• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur'an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur'an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 AMBON

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan

pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh: NUR KHOZIN NIM: 80100210128

PROGRAM PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

ii

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa tesis ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 8 Agustus 2012

Penulis,

Nur Khozin

(3)

iii

Tesis dengan judul ‚Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur’an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon‛ yang disusun oleh Saudara Nur Khozin, NIM: 80100210128, telah diujikan dan dipertahankan dalam Sidang Ujian Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Rabu, 8 Agustus 2012 M bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1433 H dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Pendidikan dan Keguruan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

PROMOTOR:

1. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. (...) 2. Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag. (...) PENGUJI

1. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd. (...) 2. Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A. (...) 3. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. (...) 4. Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag. (...)

Makassar, Agustus 2012 Diketahui oleh:

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana

Dirasah Islamiyah, UIN Alauddin Makassar,

(4)

iv

ِهِباَححصَأَو ِهِلَأ ىلَعَو ٍدَّمَُمُ اَنِدِّيَس ىَلَع حمِّلَسَو ِّلَص َّمُهَّللَا ،َحيِْمَلاَعحلا ِّبَر ِه ًَّلِل ُدحمَحلَْا

َحيِْعَحجَْأ

Segala puji bagi Allah swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan pertolongan-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw., para keluarga dan sahabatnya. Semoga Rahmat yang Allah limpahkan kepada beliau akan sampai kepada umatnya ila> yaum al-a>khir.

Pada awalnya tesis ini berjudul ‚Persepsi Peserta Didik terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Agama di MAN 1 Ambon‛, namun pada saat melakukan penelitian penulis melihat adanya gejala-gejala, kondisi atau kesenjangan yang berbeda, sehingga judul tesis ini berubah sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka menjadi ‚Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur’an Hadis Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon‛. Penulis menyadari sepenuhnya begitu banyak kendala yang penulis alami selama penyelesaian tesis ini, namun alh}amdulilla>h, berkat pertolongan Allah swt. dan optimisme penulis yang diikuti kerja keras tanpa kenal lelah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, penulis menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih atas bantuan semua pihak terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis ayahanda Isra dan ibunda Wiji yang telah mendidik, mengasuh penulis dari kecil hingga dewasa dengan susah payah, hingga penulis dapat mencapai jenjang pendidikan S2. Serta kakak dan adik-adik penulis yang senantiasa menjadi motivasi bagi penulis untuk segera dapat menyelesaikan studi ini.

(5)

v

dan Prof. Dr. H. Nasir A. Baki, M.A., selaku Asdir I dan II, Ketua Program Studi Dirasah Islamiyah (S2), Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. dan Sekretaris Program Studi Dr. Firdaus, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan dengan segala fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

4. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. dan Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag., sebagai Promotor I dan II yang telah banyak memberikan saran dan masukan serta bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.

5. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd. dan Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A. selaku Penguji I dan II yang telah banyak memberikan koreksian, perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

6. Segenap Staf Tata Usaha di lingkungan Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

7. Kepala Perpustakaan dan segenap karyawannya di lingkungan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari referensi yang penulis butuhkan selama penulisan tesis ini.

8. Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, dan guru-guru serta segenap keluarga besar civitas akademika MA Negeri 1 Ambon yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

9. Teristimewa untuk istri tercinta Ahl Allah, S.Th.I., yang selalu ikhlas mendoakan dan mendukung penulis dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, serta keluarga besar Dr. H. M. A. A. Dzunnuroyn, M.Ag. yang telah menerima penulis menjadi bagian keluarga besarnya, sehingga penulis semakin semangat dalam menyelesaikan studi dan proses penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.

(6)

vi

berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, dan semoga pula segala partisipasi dari semua pihak senantiasa mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah swt. A<mi>n.

Makassar, Agustus 2012 Penulis,

Nur Khozin

(7)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DATAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ... xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-18 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Kajian Pustaka ... 13

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 16

F. Garis Besar Isi Tesis ... 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 19-70 A. Persepsi Peserta Didik ... 19

B. Belajar dan Pembelajaran ... 26

C. Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 36

D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Peran Guru dalam Pembelajaran ... 53

E. Kerangka Pikir ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 71-83 A. Lokasi dan Jenis Penelitian ... 71

(8)

viii

E. Metode Pengumpulan Data ... 75 F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 79 G. Keabsahan Data ... 83 BAB IV ANALISIS PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU ... 84-137 A. Sejarah Berdirinya MA Negeri 1 Ambon ... 84 B. Gambaran Kegiatan Pembelajaran Guru Bidang Studi al-Qur’an

Hadis pada MA Negeri 1 Ambon ... 99 C. Pandangan Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar

Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bidang Studi al-Qur’an Hadis

pada MA Negeri 1 Ambon ... 106 BAB V PENUTUP ... 138-140 A. Kesimpulan... 138 B. Implikasi Penelitian ... 139 DAFTAR PUSTAKA ... 141 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

ix

1. Tabel 3.1 Nama-Nama Responden ... 74

2. Tabel 3.2 Acuan Penilaian ... 80

3. Tabel 4.1 Keadaan Guru Tetap Per Nopember 2011 ... 85

4. Tabel 4.2 Keadaan Guru Tidak Tetap ... 86

5. Tabel 4.3 Daftar Guru Tetap dan Tidak Tetap ... 86

6. Tabel 4.4 Keadaan Pegawai Tetap dan Tidak Tetap ... 89

7. Tabel 4.5 Daftar Pegawai Tetap dan Tidak Tetap ... 89

8. Tabel 4.6 Keadaan Siswa Tahun Akademik 2011/2012 ... 90

9. Tabel 4.7 Data Siswa Menurut Umur ... 90

10. Tabel 4.8 Data Siswa 6 Tahun Terakhir ... 91

11. Tabel 4.9 Data Kelulusan Siswa ... 91

12. Tabel 4.10 Data Gedung ... 92

13. Tabel 4.11 Prestasi yang Pernah Diraih ... 93

14. Tabel 4.12 Identitas Madrasah ... 96

15. Tabel 4.13 Acuan Penilaian ... 133

16. Tabel 4.14 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 133

17. Tabel 4.15 Keterampilan Bertanya... 133

18. Tabel 4.16 Keterampilan Memberikan Penguatan ... 134

19. Tabel 4.17 Keterampilan Memberikan Variasi ... 134

20. Tabel 4.18 Keterampilan Menjelaskan ... 135

21. Tabel 4.19 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil... 135

22. Tabel 4.20 Keterampilan Mengelola Kelas ... 135

23. Tabel 4.21 Keterampilan Pembelajaran Perorangan ... 136

(10)

x

1. Lampiran 1. Instrumen Penilaian ... 145

2. Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 147

3. Lampiran 3. Pedoman Angket/Kuesioner ... 148

4. Lampiran 4. Pedoman Wawancara Kegiatan Pembelajaran ... 149

5. Lampiran 5. Daftar Wawancara Terstruktur ... 150

6. Lampiran 6. Transkrip Wawancara Kegiatan Pembelajaran ... 152

7. Lampiran 7. Transkrip Wawancara Terstruktur ... 154

8. Lampiran 8. Nama-Nama Responden Peserta Didik ... 158

9. Lampiran 9. Foto Penelitian ... 159

10.Lampiran 10. Penilaian Hasil Angket Peserta Didik... 167

11.Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari PPS UIN Alauddin Makassar ... 185

12.Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Kesbanglinmas Provinsi Maluku .... 186

13.Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian dari MA Negeri 1 Ambon ... 187

(11)

xi A. Transliterasi

1. Konsonan

ا = tidak dilambangkan د = d ض = d} ك = k

ب = b ذ = z\ ط = t} ل = l

ت = t ر = r ظ = z} م = m

ث = s\ ز = z ع = ‘ ن = n

ج = j س = s غ = g و = w

ح= h} ش = sy ف = f ھ = h

خ = kh ص = s} ق = q ي = y

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Huruf Tanda Huruf

َ ا a َ ى ـ ai

َ ا i َ ىـ ii

َ ا u وــ ـ uu

3. Madda

Harkat dan Huruf Nama Huruf Nama

ىَ َ...َ|َاَ َ... fath}ahَdan alif atau ya a> a dan garis di atas ِ

ىـ kasrah dan ya i> i dan garis di atas

(12)

xii

marbu>t}ah harkat sukun, transliterasinya [h]. Ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

5. Syaddah (Tasydi>d)

( َ ٌ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (َ ىـ ــــ), ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).

6. Kata Sandang

َلا (alif lam ma‘rifah), ditransliterasi seperti biasa, al-, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). 7. Hamzah

Transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata.

8. Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la> saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

Q.S. …/…: 4 = Quran, Surah …, ayat 4

UU = Undang-undang

(13)

xiii Nama Penulis : Nur Khozin

NIM : 80100210128

Judul Tesis : Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur'an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon

Tesis ini berjudul persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi al-Qur'an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.

Metode penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode pendekatan yaitu pendekatan pedagogis, pendekatan psikologis dan pendekatan fenomenologis. Sumber data primer terdiri atas peserta didik, sedangkan sumber data skunder yaitu file dan domumen madrasah. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yaitu: observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data.

(14)

xiv

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan yang sangat besar dan serius

yakni peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdayaguna

agar mampu bersaing dengan negara-negara lain terutama dalam bidang pendidikan.

Dalam upaya menyiapkan SDM yang berkualitas, pendidikan mempunyai peran dan

fungsi strategis, karena pendidikan adalah fondasi untuk membangun bangsa yang

berpendidikan, berbudaya, dan berakhlak mulia.

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.

Guru berada pada posisi terdepan dalam menciptakan kualitas SDM melalui

pendidikan.1 Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, industrialisasi dan

informasi, peranan pendidikan tidak lagi terfokus pada SDM yang siap pakai, tetapi

harus memersiapkan SDM yang berbudaya dan tanggap terhadap arus perubahan

yang terjadi pada lingkungannya yakni SDM yang unggul dalam pengertian

menguasai ilmu pengetahuan, kreatif, inovatif, dan berkepribadian. Peningkatan

kualitas SDM merupakan kebutuhan yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah

dalam rangka memasuki era pasar bebas.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk membebaskan manusia dari

kebodohan dan kemiskinan. Usaha peningkatan SDM merupakan tujuan pendidikan

nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 menjelaskan,

(16)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2

Dengan adanya undang-undang tersebut telah memberikan gambaran dan

kenyataan bahwa seiring dengan perkembangan pandangan-pandangan tentang

konsep pembelajaran sesuai dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, membuat guru menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.

Seorang guru diharuskan profesional dan mempunyai motivasi serta berperan aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran, sebab guru selain menjadi subjek juga harus

mampu menempatkan diri sebagai objek dalam dunia pendidikan yang terus dan

harus belajar untuk menghadapi dunia pendidikan yang penuh inovasi.

Dalam dimensi operasional terutama pada lembaga pendidikan, guru

merupakan salah satu unsur pokok berada pada posisi terdepan. Hal ini disebabkan

karena guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik, melalui proses interaksi

instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran, dengan harapan agar

peserta didik dapat mengalami perubahan dari segi pengetahuan, tingkah laku,

maupun keterampilan ke arah yang lebih baik sebagaimana tujuan dari proses

pembelajaran.

Kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada guru merupakan suatu

tanggung jawab yang sangat berat. Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas

dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Banyak hal yang secara langsung

maupun tidak langsung berhubungan dan berperan dalam menentukan profesi guru.

(17)

Hal tersebut antara lain adalah menyangkut persoalan pemenuhan seorang guru,

sehingga faktor pemenuhan guru sangat penting untuk direalisasikan karena

berpengaruh pada profesionalitas guru. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu

dimiliki oleh seorang guru.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada BAB IV pasal 8 menjelaskan,

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3

Kualifikasi akademik harus dimiliki oleh seorang guru dibuktikan dengan

ijazah Sarjana atau Diploma IV, sehingga guru-guru yang belum memiliki kualifikasi

akademik sesuai dengan undang-undang diharuskan untuk melanjutkan pendidikan

pada lembaga pendidikan tinggi yang diberikan kewenangan menyelenggarakan

program tersebut. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.

Seorang guru yang mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

lembaga pendidikan formal perlu dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang

diberikan oleh lembaga atau perguruan tinggi yang diberikan kewenangan oleh

pemerintah, serta diharapkan seorang tenaga pendidik tidak cacat yakni sehat

jasmani dan rohani.

Guru yang tidak mengikuti dan tidak memiliki persyaratan tersebut dapat

menjadikan kualitas pendidikan kurang bermutu dan kurang mendapat perhatian dari

3Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet.

(18)

masyarakat, bahkan masyarakat tidak lagi menghargai guru sebagai individu maupun

sebagai anggota masyarakat intelektual. Guru yang mempunyai perilaku kurang

baik, mengajarkan ilmu tidak sesuai dengan kualifikasi yang dikuasainya dan

menjadikan profesi keguruan sebagai pilihan terakhir setelah tidak mendapatkan

pekerjaan lain, maka hal ini dapat menjatuhkan martabat guru. Hal ini membuktikan

bahwa keprofesionalan guru sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai pendidik profesional.

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya

kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam tindakan. Sehubungan

dengan hal ini dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen BAB IV Pasal 10 ayat 1 ditegaskan,

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.4

Dari undang-undang tersebut memberikan penegasan bahwa guru profesional

adalah guru yang mempunyai empat kompetensi. Guru yang profesional bukan hanya

memiliki dan menguasai satu kompetensi saja melainkan meliputi semua

kompetensi,5 yang akan diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dari empat

kompetensi tersebut harus benar-benar dimiliki oleh seorang guru.

Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam undang-undang guru dan

dosen tersebut secara teoritis dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi secara praktis

sesungguhnya keempat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat

dipisah-pisahkan. Di antara empat jenis kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu

4Ibid., h. 9.

5Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet. II, Bandung:

(19)

dalam diri guru dan saling menunjang satu sama lain. Guru yang mengajar tentu

harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan interaksi sosial yang

baik dengan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis fokuskan pada keterampilan

dasar mengajar guru sesuai dengan profesinya sebagai tenaga pendidik.

Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan,6 yang memiliki keterkaitan

dengan keterampilan dasar mengajar yakni keterampilan dasar mengajar merupakan

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Masalah keterampilan dasar

mengajar guru merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan tugasnya

sebagai guru. Artinya guru harus memiliki suatu keterampilan mengajar sebagai ilmu

dasar bagi seorang guru.

"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui". Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.7

Potongan ayat tersebut dianalogikan bahwa guru yang memiliki pengetahuan

dalam mengajar tentulah sangat berbeda dengan guru yang tidak memiliki

pengetahuan, yakni pada penguasaan ilmu mendidik. Guru perlu memahami berbagai

bekal ilmu yang harus dibawa dan disiapkan sebelum turun dilapangan untuk

6Abd. Rahman Getteng, Guru Profesional dan Ber-Etika (Cet. VI; Yogyakarta: Grha Guru,

2011), h. 28.

7Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Syaamil Cipta Media, 2005),

(20)

mengajar, yang paling mendasar adalah pengetahuan tentang keterampilan dasar

mengajar sebagai modal penting dalam mengajar kepada peserta didik dan selalu

diaplikasikan dalam setiap mengajar di kelas.

Guru yang berkualitas ini juga disinggung dalam hadis Nabi saw. yang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda “apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR. Al-Bukhari).

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa guru yang memiliki keahlian dasar

mengajar tentulah sangat berbeda dengan guru yang tidak memiliki keahlian di

bidangnya itu, karena orang yang ahli berarti sudah memiliki beberapa keterampilan

dalam dirinya. Guru yang menguasai materi dan mampu menjelaskan secara

mendalam serta meluas berbeda dengan guru yang tidak menguasai materi ketika

menyampaikan kepada peserta didik sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta

didik juga berbeda. Guru sadar pada tugas dan kewajibannya dalam menjalankan

profesinya sebagai pendidik, pengajar, pelatih, serta mengevaluasi peserta didiknya

pada saat berlangsung maupun setelah selesainya proses pembelajaran harus sesuai

keterampilan yang dikuasainya.

Seorang guru membantu peserta didik dengan cara mendidik dan

membimbing untuk menjadi manusia dewasa. Kehadiran guru adalah untuk

8Imam al-Bukhari, S}a>hih al-Bukha>ri> (Jilid 1, 2, 3 Bab Ilmu Beirut; Da>ru al-Ihya> al-A>rabi>,

(21)

membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik yakni perkembangan

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian orang yang berkeinginan

menjadi guru, berarti tersedia berbagai keterampilan dan metode-metode yang

benar-benar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukannya.

Salah satu hal yang harus diperhatikan guru di kelas adalah meningkatkan kualitas

keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran.

Satu masalah dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yakni keterampilan

dasar mengajar sebagai modal awal yang harus disiapkan dalam diri seorang guru.

Selain itu guru juga harus memiliki kecakapan untuk menjadi fasilitator yang akan

selalu mencari jalan keluar atau membantu dan memudahkan peserta didik agar

mereka merasakan suasana belajar yang kondusif, nyaman, menyenangkan, penuh

semangat, tidak cemas, serta mengajarkan keberanian untuk bertanya dan

mengemukakan pendapat. Guru juga mampu mengusahakan sumber belajar yang

dapat berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dalam proses belajar, baik

berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.9 Hal ini dapat

menghantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas dan output

lulusan yang bermutu.

Guru dituntut memiliki keterampilan sebagai motivator (pendorong), mampu

membangkitkan semangat belajar dengan memerhatikan bahwa peserta didik aktif

apabila memiliki minat dan perhatian terhadap obyek yang dihadapinya,

memberikan tugas harus jelas dan dapat dipahami, memberi penghargaan terhadap

9Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Cet. III;

(22)

hasil kerja dan prestasinya, menggunakan hadiah dan hukuman secara tepat dan

efektif, serta memberikan penilaian yang adil dan transparan.10

Dari berbagai faktor yang memengaruhi efektifitas dan keberhasilan

pembelajaran tampaknya faktor kecakapan, kemampuan, dan keterampilan dasar

mengajar guru perlu mendapat perhatian utama, di samping faktor-faktor yang

lainnya karena baik buruknya suatu kurikulum pada akhirnya tergantung pada

aktifitas dan kreatifitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum

tersebut. Peran guru dalam pengajaran adalah membuat desain instruksional,

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar dan mendidik.

Sebagai manusia biasa, seorang guru adakalanya memiliki etos kerja yang

kadang kuat kadang lemah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Guru yang

mempunyai keinginan kuat dalam berusaha dan bekerja serta terampil dalam

bidangnya tentu dapat memberikan hasil yang memuaskan. Namun sebaliknya,

seorang guru yang memiliki etos kerja yang lemah dalam bekerja, semangat yang

rendah, maka sudah barang tentu akan mendapatkan hasil di luar yang diharapkan.

Oleh sebab itu, pemahaman tentang motivasi, emosi, kemampuan, dan keterbatasan

diri individu guru merupakan hal penting untuk mendorong dan meningkatkan

keprofesionalan guru terhadap tugas yang diembannya. Hal ini merupakan bagian

dari keterampilan dasar mengajar guru dalam meningkatkan kemampuan mengelola

pembelajaran.

Disadari bahwa peran guru sangat menentukan kondisi madrasah yang

efektif. Madrasah yang efektif adalah madrasah yang memiliki pendidik yang

(23)

memiliki keterampilan mengajar sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat

dalam rangka menjawab tantangan moral, mental, serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Peserta didik yang bermutu adalah mereka yang

memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri sebagai bagian dari kualitas

pembelajaran di madrasah.

Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru dan selalu menjadi bagian tak

terpisahkan dari upaya mencerdaskan bangsa. Syarat yang harus dimiliki oleh

seorang guru yang profesional adalah menuntut adanya keterampilan berdasarkan

konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, menekankan pada suatu

keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya

tingkat pendidikan keguruan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak

kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, memiliki kode etik, memiliki

klien, menjadikan pekerjaan sebagai panggilan hidup, diakui oleh masyarakat, ada

sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.

Menyoroti keterampilan dasar mengajar guru menjadi sesuatu yang sangat

urgen dalam upaya memberikan feed back terhadap proses pengelolaan pembelajaran

peserta didik. Untuk melakukan penilaian tersebut tidak hanya diamanahkan kepada

guru itu sendiri tetapi juga kepada orang yang ada disekelilingnya. Umumnya

penilaian terhadap guru dilakukan oleh atasan, yaitu pengawas atau kepala

sekolah/madrasah. Tetapi penilaian ini dirasa penulis kurang adil apabila hanya

diamanahkan kepada atasannya, sebab dalam kaitannya dengan proses pengelolaan

pembelajaran implikasinya bukan hanya pada peserta didik tetapi sampai kepada

(24)

Peserta didik yang dikenai pengaruh dari perilaku guru mestinya dilibatkan

dalam memberikan penilaian terhadap perilaku guru. Uyoh Saduloh berpendapat

peserta didik yang memasuki usia 14-17 tahun sudah bisa menilai guru. Masa ini

adalah fase remaja sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung oleh kecakapan

yang dimilikinya, ia berusaha untuk membentuk dan memerlihatkan identitas dan

ciri khas pada dirinya. Masa remaja adalah masa untuk menyesuaikan diri peserta

didik menjadi lebih matang dalam segi sosial, bertanggung jawab, dan kematangan

perasaan serta berpikir. Mereka sudah bisa membandingkan dan menilai, mana

pendidikan ideal bagi mereka yang menghargai kepribadian peserta didik.11

Bentuk penilaian keterampilan dasar mengajar guru oleh peserta didik dapat

dilihat dari persepsi (pandangan) terhadap proses pembelajaran guru. Sebab

pandangan ini merupakan hasil interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran yang menyangkut pengembangan potensi kognitif, afektif, dan

psikomotorik peserta didik. Dengan demikian persepsi ini sekaligus dapat dijadikan

feed back terhadap guru menyangkut apa yang selama ini dilakukan dalam upaya

mengembangkan potensi peserta didiknya.

Penilaian peserta didik terhadap guru tidak saja membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, tetapi juga membantu lembaga pendidikan

dan masyarakat dalam meningkatkan pengembangan potensi peserta didik juga

kualitas mengajar guru itu sendiri. Lembaga pendidikan dapat mengkaji

mempertimbangkan, memberikan penghargaan, memberikan sanksi kepada guru

terkait pelaksanaan pembelajaran. Lembaga pendidikan juga dapat mengambil

pandangan peserta didik tersebut untuk dijadikan pertimbangan dalam upaya

membangun strategi pengembangan potensi maupun komponen lainnya.

(25)

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon, suatu lembaga pendidikan Islam di kota

Ambon yang menjadi pusat pendidikan Islam, wadah penempaan putra-putri Islam

agar berkepribadian dan berakhlak mulia sesuai dengan syariat Islam yang untuk

membangun bangsa dan negara ini, sudah seharusnya seorang guru betul-betul

memiliki kemampuan dasar dalam proses pembelajaran demi mendapatkan hasil dan

prestasi belajar yang maksimal seperti yang diamanatkan oleh undang-undang.

Dilihat dari segi fasilitas gedung, fasilitas laboratorium, auditorium, masjid,

lapangan olah raga, jumlah tenaga pengajar, ditunjang dengan sarana dan prasarana

yang cukup memadai sehingga setiap ujian akhir nasional MA Negeri 1 Ambon

selalu mendapatkan predikat kelulusan yang sangat memuaskan. Ini merupakan hasil

jerih payah dari guru-guru atau tenaga pengajar yang kompeten sebagai guru yang

berperan penting dalam proses pembelajaran dan itulah hasil yang didapatkan,

sehingga banyak orang tua yang tertarik dan berminat untuk mendaftarkan

anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan pada lembaga pendidikan Islam MA Negeri

1 Ambon.

Keterampilan dasar mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam

proses pembelajaran yakni keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan

mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi

kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas dan keterampilan pembelajaran

perseorangan. Semua ini merupakan ilmu dasar dalam pembelajaran dan wajib

diketahui dan dikuasai oleh seorang guru karena setiap mengajar

(26)

Keterampilan dasar mengajar guru MA Negeri 1 Ambon sangat penting untuk menunjang perkembangan dan meningkatkan keberhasilan pembelajaran peserta didik. Peningkatan prestasi belajar peserta didik selalu diharapkan oleh madrasah, apalagi jika keberhasilan atau output lulusan setiap tahunnya memberikan kepuasan tersendiri. Hal itu tidak terlepas dari kemampuan guru, dalam proses kegiatan pembelajaran untuk memberikan ilmu pengetahuan, mampu menjadi teladan yang mantap, dan memiliki kualitas keterampilan dasar mengajar yang baik dalam mendidik peserta didiknya.

Dengan melihat kondisi MA Negeri 1 Ambon yang demikian, penulis ingin

menggali lebih jauh bagaimana kemampuan guru dalam proses pembelajaran, apakah

sudah sesuai dengan teori keterampilan dasar mengajar yang dikemukakan oleh para

pakar pendidikan. Dari sinilah penulis mengadakan penelitian untuk menggali fakta

yang ada dari pandangan peserta didik pada madrasah tersebut dengan mengangkat

judul tersebut.

B.Fokus Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami tesis ini, penulis jelaskan terkait

dengan fokus penelitian yang menjadi pokok permasalahan. Fokus merupakan

domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.12 Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan persepsi peserta didik tentang

keterampilan mengajar guru adalah pandangan peserta didik tentang kemampuan

atau kecakapan guru dalam proses pembelajaran pada penerapan delapan

keterampilan dasar mengajar yakni keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

(27)

keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan

mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi

kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan pembelajaran

perseorangan.

C.Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian ini

adalah Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang

Studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon yang dibagi kedalam beberapa

submasalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an

Hadis pada MA Negeri 1 Ambon?

2. Bagaimana pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru

dalam kegiatan pembelajaran bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1

Ambon?

D. Kajian Pustaka

Penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan rumusan

masalah dalam rangka memberikan pemahaman dan perbandingan serta penegasan

permasalahan yang dikaji tentang persepsi peserta didik keterampilan dasar

mengajar guru.

Berikut ini penulis mengemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

ada kemiripan pembahasan dengan tesis yang penulis angkat. Dengan mengkaji

hasil-hasil penelitian terdahulu untuk bisa dijadikan sebagai bahan perbandingan dan

untuk menunjukkan letak perbedaan sehingga tesis yang penulis angkat menjadi

(28)

Hasil penelitian yang membahas tentang perilaku pendidik, khususnya yang

menyangkut perilaku ideal yang harus dimiliki seorang pendidik, fenomena perilaku

pendidik pada saat ini, dan hubungan perilaku pendidik dalam upaya pengembangan

potensi afektif peserta didik telah banyak dibahas oleh penulis terdahulu. Namun,

penulis belum menemukan adanya kajian yang membahas secara khusus membahas

tentang persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru.

Beberapa hasil kajian yang penulis temukan yang ada kemiripan dengan judul

yang penulis angkat antara lain:

Hasil penelitian Abdul Haris. Penelitian ini berjudul Persepsi Pelajar terhadap

Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam: Studi di Tiga SMPN Makassar (SMPN

6, SMPN 8 dan SMPN 23).13 Penelitian ini mengupas bagaimana pandangan peserta

didik terhadap cara mengajar pendidiknya, khususnya yang mengajar Pendidikan

Agama Islam. Persepsi pelajar tersebut hanya difokuskan pada metode yang

digunakan oleh pendidik, dan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

metode yang digunakan pendidik belum mampu membuat sebagian peserta didik

mencapai tujuan yang diharapkan.

Hasil penelitian Jumriah. Penelitian ini berjudul Persepsi Siswa terhadap

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

1 Sengkang Kabupaten Wajo.14 Penelitian ini lebih difokuskan pada persepsi siswa

terhadap materi, metode, ketaladanan guru, hasil belajar, sarana dan prasarana

pembalajaran. Temuan dari penelitian ini adalah siswa menghendaki mata pelajaran

13Abdul Haris, Persepsi Pelajar terhadap Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam: Studi

di Tiga SMPN Makassar” (SMPN 6, SMPN 8 dan SMPN 23), Tesis UIN Alauddin Makassar, 2008.

14Jumriah, Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah

(29)

pendidikan agama Islam disajikan dengan lebih menarik minat dan sejalan dengan

kemajuan dan perkembangan teknologi, mengurangi materi yang sarat pengulangan,

penilaian hasil belajar dilakukan secara komprehensif, serta guru menjadi teladan

yang baik. Hasil penelitian ini berimplikasi pada perlunya perubahan orientasi

pembelajaran. Relevansinya dengan tesis yang penulis angkat adalah peserta didik

sudah mampu memberikan penilaian terhadap materi, metode, dan perilaku guru

berarti peserta didik dapat melihat kualitas guru.

Hasil penelitian Syamsuddin dalam bentuk kajian pustaka dengan judul Guru

dan Pendidikan Masa Kini (Problematika dan Solusinya).15 Penelitian ini lebih

banyak mengupas tentang pengertian, kedudukan, tugas, syarat dan sifat seorang

pendidik dalam pendidikan Islam. Kemudian juga membahas tentang tanggung

jawab, kepribadian dan kesejahteraan guru. Penelitian ini ada relevansinya dengan

tesis yang penulis angkat karena membahas tentang pendidik. Penelitian yang

dilakukan oleh Syamsuddin lebih fokus pada fenomena pendidik masa kini,

sedangkan penulis membahas pendidik dari aspek keterampilan dasar mengajarnya

dalam perspektif peserta didik yang dapat dijumpai setiap hari di madrasah.

Hasil penelitian Siti Khamsiyah Nur Rahmah Walangadi dengan judul

Peranan Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Kepuasan Siswa di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Gorontalo.16 Penelitian ini lebih spesifik pada

perencaan program, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran. Relevansinya

15Syamsuddin, Guru dan Pendidikan Masa Kini (Problematika dan Solusinya)Tesis UIN

Alauddin Makassar, 2009.

16Siti Khamsiyah Nur Rahmah Walangadi, Peranan Pengelolaan Pembelajaran dalam

(30)

dengan penelitian yang penulis angkat yaitu tentang kemampuan guru dalam proses

pengajaran, penyajian data dan perangkat pembelajaran.

Beberapa hasil penelitian yang penulis paparkan di atas, tidak ditemukan

kesamaan dengan judul yang penulis angkat dalam penelitian ini. Dengan demikian

sangat memungkinkan penulis untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi

al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an

Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.

b. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar

guru dalam kegiatan pembelajaran bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri

1 Ambon.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau bahan perbandingan

bagi peneliti yang membahas tentang keterampilan dasar mengajar guru.

b. Kegunaan Praktis

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengalaman

tentang keterampilan dasar mengajar guru pada lembaga pendidikan Islam agar

senantiasa melakukan segala daya upaya untuk meningkatkan keterampilan

(31)

F. Garis Besar Isi Tesis

Tesis ini dimulai dengan memberikan uraian tentang latar belakang

permasalahan munculnya topik permasalahan yang dikembangkan untuk ditemukan

jawaban dalam penelitian. Untuk memberikan pengertian yang jelas tentang

permasalahan pokok yang diteliti penulis uraikan fokus penelitian. Untuk melihat

perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya penulis

menjabarkannya dalam kajian pustaka dan kemudian memaparkan apa tujuan dan

kegunaan penulisan karya ilmiah ini.

Teori-teori yang dibangun dalam hubungannya dengan pokok permasalahan

penelitian, penulis diuraikan tentang teori persepsi dari beberapa pakar. Uraian

berikutnya adalah konsep belajar dan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan

pembahasan tentang konsep keterampilan dasar mengajar serta peran, tugas,

tanggung jawab seorang guru dalam proses pembelajaran penulis uraikan secara luas

dalam bab ini.

Pada metode penelitian penulis menguraikan tentang jenis dan lokasi

penelitian, metode pendekatan yang digunakan, sumber data baik data primer

maupun data skunder, instrumen penelitian, metode pengumpulan, teknik

pengolahan dan analisis data.

Hasil dan pembahasan penulis awali dengan menguraikan tentang profil dan

sejarah MA Negeri 1 Ambon, gambaran keterampilan dasar mengajar guru, analisis

persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru dari delapan

keterampilan dasar mengajar serta kendala-kendala yang dihadapi dan diakhiri

(32)

Uraian dalam tesis ini penulis akhiri dengan kesimpulan dan implikasi

(33)

19 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Persepsi Peserta Didik

1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu istilah yang sudah familiar didengar dalam

percakapan sehari-hari. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris ‚perception‛ yang

diambil dari bahasa latin ‚perceptio‛ yang berarti menerima atau mengambil.1

Dalam kamus Inggris-Indonesia, kata perception diartikan dengan ‚penglihatan‛

atau ‚tanggapan daya memahami atau menanggapi‛.2

Kartini Kartono berpendapat:

Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi indera.3

Persepsi berarti pandangan atau pengamatan pribadi seseorang terhadap

suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau

pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

Oleh karena itu, salah satu faktor terbentuknya komunikasi yang efektif adalah

adanya kesamaan persepsi.

Ahmad Fauzi membedakan antara proses sensasi dan persepsi. Sensasi adalah

penerimaan stimulus melalui alat indera, sedangkan persepsi adalah penafsiran

stimulus yang sudah ada dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa

1Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 156-117.

2John M. Echols & Hasab Sadhily, Kamus Inggris-Indonesia (Cet. XXVI; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 424.

(34)

pada setiap individu, tetapi interpretasinya berbeda. Untuk menggambarkan

perbedaan sensasi dengan persepsi, apabila membandingkan potret sebuah

pemandangan dengan lukisan pemandangan, maka potret berupa pemandangan

sebagaimana yang diterima indera, sedangkan lukisan pemandangan tergantung pada

interpretasi pelukis. Dengan kata lain mata menerima sedangkan pikiran

mempersepsi.4 Persepsi merupakan proses penilaian terhadap suatu objek yang

merupakan bagian dari sensasi.

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia sangat penting, yang

memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa

persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai

fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya

dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan kemanfaatan

yang berarti dari informasi atau materi pelajaran yang disampaikan guru, atau

mungkin malah menyesatkan, tanpa adanya persepsi yang benar. Hal ini karena

persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya informasi ke dalam otak

manusia.5

Persepsi sebagai hasil dari pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dalam

menafsirkan pesan. Atas persepsi seseorang sehingga kita mampu memberikan

makna pada stimulus inderawi. Jadi hubungan sensasi dan persepsi yaitu sensasi

adalah bagian dari persepsi. Namun demikian, dalam menafsirkan makna informasi

inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan

4Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 37.

(35)

memori. Dengan demikian dapat dipahami bahwa persepsi adalah proses penafsiran

terhadap suatu objek yang dilihat, didengar dan dirasakan.

Adanya persepsi memungkinkan orang memilih, mengorganisasikan dari

lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilakunya. Persepsi merupakan

inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) inti persepsi yang identik

dengan penyandingan balik (decoding) dalam proses komunikasi.6 Persepsi adalah

pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana. Persepsilah yang

menentukan orang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain, semakin

tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu semakin mudah dan semakin sering

mereka berkomunikasi.

Menurut Devito dalam Nadhifah persepsi adalah proses membuat kita

menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.7 Persepsi

meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera kita (indera peraba, indera

penglihat, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar), atensi, dan

indera interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirim ke otak lewat

penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah

penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar. Mata bereaksi terhadap

gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperatur

tekanan, hidung terhadap bau-bauan, dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan itu

dikirim keotak.

Proses masuknya informasi pada diri manusia tidak seperti sebuah mesin

yang dapat memberikan respon terhadap setiap stimulus secara otomatis, sebaliknya

6Nadhifah Attamimi, Komponen Pembelajaran dan Prestasi Belajar (Cet. I; Jakarta: Hilliana Press, 2010), h. 18.

(36)

bagi manusia setiap informasi atau stimulus harus terlebih dahulu melewati

serangkaian proses kognitif yang kompleks dan melibatkan hampir seluruh

kepribadiannya. Oleh sebab itu, apa yang terjadi di luar dapat berbeda dengan apa

yang sampai ke otak manusia, karena ada faktor-faktor kognitif lain yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Adanya realitas persepsi yang demikian,

mengharuskan seorang guru untuk memahami gejala-gejala persepsi, sehingga

informasi-informasi yang disampaikannya tidak dimaknai secara berbeda oleh

peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sternberg ‚Perception is the set

of processes by which we recognize, organize, and make sense of the sensations we

receive from environmental stimuli‛.8 Bahwa persepsi adalah proses untuk

mengenal, menyusun, dan merasakan sesuatu yang muncul untuk diterima dari

rangsangan lingkungan. Otak memproses stimulus visual kemudian membangun

makna apa yang ditangkap oleh otak.

Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita

peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Persepsi manusia sebenarnya

terbagi menjadi dua; persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi

terhadap manusia. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik dan

menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap manusia melalui

lambang-lambang verbal dan non verbal dan menanggapi sifat luar dan dalam.

Latar belakang pengalaman, budaya, suasana psikologis yang berbeda juga

membuat persepsi orang berbeda atas suatu objek. Berdasarkan pengalaman

maksudnya bahwa persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan

(37)

reaksi mereka terhadap hal-hal berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu

mereka berkaitan dengan orang, berkaitan dengan objek atau kejadian dan reaksi

mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu

mereka berkaitan dengan orang, berkaitan dengan objek, dan kejadian serupa.

Persepsi berdasarkan budaya mengandung makna bahwa persepsi merupakan

pandangan atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya

antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap suatu

realitas dan oleh karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai persepsi yang

persis sama.

Hal ini didukung oleh pendapat Dedi Mulyana bahwa:

‚Persepsi terjadi berdasarkan latar belakang suasana psikologis yang berarti bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan penghargaan yang digunakan untuk memakai objek persepsi.9

Proses pembelajaran di sekolah atau madrasah secara sengaja telah

melibatkan interaksi antara peserta didik dengan guru yang interaksi ini berjalan

terus menerus sampai peserta didik lulus dari madrasah tersebut. Interaksi ini adalah

interaksi positif karena di dalamnya terdapat proses pembelajaran sehingga proses

ini menghasilkan suatu perubahan pada diri peserta didik sesuai dengan tujuan

pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini guru mengadakan evaluasi belajar

disetiap akhir pembelajaran untuk melihat hasil dari selama satu atau dua semester

guru mengadakan proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik dengan

sadar melihat, mendengar, merasakan dan menjadi pelaku dalam proses

(38)

pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, sangat memungkinkan sekali peserta didik

untuk melakukan penilaian terhadap guru selama duduk di bangku pendidikan.

Berdasarkan berbagai definisi sebagaimana dijabarkan di atas, maka yang

dimaksud dengan persepsi adalah pandangan, pengamatan, penafsiran, interpretasi

dan penilaian terhadap sesuatu, orang, atau peristiwa.

2. Peserta Didik

Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses

pendidikan formal. Guru bisa mengajar bila ada peserta didik, akan tetapi peserta

didik dapat belajar tanpa guru.10 Kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam

proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut

interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Sebutan peserta didik ini telah dilegitimasi dalam produk hukum

kependidikan Indonesia. Kata siswa diganti menjadi peserta didik agaknya lebih

pada kebijakan untuk seakan-akan ada reformasi pendidikan di negara kita ini. Pada

sisi lain, dalam literatur akademik, sebutan peserta didik (educational participant)

umumnya berlaku untuk kependidikan orang dewasa (adult eduction), sedangkan

untuk pendidikan konvensional disebut siswa. Namun demikian kata peserta didik

sudah dilegitimasi dalam perundang-undangan pendidikan di Indonesia.11

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan

10Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 17-18.

(39)

formal maupun pendidikan non formal.12 Peserta didik juga dapat didefinisikan

sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih

perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri atas tiga kategori, kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Definisi peserta didik tersebut esensinya adalah setiap orang yang berusaha

mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal dan nonformal menurut

jenjang dan jenisnya. Terdapat banyak sebutan yang berkaitan dengan peserta didik

ini, sesuai dengan konteknya. Seperti yang telah disebutkan di atas, sebutan siswa,

pelajar, atau murid popular untuk orang yang belajar di lembaga pendidikan formal.

Sebutan warga belajar untuk orang yang belajar pada lembaga pendidikan non

formal. Santri adalah istilah pada jalur pendidikan pesantren. Sebutan mahasiswa

untuk orang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam tesis ini penulis menggunakan

istilah peserta didik karena merujuk pada peraturan pemerintah tersebut.

Peserta didik yang daya intelektualnya lebih dibandingkan dengan yang lain

menginspirasi layanan pendidikan untuk mengaktivasinya dalam rangka bimbingan

sejawat. Peserta didik yang tingkat intelektualnya kurang, menginspirasi layanan

pendidikan menjadi lebih intensif, penyediaan program remedial, bimbingan khusus,

dan sebagainya. Jadi keragaman peserta didik menginspirasi aneka jenis layanan

pendidikan dan pembelajaran kepada mereka. Kelemahan pada diri peserta didik

tidak untuk mendiskriminasikannya, melainkan sebagai inspirator bagi munculnya

aneka layanan pendidikan dan pembelajaran.13

Sebagaimana manusia biasa, peserta didik mengalami perkembangan yang

beragam baik secara fisik, non fisik, maupun intelektualnya. Kemampuan mereka

12 Republik Indonesia, Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

(40)

yang beragam dan berkembang itu harus di pandang sebagai hal yang lumrah dan

layanan pendidikan harus menjadikannya sebagai seni dalam bertindak. Peserta didik

yang lemah secara fisik menginspirasi layanan pendidikan untuk melakukan

penguatan. Peserta didik yang kurang beretika pun harus menginspirasi pendidikan

agar ada perhatian untuk mengarahkan peserta didik ke koridor pribadi dan

memupuknya menuju kesejatian sebagai manusia yang paripurna.

Persepsi yang dibangun oleh peserta didik dapat terjadi akibat adanya

kematangan alat inderanya mampu melahirkan suatu pandangan terhadap

objek-objek yang ada dilingkungannya. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas

menjadi suatu objek yang langsung dapat dirasakan dan dapat diinterpretasikan oleh

peserta didik. Persepsi peserta didik terhadap guru dalam proses pembelajaran yang

peneliti gali secara mendalam melalui penelitian pandangan mereka bagaimana

kemampuan keterampilan dasar mengajar guru menurut penilaian peserta didik

sesuai fokus masalah yang diteliti.

B.Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam materi pelajaran. Orang yang

beranggapan demikian akan merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu

menyebutkan secara lisan sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks yang

diajarkan oleh guru di sekolah. Ada pula sebagian yang lain memandang belajar

sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.

Berdasarkan persepsi semacam ini biasanya mereka akan merasa cukup puas bila

(41)

walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan

tersebut. Untuk itu di bawah ini akan disajikan beberapa definisi dari para ahli

disertai komentarnya.

H. C. Witherington dalam Aunurrahman mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu

pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu

pengertian.14 James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar

adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri

di dalam interaksinya dengan lingkungan.15

Hal senada dikemukakan oleh Oemar Hamalik belajar adalah proses

perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.16

Pendapat lain dikemukakan oleh Sardiman bahwa belajar merupakan proses interaksi

antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

konsep, ataupun teori. Oleh karena itu, dalam proses interaksi ini terkandung

maksud bahwa kegiatan belajar merupakan proses internalisasi yang dilakukan

secara aktif dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, yang melibatkan segenap panca

indera.17 Ini berarti bahwa belajar merupakan sebuah proses interaksi antara yang

belajar dengan sumber belajar untuk mencapai perubahan perilaku. Proses interaksi

14Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 35.

15Ibid.,

16Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksa, 2008), h. 36.

(42)

tersebut melahirkan pengalaman-pengalaman bagi orang yang melakukan kegiatan

belajar. Belajar bukan suatu tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Skinner dalam Muhibbin Syah berpendapat belajar adalah ‚a process of

progressive behavior adaptation‛ suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)

yang berlangsung secara progresif.18 Namun perlu diketahui bahwa Skinner adalah

seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya

memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan

antara stimulus (rangsangan) dengan respon. Pendapat yang bersifat behavioristik ini

dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak

sedikit pakar yang menolaknya.

Seorang yang belajar akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari

sumber belajar sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. Proses

belajar tidak akan terjadi jika tidak ada pembelajaran. Oemar Hamalik mensinyalir

pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam

mencapai tujuan pembelajaran.19 Unsur manusia yang melibatkan guru, peserta

didik, dan tenaga kependidikan lainnya, juga unsur-unsur material misalnya papan

tulis, buku-buku pelajaran, dan media pembelajaran. Fasilitas dan perlengkapan

pembelajaran terdiri dari ruang kelas, meubelair kelas, dan komputer. Sedangkan

prosedur meliputi metode penyampaian informasi, jadwal, praktik, ujian, dan

lain-lain. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran meliputi perpaduan berbagai unsur yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam kaitannya dengan pendidikan.

18Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. 10; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 64.

(43)

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik

yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar

subjek didik/peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan peserta

didik. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik dan menyediakan berbagai

kesempatan untuk mendorong peserta didik belajar sehingga memperoleh

pengalaman sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam pembelajaran dapat di pandang dari dua sudut, pertama pembelajaran

di pandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang

terorganisir antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi

pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.

Kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik

belajar.20 Proses tersebut meliputi:

a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan

penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat

kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan

pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau

media cetak lainnya yang akan disajikan kepada peserta didik dan mengecek

jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.

(44)

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan

pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini,

struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi

oleh pendekatan, strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah di pilih

dan di rancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi,

dan sikapnya terhadap peserta didik.

c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan

pascapembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan (enrichment) dapat pula berupa

pemberian layanan remedial teaching bagi peserta didik yang kesulitan belajar.

Dalam mengelola pembelajaran perlu diperhatikan penciptaan sistem

lingkungan bagi peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan

seperangkan kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan

kondisi lingkungan belajar dapat berupa sejumlah tugas-tugas yang harus dikerjakan

peserta didik, persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan peserta didik

memecahkan masalah serta pemberian keterampilan-keterampilan yang perlu

dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk

memberdayakan semua potensi peserta didik agar seluruh kompetensi yang diajarkan

dapat dikuasai oleh peserta didik.

Merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan

balik dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua peserta didik

mampu unjuk kemampuan, mendemonstrasikan kinerja (performance) sebagai hasil

belajar juga perlu dilakukan. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah

penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk berpikir.

(45)

pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif

dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan peserta didik terlibat

baik secara mental maupun fisik. Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategi

yang perlu dikuasai oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran yaitu;

penyediaan pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk berpikir dan

berproduktif, penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian

yang memberi peluang semua peserta didik untuk mampu melakukan unjuk

perbuatan.

Interaksi pembelajaran akan berhasil apabila guru sebagai pengelola

pembelajaran mampu menciptakan pembelajaran yang efektif. Menurut Mulyasa

dalam pembelajaran efektif, peserta didik hendaknya dilibatkan secara aktif dan

interaktif karena mereka adalah pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi.21

Pembelajaran yang berkualitas akan terjadi manakala guru sebagai sumber

belajar mampu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

pembelajaran. Dalam mempersiapkan mengajar yang baik telah direncanakan pula

model yang sesuai dengan materi dan potensi peserta didik, pengelolaan waktu yang

matang. Dalam kegiatan pembelajaran guru memberi motivasi pada peserta didik

sehingga terjadi hubungan interaksi antara guru dan peserta didik dalam konteks

pembelajaran.

Proses pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh kompetensi dasar,

materi/bahan ajar, sumber belajar, media dan fasilitas pembelajaran kondisi peserta

(46)

didik dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Penerapan norma dan

kriteria dalam kegiatan pembelajaran sangat penting untuk mengetahui keberhasilan

kegiatan pembelajaran. Setiap kompetensi dasar akan diketahui tercapai atau tidak

melalui proses evaluasi atau penilaian, penilaian yang baik akan tercapai manakala

guru mampu menciptakan instrument evaluasi yang tepat dan mampu mengukur.

Sehingga dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan pembelajaran

adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi edukatif untuk mencapai

hasil belajar yang diinginkan dengan indikatornya meliputi: persiapan yang

sistematis, penyampaian materi yang baik, pemanfaatan waktu yang efisien,

pemotivasian, dan hubungannya dengan interaksi antara guru dan peserta didik.

3. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu. Anderson dalam Ahmad Sabri mengemukakan, di lihat dari

pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered approach) (2)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach).22

Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran

diantaranya yang dikutip Mappanganro sebagai berikut:23

22Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 1.

Gambar

Tabel 3.1 Nama-Nama Responden/Informan
Tabel 3.2 Acuan Penilaian
Tabel 4.1 Keadaan Guru Tetap Per Nopember 2011
Table 4.2 Keadaan Guru Tidak Tetap
+7

Referensi

Dokumen terkait

smartphone mengakses fungsi pengecekan level baterai pada sistem operasi android. Selanjutnya, data level pengisian baterai tersebut dibuatkan algoritmanya agar level

Alasan mengapa komunitas adat suku bunggu (To Pakava) menyelesaikan perkara-perkara yang tergolong dalam tindak pidana kesusilaan karena masih ada sebagian pelanggaran

Server dan Core System (infrastruktur) kami ditempatkan di Data Center (DC) sesuai standar keamanan Internasional untuk perlindungan data dan opersional system BMT serta

Dari data di atas disimpulkan bahwa rerata AgNOR pada preparat KSS sub tipe histologik berkeratin lebih besar dibanding non keratin, hal ini diduga berkaitan dengan aktivitas

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Student Centered Learning (SCL) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL). Metode PBL dilakukan dengan

UUD 1945 telah diatur ketentuan yang berkaitan dengan pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden, yaitu Presiden tidak lagi dapat diberhentikan dengan mekanisme politik, yang

[r]