MODUL PRAKTIKUM
STASE GERIATRI
2019
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
i
MODUL PRAKTIKUM
Stase Geriatri
Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud
Tim Penyusun :
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu.
Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul Praktikum Stase Geriatri Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.
Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam : 1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi geriatri
2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi geriatri
Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran pendidikan
Om santih, santih, santih, om.
Denpasar, 17 September 2016 Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud
ii
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR ... i 2. DAFTAR ISI ... ii 3. Definisi ... 1 4. Tujuan Intruksional ... 1 5. Sasaran Pembelajaran ... 1 6. Sumber Pembelajaran ... 1 7. Sumber Daya ... 1 8. Ruang Lingkup ... 29. Alat dan Kelengkapan ... 2
10.Pengendalian dan Pemantauan ... 2
11.Pelaksanaan ... 2
A. Lansia dengan penurunan kebugaran... 2
B. Lansia dengan penurunan kekuatan otot ... 3
C. Lansia dengan gangguan fleksibilitas ... 5
D. Lansia dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi ... 6
E. Lansia dengan penurunan kemandirian aktivitas fungsional sehari-hari ... 11
F. Lansia dengan inkontinensia urine dan pelvic floor impairment ... 14
G. Lansia dengan keluhan nyeri konservatif ... 16
1 Definisi
Manajemen fisioterapi geriatri merupakan rangkaian pembelajaran proses asuhan fisioterapi berupa : assessment, diagnose, planning, intervensi, serta evaluasi pada kondisi kasus fisioterapi geriatric yang bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang geriatri.
Tujuan
Tujuan instruksional umum
1. Memahami kasus-kasus fisioterapi geriatri
2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi geriatri
3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus geriatri
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti: 1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang geriatri dalam kasus neuromuscular,
musculoskeletal, kardiovaskular dan pulmonal serta kasus psikoedukasi.
2.
Melakukan assessment menegakkan diagnosa fisioterapi secara ICF, menetapkan planning, melakukan intervensi, melakukan evaluasi terkait patologi kasus fisioterapi geriatri, serta melakukan rujukan ke profesi lainnya apabila dibutuhkan terapi/pemeriksaan diagnose penunjang terkait patologi geriatri3. Pemeriksaan deteksi dini pada lansia
4. Pemberian pelatihan untuk meningkatkan fungsi gerak lansia. Sasaran
Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi geriatri adalah mahasiswa Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya.
Sumber Pembelajaran
Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah :
A. Buku Text dan ebook :
1. Andayani, R. 2011. Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit FKUI: Jakarta, hal. 140-150
B. Narasumber :
1. Dosen Matakuliah
Sumber daya
A. Sumber daya manusia:
1. Dosen pemberi mata kuliah : 1 orang B. Sarana dan Prasarana:
2
2. Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar
Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi geriatri adalah melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus geriatri mulai dari pemeriksaan hingga intervesi pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional lansia.
Alat dan kelengkapan :
1. White Board
2. Board Marker
3. Laptop
4. Multi Media Projector/LCD
Pengendalian dan Pemantauan
1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani
2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan
3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi.
Pelaksanaan
A. LANSIA DENGAN PENURUNAN KEBUGARAN Definisi :
Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yangberarti.Untuk dapat mencapai kondisi kebugaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kebugaran jasmani dengan metoda latihan yang benar.
Pemeriksaan : 1. Harvard Step Test
Harvard step test adalah suatu tes kesanggupan badan dinamis/fungsional. Tes ini merupakan step test yang paling familiar digunakan untuk menghitung indeks kebugaran jasmani berdasarkan daya tahan kardiovaskular seseorang. Harvard step test pertama dikembangkan oleh Graybriel Brouha & Heath pada tahun 1943. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik untuk kerja otot dan kemampuannya pulih dari kerja.
Alat yang dipergunakan pada Harvard step test : 1. Bangku
2. Stopwatch 3. Metronom
3
Secara ringkas, Harvard step test dilakukan dengan naik turun bangku selama maksimal 5 menit mengikuti irama metronom dengan ketukan 120 bpm. Saat sudah mencapai kelelahan atau irama langkah peserta tidak sesuai, maka tes dihentikan kemudian waktunya dicatat dan dihitung nadi pada arteri radialis dari 1-1,5 menit, 2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.
Hasil Pemeriksaan :
Hasil data lama naik turun dan denyut nadi post latihan dimasukan kedalam rumus berikut ini, sehingga didapatkan hasil indeks kebugaran jasmani.
IKJ = Lama naik turun (dalam detik) x 100 2x (nadi 1+ nadi 2+ nadi 3)
Indeks Kebugaran Jasmani
Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKJ
Sangat Baik 5 > 90 Baik 4 80-89 Cukup 3 65-79 Sedang 2 50-64 Kurang 1 < 50 Intervensi : 1. Senam Lansia
1. Latihan PemanasanLatihan pemanasan terdiri dari 10 gerakan dan berlangsung selama 15 menit.
2. Latihan IntiLatihan inti terdiri atas 12 jurus dan berlangsung selama 30 menit. 3. Latihan Penenangan berlangsung sekitar 15 menit.
4. Latihan penutup dilakukan sekitar 2 menit (Edi, 2006). 2. Latihan Aerobik
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang membuat jantung dan paru bekerja lebih keras untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan oksigen, misalnya berjalan, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Latihan fisik dilakukan sekurangnya 30menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau 20 menit dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam seminggu, atau kombinasi 20 menit intensitas tinggi 2 hari dalam seminggu dan 30 menit dengan intensitas sedang 2 hari dalam seminggu.
B. LANSIA DENGAN PENURUNAN KEKUATAN OTOT Definisi :
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari proses penuaan. Menurunnya kekuatan otot disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab
4
yang utama yaitu penurunan massa otot. Penurunan kekuatan otot ini dimulai pada umur 40 tahun dan prosesnya akan semakin cepat pada usia setelah usia 75 tahun.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan kekuatan otot pada lansia dilakukan dengan menggunakan Manual Muscle Testing (MMT). Manual Muscle Testing (MMT) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena penatalaksanaan, intepretasi hasil serta validitas dan reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual muscle testing tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan group / kelompok otot.
Hasil Pemeriksaan :
Manual Muscle Testing (MMT) : 0 Tidak ada kontraksi atau tonus otot sama sekali.
1 Terdapat kontraksi atau tonus otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali.
2 Mampu melakukan gerakan namun belum bisa melawan gravitasi.
3 Mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi secara penuh dan melawan
gravitasi tetapi belum bisa melawan tahanan minimal
4 Mampu bergerak penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan sedang
5 Mampu melawan gravitasi dan mampu melawan tahanan maksimal
Intervensi :
1. Latihan ROM (Range Of Motion)
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari. 2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. 3) ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan
2. Latihan Penguatan Otot
Bagi Lansia disarankan untuk menambah latihan penguatan otot disampinglatihan aerobik. Kebugaran otot memungkinkan melakukan kegiatan sehari-harisecara mandiri. Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang memperkuat danmenyokong otot dan jaringan ikat. Latihan dirancang supaya otot mampu membentukkekuatan untuk
5
mengerakkan atau menahan beban, misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulangatau aktivitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastik. Latihanpenguatan otot dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantarasesi untuk masing-masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan ototmenggunakan tahananatau beban dengan 10-12 repetisi untuk masing-masing latihan.Intensitas latihan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan individu.Jumlah repetisi harus ditingkatkan sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkanadalah satu set latihan dengan 10-15 repetisi.
C. LANSIA DENGAN GANGGUAN FLEKSIBILITAS Definisi :
Fleksibilitas otot adalah kemampuan maksimum otot untuk menggerakkan sendi dalam jangkauan gerakan. Tidak fleksibilitasnya otot dapat mengakibatkan terbatasnya lingkup gerak sendi (LGS) yang di akibatkan oleh adanya kekuatan otot dan tendon sehingga menyebabkan kontraktur sendi.
Pemeriksaan : 1. Sit and Reach Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas punggung bawah dan hamstring.
Alat yang digunakan adalah bench/meja sit and reach yang dilengkapi oleh
penggaris/skala. Prosedur pelaksanaan :
- Pasien duduk dengan tungkai lurus tanpa sepatu dan kaos kaki, kemudian kedua kaki
rapat dengan alat tersebut
- Pasien diminta untuk membungkuk sehingga kedua jari tangan bergeser di atas garis
skala tersebut
- Jika alat memiliki serambi 15 cm maka jarak yang dicapai oleh ujung jari tengah ditambah dengan panjang serambi
Tes ini dilakukan seba-nyak 3 kali, dan jarak terbaik dicocokkan de-ngan tabel sit and reach test.
Hasil Pemeriksaan : Usia 20 tahun keatas
Gender Excellent Above
Average Average
Below
Average Poor Male > 28 24 - 28 20 – 23 17 – 19 < 17 Female > 35 32 – 35 30 – 31 25 – 29 < 25
6 Intervensi :
1. Latihan ROM (Range Of Motion)
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari. 2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. 3) ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan
D. LANSIA DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI Definisi :
Keseimbangan merupakan proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan integrasi input sensorik serta perencanaan dan pelaksanaan gerakan untuk mencapai tujuan yang membutuhkan postur tegak. Keseimbangan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol pusat gravitasi agar tetap berada diatas landasan penopang.
Pemeriksaan :
1. Berg Balance Scale (BBS)
Berg Balance Scale adalah suatu tes klinis yang banyak digunakan untuk pengukuran keseimbangan seseorang misalnya keseimbangan dinamis pada lansia ataupun pasien dengan riwayat sakit.
BERG BALANCE SCALE
Nama : _________________ Tanggal : ________________
ITEM DESKRIPSI SKOR (0-4)
1. Duduk ke berdiri _____
2. Berdiri tak tersangga _____
3. Duduk tak tersangga _____
4. Berdiri ke duduk _____
5. Transfer/Berpindah _____
6. Berdiri dengan mata tertutup _____
7. Berdiri dengan kedua kaki rapat _____
8. Meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal _____
7
10.Berbalik untuk melihat ke belakang _____
11.Berbalik 360 derajat _____
12.Menempatkan kaki bergantian ke balok (step tool) _____
13.Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang lain _____
14.Berdiri satu kaki _____
TOTAL _____ INSTRUKSI UMUM
Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi tes). Alat yang dibutuhkan : stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai, blok (step stool) dan penanda. Waktu tes: 10 – 15 menit. Prosedur tes Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh Berg.
1. Duduk ke Berdiri
Instruksi : Silahkan berdiri. Cobalah untuk tidak menggunakan support tangan anda. ( ) 4 Mampu tanpa menggunakan tangan dan berdiri stabil
( ) 3 Mampu berdiri stabil tetapi menggunakan support tangan
( ) 2 Mampu berdiri dengan support tangan setelah beberapa kali mencoba ( ) 1 Membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri stabil
( ) 0 Membutuhkan bantuan sedang sampai maksimal untuk dapat berdiri 2. Berdiri tak tersangga
Instruksi : Silahkan berdiri selama 2 menit tapa penyangga. ( ) 4 Mampu berdiri dengan aman selama 2 menit
( ) 3 Mampu berdiri selama 2 menit dengan pengawasan ( ) 2 Mampu berdiri selama 30 detik tanpa penyangga
( ) 1 Butuh beberapa kali mencoba untuk berdiri 30 detik tanpa penyangga ( ) 0 Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa bantuan
Jika subyek mampu berdiri selama 2 menit tak tersangga, maka skor penuh untuk item 3 dan proses dilanjutkan ke item 4
3. Duduk tak tersangga tetapi kaki tersangga pada lantai atau stool Instruksi : Silahkan duduk dengan melipat tangan selama 2 menit. ( ) 4 Mampu duduk dengan aman selama 2 menit
( ) 3 Mampu duduk selama 2 menit dibawah pengawasan ( ) 2 Mampu duduk selama 30 detik
( ) 1 Mampu duduk selama 10 detik
( ) 0 Tidak mampu duduk tak tersangga selama 10 detik 4. Berdiri ke duduk
Instruksi : Silahkan duduk.
8
( ) 3 Mengontrol gerakan duduk dengan tangan
( ) 2 Mengontrol gerakan duduk dengan paha belakang menopang di kursi ( ) 1 Duduk mandiri tetapi dengan gerakan duduk tak terkontrol
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk duduk 5. Transfer
Instruksi : Atur jarak kursi . Mintalah subyek untuk berpindah dari kursi yang memiliki sandaran tangan ke kursi tanpa sandaran atau dari tempat tidur ke kursi. ( ) 4 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan minimal.
( ) 3 mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan ( ) 2 Dapat berpindah dengan aba-aba atau dibawah pengawasan ( ) 1 Membutuhkan satu orang untuk membantu
( ) 0 Membutuhkan lebih dari satu orang untuk membantu 6. Berdiri tak tersangga dengan mata tertutup
Instruksi : Silahkan tutup mata anda dan berdiri selama 10 detik. ( ) 4 Mampu berdiri dengan aman selama 10 detik
( ) 3 Mampu berdiri 10 detik dengan pengawasan ( ) 2 Mampu berdiri selama 3 detik
( ) 1 Tidak mampu menutup mata selama 3 detik ( ) 0 Butuh bantuan untuk menjaga agar tidak jatuh 7. Berdiri tak tersangga dengan kaki rapat
Instruksi : Tempatkan kaki anda rapat dan pertahankan tanpa topangan. ( ) 4 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama 1 menit
( ) 3 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama 1 menit dibawah pengawasan
( ) 2 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama 30 detik ( ) 1 Membutuhkan bantuan memposisikan kedua kaki, mampu berdiri 15 detik ( ) 0 Membutuhkan bantuan memposisikan kedua kaki, tdk mampu berdiri 15 Detik 8. Meraih ke depan dengan lengan lurus secara penuh
Instruksi : Angkat tangan kedepan 90 derajat. Julurkan jari-jari anda dan raih kedepan. (Fisioterapis menepatkan penggaris dan mintalah meraih sejauh mungkin yang dapat dicapai, saat lengan mencapai 90 derajat. Jari tidak boleh menyentuh penggaris saat meraih kedepan. Catatlah jarak yang dapat dicapai, dimungkinkan melakukan rotasi badan untuk mencapai jarak maksimal).
( ) 4 Dapat meraih secara meyakinkan >25 cm (10 inches) ( ) 3 Dapat meraih >12.5 cm (5 inches) dengan aman. ( ) 2 Dapat meraih >5 cm (2 inches) dengan aman. ( ) 1 Dapat meraih tetapi dengan pengawasan
9
( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketika mencoba 9. Mengambil obyek dari lantai dari posisi berdiri
Instruksi : Ambil sepatu/sandal yang berada di depan kaki anda. ( ) 4 Mampu mengambil dengan aman dan mudah
( ) 3 Mampu mengambil, tetapi butuh pengawasan
( ) 2 Tidak mampu mengambil tetapi mendekati sepatu 2-5cm (1-2 inches) dengan seimbang dan mandiri.
( ) 1 Tidak mampu mengambil, mencoba beberapa kali dengan pengawasan ( ) 0 Tidak mampu mengambil, dan butuh bantuan agar tidak jatuh
10.Berbalik untuk melihat ke belakang
Instruksi : Menoleh kebelakan dengan posisi berdiri ke kiri dan kekanan ( ) 4 Melihat kebelakang kiri dan kanan dengan pergeseran yang baik
( ) 3 Melihat kebelakan pada salah satu sisi dengan baik, dan sisi lainnya kurang ( ) 2 Hanya mampu melihat kesamping dengan seimbang
( ) 1 Membutuhkan pengawasan untuk berbalik
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tetap seimbang dan tidak jatuh 11.Berbalik 360 derajat
Instruksi : Berbalik dengan satu putaran penuh kemudian diam dan lakukan pada arah sebaliknya.
( ) 4 Mampu berputar 360 derajat selama
( ) 3 Mampu berputar 360 derajat dengan aman pada satu sisi selama 4 detik atau kurang
( ) 2 Mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan ( ) 1 Membutuhkan pengawasan dan panduan
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk berbalik
12.Menempatkan kaki ke stool dalam posisi berdiri tanpa penyangga
Instruksi : Tempatkan kaki pada step stool secara bergantian. Lanjutkan pada stool berikutnya.
( ) 4 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama 20 detik ( ) 3 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama >20 detik ( ) 2 Mampu malakukan 4 langkah tanpa alat bantu dengan pengawasan ( ) 1 Mampu melakukan >2 langkah, membutuhkan bantuan minimal ( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tidak jatuh
10
Instruksi : (Peragakan kepada subyek) Tempatkan satu kaki didepan kaki yang lainnya. Jika anda merasa kesulitan awali dengan jarak yang luas.
( ) 4 mampu menempatkan dgn mudah, mandiri dan bertahan 30 detik ( ) 3 Mampu menempatkan secara mandiri selama 30 detik
( ) 2 mampu menempatkan dgn jarak langkah kecil, mandiri selama 30 detik ( ) 1 Membutuhkan bantuan untuk menempatkan tetapi bertahan 15 detik ( ) 0 Kehilangan keseimbangan ketikan penempatan dan berdiri
14.Berdiri dengan satu kaki
Instruksi : Berdiri dengan satu kaki dan pertahankan. ( ) 4 mampu berdiri dan bertahan >10 detik
( ) 3 mampu berdiri dan bertahan 5-10 detik ( ) 2 mampu berdiri dan bertahan = atau >3 detik
( ) 1 mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3 detik, tetapi mandiri ( ) 0 Tidak mampu, dan membutuhkan bantuan agar tidak jatuh ( ) SKOR TOTAL (Maximum = 56)
Hasil Pemeriksaan :
Apabila didapatkan hasil skor :
0-20 = harus memakai kursi roda (wheelchair bound) 21-40 = berjalan dengan bantuan
41-56 = mandiri/independen Intervensi :
1. Balance Exercise
Balance Exercise adalah aktifitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah.
Latihan keseimbangan akan menghasilkan perubahan atau manfaat bagi lansia jika dilakukan 1-3 kali seminggu dalam 4 minggu dengan durasi 15 menit. Gerakan balance exercise terdiri dari 5 macam yaitu, plantar flexion, hip flexion, hip extention, knee flexion dan side leg raise.
1) Plantar Flexion
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi. b. Perlahan angkat tumit ke atas (berdiri dengan ujung kaki). c. Pertahankan posisi.
d. Kembalikan kaki pada posisi semula. e. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x. 2) Hip Flexion
11
b. Angkat lutut kanan ke atas tanpa menggerakkan atau menekuk pinggang. c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan turunkan lutut dan kembali ke posisi semula. e. Ulangi dengan menggunakan lutut kiri.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.
3) Hip Extention
a. Berdiri dengan jarak ± 30 cm dari kursi.
b. Perlahan gerakkan kaki kanan kearah belakang (sampai pinggang dalam keadaan lurus).
c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan kembalikan kaki pada posisi semula. e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.
4) Knee Flexion
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.
b. Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang sehingga kaki kanan terangkat dibelakang tubuh.
c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula. e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri.
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.
5) Side Leg Raise
a. Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi.
b. Perlahan angkat kaki kanan kearah samping (sampai pinggang dalam keadaan lurus). c. Pertahankan posisi.
d. Perlahan kembalikan kaki kanan pada posisi semula.
e. Ulangi dengan menggunakan kaki kiri
f. Gerakan dilakukan sebanyak 10 x.
E. LANSIA DENGAN PENURUNAN KEMANDIRIAN AKTIVITAS FUNGSIONAL SEHARI-HARI
Definisi :
Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Penurunan produktifitas dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan fungsi, sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami penurunan dalam
12
melaksanakan kegiatan harian seperti makan, ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam Activities Daily Living (ADL).
Pemeriksaan : 1. Barthel Index
Barthel index adalah satu pengukuran tingkat ketergantungan dalam pengkajian fungsional. Pengkajian Barthel Index berdasarkan pada evaluasi kemampuan fungsi mandiri atau bergantung dari lansia yang di nilai dan fungsi mobilitas dari ADL.
Pengkajian Aktivitas Harian dengan Indeks Bartel
No Kriteria Penilaian Nilai
1. Makan (feeding)
0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan memotong, mengoles mentega, dll
2 : Mandiri
2. Mandi (bathing) 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
3. Perawatan diri
(grooming)
0 : Membutuhkan bantuan orang lain
1 : Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian (dressing)
0 : Tergantung orang lain
1 : Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 2 : Mandiri
5. Buang air kecil (bowel)
0 : Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
1 : Kadang inkontinensia (maks 1x24 jam) 2 : Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar
(bladder)
0 : Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia (sekali seminggu) 2 : Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet
0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri
2 : Mandiri
8. Transfer
0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 2 : Bantuan kecil (1 orang)
3 : Mandiri
9. Mobilitas
0 : Immobile (tidak mampu) 1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan satu orang
3 : Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti tongkat)
10. Naik turun tangga
0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2 : Mandiri
13 Nilai Total : Hasil Pemeriksaan : Interpretasi Hasil : 20 = Mandiri 12 – 19 = Ketergantungan ringan 9-11 = Ketergantungan sedang 5-8 = Ketergantungan berat 0-4 = Ketergantungan total Intervensi : 1. Latihan Aerobik
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang membuat jantung dan paru bekerja lebih keras untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan oksigen, misalnya berjalan, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Latihan fisik dilakukan sekurangnya 30menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau 20 menit dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam seminggu, atau kombinasi 20 menit intensitas tinggi 2 hari dalam seminggu dan 30 menit dengan intensitas sedang 2 hari dalam seminggu.
2. Latihan Penguatan Otot
Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang memperkuat dan menyokong otot dan jaringan ikat. Latihan dirancang supaya otot mampu membentuk kekuatan untuk mengerakkan atau menahan beban, misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulang atau aktivitas dengan tahanan tertentu misalnya latihan dengan tali elastik. Latihan penguatan otot dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantara sesi untuk masing-masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan otot menggunakan tahanan atau beban dengan 10-12 repetisi untuk masing-masing latihan.Intensitas latihan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan individu. Jumlah repetisi harus ditingkatkan sebelum beban ditambah. Waktu yang dibutuhkan adalah satu set latihan dengan 10-15 repetisi.
3. Latihan Fleksibilitas dan Keseimbangan
Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk membantu mempertahankan kisaran gerak sendi (ROM), yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan tugas sehari-hari secara teratur. Latihan fleksibilitas disarankan dilakukan pada sehari-hari-sehari-hari dilakukannya latihan aerobik dan penguatan otot atau 2-3 hari per minggu. Latihan dengan melibatkan peregangan otot dan sendi. Intensitas latihan dilakukan dengan memperhatikan rasa tidak nyaman atau nyeri. Peregangan dilakukan 3-4 kali,untuk masing-masing tarikan dipertahankan 10-30 detik. Peregangan dilakukan terutama pada kelompok otot-otot besar, dimulai dari otot-otot kecil. Contoh: latihan Yoga.
Latihan keseimbangan dilakukan untuk membantu mencegah Lansia jatuh. Latihan keseimbangan dilakakukan setidaknya 3 hari dalam seminggu. Sebagian besar aktivitas dilakukan pada intensitas rendah. Kegiatan berjalan, Tai Chi, dan latihan penguatan otot memperlihatkan perbaikan keseimbangan pada lansia.
14
F. LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE DAN PELVIC FLOOR IMPAIRMENT
Definisi :
Keluarnya urin di tempat yang tidak diinginkan. Masalah seperti ini dapat menimbulkan rasa frustrasi pada pria atau wanita yang mengalaminya. Pada orang dewasa yang lebih tua, terutama mereka yang cacat atau dirawat di rumah sakit, inkontinensia lebih diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mencapai tempat yang diinginkan daripada dari gangguan urologis yang sebenarnya. Banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas tempat tidur atau kursi sehingga pasien sulit keluar dari tempat tidur dan toilet yang sulit dijangkau, dapat memperburuk masalah ini
Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Fisik secara Umum
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh termasuk pemeriksaan terkait dengan IU. Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan abdomen untuk menilai ada tidaknya distensi kandung kemih, nyeri tekan suprasimfisis, massa di regio abdomen bagian bawah. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan pada genitalia dan pemeriksaan status neurologis termasuk inervasi saraf lumbosakral. Dalam pemeriksaan pelvis pada wanita harus dilakukan inspeksi adanya POP, tanda inflamasi yang mengarahkan pada kemungkinan vaginitis atrofi (berupa bercak eritema dan bertambahnya vaskularisasi daerah labia minora dan epitel vagina, ptekia, serta eritema pada uretra yang seringkali disertai karunkel di bagian bawah uretra), kondisi kulit perineal, massa di daerah pelvis, dan kelainan anatomik lain.
2. Untuk menilai kekuatan otot dasar panggul dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan colok dubur untuk menilai sensasi perineal dan TSA saat aktif dan istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk menilai adanya impaksi atau penumpukan feses serta menilai prostat pada pasien pria.
b. Pemeriksaan colok vagina. Pemeriksaan ini dapat pula dilakukan untuk
memeriksa adanya kelainan organ genitalia seperti prolaps uteri.
c. Bila pada anamnesis diduga terdapat IU tekanan, dapat dilakukan stress test. Cara melakukan pemeriksaan ini adalah pasien berbaring dalam posisi terlentang di atas meja periksa dengan kandung kemih yang terisi penuh namun tanpa keinginan kuat untuk berkemih dan diminta untuk batuk. Jika urin menetes selama pasien batuk, diagnotis presumtif IU tekanan dapat dibuat. Selanjutnya, dokter menempatkan jari-jari tangannya pada kedua sisi uretra pasien dan menaikkan atau mengelevasikan struktur uretra kemudian pasien diminta untuk batuk. Jika pasien menderita IU tekanan, elevasi struktur uretra tersebut akan mencegah keluarnya urin pada saat batuk. Bila IU tidak ditemukan pada posisi berbaring telentang, pemeriksaan tersebut dapat dilakukan pada posisi pasien berdiri
15 3. Sandvix Severity Index (SSI)
Sandvix Severity Index (SSI) merupakan alat untuk mengukur derajat Inkontinensia urin dengan menggunakan skala SSI. SSI terdiri dari dua pertanyaan dengan hasil penilaian itu sehubungan dengan Inkontinensia urin yang terjadi didapatkan dengan mengalikan skor jawaban dan pertanyaan pertama dengan skor pertanyaan kedua. Hasil Pemeriksaan :
Hasil pemeriksaan SSI pengelompokkannya adalah sebagai berikut :
1) 0 = Tidak mengalami inkontinensia
2) 1-2 = Inkontinensia ringan 3) 3–6 = Inkontinensia sedang 4) 8–9 = Inkontinensia parah 5) 12 = Inkontinensia sangat parah Intervensi :
1. Latihan Otot Dasar Panggul
Latihan otot dasar panggul adalah latihan dalam bentuk seri untuk membangun kembali kekutan otot tersebut. Latihan harus tepat tertuju pada otot dasar panggul saja. Hal yang terakhir ini penting untuk diperhatikan karena kalau salah latih, maka yang menjadi kuat adalah otot lain, sementara IU tetap berlangsung.
Sebagai contoh latihan yang salah, adalah apabila pasien mengartikan kontraksi otot dasar panggul dengan cara mengejan, atau dengan cara mendekatkan kedua bokong sekuat tenaga, atau merapatkan kedua paha kiri dan kanan. Gerakan ini bukan menghasilkan otot dasar panggul yang kuat tetapi menghasilkan bokong dan paha yang bagus.
Kekuatan otot dasar panggul dapat dinilai secara manual, dengan cara pemeriksaan intra vaginal, baik dengan memasukkan 1 atau 2 jari pemeriksa. Pasien diminta mengkontraksikan otot dasar panggul, dan dinilai kekuatan tekanan gerakan yang dirasakan, serta lamanya kontraksi sesuai kententuan.
Cara memperkenalkan kepada pasien tentang kontraksi otot dasar panggul dengan benar, antara lain dengan cara :
- pasien diminta seolah-olah akan flatus, dan mencoba menahannya, agar angin tidak keluar - melakukan ‘stop test’ yaitu membayangkan sedang miksi, dan seketika menghentikan pancaran urin
- pasien diminta merasakan bahwa dua kegiatan di atas, ia merasakan otot bawah seolah berkumpul ditengah dan anus terangkat serta masuk kedalam
- ajarkan pasien untuk meraba gerakan tersebut, sehingga ia yakin bahwa gerakannya benar
16 Dua jenis kontraksi yang dilakukan adalah :
a. Kontraksi cepat : kontraksi – relaks – kontraksi – relaks dan seterusnya dengan hitungan cepat.
b. Kontraksi lambat : tahan kontraksi 3-4 detik, dengan cara menghitung 101, 102, 103, 104 untuk kontraksi dan 101,102,103,104 untuk relaks, untuk kembali kontraksi dan 3-4 detik, relaks lagi dan seterusnya. Hitungan 101,102 dan seterusnya adalah untuk memastikan hitungan detik dengan benar. Cara ini untuk menghindari pasien berhitung terlalu cepat, misalnya 1,2,3,4.
G. LANSIA DENGAN KELUHAN NYERI KONSERVATIF Definisi :
Evaluasi ulang nyeri berkelanjutan diperlukan untuk mengungkapkan perubahan status fisik pasien dan mendokumentasikan respon terhadap pengobatan. Nyeri telah didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan yang sedang terjadi (aktual) atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan.Sayangnya penilaian nyeri sering dikacaukan oleh karakter pribadi dan subjektif nya. Laporan nyeri individu berhubungan dengan sejumlah faktor : Usia, Jenis kelamin, Kepribadian, Warisan etnis / budaya.
Pemeriksaan :
1. Visual Analogue Scale (VAS)
VAS merupakan metode pengukuran intensitas nyeri yang sensitif, murah dan mudah dibuat, VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam mengukur nyeri dibandingkan dengan pengukuran deskriptif, Mempunyai korelasi yang baik dengan pengukuran yang lain, VAS dapat diaplikasikan pada semua pasien, tidak tergantung bahasa bahkan dapat digunakan pada anak-anak di atas usia 5 tahun, VAS dapat digunakan untuk mengukur semua jenis nyerinamun VAS juga memiliki kekurangan yaituVAS memerlukan pengukuranyang teliti untuk memberikan penilaian, pasien harus hadir saat dilakukan pengukuran, serta secara visual dan kognitif mampu melakukan pengukuran.
Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien.
Hasil Pemeriksaan :
VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas nyeridengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna:
Skala VAS Interpretasi
17
≥10 –30 mm Nyeri Ringan
≥30 –70 mm Nyeri Sedang
≥ 70 –90 mm Nyeri Berat
≥ 90 –100 mm Nyeri Sangat Berat
Intervensi :
1. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS adalah terapi listrik dengan menggunakan mesin bertenaga baterai dengan voltase rendah untuk meredakan rasa sakit. Mesin berukuran kecil ini mengantarkan sinyal listrik melalui dua elektroda ke saraf di mana rasa sakit atau nyeri terasa. Metode ini paling sering digunakan untuk menangani masalah tulang, otot, dan sendi seperti fibromyalgia, osteoartritis, sakit leher, dan sakit punggung bagian bawah. Diduga aliran listrik dari elektroda ini merangsang saraf mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat rasa sakit. Dugaan lain, listrik menstimulasi saraf untuk memproduksi endorfin atau pereda rasa sakit alami untuk menghambat persepsi terhadap rasa sakit. Metode terapi listrik TENS ini lebih efektif untuk mengobati fibromyalgia jika ditambah dengan olahraga.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
18
FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________ EVALUASI AFEKTIF
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai
Nilai Total Tanggung
Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun
1
2
3
4
5
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai
Nilai Total Keamanan Prilaku
Profesional Akuntabilitas Komunikasi
Kompetensi Budaya Pengembangan Profesional 1 2 3 4 5
Kriteria penilaian: Penilai,
1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
19
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Format presentasi (power point) 10
2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 10
3 Penguasaan metodelogi penelitian 10
4 Review jurnal
- Materi jurnal 20
- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20
- Kelayakan (feasibility) 20
5 Performance presentator
- Bahasa dan sopan santun 10
Jumlah 100
Penilai,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
20
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai 1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 20
2 Penguasaan metodelogi penelitian 10
3 Review jurnal - Materi jurnal 30 - Kelayakan (feasibility) 30 - Format penulisan 10 Jumlah 100 Penilai, ( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
21
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai Penilaian Status Klinis
1 Pemeriksaan Subjektif 4 2 Pemeriksaan Objektif - Vital Sign 2 - Pemeriksaan Per-Kompetensi 4 3 Diagnosis - Impairment 2 - Activity Limitation 2 - Participation Restriction 2 - Contextual Factor 2 4 Prognosis 2 5 Planning
- Jangka Panjang & Pendek 2
- Clinical Reasoning 3
6 Prosedur Intervensi
- Metode Pelaksanaan & Dosis 4
- Clinical Reasoning 6
7 Edukasi & Home Program 2
8 Evaluasi 3
Format Penilaian Presentasi
1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25
2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25
3 Format presentasi dan bahasa 10
TOTAL 100
Penilai,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
22
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai
Assessment 0-100 25%
Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%
Planning 0-100 25%
Intervensi 0-100 25%
Total Nilai
Penilai,
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
23
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE STASE GERIATRI
NAMA PESERTA :
NIM :
TEMPAT :
TANGGAL :
PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE) N
o Komponen Penilaian Kinerja
Subjektif Jumla h Poin 0 1 2 3 4
1 Keamanan (Safety)
2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)
3 Akuntabilitas (Accountability)
4 Komunikasi (Communication)
5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence)
6 Pengembangan Profesional (Professional
Development)
TOTAL POIN
MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT) N
o Komponen Penilaian Kinerja
Objektif Subjektif Jumla h Poin 0 1 0 1 2 3 4
ASSESMENT
Anamnesis Umum
1 Peserta memperkenalkan diri
2 Peserta menanyakan identitas pasien
Anamnesis Khusus
1 Peserta menanyakan keluhan utama
pasien
2 Menanyakan Riwayat Penyakit
Sekarang (RPS)/S7
3 Menanyakan Riwayat Penyakit
Dahulu (RPD)
4 Menanyakan Riwayat Penyakit
Keluarga (RPK)
5 Menanyakan Riwayat Penyakit
Penyerta (RPP)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
24
Pemeriksaan Umum
1 Pemeriksaan Vital Sign
2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien
3 Pemeriksaan Fisik Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis Palpasi Auskultasi Pemeriksaan Khusus
1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Aktif
Pasif
Isometrik Resisted
2 Pengukuran Kekuatan Otot
3 Pengukuran ROM
4 Pengukuran Antropometri
5 Pengukuran Nyeri
6 Pemeriksaan Spesifik
Untuk mendukung penegakan
diagnosis
Untuk menentukan diagnosis
banding
7 Melakukan Pengukuran terkait
Diagnosis
DIAGNOSIS
1 Diagnosis Medis (penjelasan)
2 Diagnosis Fisioterapi
Impairment
Functional Limitation
Disability/Participant Restriction
PLANNING
1 Rencana Jangka Pendek
2 Rencana Jangka Panjang
INTERVENSI
1 Penerapan Intervensi Modalitas
2 Penerapan Intervensi Manual Terapi
3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
25
1 Modifikasi faktor internal
2 Modifikasi faktor eksternal
3 Home Program
EVALUASI
1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan
awal
Total Poin
PERHITUNGAN NILAI AKHIR N
o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai 1 Praktik Profesional (Professional
Practice)
(Jumlah Poin : 24) x
100 30%
2 Manajemen Pasien (Patient
Management)
(Jumlah Poin : 157) x
100 70%
Total Nilai Akhir
Interpretasi :
Objektif …...…………., ………
0 Tidak Dilakukan
1 Dilakukan Mengetahui,
Subjektif Penguji Bagian
0 Tidak Dilakukan
1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik ( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656 Laman : www.unud.ac.id, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
26
FORM PENILAIAN MORNING REPORT
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi
Aktif Berpikir Kritis Kemampuan Komunikasi Time Manajemen Tata
Krama Nilai Total 1 2 3 4 5 Keterangan Penilaian No Keterangan Nilai 1 Kehadiran
Hadir tepat waktu 4
Terlambat <15 menit 3 Terlambat <30 menit 2 Tidak hadir 0 2 Partisipasi
Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4
Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3
Hanya menjawab kalau ditanya 2
Diam saja 1 3 Berpikir kritis
Mempunyai materi dengan jelas 4
Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3
Materi yang disampaikan tidak jelas 2
Salah menyampaikan materi 1
4 Kemampuan komunikasi
Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4
Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3
Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2
Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1
5 Manajemen Waktu
Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4
Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3
Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2
Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1
6 Tata krama
Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat
berdiskusi 4
Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih bersikap
sopan 3
Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2
Bertindak dan bicara seenaknya 1
Penilai,