣﻟﺍ), dalam bahasa arab adalah bentuk masdar ( infinitif ) dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan ( َﺙ ِﺭ َﻭ - ُﺙ ِﺭَﻳ – ﺎًﺛ ْﺭِﺇ- ﺎًﺛﺍ َﺭْﻳِﻣ َﻭ). Maknanya menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu

kaum kepada kaum lain. Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada

hal yang berkaitan dengan harta benda dan non harta benda. Ayat – ayat al-Qur’an

banyak menegaskan, demikian pula sabda Rasulullah saw. Ayat yang berhubungan

dengan kewarisan adalah QS al-Naml/27:16.

y

^

Í

u

ρ

u

ρ

ß

≈

y

ϑ

ø

Š

n

=

ß

y

Š

ã

ρ

#

y

Š

(

....

Terjemahnya:

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud...”1

1Departemen Agama Republik Indonesia,

Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung

(25)

15

Maksudnya Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud

a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuannya dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah kewarisan, baik secara langsung

maupun tidak langsung di dalam al-Qur’an dapat dijumpai dalam beberapa surah dan

ayat, yaitu sebagai berikut.

1. Menyangkut tanggungjawab orang tua dan anak ditemui dalam QS.

al-Baqarah/2: 233.

ö

Ν

ä

.

ä

τ

!

$

|

¡

Î

Σ

Ó

^

ö



y

m

ö

Ν

ä

3

©

9

(

#

θ

è

?

ù

'

s

ù

ö

Ν

ä

3

r

O

ö



y

m

4

¯

Τ

r

&

÷

Λ

ä

÷

Ï

©

(

(

#

θ

ã

Β

Ïd

s

%

u

ρ

ö

/

ä

3

Å

¡

à

Ρ

L

{

4

(

#

θ

à

)

¨

?

$

#

u

ρ

©

!

$

#

(

#

þ

θ

ß

ϑ

n

=

ô

ã

$

#

u

ρ

Ν

à

6

¯

Ρ

r

&

ç

νθ

à

)≈

n

=

Β

3

Ì



Ïe

±

o

0

u

ρ

š



Ï

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

∩⊄⊄⊂∪

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.2

2. Menyangkut harta pusaka dan pewarisannya ditemui dalam QS. an-Nisa’/4:

33, QS. al-Ahzab/33: 6 dan QS. al-Anfal/8: 75.

9e

à

6

Ï

9

u

ρ

$

o

Ψ

ù

=

y

è

y

_

u

Í

<≡

u

θ

t

Β

$

£

ϑ

Ï

Β

x

8

t



s

?

È

β

#

t

$

Î

!

u

θ

ø

9

$

#

š

χθ

ç

/

t



ø

%

F

{

$

#

u

ρ

4

t



Ï

%

©

!

$

#

u

ρ

ô

N

y

s

)

t

ã

ö

Ν

à

6

ã

Ζ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&

ö

Ν

è

δθ

è

?$

t

s

ù

ö

Ν

å

κ

z

:



Å

Á

t

Ρ

4

¨

β

Î

)

©

!

$

#

t

β

%

Ÿ

2

4

n

?

t

ã

Èe

à

2

&

ó

x

«

#

´

Î

γ

x

©

∩⊂⊂∪

2Departemen Agama Republik Indonesia,

Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung

(26)

16

Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.3

÷

É

<

¨

Ζ9

$

#

4

n

<

÷

ρ

r

&

š



Ï

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

ô

Ï

Β

ö

Ν

Í

κ

Å

¦

à

Ρ

r

&

(

ÿ

ç

µ

ã

_≡

u

ρ

ø

r

&

u

ρ

ö

Ν

å

κ

ç

J≈

y

γ

¨

Β

é

&

3

(

ä

9

'

ρ

é

&

u

ρ

Ï

Θ%

t

n

ö

F

{

$

#

ö

Ν

å

κ

Ý

Õ

÷

è

t

/

4

n

<

÷

ρ

r

&

<

Ù

÷

è

t

7

Î

/

Î

û

É

=≈

t

F

Å

2

«

!

$

#

z

Ï

Β

š



Ï

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

t



Ì



É

f≈

y

γ

ß

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

H

ω

Î

)

β

r

&

(

#

þ

θ

è

=

y

è

ø

s

?

#

n

<

Î

)

Ν

ä

3

Í

!

$

u

Š

Ï

9

÷

ρ

r

&

$

]

ùρ

ã



÷

è

¨

Β

4

š

χ%

Ÿ

2

y

7

Ï

9≡

s

Œ

Î

û

É

=≈

t

G

Å

6

ø

9

$

#

#

Y

‘θ

ä

Ü

ó

¡

t

Β

∩∉∪

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah).

t



Ï

%

©

!$

#

u

ρ

(

#

θ

ã

Ζ

t

Β

#

u

-∅

Ï

Β

ß

÷

è

t

/

(

#

ρ

ã



y

_$

y

δ

u

ρ

(

#

ρ

ß

y

γ≈

y

_

u

ρ

ö

Ν

ä

3

y

è

t

Β

y

7

Í

×

¯

s

9

'

ρ

é

'

s

ù

ó

Ο

ä

Ï

Β

4

(

#

θ

ä

9

'

ρ

é

&

u

ρ

Ï

Θ

%

t

n

ö

F

{

$

#

ö

Ν

å

κ

Ý

Õ

÷

è

t

/

4

n

<

÷

ρ

r

&

<

Ù

÷

è

t

7

Î

/

Î

û

É

=

t

F

Ï

.

«

!

$

#

3

¨

β

Î

)

©

!

$

#

Èe

ä

3

Î

/

>

ó

x

«

7

Λ

Î

=

t

æ

∩∠∈∪

dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

3Departemen Agama Republik Indonesia,

Al-Qur’an dan terjemahannya, Pustaka Agung

(27)

17

3. Menyangkut aturan pembagian harta warisan, ditemui dalam QS. an-Nisa’/4:

7-14, 34, dan 1764

É

Α

%

y

`

Ìh



=

Ïj

9

Ò

=

Š

Å

Á

t

Ρ

$

£

ϑ

Ïi

Β

x

8

t



s

?

È

β

#

t

$

Î

!

u

θ

ø

9

$

#

t

βθ

ç

/

t



ø

%

F

{

$

#

u

ρ

Ï

!

$

|

¡

Ïi

Ψ=

Ï

9

u

ρ

Ò

=

Š

Å

Á

t

Ρ

$

£

ϑ

Ïi

Β

x

8

t



s

?

È

β

#

t

$

Î

!

u

θ

ø

9

$

#

š

χθ

ç

/

t



ø

%

F

{

$

#

u

ρ

$

£

ϑ

Ï

Β

¨

s

%

ç

µ

÷

Ζ

Ï

Β

÷

ρ

r

&

u

Ž

è

Y

x

.

4

$

Y

7

Š

Å

Á

t

Ρ

$

Z

Ê

ρ

ã



ø ¨

Β

∩∠∪

#

s

Œ

Î

)

u

ρ

u

Ž

|

Ø

y

m

s

π

y

ϑ

ó

¡

É

)

ø

9

$

#

(

#

θ

ä

9

'

ρ

é

&

4

n

1

ö



à

)

ø

9

$

#

4

y

ϑ≈

t

G

u

Š

ø

9

$

#

u

ρ

ß



Å

6≈

|

¡

y

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

Ν

è

δθ

è

%

ã

ö

$

$

s

ù

ç

µ

÷

Ψ

Ïi

Β

(

#

θ

ä

è

%

u

ρ

ó

Ο

ç

λ

m

;

Z

ω

ö

θ

s

%

$

]

ù

ρ

ã



÷

è

¨

Β

∩∇∪

|

·

÷

u

ø

9

u

ρ

š



Ï

%

©

!

$

#

ö

θ

s

9

(

#

θ

ä

.

t



s

?

ô

Ï

Β

ó

Ο

Î

γ

Ï ù

=

y

z

Z

π

ƒ

Íh

è

Œ

$

¸

y

è

Å

Ê

(

#

θ

è

ù%

s

{

ö

Ν

Î

γ

ø

Š

n

=

t

æ

(

#

θ

à

)

G

u

ù

=

s

ù

©

!

$

#

(

#

θ

ä

à

)

u

ø

9

u

ρ

Z

ω

ö

θ

s

%

#

´

ƒ

Ï

y

∩∪

¨

β

Î

)

t



Ï

%

©

!

$

#

t

βθ

è

=

à

2

ù

'

t

ƒ

t

Α≡

u

θ

ø

Β

r

&

4

y

ϑ≈

t

G

u

Š

ø

9

$

#

$

¸

ϑ

ù

=

à

ß

$

y

ϑ

¯

Ρ

Î

)

t

βθ

è

=

à

2

ù

'

t

ƒ

Î

û

ö

Ν

Î

γ

Ï

Ρθ

ä

Ü

ç

/

#

Y

‘$

t

Ρ

(

š

χ

ö

θ

n

=

ó

Á

u

y

u

ρ

#

Z

Ž



Ï

è

y

∩⊇⊃∪

Þ

Ο

ä

Ï

¹

θ

ã

ƒ

ª

!

$

#

þ

Î

û

ö

Ν

à

2

Ï

s

9

÷

ρ

r

&

(

Ì



x

.

©

%#

Ï

9

ã

÷

V

Ï

Β

Åe

á

y

m

È

÷

u

s

V

Ρ

W

{

$

#

4

β

Î

*

s

ù

£

ä

.

[

!

$

|

¡

Î

Σ

s

ö

θ

s

ù

È

÷

t

G

t

ø

O

$

#

£

ß

γ

n

=

s

ù

$

s

V

è

=

è

O

$

t

Β

x

8

t



s

?

(

β

Î

)

u

ρ

ô

M

t

Ρ

%

x

.

Z

ο

y

Ï

m

u

ρ

$

y

γ

n

=

s

ù

ß

#

ó

Á

Ïi

Ζ9

$

#

4

Ï

µ

÷

ƒ

u

θ

t

/

L

{

u

ρ

Èe

ä

3

Ï

9

7

Ï

n

u

ρ

$

y

ϑ

å

κ

÷

]

Ïi

Β

â

¨

ß



¡

9

$

#

$

£

ϑ

Ï

Β

x

8

t



s

?

β

Î

)

t

β

%

x

.

ç

µ

s

9

Ó

$

s

!

u

ρ

4

β

Î

*

s

ù

ó

Ο

©

9

ä

3

t

ƒ

ã

&

©

!

Ó

$

s

!

u

ρ

ÿ

ç

µ

r

O

Í

u

ρ

u

ρ

ç

ν

#

u

θ

t

/

r

&

Ï

µ

Ïi

Β

T

|

s

ù

ß

]

è

=

W

9

$

#

4

β

Î

*

s

ù

t

β

%

x

.

ÿ

ã

&s!

×

ο

u

θ

÷

z

Î

)

Ï

µ

Ïi

Β

T

|

s

ù

â

¨

ß



¡

9

$

#

4

.

Ï

Β

Ï

÷

è

t

/

7

π

§

Ï

¹

u

ρ

Å

»

θ

ã

ƒ

!

$

p

κ

Í

5

÷

ρ

r

&

A

ø

y

Š

3

ö

Ν

ä

.

ä

τ

!

$

t

/#

u

ö

Ν

ä

.

ä

τ

!

$

o

Ψ

ö

/

r

&

u

ρ

Ÿ

ω

t

βρ

â

ô

s

?

ö

Ν

ß

γ

ƒ

r

&

Ü

>

t



ø

%

r

&

ö

/

ä

3

s

9

$

Y

è

ø

t

Ρ

4

Z

π

Ÿ

Ò

ƒ

Ì



s

ù

4

(28)

18

š

Ïi

Β

«

!

$

#

3

¨

β

Î

)

©

!

$

#

t

β

%

x

.

$

¸

ϑŠ

Î

=

t

ã

$

V

ϑŠ

Å

3

y

m

∩⊇⊇∪

*

ö

Ν

à

6

s

9

u

ρ

ß

#

ó

Á

Ï

Ρ

$

t

Β

x

8

t



s

?

ö

Ν

à

6

ã

_

u

ρ

ø

r

&

β

Î

)

ó

Ο

©

9

ä

3

t

ƒ

£

ß

γ

©

9

Ó

$

s

!

u

ρ

4

β

Î

*

s

ù

t

β

$

Ÿ

2

 

ß

γ

s

9

Ó

$

s

!

u

ρ

ã

Ν

à

6

n

=

s

ù

ß

ì

ç

/



9

$

#

$

£

ϑ

Ï

Β

z

ò

2

t



s

?

4

.

Ï

Β

Ï

÷

è

t

/

7

π

§

Ï

¹

u

ρ

š



Ï

¹

θ

ã

ƒ

!

$

y

γ

Î

/

÷

ρ

r

&

&

ø

y

Š

4

 

ß

γ

s

9

u

ρ

ß

ì

ç

/



9

$

#

$

£

ϑ

Ï

Β

ó

Ο

ç

F

ø

.

t



s

?

β

Î

)

ö

Ν

©

9

à

6

t

ƒ

ö

Ν

ä

3

©

9

Ó

s

9

u

ρ

4

β

Î

*

s

ù

t

β

$

Ÿ

2

ö

Ν

à

6

s

9

Ó

$

s

!

u

ρ

£

ß

γ

n

=

s

ù

ß

ß

ϑ

V

9

$

#

$

£

ϑ

Ï

Β

Λ

ä

ò

2

t



s

?

4

.

Ïi

Β

Ï

÷

è

t

/

7

π

§

Ï

¹

u

ρ

š

χθ

ß

¹

θ

è

?

!

$

y

γ

Î

/

÷

ρ

r

&

&

ø

y

Š

3

β

Î

)

u

ρ

š

χ

%

x

.

×

ã

_

u

ß

^

u

θ

ã

ƒ

»

'

s

#

n

=

Ÿ

2

Í

ρ

r

&

×

ο

r

&

t



ø

Β

$

#

ÿ

ã

&

s

!

u

ρ

î

ˆ

r

&

÷

ρ

r

&

×

M

÷

z

é

&

Èe

ä

3

Î

=

s

ù

7

Ï

n

u

ρ

$

y

ϑ

ß

γ

÷

Ψ

Ïi

Β

â

¨

ß



¡

9

$

#

4

β

Î

*

s

ù

(

#

þ

θ

ç

Ρ

%

Ÿ

2

u

Ž

s

Y

ò

2

r

&

Ï

Β

y

7

Ï

9≡

s

Œ

ô

Μ

ß

γ

s

ù

â

!

%

Ÿ

2

u

Ž

à

°

Î

û

Ï

]

è

=

W

9

$

#

4

.

Ï

Β

Ï

÷

è

t

/

7

π

§

Ï

¹

u

ρ

4

|

»

θ

ã

ƒ

!

$

p

κ

Í

5

÷

ρ

r

&

A

ø

y

Š

u

Ž

ö



x

î

9h

!

$

Ÿ

Ò

ã

Β

4

Z

π

§

Ï

¹

u

ρ

z

Ïi

Β

«

!

$

#

3

ª

!

$

#

u

ρ

í

ΟŠ

Î

=

t

æ

Ò

ΟŠ

Î

=

y

m

∩⊇⊄∪

š



ù

=

Ï

?

ß

Š

ρ

ß

ã

m

«

!

$

#

4

t

Β

u

ρ

Æ

ì

Ï

Ü

ã

ƒ

©

!

$

#

ã

&

s

!

θ

ß

u

u

ρ

ã

&

ù

#

Å

z

ô

ã

ƒ

;

M

¨

Ζ

y

_

Ì



ô

f

s

?

Ï

Β

$

y

γ

Ï

F

ó

s

s

?

ã



y

γ

÷

Ρ

F

{

$

#

š



Ï

$

Î

#

y

z

$

y

γŠ

Ï

ù

4

š



Ï

9≡

s

Œ

u

ρ

ã

ö

θ

x

ø

9

$

#

Þ

ΟŠ

Ï

à

y

è

ø

9

$

#

∩⊇⊂∪

t

Β

u

ρ

Ä

È

÷

è

t

ƒ

©

!

$

#

ã

&

s

!

θ

ß

u

u

ρ

£

y

è

t

G

t

ƒ

u

ρ

ç

ν

y

Š

ρ

ß

ã

n

ã

&

ù

#

Å

z

ô

ã

ƒ

#

·

‘$

t

Ρ

#

V

$

Î

#

y

z

$

y

γ‹

Ï

ù

ã

&

s

!

u

ρ

Ñ

U

#

x

t

ã

Ñ



Î

γ

Β

∩⊇⊆∪

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.

(29)

19

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

(30)

20

Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

ã

Α

%

y

`

Ìh



9

$

#

š

χθ

ã

Β≡

§

θ

s

%

n

?

t

ã

Ï

!

$

|

¡

Ïi

Ψ9

$

#

$

y

ϑ

Î

/

Ÿ

ā

Ò

s

ù

ª

!

$

#

ó

Ο

ß

γ

Ÿ

Ò

÷

è

t

/

4

n

?

t

ã

<

Ù

÷

è

t

/

!

$

y

ϑ

Î

/

u

ρ

(

#

θ

à

)

x

Ρ

r

&

ô

Ï

Β

ö

Ν

Î

γ

Ï

9≡

u

θ

ø

Β

r

&

4

à

M

y

s

Î

=≈

¢

Á

9

$

$

s

ù

ì

M

t

G

Ï

Ζ≈

s

%

×

M

s

à

Ï

y

m

É

=

ø

t

ó

ù

=

Ïj

9

$

y

ϑ

Î

/

x

á

Ï

y

m

ª

!

$

#

4

É

L

©

9

$

#

u

ρ

t

βθ

è

ù$

s

ƒ

r

B

 

è

δ

y

θ

à

±

è

Σ

 

è

δθ

Ý

à

Ï

è

s

ù

£

è

δρ

ã



à

f

÷

δ

$

#

u

ρ

Î

û

Æ

ì

Å

_$

Ÿ

Ò

y

ϑ

ø

9

$

#

£

è

δθ

ç

/

Î

Ž

ô

Ñ

$

#

u

ρ

(

÷

β

Î

*

s

ù

ö

Ν

à

6

u

Ζ

÷

è

s

Û

r

&

Ÿ

ξ

s

ù

(

#

θ

ä

ó

ö

7

s

?

£

Í

κ

ö

Ž

n

=

t

ã

¸

ξ‹

Î

6

y

3

¨

β

Î

)

©

!

$

#

š

χ

%

x

.

$

w

Š

Î

=

t

ã

#

Z

Ž



Î

6

Ÿ

2

∩⊂⊆∪

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan

nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.5

y

7

t

Ρθ

ç

F

ø

t

G

ó

¡

o

È

è

%

ª

!

$

#

ö

Ν

à

6‹

Ï

F

ø ã

ƒ

Î

û

Ï

'

s

#

n

=

s

3

ø

9

$

#

4

È

β

Î

)

(

#

î

τ

â

÷

ö

$

#

y

7

n

=

y

δ

}

§

ø

Š

s

9

ç

µ

s

9

Ó

$

s

!

u

ρ

ÿ

ã

&

s

!

u

ρ

×

M

÷

z

é

&

$

y

γ

n

=

s

ù

ß

#

ó

Á

Ï

Ρ

$

t

Β

x

8

t



s

?

4

u

θ

è

δ

u

ρ

!

$

y

γ

è

O

Ì



t

ƒ

β

Î

)

ö

Ν

©

9

ä

3

t

ƒ

$

o

λ

°

;

Ó

$

s

!

u

ρ

4

β

Î

*

s

ù

$

t

F

t

Ρ

%

x

.

5

(31)

21

È

÷

t

F

u

Ζ

ø

O

$

#

$

y

ϑ

ß

γ

n

=

s

ù

È

β

$

s

V

è

=

V

9

$

#

$

®

ÿ

Ê

Ε

x

8

t



s

?

4

β

Î

)

u

ρ

(

#

þ

θ

ç

Ρ

%

x

.

Z

ο

u

θ

÷

z

Î

)

Z

ω

%

y

`

Íh

[

!

$

|

¡

Î

Σ

u

ρ

Ì



x

.

©

%#

Î

=

s

ù

ã

÷

W

Ï

Β

Åe

á

y

m

È

÷

u

s

[

Ρ

W

{

$

#

3

ß

Îi

t

6

ã

ƒ

ª

!

$

#

ö

Ν

à

6

s

9

β

r

&

(

#

θ

P

=

Å

Ò

s

?

3

ª

!

$

#

u

ρ

Èe

ä

3

Î

/

>

ó

x

«

7

ΟŠ

Î

=

t

æ

∩⊇∠∉∪

Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.6

Dalam Kompilasi Hukum islam terdapat dalam pasal 171 yang dimaksud

dengan hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak

pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris menentukan siapa yang berhak menjadi

ahli waris menetukan siapa-siapa y

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat yang berwenang menerbitkan SPPD Pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba berdasarkan peraturan-peraturan keuangan

Jikalau anda bertemu dengan klien yang memiliki pergumulan mengenai relasi (baik dengan keluarga, gereja atau masyarakat) Apakah anda membangun kembali sebuah

Analisis lintas (path analysis) merupakan metode yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antar peubah dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 15 remaja putri, ditemukan bahwa sekitar 10 orang mengalami gangguan dalam siklus menstruasi, diantaranya 4 orang

Kandungan ion Aluminium (III) dalam air tanah dipekatkan dengan metode ekstraksi fasa padat menggunakan adsorben nanoemulsi kitosan yang dimodifikasi dengan Alizarin,

In this chapter, we’ll learn to use standard library and open source commu- nity tools that make it incredibly simple to create a conventional, idiomatic command-line interface

Agar waktu proses produksi lebih efisien, perusahaan sebaiknya menggunakan.

Pada skala laboratorium telah berhasil dibuat suatu desain penulangan dengan sistim grup (Gambar 4), dimana satu grup terdiri dari 4 tulangan memanjang yang diikat dengan