• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Pengantar. Bantaeng, Desember Tim Penyusun. CV.Dias Konsultan. Hal i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Pengantar. Bantaeng, Desember Tim Penyusun. CV.Dias Konsultan. Hal i"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM yang merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, dan syarat kontinuitas.

Pada hakekatnya, alam telah menyediakan air minum yang dibutuhkan, namun demikian desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan lingkungan. Air yang ada terganggu jumlah dan kualitasnya sehingga tidak lagi layak dikonsumsi secara langsung. Diperlukan prasarana dan sarana air minum untuk merekayasa agar air yang disediakan alam dapat aman dan sehat dikonsumsi.

Penyelenggaraan SPAM dilakukan secara terpadu, Keterpaduan tersebut dimulai dari penyusunan kebijakan dan strategi serta tahapan-tahapan penyelenggaraan yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian/pengelolaan, pemeliharaan dan rehabilitasi serta pemantauan dan evaluasi. Penyelenggaraan pengembangan SPAM melibatkan berbagai unsur yaitu BUMN, BUMD, koperasi, badan usaha, dan masyarakat. Agar diperoleh suatu penanganan sistem yang memberikan pelayanan optimal, diperlukan penyelenggaraan secara terpadu dan bersinergi antarsektor, antardaerah, serta masyarakat, termasuk dunia usaha.

Dalam konteks Kabupaten Bantaeng, berdasarkan RPJMD Tahun 2013-2018, yang kemudian di jabarkan dalam Renja dan Renstra SKPD, Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah melakukan berbagai macam program pembangunan bidang penyediaan air minum dan sanitasi, output pelaksanaan program pembangunan tersebut telah dapat dinikmati oleh masyarakat Bantaeng. Namun demikian, Dalam rangka monitoring, evaluasi dan keberlanjutan program pembangunan air minum di jawa timur, perlu adanya Penyusunan Data Base Akses Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bantaeng.

Bantaeng, Desember 2016 Tim Penyusun

(2)

Daftar Isi

Kata Pengantar – i Daftar Isi – ii Daftar Tabel – iii Daftar Gambar – iv Daftar Grafik – v

Bab 1 PENDAHULUAN – 1 1.1. Latar Belakang – 1 1.2. Maksud dan Tujuan – 2 1.3. Metode Pelaksanaan – 2 1.4. Metode Pengumpulan Data – 3 1.5. Cakupan Kegiatan – 3

Bab 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTAENG – 5 2.1. Kondisi Geografis dan Administrasi – 5 2.2. Kondisi Geomorfologi – 7 2.2.1. Kemiringan – 7 2.2.2. Ketinggian – 7 2.2.3. Hidrologi – 8 2.2.3.1. Air Permukaan – 8 2.2.3.2. Mata Air – 9 2.2.3.3. Air Tanah - 9 2.2.4. Karakteristik Klimatologi – 9

2.2.5. Karakteristik Batuan dan Tanah – 10 2.3. Kondisi Sosial dan Budaya – 11

2.3.1. Pendidikan – 11 2.3.2. Kesehatan – 12 2.3.3. Agama – 13

2.3.4. Kesejahteraan Sosial – 13 2.3.5. Ekonomi - 14

Bab 3 KERANGA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI – 15 3.1. Target Pengembangan Air Minum dan Sanitasi – 15 3.2. Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bantaeng - 16

Bab 4 ANALISA HASIL PENGUMPULAN DATA – 18 4.1. Informasi Umum Kependudukan – 18

4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng – 19 4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng – 20

(3)

4.4. Perincian Jenis dan Akses Sanitasi – 21 4.4.1. Kecamatan Bantaeng – 21 4.4.2. Kecamatan Sinoa – 23 4.4.3. Kecamatan Uluere – 25 4.4.4. Kecamatan Tompobulu – 27 4.4.5. Kecamatan Pajukukang – 29 4.4.6. Kecamatan Bissappu – 31 4.4.7. Kecamatan Eremerasa – 33 4.4.8. Kecamatan Gantarangkeke - 35 Bab 5 PENUTUP – 37

(4)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan – 5

Tabel 2.2. Letak Kabupaten Bantaeng menurut Kemiringan - 7 Tabel 2.3. Letak Kabupaten Bantaeng menurut Ketinggian – 7 Tabel 2.4. Sebaran Sungai di Kabupaten Bantaeng – 9

Tabel 2.5. Jumlah Curah Hujan Setiap Bulan (dalam mm) – 10 Tabel 2.6. Jumlah Hari Hujan Setiap Bulan (dalam hari) – 10 Tabel 2.7. Persebaran Jenis Batuan Kabupaten Bantaeng – 11 Tabel 2.8. Persebaran Jenis Tanah Kabupaten Bantaeng – 11 Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng - 12 Tabel 2.10 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantaeng – 13

Tabel 4.1. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bantaeng -18 Tabel 4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi di Kabupaten Bantaeng – 19 Tabel 4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng – 20

Tabel 4.4. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bantaeng (skala RT) -21 Tabel 4.5. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bantaeng (skala RT) - 21 Tabel 4.6. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Sinoa (skala RT) -23 Tabel 4.7. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Sinoa (skala RT) - 23

Tabel 4.8. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Uluere (skala RT) -25 Tabel 4.9. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Uluere (skala RT) – 25

Tabel 4.10. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Tompobulu (skala RT) -27 Tabel 4.11. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Tompobulu (skala RT) - 27 Tabel 4.12. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Pajukukang (skala RT) -29 Tabel 4.13. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Pajukukang (skala RT) - 29 Tabel 4.14. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bissappu (skala RT) -31 Tabel 4.15. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bissappu (skala RT) – 31

Tabel 4.16. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Eremerasa (skala RT) -33 Tabel 4.17. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Eremerasa (skala RT) – 33

Tabel 4.18. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) -35 Tabel 4.19. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) - 35

(5)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Grafik Kemiskinan Kabupaten Bantaeng – 13

Gambar 4.1. Grafik Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng – 19 Gambar 4.2. Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng - 20

Gambar 4.3. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bantaeng – 22 Gambar 4.4. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Sinoa – 24 Gambar 4.5. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Uluere – 26 Gambar 4.6. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Tompobulu – 28 Gambar 4.7. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Pajukukang – 30 Gambar 4.8. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bissappu – 32 Gambar 4.9. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Eremerasa – 34 Gambar 4.0. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Gantarangkeke – 36

(6)

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia saat serius menangani sanitasi. Keseriusian ini ditunjukkan dalam upayanya mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) dan upaya memastikan Akses Universal untuk sanitasi, air bersih dan layanan lainnya pada tahun 2019. Melalui berbagai inisiatif, Pemerintah Indonesia juga secara signifikan memperluas dukungan kepada pengembangan sistem air minum dan sanitasi yang lebih baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Sampai saat ini Indonesia menduduki peringkat terburuk dalam pelayanan ketersediaan air bersih dan layak konsumsi se-Asia Tenggara. Hingga saat ini, baru 29% masyarakat Indonesia yang dapat mengakses air bersih melalui perpipaan, jauh di bawah target pemerintah hingga 2019, yaitu sebesar 60%. Kualitas air permukaan mengalami penurunan yang memprihatinkan. Kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat pun masih berada dalam taraf mengkhawatirkan. Seringkali masyarakat tidak menyadari, air yang mereka konsumsi dapat tercemar baik oleh bakteri maupun limbah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti timbal.

Pelayanan yang buruk ini membuat akses air minum yang aman untuk masyarakat pada 2015 baru 68,8%. Jumlah itu terdiri atas air minum perpipaan sebesar 25% dan non perpipaan 43,8%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, pada periode 2004-2014, akses sanitasi dan air minum layak naik masing-masing 19,3% dan 22,93%. Setiap tahunnya akses sanitasi layak meningkat 2,29%, dan akses air minum meningkat rata-rata 1,93%. Di akhir tahun 2014, akses sanitasi layak nasional telah mencapai 61,06% dan akses air minum layak nasional mencapai 68,11%.

Perencanaan pembangunan sektor air minum merupakan upaya kolaboratif dan multisektor, melibatkan berbagai instansi pemerintah daerah yang terkait dengan air minum baik secara langsung maupun tidak langsung serta berbagai elemen dalam masyarakat. Prinsirp-prinsip yang diharapkan tertuang dalam perencanaan pembangunan air minum, selain multisektor dan kolaboratif, adalah bahwa perencanaan tersebut didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat.

(7)

Sementara itu, dalam rangka percepatan pada sektor air bersih dan sanitasi, dan untuk mencapai sasaran yang tertuang dalam RPMJN dan RPJMD Kabupaten Bantaeng dengan dilatarbelakangi oleh kondisi ketersediaan prasarana dan sarana Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang masih sangat terbatas, maka perlu kiranya suatu strategi dalam bidang air minum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, syarat kontinuitas dan syarat keterjangkauan.

Untuk meningkatkankan kualitas pelayanan tersebut, maka dilaksanakan inventarisasi kondisi eksisting akses air minum dan sanitasi di tingkat masyarakat, yang dalam dokumen ini disebut sebagai Penyusunan Data Base Akses Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bantaeng. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pelaku pembangunan/penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Bantaeng dengan memperhatikan : a) Adanya keinginan untuk meningkatkan kondisi air minum dan sanitasi Kabupaten Bantaeng yang ada saat ini, sesuai dengan sasaran atau kondisi yang diinginkan dalam pengembangan SPAM, baik dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan maupun hukum.

b) Upaya pencapaian sasaran yaitu melalui perumusan tujuan dan sasaran strategi pengembangan SPAM yang merupakan hasil monitoring dan evaluasi sasaran pencapaian, yaitu penyesuaian dari kondisi yang diinginkan dengan kemampuan dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng terutama dalam hal pendanaan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data primer dengan maksud untuk mengetahui :

a) Gambaran kondisi eksisting akses air minum dan sanitasi serta pengaruh perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.

b) Tersedianya informasi dasar yang valid dalam penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan air minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan.

c) Sebagai dasar pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk medukung dan berpartisipasi dalam pembangunan air minum dan sanitasi di Kabupaten Bantaeng.

1.3. Metode Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi melalui diskusi dan pembekalan yang dilakukan dengan dukungan Surveyor dan Koordinator kecamatan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap menghasilkan laporan akhir yang lengkap berdasarkan hasil pengumpulan data primer yang dilaksanakan pada 67 Desa/ Kelurahan di 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.

(8)

Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut : a) Studi dokumen dan analisa data sekunder.

b) Tahap persiapan berupa pelatihan surveyor dan petugas entry data. c) Penentuan format data dilakukan bersama Pokja Sanitasi/AMPL.

d) Pengumpulan data ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata akses air minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan.

e) Wawancara mendalam kepada narasumber kunci.

f) Melakukan penginputan, penilaian dan analisa data untuk pemetaan kondisi akses air minum dan sanitasi berdasarkan hasil survey langsung.

g) Penyusunan daftar hasil penginputan dan analisis dalam bentuk laporan akhir.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber utama data adalah hasil survey yang dilaksanakan oleh surveyor terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di Kabupaten Bantaeng.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara petugas survey dengan responden. Pengumpulan data menggunakan konsep usual residence, yaitu konsep dimana penduduk biasa bertempat tinggal.

Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap dimana mereka biasa menetap, sedangkan untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dan sedang bepergian keluar wilayah dari dari 6 (enam) bulan, tidak dilakukan pencatatan, tetapi dicatat di tempat tujuan dalam wilayah Kabupaten Bantaeng.

Sedangkan penduduk yang termasuk tidak bertempat tinggal tetap dan tidak dilakukan pencatatan adalah TKI/TKW, tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni perahu/rumah apung, masyarakat terpencil/terasing dan pengungsi.

1.5. Cakupan Kegiatan

Survey lapangan berfokus pada jenis dan akses sanitasi serta sumber air minum masyarakat, yaitu :

a) Jenis dan akses sanitasi, berupa :  Leher angsa + tangki septik

 Cemplung yaitu Lubang galian tanah disertai tutup yang mencegah bau, vektor (tikus, lalat, kecoa) untuk mencemari lingkungan sekitar

 Numpang yaitu Menumpang buang air besar di WC Umum dan atau rumah tetangga dan atau rumah keluarga

 BABS (plengsengan) yaitu adanya kloset tetapi tidak memiliki bak penampungan tai.

(9)

b) Sumber Air Minum/Bersih, berupa :  Sumur bor

 Mata air pegunungan  Sungai

 Sambungan Perpipaan seperti PDAM atau yang dikelola swasta/badan/ lembaga seperi BPSAM dan yang dikelola secara pribadi.

 Sumur gali/sumur gali plus

 Tidak ada akses, dengan kriteria tidak memenuhi syarat 4K, yaitu : o Kualitas air yang tidak berwarna, berbau dan berasa.

o Kuantitas yaitu 60 liter/orang/hari

o Kontinuitas yaitu tersedianya air secara terus menerus dari seminggu o Keterjangkauan yaitu jarak dari sumber air kurang dari 50 meter

Untuk cakupan wilayah kegiatan ini melingkupi seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Bantaeng yaitu 45 Desa dan 12 Kelurahan dengan responden yang mencakup seluruh Rumah Tangga/Kepala Keluarga, sehingga hasil dari studi ini nantinya merupakan data lengkap berdasarkan by name by adress.

(10)

Bab 2

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTAENG

2.1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 Km dari Kota Makassar ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan.

Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05¬º21’15” LS sampai 05º34’3” LS dan 119º51’07” BT sampai 120º51’07”BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dari permukaan laut dengan panjang pantai 21,5 Km.

Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 Km2 atau sekitar 39,583 Ha atau hanya kurang lebih 0,8% dari luas total Sulawesi Selatan. Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 Kecamatan dengan 67 Kelurahan/Desa. Terdapat 15 Desa yang terletak di daerah pesisir dan 52 desa bukan merupakan daerah pesisir yang terletak pada daerah aliran sungai, lereng bukit dan juga ada yang terletak pada dataran. Selain itu, ada 15 desa berada di lembah DAS, 31 desa di lereng bukit dan 21 desa di dataran.

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompobattang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba.

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba. c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto. Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan

No Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jumlah Desa/kel Jumlah Penduduk (Jiwa*) Luas (km2) Persentase Terhadap Luas Kabupaten

1 Bissappu Bonto Manai 11 32.101 32.84 8,30 %

2 Bantaeng Pallantikang 9 38.105 28.85 7,29 % 3 Tompobulu Banyorang 10 23.783 76.99 19,45 % 4 Uluere Loka 6 11.223 67.29 17,00 % 5 Pa’Jukukang Tanetea 10 30.113 48.90 12,35 % 6 Eremerasa Ulugalung 9 19.320 45.01 11,37 % 7 Sinoa Sinoa 6 12.274 43.00 10,86 % 8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 16.467 52.95 13,38 % Total 67 183.386 395.83 100,00 %

(11)
(12)

2.2. Kondisi Geomorfologi 2.2.1. Kemiringan

Berdasarkan kelerengan, lereng 2-15 % merupakan kelerengan terluas yaitu 16.877 ha (42,64%). Sedangkan wilayah dengan lereng 0-2 % hanya seluas 5.932 ha atau 14,99% dari luas wilayah dengan wilayah Kelerengan lebih dari 40% tidak diusahakan seluas 6.222 ha atau 21,69 % dari luas wilayah yang merupakan kawasan hutan.

Tabel 2.2. Letak Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan

Kemiringan Letak

0-2% Sepanjang pantai di Kec. Bissapu, Bantaeng dan Pa’jukukang

2-15% Kec. Bissapu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Gantarang Keke

15-40% Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu

> 40% Kec. Ulu Ere, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu Sumber : Bappeda Kab. Bantaeng Tahun 2015

2.2.2. Ketinggian

Luas tutupan lahan terbesar adalah lahan kering yang diperuntukkan sebagai lahan perladangan, perkebunan, dan pertambakan. Porsi terbesar kedua adalah lahan persawahan, menyusul kawasan hutan baik hutan lindung maupun produksi terbatas. Sisanya adalah lahan gundul ataupun bersemak yang terlantar. Peruntukan lahan tersebut disesuaikan dengan kondisi kontur dan geomorfologi tanah.

Tabel 2.3. Letak Kab. Bantaeng Menurut Ketinggian

Sumber : Data BPS Tahun 2015

Ketinggian Letak

0 – 10 Meter Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat 10 – 25 Meter Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu,

Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang

25 – 100 Meter

Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pajukukang dan Gantarang Keke.

100 – 200 Meter Terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng,

Kecamatan Tompobulu dan Pajukukang

500 – 1000 Meter

Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa

1000 Meter ke atas

Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere,

Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu

(13)

2.2.3. Hidrologi

Sumber air yang digunakan sebagai air baku untuk sistem penyediaan air bersih suatu kota dapat berasal dari mata air, air tanah dan air hujan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan penyediaan air bersih dalam jangka waktu tertentu dan jangka panjang, maka perlu memilih sumber air baku yang memenuhi syarat baik dari segi teknis, kondisi air baku maupun dari segi ekonomis.

Sumber air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berdasarkan keberadaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

2.2.3.1. Air Permukaan

Di Kota Bantaeng terdapat beberapa aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase. Dari beberapa sungai yang ada, 3 diantaranya mengalir melintasi Kota Bantaeng yaitu:

1) Sungai Biangloe

Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari Gunung Lompobattang mengalir menyusuri desa Kampala dan desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air Sungai Biangloe pad kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5 – 4 m3 per detik dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai 15 – 20 m3 per detik. Sungai Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit sebesar 20 liter/detik.

2) Sungai Celenduk

Sungai Celenduk mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1 -3 m3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai 7 – 10 m3 per detik. Pada saat ini sungai Celenduk dimanfaatkan sebagai irigasi desa.

3) Sungai Garegea

Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1 – 2 m3 per detik dan pada saat musim hujan bisa mencapai 4 – 6 m3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum dimanfaatkan.

(14)

Tabel 2.4. Sebaran Sungai di Kabupaten Bantaeng

Kecamatan Sungai yang ada

1.Eremerasa 1. Sungai Kariu 2. Sungai Tindang Keke 3. Sungai Banca 4. Sungai Calendu 5. Sungai Biangloe

2. Bantaeng 1. Sungai Kassi – kassi 2. Sungai Kayu Loe 3. Sungai Kariu 4. Sungai Calendu 5. Sungai Bialo 6. Sungai Bolang Sikuyu 3.Pa’jukukang 1. Sungai Bangun Rua 2. Sungai Kalmassan

3. Sungai Tunrung Asu 4. Sungai Biangloe 5. Sungai Biangkeke 6. Sungai Pamosa

4. Ulu Ere -

5. Tompobulu -

6. Bissapu 1. Sungai Tinu 2. Sungai Cabodo 3. Sungai Batu Rinring 4. Sungai Lemosa 7. Gantarang Keke 1. Sungai Bangun Rua 2. Sungai Kalmassan

3. Sungai Bajiminasa 4. Sungai Tunrung Asu 5. Sungai Kaloling 6. Sungai Pamosa

8. Sinoa -

Sumber : Data BPS Tahun 2015 2.2.3.2. Mata Air

Beberapa sumber mata air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM :

1) Mata Air Eremerasa I dengan debit 25 liter/detik 2) Mata Air Eremerasa II dengan debit 50 liter/detik 3) IPA Bonto-Bonto dengan debit 20 liter/detik

4) Mata air Puccili di Desa Onto dengan debit 15 liter/detik

5) Mata air Alluloe di Desa Pa’bentengan dengan debit 40 liter/detik 6) Mata air Biangloe di Desa Bonto Tallasa dengan debit 10 liter/detik 2.2.3.3. Air Tanah

Wilayah Kecamatan Bissapu dan Bantaeng merupakan daerah yang dilalui oleh beberapa anak sungai yang turut mempengaruhi kondisi air permukaan. Kebutuhan air minum di daerah ini sebagian besar diperoleh dari sumur permukaan dengan kedalaman 3-7 meter yang kondisinya baik. Sumur yang jaraknya dekat dengan garis pantai dipengaruhi oleh air laut sehingga tidak bisa dikonsumsi sebagai air minum.

2.2.4. Karakteristik Klimatologi

Untuk Kabupaten Bantaeng, keadaan Klimatologis bervariasi, iklim untuk intensitas hujan rendah tetapi merata terjadi pada bulan oktober sampai dengan maret. Dukungan iklim sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan antara iklim Barat dan iklim Timur. Iklim untuk intensitas hujan rendah tetapi merata terjadi pada bulan oktober sampai dengan maret.

(15)

Tabel 2.5. Jumlah Curah Hujan Setiap Bulan (dalam mm) Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 30 16 22 10 21 19 14 18 - 7 28 30 128 224 126 90 160 129 59 39 22 31 94 161 12 81 58 79 79 103 33 - 9 48 35 138 110 68 108 364 86 368 52 123 - - 113 105

Sumber : Data BPS Tahun 2015

Intensitas hujan tinggi terjadi pada bulan april sampai juli terutama jatuh pada bulan juni sampai juli kemarau yang ekstrem terjadi pada bulan agustus sampai oktober. Disamping itu, juga terdapat sebelas buah sungai sedang dan kecil yang mengalir melintasi kota bermuara di Laut Flores

Tabel 2.6. Jumlah Hari Hujan Setiap Bulan (dalam hari)

Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 6 10 8 9 8 17 3 - 1 - 7 16 8 7 7 7 10 9 3 1 - 1 2 7 11 11 6 6 9 7 7 2 2 2 6 15 13 4 4 12 5 14 4 7 - - 2 7

Sumber : Data BPS Tahun 2015

2.2.5. Karakteristik Batuan dan Tanah

Kelompok batuan dalam Kabupaten Bantaeng dikelompokkan 6 satuan batuan dengan urutan pembentukan dari tua ke muda, yaitu :

 Satuan Tufa

 Satuan Breksi Lahar  Satuan Lava Basal  Satuan Agglomerat  Satuan Intrusi Andesit  Endapan Alluvial

(16)

Tabel 2.7. Persebaran Jenis Batuan Kabupaten Bantaeng

Jenis Batuan Lokasi

Alluvial Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng dan Kec. Pa’jukukang

Breksi Laharik Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu,

Kec. Pa’jukukang Dan Kec. Gantarang Keke

Kelompok Basal Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, dan

Kec. Tompobulu

Piroklastik Kec. Sinoa dan Kec. Tompobulu

Sumber : Data BPS Tahun 2015

Tabel 2.8. Persebaran Jenis Tanah Kabupaten Bantaeng

Jenis Batuan Lokasi

Andosol Coklat Kec. Ulu Ere, Kec. Tompobulu

Latosol Colat-Kuning Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu

Mediteran Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa,

Kec. Tompobulu, Kec. Pa’jukukang Dan Kec. Gantarang Keke

Regosol Coklat-Kelabu Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Pa’jukukang Sumber : Data BPS Tahun 2015

2.3. Kondisi Sosial dan Budaya 2.3.1. Pendidikan

Potensi sumberdaya manusia (SDM) suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Meningkatnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk berarti semakin meningkat pula kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik ditinjau dari sosial maupun ekonomi.

Berdasarkan hasil Survery Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2015, partisipasi sekolah yang masih sekolah kelompok umur 7-12 sebanyak 99%, umur 13-15 tahun sebanyak 86,55%, umur 16-18 tahun sebanyak 61,81% dan umur 19-24 tahun sebanyak 13,54%.

Keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan antar lain dapat dilihat dengan meningkatnya Angka Partisipasai Murni (APS). APM ini adalah prosentase penduduk yang masih sekolah terhadap seluruh penduduk usia tersebut. Adapun APM di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2015 masih dodominasi pada jenjang pendidikan SD/MI yaitu 110,60, kemudian SMP/MTs 87,51% dan SMA/MA 56,48 dan SMK sebesar 22,35.

Berdasarkan data tersebut diatas, salah satu faktor penunjang pendidikan di Kabupaten Bantaeng adalah tersedianya dan terpenuhinya fasilitas pendidikan yang cukup serta memadai. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut :

(17)

Tabel 2.9. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng

Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Khusus Umum Agama

SLB/ Paket/ Sekolah terbuka TK SD SMP SMA SMK RA MI MTs MA Bissappu - 5 22 6 2 1 - 1 4 3 Uluere - 1 10 1 1 1 - 1 1 - Sinoa - 2 14 2 - - - - 1 - Bantaeng 1 12 25 5 1 1 2 2 5 4 Eremerasa 1 3 18 6 1 1 - 1 2 1 Tompobulu - 9 23 5 1 3 3 7 12 6 Pajukukang 3 6 18 5 1 2 1 4 3 1 Gantarangkeke - 8 13 3 1 1 1 5 5 2 Jumlah 1 46 143 33 8 10 8 21 33 17

Sumber : Bantaeng Dalam Angka Tahun 2016 2.3.2. Kesehatan

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya Rumah Sakit Umum (RSU) yang terdapat di Ibukota kabupaten, juga terdapat 13 Puskesmas/Pustu/PusKel yang tersebar di 8 (delapan) wilayah kecamatan. Disisi lain untuk menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing-masing yang agak sulit dilakukan Puskesmas, apalagi mengingat beberapa daerah memiliki kondisi geografis yang cukup sulit, maka tetap disiapkan fasilitas kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas keliling (PusKel). Selain itu juga di Kabupaten Bantaeng telah tersedia pelayanan kesehatan gratis 24 jam yaitu Brigade Siaga Bencana (BSB) yang juga telah tersedia di beberapa kecamatan.

Fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2015 terdiri dari 1 rumah sakit, 13 puskemas, 237 posyandu, 5 klinik/balai kesehatan, 92 praktek dokter/bidan dan 15 apotek. Selain itu jumlah dokter spesialis sebanyak 11 orang, dokter umum sebanyak 28 orang dan dokter gigi sebanyak 16 orang.

Kasus penyakit terbanyak pada tahun 2015 adalah ISPA yaitu sebanyak 18.211 kasus, hipertensi sebanyak 10.982 kasus dan gastritis sebanyak 10.093 kasus. Jumlah ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 3.663 orang dan jumlah bayi lahir meningkat 6,96% dibanding tahun sebelumnya. Namun, jumlah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) juga meningkat 14,89% dibandingkan tahun 2014.

(18)

Tabel 2.10. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantaeng

Kecamatan Rumah Sakit Bersalin Rumah

Puskesmas/ Pustu/ Pusling

Posyandu Klinik/ Balai Kesehatan Praktek Dokter/ Bidan Apotek Bissappu - - 2 39 1 21 1 Uluere - - 1 17 - 7 - Sinoa - - 1 18 - 2 - Bantaeng 1 - 2 38 4 32 14 Eremerasa - - 2 30 - 6 - Tompobulu - - 1 20 - 7 - Pajukukang - - 3 58 1 12 - Gantarangkeke - - 1 17 - 5 - Jumlah 1 - 13 237 5 92 15

Sumber : Bantaeng Dalam Angka Tahun 2016

2.3.3. Agama

Jumlah penduduk yang beragama Islam pada Tahun 2015 tercatat sebanyak 182.816 orang atau 99,69% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng. Sedangkan persentase penduduk yang menganut agama Protestan, Katolik, Hindu dan Budha sebanyak 0,31%.

Pada tahun 2015 terdapat 375 Masjid dan 145 Mushola untuk umat Islam. Dan juga terdapat 3 Gereja untuk umat Kristen. Sayangnya belum tersedia peribadatan Pura dan Vihara.

2.3.4. Kesejahteraan Sosial

Pada Tahun 2014, garis kemiskinan di Kabupaten Bantaeng meningkat menjadi Rp.209.080,00 dan persentase penduduk miskin menurun menjadi 9,68%.

(19)

2.3.5. Ekonomi

Adanya pergeseran peranan pada PDRB Kabupaten Bantaeng belum merubah peranan sektor pertanian dalam pembentukan total PDRB Kabupaten Bantaeng sebesar 32,12%. Sektor ini terutama didukung oleh sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Hal ini memberikan gambaran bahwa perubahan Nilai Tambah Bruto (NTB) di sektor pertanian akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah ini.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Tahun 2015 pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan yaitu sudah mencapai Rp.798.452 perbulan, meningkat dari tahun 2014 yang baru mencapai 692.610 perbulan.

Adanya peningkatan tersebut mengindikasikan adanya perbaikan kesejahteraan penduduk di daerah ini yang salah satunya dapat diukur melalui perkembangan tingkat pendapatan.

(20)

Bab 3

KERANGKA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI

3.1. Target Pencapaian Universal Access

Upaya pencapaian target RPJMN 2015-2019 bidang Cipta Karya yaitu 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak, perlu perlu didorong melalui optimalisasi perencanaan, pemrograman, penganggaran, dan pengendalian.

Secara Nasional saat ini capaian akses air minum baru mencapai 67%, akses sanitasi layak 60% dan menyisakan 12% kawasan permukiman kumuh. Oleh karena itu, untuk mencapai target RPJMN, dilakukan capaian rata-rata 6% sampai 7% per tahun bidang air minum dan sanitasi. Dibandingkan capaian 25 tahun sebelumnya yang rata-rata 3% per tahunnya.

Karena itu diharapkan penguatan peran berbagai pihak untuk mengawal perencanaan, seperti Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) di Kawasan Strategis Nasional (KSN), mengkoordinasikan dan mefasilitasi keterpaduan program, menggali potensi sumber pendanaan dari Corporate Social Responsibility (CSR), membangun image yang baik dengan publikasi, membantu administrasi keuangan dan pegelolaan aset Barang Milik negara (BMN), dan tugas-tugas lainnya.

(21)

3.2. Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bantaeng

Sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang disusun oleh Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten Bantaeng, ditetapkan Visi Sanitasi Kabupaten Bantaeng adalah :

“TerwujudnyaKabupaten Bantaeng yang Bersih dan Sehat

Melalui Peningkatan Program Sanitasi menuju Wilayah Terkemuka

Berwawasan Lingkungan pada Tahun 2018”

Dalam mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi sesuai sub sektor sanitasi yaitu Air Limbah Domestik, Persampahan, Drainase dan Promosi, Hygiene dan Sanitasi (Prohisan).

a) Misi Air Limbah Domestik

1) Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan air limbah domestik.

2) Menyusun dan mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang pengelolaan air limbah domestik.

3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan.

4) Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam pengelolaan air limbah domestik.

b) Misi Persampahan

1) Mengurangi timbulan sampah melalui Pemanfaatan teknologi tepat guna. 2) Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat, swasta dan

pemerintah dalam pengelolaan persampahan.

3) Mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang pengelolaan persampahan. 4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan

persampahan yang ramah lingkungan.

5) Meningkatkan cakupan dan layanan persampahan kepada masyarakat. c) Misi Drainase

1) Meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan drainase.

2) Mewujudkan sistem tata kelola drainase yang berwawasan lingkungan. 3) Meningkatkan pembangunan prasarana drainase untuk mencapai kualitas

permukiman yang sehat.

4) Mengoptimalkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan drainase. 5) Mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang drainase.

(22)

d) Misi Promosi, Hygiene dan Sanitasi (Prohisan)

1) Meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi, kampanye, publikasi dan sosialisasi.

2) Meningkatkan penganggaran program Prohisan.

3) Peningkatan akses pelayanan melalui penyediaan sarana dan prasarana prohisan.

4) Meningkatkan koordinasi antar lintas sektor untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat.

(23)

Bab 4

ANALISA HASIL PENGUMPULAN DATA

4.1. Informasi Umum Responden

Dari hasil survei yang telah dilakukan, jumlah penduduk sebanyak 183.348 jiwa, dengan penduduk terbanyak adalah perempuan sebanyak 93.399 jiwa atau 50,94%. Sedangkan jumlah penduduk Laki-Laki sebanyak 89.949 jiwa atau 49,06%.

Dari hasil perhitungan data tersebut, didapatkan jumlah Rumah Tangga (RT) adalah sebanyak 45.335 RT atau sebanyak 54.424 Kepala Keluarga. Yang artinya jika dirata-ratakan bahwa setiap Rumah Tangga terdapat 1,2 Kepala Keluarga atau dalam setiap Rumah Tangga terdapat 4 jiwa dan setiap Kepala Keluarga terdapat kurang lebih 3,4 orang anggota keluarga.

Adapun rekapitulasi perhitungan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bantaeng

Kecamatan

Penduduk (Jiwa) Jumlah

RT

Jumlah KK Laki- Laki Perempuan Jumlah

Bissappu 16.167 16.626 32.793 7.990 9.546 Uluere 5.540 5.702 11.242 2.778 3.443 Sinoa 5.893 5.954 11.847 2.997 3.651 Bantaeng 16.956 17.641 34.597 8.097 9.540 Eremerasa 9.898 10.267 20.165 4.880 5.942 Tompobulu 11.598 12.537 24.135 6.439 7.687 Pajukukang 14.836 15.293 30.129 7.449 8.826 Gantarangkeke 9.061 9.379 18.440 4.705 5.789 Jumlah 89.949 93.399 183.348 45.335 54.424

(24)

LA+Septik

BABS

Numpang

Cemplung

4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi

Dari hasil survey, didapatkan hasil rekapitulasi data untuk jenis dan akses sanitasi per Kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi di Kabupaten Bantaeng (dalam skala Rumah Tangga)

Kecamatan Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) Bissappu 5.047 204 629 290 1.793 Uluere 1.668 47 769 41 253 Sinoa 1.536 48 466 46 921 Bantaeng 5.498 471 626 280 1.222 Eremerasa 3.423 117 43 102 807 Tompobulu 5.458 313 291 175 202 Pajukukang 3.622 204 625 390 2.608 Gantarangkeke 3.820 305 121 50 409 Jumlah 30.099 1.709 3.938 1.374 8.215

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Berdasarkan data tersebut diatas, masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan Buang Air Besar Sembarangan yaitu BABS plengsengan sebesar 3,03% dan BABS tanpa WC sebesar 18,12%.

Sanitasi

Gambar 4.1.

Grafik Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng

(25)

4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum

Dari hasil survey, didapatkan hasil rekapitulasi data untuk akses air minum per Kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng (Tingkat Rumah Tangga)

Kecamatan Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR PDAM/ yang dikelola Swasta/Pribadi SG/ SG Plus Tidak ada Akses Bissappu 91 61 131 5196 465 2.046 Uluere 0 234 39 2.234 16 255 Sinoa 0 1.647 6 598 0 746 Bantaeng 78 16 74 6.116 642 1.171 Eremerasa 3 0 9 4.471 6 391 Tompobulu 44 2.894 24 2.176 57 1.244 Pajukukang 1.178 68 36 3.188 1.688 1.311 Gantarangkeke 561 1.101 51 469 659 1.864 Jumlah 1.955 6.021 370 24.448 3.513 9.028

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Dari data diatas, terdapat masih adanya masyarakat yang belum mendapat akses air minum yang layak yaitu sekitar 19,91%. Sebagian besar wilayah yang tidak mendapatkan akses berada di wilayah pesisir. Tidak adanya akses air minum ini dikarenakan dari beberapa hal yaitu jauhnya titik sumber air bersih dan pada musim kemarau sumber air menjadi kering, kuantitas dan kontinuitas serta kualitas air bersih yang masih kurang.

Sambungan Rumah / PDAM Tidak ada akses

Sumur Gali/Sumur Gali Plus

Sungai

Mata Air Pegunungan

Sumur Bor

Gambar 4.2

Grafik Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng

Air

(26)

4.4. Perincian Jenis dan Akses Sanitasi

Untuk perincian jenis dan akses sanitasi yang didapatkan dari hasil pendataan di tiap Desa/Kelurahan yaitu sebagai berikut :

4.4.1. Kecamatan Bantaeng

Dengan jumlah penduduk sebanyak 34.597 jiwa (berdasarkan hasil pendataan), dengan luas yang hanya 28,85 km2 atau hanya 7,29% dari total luas Kabupaten Bantaeng sehingga Kecamatan Bantaeng adalah kecamatan yang terpadat dari semua Kecamatan di Kabupaten Bantaeng. Hal ini dikarenakan bahwa ibu kota kabupaten berada di kecamatan ini. Terdapat 8 Kelurahan dan 1 Desa, kepadatan penduduk yaitu di Kelurahan Pallantikang sebesar 6.426 jiwa.

Tabel 4.4. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bantaeng (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) 1. Tappanjeng 3.074 697 574 0 34 81 8 2. Pallantikang 6.426 1.528 1.333 28 34 1 132 3. Letta 2.505 543 443 1 23 5 71 4. Lembang 4.832 1.108 1.032 10 43 0 23 5. Lamalaka 4.120 1.005 578 1 20 95 311 6. Mallilingi 4.500 1.021 498 425 17 55 26 7. Karatuang 2.641 680 366 0 100 7 207 8. Onto 4.735 1.130 527 5 148 35 415 9. Kayuloe 1.764 385 147 1 207 1 29 Jumlah 34.597 8.097 5.498 471 626 280 1.222 Presentase 68,08% 5,75% 7,70% 3,56% 14,92%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.5. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bantaeng (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses 1. Tappanjeng 900 697 0 0 0 697 0 0 2. Pallantikang 1.668 1.528 55 2 1 1.374 13 83 3. Letta 705 543 1 0 0 380 160 2 4. Lembang 1.242 1.108 0 0 0 1.046 62 0 5. Lamalaka 1.213 1.005 0 0 0 680 321 4 6. Mallilingi 1.098 1.021 3 0 0 913 56 49 7. Karatuang 791 680 19 0 58 448 0 155 8. Onto 1.417 1.130 0 14 0 548 30 538 9. Kayuloe 506 385 0 0 15 30 0 340 Jumlah 9.540 8.097 78 16 74 6.116 642 1.171 Presentase 0,96% 0,20% 0,91% 75,53% 7,93% 14,46%

(27)

Gambar 4.3

(28)

4.4.2. Kecamatan Sinoa

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Sinoa sebanyak 11.847 jiwa, dengan luas 43 km2 atau 10,86% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa, dan yang terpadat yaitu di Desa Bonto Bulaeng sebanyak 2.330 jiwa.

Untuk Kecamatan Sinoa, masih cukup tinggi yang melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABS) yaitu 32,27% atau sekitar 3.822 jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum sebesar 24,89%atau sebanyak 2.949 jiwa.

Tabel 4.6. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Sinoa (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Bonto Karaeng 1.615 412 307 2 24 13 66 Bonto Bulaeng 2.330 525 206 20 32 0 267 Bonto Tiro 2.241 560 435 0 29 0 96 Bonto Maccini 1.886 484 312 0 52 23 97 Bonto Matene 2.196 584 6 2 223 1 352 Bonto Majannang 1.579 432 270 24 86 9 43 Jumlah 11.847 2.997 1.536 48 446 46 921 Presentase 51,25% 1,60% 14,88% 1,53% 30,73%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.7. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Sinoa (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Bonto Karaeng 528 412 0 405 0 0 0 7 Bonto Bulaeng 657 525 0 0 0 119 0 406 Bonto Tiro 710 560 0 0 0 468 0 92 Bonto Maccini 601 484 0 477 0 1 0 6 Bonto Matene 660 584 0 372 6 10 0 196 Bt. Majannang 495 432 0 393 0 0 0 39 Jumlah 3.651 2.997 0 1.647 6 598 0 746 Presentase 0% 54,95% 0,20% 19,95% 0% 24,89%

(29)

Gambar 4.4

(30)

4.4.3. Kecamatan Uluere

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Uluere sebanyak 11.242 jiwa, dengan luas 67,29 km2 atau 17% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa, dan yang terpadat yaitu di Desa Bonto Lojong sebanyak 2.856 jiwa. Terletak di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit yaitu di kaki gunung Bawakareng. Untuk Kecamatan Uluere, masih cukup tinggi yang melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABS) yaitu 10,58% atau sekitar 1.190 jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum sebesar 9,18%atau sebanyak 1.032 jiwa.

Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Uluere terdapat 2 Desa yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS dengan toleransi 10 RT kebawah yaitu Desa Bonto Marannu dan Desa Bonto Lojong. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Desa Bonto Rannu yaitu 131 RT atau 531 jiwa.

Tabel 4.8. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Uluere (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Bonto Marannu 1.546 355 276 9 66 0 4 Bonto Daeng 1.966 477 323 21 70 9 54 Bonto Rannu 1.434 285 5 0 149 25 106 Bonto Tangnga 1.127 286 191 16 50 0 29 Bonto Tallasa 2.313 584 240 1 279 6 58 Bonto Lojong 2.856 791 633 0 155 1 2 Jumlah 11.242 2.778 1.668 47 769 41 253 Presentase 60,04% 1,69% 27,68% 1,48% 9,11%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.9. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Uluere (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Bonto Marannu 447 355 0 0 0 317 0 38 Bonto Daeng 625 477 0 0 0 477 0 0 Bonto Rannu 463 285 0 1 0 284 0 0 Bonto Tangnga 343 286 0 233 0 0 0 53 Bonto Tallasa 773 584 0 0 39 365 16 164 Bonto Lojong 792 791 0 0 0 791 0 0 Jumlah 3.443 2.778 0 234 39 2.234 16 255 Presentase 0% 8,42% 1,40% 80,42% 0,58% 9,18%

(31)

Gambar 4.5

(32)

4.4.4. Kecamatan Tompobulu

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Tompobulu sebanyak 24.135 jiwa, merupakan kecamatan terluas dengan luas 76,99 km2 atau 19,45% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa dan 4 Kelurahan, dan yang terpadat yaitu di Kelurahan Lembang Gantarangkeke sebanyak 3.728 jiwa. Terletak di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit pada ketinggian antara 500 sd 1.000 mdpl. Data BABS di Kecamatan Tompobulu termasuk rendah yaitu 5,85% atau hanya sekitar 1.413 jiwa, tapi untuk data yang masih belum mendapat akses air minum termasuk tinggi yaitu sebesar 19,32%atau sebanyak 4.663jiwa.

Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Tompobulu terdapat 2 Desa/ Kelurahan yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS dengan toleransi 10 RT kebawah yaitu Kelurahan Ereng-Ereng dan Desa Pattaneteang. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Kelurahan Lembang Gantarangkeke sebanyak 179 RT atau 671 jiwa.

Tabel 4.10. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Tompobulu (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Banyorang 2.725 770 687 4 10 56 13 Ereng-Ereng 1.768 393 393 0 0 0 0 Campaga 2.118 582 531 26 10 1 14 Lembang Gt.Keke 3.728 925 630 29 87 64 115 Labbo 3.314 998 726 161 88 7 16 Pattaneteang 2.034 566 556 1 5 0 4 Pattallassang 3.370 879 798 58 8 5 10 Balumbung 1.637 445 382 16 26 19 2 Bonto Tappalang 1.500 366 298 10 45 4 9 Bonto-Bontoa 1.941 515 457 8 12 19 19 Jumlah 24.135 6.439 5.458 313 291 175 202 Presentase 84,76% 4,86% 4,52% 2,72% 3,14%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.11. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Tompobulu (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Banyorang 874 770 9 551 1 202 0 7 Ereng-Ereng 533 393 0 210 0 183 0 0 Campaga 700 582 0 0 0 567 0 15 Lembang Gt.Keke 1.142 925 11 818 18 20 30 28 Labbo 1.000 998 0 175 5 89 0 729 Pattaneteang 683 566 0 0 0 529 0 37 Pattallassang 1.084 879 22 185 0 244 8 420 Balumbung 531 445 0 444 0 1 0 0 Bonto Tappalang 483 366 0 280 0 83 3 0 Bonto-Bontoa 657 515 2 231 0 258 16 8 Jumlah 7.687 6.439 44 2.894 24 2.176 57 1.244 Presentase 0,68% 44,94% 0,37% 33,79% 0,89% 19,32%

(33)

Gambar 4.6

(34)

4.4.5. Kecamatan Pajukukang

Jumlah penduduk Kecamatan Pajukukang sesuai hasil pendataan sebanyak 30.129 jiwa, dengan luas 48,9 km2 atau 12,35% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 10 Desa dimana 9 diantaranya berada di daerah pesisir pantai dan hanya 1 Desa yang tidak berbatasan dengan laut flores.

Data BABS di Kecamatan Pajukukang termasuk sangat tinggi yaitu 40,25%atau sebanyak 12,126 jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum juga termasuk tinggi yaitu sebesar 17,60%atau sebanyak 5.303jiwa.

Tabel 4.12. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Pajukukang (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Biangkeke 3.248 786 273 17 89 65 342 Biangloe 2.158 558 371 2 39 19 127 Pajukukang 4.548 1.094 583 99 189 19 204 Borongloe 3.459 871 386 53 44 14 374 Baruga 4.813 1.214 563 10 77 3 561 Nipa-Nipa 3.745 888 598 8 84 1 197 Lumpangan 2.729 682 448 2 57 13 162 Rappoa 1.528 372 225 0 2 12 133 Papan Loe 2.808 720 65 13 28 243 371 Batu Karaeng 1.093 264 110 0 16 1 137 Jumlah 30.129 7.449 3.622 204 625 390 2.608 Presentase 48,62% 2,74% 8,39% 5,24% 35,01%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.13. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Pajukukang (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Biangkeke 915 786 0 0 0 375 70 341 Biangloe 631 558 0 0 0 545 9 4 Pajukukang 1.277 1.094 90 41 0 232 452 279 Borongloe 1.079 871 274 22 19 332 162 62 Baruga 1.373 1.214 541 0 13 0 228 432 Nipa-Nipa 1.067 888 33 5 4 846 0 0 Lumpangan 839 682 2 0 0 414 256 10 Rappoa 411 372 0 0 0 217 146 9 Papan Loe 895 720 238 0 0 95 287 100 Batu Karaeng 339 264 0 0 0 132 58 74 Jumlah 8.826 7.449 1.178 68 36 3.188 1.668 1.311 Presentase 15,81% 0,91% 0,48% 42,80% 22,39% 17,6%

(35)

Gambar 4.7

(36)

4.4.6. Kecamatan Bissappu

Jumlah penduduk Kecamatan Bissappu sesuai hasil pendataan sebanyak 32.793 jiwa, dengan luas 32,84 km2 atau 8,30% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 4 Desa dan 7 Kelurahan. 4 Kelurahan diantaranya berada di daerah pesisir. Topografi Kecamatan Bissappu berada di antara dataran rendah hingga dataran berbukit yaitu antara 0 – 100 mdpl.

Berdasarkan data survey, BABS di Kecamatan Pajukukang masih cukup tinggi yaitu

26,07% atau sebanyak 8.549 jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum

juga termasuk tinggi yaitu sebesar 25,61%atau sebanyak 8.391jiwa.

Tabel 4.14. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bissappu (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Bonto Manai 2.900 674 387 8 57 38 184 Bonto Rita 5.041 1.154 686 11 52 77 328 Bonto Lebang 3.543 897 545 7 32 46 267 Bonto Atu 2.877 666 616 0 2 12 36 Bonto Sunggu 6.580 1.647 1.314 0 53 38 242 Bonto Salluang 2.123 506 189 4 78 52 183 Bonto Loe 1.549 410 259 1 79 2 69 Bonto Jaya 2.516 630 316 167 33 19 95 Bonto Langkasa 1.800 448 259 1 16 4 168 Bonto Cinde 2.159 544 250 5 129 2 158 Bonto Jai 1.705 414 253 0 98 0 63 Jumlah 32.793 7.990 5.074 204 629 290 1.793 Presentase 63,5% 2,55% 7,87% 3,63% 22,44%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.15. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Bissappu (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Bonto Manai 865 674 0 0 0 9 0 665 Bonto Rita 1.418 1.154 79 0 69 808 107 91 Bonto Lebang 1.071 897 12 60 57 703 50 15 Bonto Atu 713 666 0 0 0 662 0 4 Bonto Sunggu 1.814 1.647 0 0 5 1.482 138 22 Bonto Salluang 606 506 0 1 0 463 0 42 Bonto Loe 528 410 0 0 0 326 0 84 Bonto Jaya 806 630 0 0 0 125 1 504 Bonto Langkasa 575 448 0 0 0 94 0 354 Bonto Cinde 688 544 0 0 0 208 77 259 Bonto Jai 462 414 0 0 0 316 92 6 Jumlah 9.546 7.990 91 61 131 5.196 465 2.046 Presentase 1,14% 0,76% 1,64% 65,03% 5,82% 25,61%

(37)

Gambar 4.8

(38)

4.4.7. Kecamatan Eremerasa

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Eremerasa sebanyak 20.165 jiwa, dengan luas 45,01 km2 atau 11,37% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 9 Desa dan yang terpadat yaitu di Desa Ulugalung sebanyak 3.044 jiwa. Terletak di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan topografi berbukit pada ketinggian antara 500 sd 1.000 mdpl.

Data BABS di Kecamatan Eremerasa termasuk masih tinggi yaitu 18,63% atau hanya sekitar 3.756 jiwa, tapi untuk data yang masih belum mendapat akses air minum termasuk rendah yaitu hanya sebesar 8,01%atau sebanyak 1.616jiwa.

Di Kecamatan Eremerasa ini, terdapat beberapa Desa yaitu diantaranya Desa Kampala yang merupakan kawasan sumber air baku untuk PDAM Kabupaten Bantaeng yang sudah berjalan puluhan tahun yang menyuplai sebagian kebutuhan masyarakat di daerah perkotaan.

Tabel 4.16. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Eremerasa (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Ulugalung 3.044 756 603 0 8 21 124 Lonrong 2.828 709 537 6 62 9 95 Barua 2.983 751 562 4 92 12 81 Kampala 3.036 726 538 18 57 9 104 Pabentengan 2.064 461 312 58 18 9 64 Mappilawing 1.886 445 342 0 31 0 72 Pabumbungan 1.675 369 187 17 77 12 76 Mamampang 1.933 471 207 14 39 30 181 Parangloe 716 192 135 0 47 0 10 Jumlah 20.165 4.880 3.423 117 431 102 807 Presentase 70,14% 2,40% 8,83% 2,09% 16,54%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.17. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Eremerasa (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Ulugalung 855 756 1 0 0 753 2 0 Lonrong 839 709 0 0 7 702 0 0 Barua 894 751 2 0 2 643 0 104 Kampala 881 726 0 0 0 635 4 87 Pabentengan 595 461 0 0 0 419 0 42 Mappilawing 593 445 0 0 0 393 0 52 Pabumbungan 479 369 0 0 0 271 0 98 Mamampang 581 471 0 0 0 471 0 0 Parangloe 225 192 0 0 0 184 0 8 Jumlah 5.942 4.880 3 0 9 4.471 6 391 Presentase 0,06% 0% 0,18% 91,62% 0,12% 8,01%

(39)

Gambar 4.9

(40)

4.4.8. Kecamatan Gantarangkeke

Jumlah penduduk Kecamatan Gantaragkeke sesuai hasil pendataan sebanyak 18.440 jiwa, dengan luas 52,95 km2 atau 13,38% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 4 Desa dan 2 Kelurahan. Topografi Kecamatan Gantarangkeke berada di antara dataran rendah dengan ketinggian yaitu antara 300 - 500 mdpl.

Berdasarkan data survey, BABS di Kecamatan Gantarangkeke termasuk rendah yaitu

9,76% atau sebanyak 1.799 jiwa, akan tetapi yang masih belum mendapat akses air

minum masih cukup tinggi yaitu sebesar 39,62%atau sebanyak 7.305 jiwa.

Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Gantarangkeke terdapat 1 Desa yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS yaitu Desa Bajiminasa. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Kelurahan Tanahloe sebanyak 153 RT atau 600 jiwa.

Tabel 4.18. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Pleng-sengan) BABS (Tanpa WC) Gantarangkeke 2.580 649 516 65 16 2 50 Tanah Loe 2.796 715 523 6 33 0 153 Tombolo 2.870 707 548 54 0 1 104 Kaloling 3.421 881 703 82 43 44 9 Layoa 2.876 723 616 17 2 1 87 Bajimanasa 3.897 1.030 914 81 27 2 6 Jumlah 18.440 4.705 3.820 305 121 50 409 Presentase 81,19% 6,48% 2,57% 1,06% 8,69%

Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

Tabel 4.19. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT)

Desa/ Kelurahan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunu-ngan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Gantarangkeke 711 649 14 0 0 0 2 633 Tanah Loe 830 715 0 407 51 167 24 66 Tombolo 881 707 27 242 0 1 109 328 Kaloling 1.168 881 312 138 0 90 33 308 Layoa 894 723 44 314 0 0 0 365 Bajimanasa 1.305 1.030 164 0 0 211 491 164 Jumlah 5.789 4.705 561 1.101 51 469 659 1.864 Presentase 11,92% 23,40% 1,08% 9,97% 14,01% 39,62%

(41)

Gambar 4.10

(42)

Bab 5

PENUTUP

Dengan terselesaikannya Penyusunan Database Akses Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bantaeng yang berisi gambaran umum kondisi eksisting akses air minum dan sanitasi, maka selanjutnya seluruh data yang disajikan akan menjadi acuan dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan air minum dan sanitasi di Kabupaten Bantaeng.

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan database ini bersifat umum sehingga dalam pelaksanannya dibutuhkan suatu instrumen dan sarana pendukung dalam upaya keberlanjutan pengembangan air minum dan sanitasi dengan karakteristik dan permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Bantaeng.

Database ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut oleh masing-masing Satuan Kerja Pelaksana Teknis terkait di Kabupaten Bantaeng sebagai panduan operasional kebijakan dalam pengembangan air minum dan sanitasi.

Gambar

Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Bantaeng
Tabel 2.3. Letak Kab. Bantaeng Menurut Ketinggian
Tabel 2.4. Sebaran Sungai di Kabupaten Bantaeng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar freehand atau menggambar tangan bebas untuk membuat skesta secara cepat dalam memvisulisasikan suatu obyek ataupun gambar – gambar teknik sering dilakukan oleh orang –

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir berjudul Pembenihan dan Pembesaran Ikna Gurame Osphronemus gouramy di Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan adalah

Untuk perkiraan arus penumpang domestik yang sebagian besar merupakan penumpang PT (Persero) Pelni, maka akan digunakan hasil studi yang sebelumnya disusun dalam

Perumusan kinerja guru di MTsN Ngantru dan MTsN Bandung Tulungagung dengan jalan: 1) Kemampuan merencanakan belajar mengajar dengan jalan guru harus mempersiapkan

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan dalam mengembangkan perusahaan terutama yang berhubungan dengan

Pada tahap ini dampak yang ditimbulkannya antara lain adanya pemutusan hubungan kerja dari para pekerja yang sebelumnya telah bekerja untuk membangun pembangkit

"Mereka berasal dari mana?" tanya Rangga yang teringat akan Raden Segara, laki-laki berwajah cukup tampan dan bertubuh tinggi besar setengah raksasa itu.. "Tidak ada

Terlihat bahwa p- value = 0,022< α (0,05), ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu