PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 AMBON
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan
pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh: NUR KHOZIN NIM: 80100210128
PROGRAM PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa tesis ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 8 Agustus 2012
Penulis,
Nur Khozin
iii
Tesis dengan judul ‚Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur’an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon‛ yang disusun oleh Saudara Nur Khozin, NIM: 80100210128, telah diujikan dan dipertahankan dalam Sidang Ujian Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Rabu, 8 Agustus 2012 M bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1433 H dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Pendidikan dan Keguruan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
PROMOTOR:
1. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. (...) 2. Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag. (...) PENGUJI
1. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd. (...) 2. Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A. (...) 3. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. (...) 4. Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag. (...)
Makassar, Agustus 2012 Diketahui oleh:
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Dirasah Islamiyah, UIN Alauddin Makassar,
iv
ِهِباَححصَأَو ِهِلَأ ىلَعَو ٍدَّمَُمُ اَنِدِّيَس ىَلَع حمِّلَسَو ِّلَص َّمُهَّللَا ،َحيِْمَلاَعحلا ِّبَر ِه ًَّلِل ُدحمَحلَْا
َحيِْعَحجَْأ
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan pertolongan-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw., para keluarga dan sahabatnya. Semoga Rahmat yang Allah limpahkan kepada beliau akan sampai kepada umatnya ila> yaum al-a>khir.
Pada awalnya tesis ini berjudul ‚Persepsi Peserta Didik terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Agama di MAN 1 Ambon‛, namun pada saat melakukan penelitian penulis melihat adanya gejala-gejala, kondisi atau kesenjangan yang berbeda, sehingga judul tesis ini berubah sesuai dengan kenyataan di lapangan, maka menjadi ‚Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur’an Hadis Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon‛. Penulis menyadari sepenuhnya begitu banyak kendala yang penulis alami selama penyelesaian tesis ini, namun alh}amdulilla>h, berkat pertolongan Allah swt. dan optimisme penulis yang diikuti kerja keras tanpa kenal lelah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, penulis menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih atas bantuan semua pihak terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis ayahanda Isra dan ibunda Wiji yang telah mendidik, mengasuh penulis dari kecil hingga dewasa dengan susah payah, hingga penulis dapat mencapai jenjang pendidikan S2. Serta kakak dan adik-adik penulis yang senantiasa menjadi motivasi bagi penulis untuk segera dapat menyelesaikan studi ini.
v
dan Prof. Dr. H. Nasir A. Baki, M.A., selaku Asdir I dan II, Ketua Program Studi Dirasah Islamiyah (S2), Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. dan Sekretaris Program Studi Dr. Firdaus, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan dengan segala fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
4. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. dan Dr. Moh. Ibnu Sulaiman Slamet, M.Ag., sebagai Promotor I dan II yang telah banyak memberikan saran dan masukan serta bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.
5. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd. dan Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A. selaku Penguji I dan II yang telah banyak memberikan koreksian, perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
6. Segenap Staf Tata Usaha di lingkungan Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.
7. Kepala Perpustakaan dan segenap karyawannya di lingkungan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari referensi yang penulis butuhkan selama penulisan tesis ini.
8. Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, dan guru-guru serta segenap keluarga besar civitas akademika MA Negeri 1 Ambon yang telah memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
9. Teristimewa untuk istri tercinta Ahl Allah, S.Th.I., yang selalu ikhlas mendoakan dan mendukung penulis dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, serta keluarga besar Dr. H. M. A. A. Dzunnuroyn, M.Ag. yang telah menerima penulis menjadi bagian keluarga besarnya, sehingga penulis semakin semangat dalam menyelesaikan studi dan proses penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.
vi
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, dan semoga pula segala partisipasi dari semua pihak senantiasa mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah swt. A<mi>n.
Makassar, Agustus 2012 Penulis,
Nur Khozin
vii
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii
PENGESAHAN TESIS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DATAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ... xi
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1-18 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 12
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Kajian Pustaka ... 13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 16
F. Garis Besar Isi Tesis ... 17
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 19-70 A. Persepsi Peserta Didik ... 19
B. Belajar dan Pembelajaran ... 26
C. Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 36
D. Tugas, Tanggung Jawab, dan Peran Guru dalam Pembelajaran ... 53
E. Kerangka Pikir ... 68
BAB III METODE PENELITIAN ... 71-83 A. Lokasi dan Jenis Penelitian ... 71
viii
E. Metode Pengumpulan Data ... 75 F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 79 G. Keabsahan Data ... 83 BAB IV ANALISIS PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU ... 84-137 A. Sejarah Berdirinya MA Negeri 1 Ambon ... 84 B. Gambaran Kegiatan Pembelajaran Guru Bidang Studi al-Qur’an
Hadis pada MA Negeri 1 Ambon ... 99 C. Pandangan Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar
Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bidang Studi al-Qur’an Hadis
pada MA Negeri 1 Ambon ... 106 BAB V PENUTUP ... 138-140 A. Kesimpulan... 138 B. Implikasi Penelitian ... 139 DAFTAR PUSTAKA ... 141 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
1. Tabel 3.1 Nama-Nama Responden ... 74
2. Tabel 3.2 Acuan Penilaian ... 80
3. Tabel 4.1 Keadaan Guru Tetap Per Nopember 2011 ... 85
4. Tabel 4.2 Keadaan Guru Tidak Tetap ... 86
5. Tabel 4.3 Daftar Guru Tetap dan Tidak Tetap ... 86
6. Tabel 4.4 Keadaan Pegawai Tetap dan Tidak Tetap ... 89
7. Tabel 4.5 Daftar Pegawai Tetap dan Tidak Tetap ... 89
8. Tabel 4.6 Keadaan Siswa Tahun Akademik 2011/2012 ... 90
9. Tabel 4.7 Data Siswa Menurut Umur ... 90
10. Tabel 4.8 Data Siswa 6 Tahun Terakhir ... 91
11. Tabel 4.9 Data Kelulusan Siswa ... 91
12. Tabel 4.10 Data Gedung ... 92
13. Tabel 4.11 Prestasi yang Pernah Diraih ... 93
14. Tabel 4.12 Identitas Madrasah ... 96
15. Tabel 4.13 Acuan Penilaian ... 133
16. Tabel 4.14 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 133
17. Tabel 4.15 Keterampilan Bertanya... 133
18. Tabel 4.16 Keterampilan Memberikan Penguatan ... 134
19. Tabel 4.17 Keterampilan Memberikan Variasi ... 134
20. Tabel 4.18 Keterampilan Menjelaskan ... 135
21. Tabel 4.19 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil... 135
22. Tabel 4.20 Keterampilan Mengelola Kelas ... 135
23. Tabel 4.21 Keterampilan Pembelajaran Perorangan ... 136
x
1. Lampiran 1. Instrumen Penilaian ... 145
2. Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 147
3. Lampiran 3. Pedoman Angket/Kuesioner ... 148
4. Lampiran 4. Pedoman Wawancara Kegiatan Pembelajaran ... 149
5. Lampiran 5. Daftar Wawancara Terstruktur ... 150
6. Lampiran 6. Transkrip Wawancara Kegiatan Pembelajaran ... 152
7. Lampiran 7. Transkrip Wawancara Terstruktur ... 154
8. Lampiran 8. Nama-Nama Responden Peserta Didik ... 158
9. Lampiran 9. Foto Penelitian ... 159
10.Lampiran 10. Penilaian Hasil Angket Peserta Didik... 167
11.Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari PPS UIN Alauddin Makassar ... 185
12.Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Kesbanglinmas Provinsi Maluku .... 186
13.Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian dari MA Negeri 1 Ambon ... 187
xi A. Transliterasi
1. Konsonan
ا = tidak dilambangkan د = d ض = d} ك = k
ب = b ذ = z\ ط = t} ل = l
ت = t ر = r ظ = z} م = m
ث = s\ ز = z ع = ‘ ن = n
ج = j س = s غ = g و = w
ح= h} ش = sy ف = f ھ = h
خ = kh ص = s} ق = q ي = y
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Huruf Tanda Huruf
َ ا a َ ى ـ ai
َ ا i َ ىـ ii
َ ا u وــ ـ uu
3. Madda
Harkat dan Huruf Nama Huruf Nama
ىَ َ...َ|َاَ َ... fath}ahَdan alif atau ya a> a dan garis di atas ِ
ىـ kasrah dan ya i> i dan garis di atas
xii
marbu>t}ah harkat sukun, transliterasinya [h]. Ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
5. Syaddah (Tasydi>d)
( َ ٌ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (َ ىـ ــــ), ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).
6. Kata Sandang
َلا (alif lam ma‘rifah), ditransliterasi seperti biasa, al-, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). 7. Hamzah
Transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata.
8. Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la> saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m
Q.S. …/…: 4 = Quran, Surah …, ayat 4
UU = Undang-undang
xiii Nama Penulis : Nur Khozin
NIM : 80100210128
Judul Tesis : Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang Studi al-Qur'an Hadis pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon
Tesis ini berjudul persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi al-Qur'an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.
Metode penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode pendekatan yaitu pendekatan pedagogis, pendekatan psikologis dan pendekatan fenomenologis. Sumber data primer terdiri atas peserta didik, sedangkan sumber data skunder yaitu file dan domumen madrasah. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yaitu: observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data.
xiv
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan yang sangat besar dan serius
yakni peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdayaguna
agar mampu bersaing dengan negara-negara lain terutama dalam bidang pendidikan.
Dalam upaya menyiapkan SDM yang berkualitas, pendidikan mempunyai peran dan
fungsi strategis, karena pendidikan adalah fondasi untuk membangun bangsa yang
berpendidikan, berbudaya, dan berakhlak mulia.
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.
Guru berada pada posisi terdepan dalam menciptakan kualitas SDM melalui
pendidikan.1 Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, industrialisasi dan
informasi, peranan pendidikan tidak lagi terfokus pada SDM yang siap pakai, tetapi
harus memersiapkan SDM yang berbudaya dan tanggap terhadap arus perubahan
yang terjadi pada lingkungannya yakni SDM yang unggul dalam pengertian
menguasai ilmu pengetahuan, kreatif, inovatif, dan berkepribadian. Peningkatan
kualitas SDM merupakan kebutuhan yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah
dalam rangka memasuki era pasar bebas.
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk membebaskan manusia dari
kebodohan dan kemiskinan. Usaha peningkatan SDM merupakan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 menjelaskan,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2
Dengan adanya undang-undang tersebut telah memberikan gambaran dan
kenyataan bahwa seiring dengan perkembangan pandangan-pandangan tentang
konsep pembelajaran sesuai dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, membuat guru menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran.
Seorang guru diharuskan profesional dan mempunyai motivasi serta berperan aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran, sebab guru selain menjadi subjek juga harus
mampu menempatkan diri sebagai objek dalam dunia pendidikan yang terus dan
harus belajar untuk menghadapi dunia pendidikan yang penuh inovasi.
Dalam dimensi operasional terutama pada lembaga pendidikan, guru
merupakan salah satu unsur pokok berada pada posisi terdepan. Hal ini disebabkan
karena guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik, melalui proses interaksi
instruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran, dengan harapan agar
peserta didik dapat mengalami perubahan dari segi pengetahuan, tingkah laku,
maupun keterampilan ke arah yang lebih baik sebagaimana tujuan dari proses
pembelajaran.
Kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada guru merupakan suatu
tanggung jawab yang sangat berat. Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas
dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Banyak hal yang secara langsung
maupun tidak langsung berhubungan dan berperan dalam menentukan profesi guru.
Hal tersebut antara lain adalah menyangkut persoalan pemenuhan seorang guru,
sehingga faktor pemenuhan guru sangat penting untuk direalisasikan karena
berpengaruh pada profesionalitas guru. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
dimiliki oleh seorang guru.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada BAB IV pasal 8 menjelaskan,
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3
Kualifikasi akademik harus dimiliki oleh seorang guru dibuktikan dengan
ijazah Sarjana atau Diploma IV, sehingga guru-guru yang belum memiliki kualifikasi
akademik sesuai dengan undang-undang diharuskan untuk melanjutkan pendidikan
pada lembaga pendidikan tinggi yang diberikan kewenangan menyelenggarakan
program tersebut. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Seorang guru yang mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
lembaga pendidikan formal perlu dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang
diberikan oleh lembaga atau perguruan tinggi yang diberikan kewenangan oleh
pemerintah, serta diharapkan seorang tenaga pendidik tidak cacat yakni sehat
jasmani dan rohani.
Guru yang tidak mengikuti dan tidak memiliki persyaratan tersebut dapat
menjadikan kualitas pendidikan kurang bermutu dan kurang mendapat perhatian dari
3Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet.
masyarakat, bahkan masyarakat tidak lagi menghargai guru sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat intelektual. Guru yang mempunyai perilaku kurang
baik, mengajarkan ilmu tidak sesuai dengan kualifikasi yang dikuasainya dan
menjadikan profesi keguruan sebagai pilihan terakhir setelah tidak mendapatkan
pekerjaan lain, maka hal ini dapat menjatuhkan martabat guru. Hal ini membuktikan
bahwa keprofesionalan guru sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pendidik profesional.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya
kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam tindakan. Sehubungan
dengan hal ini dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen BAB IV Pasal 10 ayat 1 ditegaskan,
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.4
Dari undang-undang tersebut memberikan penegasan bahwa guru profesional
adalah guru yang mempunyai empat kompetensi. Guru yang profesional bukan hanya
memiliki dan menguasai satu kompetensi saja melainkan meliputi semua
kompetensi,5 yang akan diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dari empat
kompetensi tersebut harus benar-benar dimiliki oleh seorang guru.
Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam undang-undang guru dan
dosen tersebut secara teoritis dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi secara praktis
sesungguhnya keempat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat
dipisah-pisahkan. Di antara empat jenis kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu
4Ibid., h. 9.
5Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Cet. II, Bandung:
dalam diri guru dan saling menunjang satu sama lain. Guru yang mengajar tentu
harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan interaksi sosial yang
baik dengan masyarakat. Dalam penelitian ini penulis fokuskan pada keterampilan
dasar mengajar guru sesuai dengan profesinya sebagai tenaga pendidik.
Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan,6 yang memiliki keterkaitan
dengan keterampilan dasar mengajar yakni keterampilan dasar mengajar merupakan
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Masalah keterampilan dasar
mengajar guru merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan tugasnya
sebagai guru. Artinya guru harus memiliki suatu keterampilan mengajar sebagai ilmu
dasar bagi seorang guru.
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui". Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.7
Potongan ayat tersebut dianalogikan bahwa guru yang memiliki pengetahuan
dalam mengajar tentulah sangat berbeda dengan guru yang tidak memiliki
pengetahuan, yakni pada penguasaan ilmu mendidik. Guru perlu memahami berbagai
bekal ilmu yang harus dibawa dan disiapkan sebelum turun dilapangan untuk
6Abd. Rahman Getteng, Guru Profesional dan Ber-Etika (Cet. VI; Yogyakarta: Grha Guru,
2011), h. 28.
7Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Syaamil Cipta Media, 2005),
mengajar, yang paling mendasar adalah pengetahuan tentang keterampilan dasar
mengajar sebagai modal penting dalam mengajar kepada peserta didik dan selalu
diaplikasikan dalam setiap mengajar di kelas.
Guru yang berkualitas ini juga disinggung dalam hadis Nabi saw. yang
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda “apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR. Al-Bukhari).
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa guru yang memiliki keahlian dasar
mengajar tentulah sangat berbeda dengan guru yang tidak memiliki keahlian di
bidangnya itu, karena orang yang ahli berarti sudah memiliki beberapa keterampilan
dalam dirinya. Guru yang menguasai materi dan mampu menjelaskan secara
mendalam serta meluas berbeda dengan guru yang tidak menguasai materi ketika
menyampaikan kepada peserta didik sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta
didik juga berbeda. Guru sadar pada tugas dan kewajibannya dalam menjalankan
profesinya sebagai pendidik, pengajar, pelatih, serta mengevaluasi peserta didiknya
pada saat berlangsung maupun setelah selesainya proses pembelajaran harus sesuai
keterampilan yang dikuasainya.
Seorang guru membantu peserta didik dengan cara mendidik dan
membimbing untuk menjadi manusia dewasa. Kehadiran guru adalah untuk
8Imam al-Bukhari, S}a>hih al-Bukha>ri> (Jilid 1, 2, 3 Bab Ilmu Beirut; Da>ru al-Ihya> al-A>rabi>,
membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik yakni perkembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian orang yang berkeinginan
menjadi guru, berarti tersedia berbagai keterampilan dan metode-metode yang
benar-benar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukannya.
Salah satu hal yang harus diperhatikan guru di kelas adalah meningkatkan kualitas
keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Satu masalah dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yakni keterampilan
dasar mengajar sebagai modal awal yang harus disiapkan dalam diri seorang guru.
Selain itu guru juga harus memiliki kecakapan untuk menjadi fasilitator yang akan
selalu mencari jalan keluar atau membantu dan memudahkan peserta didik agar
mereka merasakan suasana belajar yang kondusif, nyaman, menyenangkan, penuh
semangat, tidak cemas, serta mengajarkan keberanian untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat. Guru juga mampu mengusahakan sumber belajar yang
dapat berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dalam proses belajar, baik
berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.9 Hal ini dapat
menghantarkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas dan output
lulusan yang bermutu.
Guru dituntut memiliki keterampilan sebagai motivator (pendorong), mampu
membangkitkan semangat belajar dengan memerhatikan bahwa peserta didik aktif
apabila memiliki minat dan perhatian terhadap obyek yang dihadapinya,
memberikan tugas harus jelas dan dapat dipahami, memberi penghargaan terhadap
9Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Cet. III;
hasil kerja dan prestasinya, menggunakan hadiah dan hukuman secara tepat dan
efektif, serta memberikan penilaian yang adil dan transparan.10
Dari berbagai faktor yang memengaruhi efektifitas dan keberhasilan
pembelajaran tampaknya faktor kecakapan, kemampuan, dan keterampilan dasar
mengajar guru perlu mendapat perhatian utama, di samping faktor-faktor yang
lainnya karena baik buruknya suatu kurikulum pada akhirnya tergantung pada
aktifitas dan kreatifitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum
tersebut. Peran guru dalam pengajaran adalah membuat desain instruksional,
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar dan mendidik.
Sebagai manusia biasa, seorang guru adakalanya memiliki etos kerja yang
kadang kuat kadang lemah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Guru yang
mempunyai keinginan kuat dalam berusaha dan bekerja serta terampil dalam
bidangnya tentu dapat memberikan hasil yang memuaskan. Namun sebaliknya,
seorang guru yang memiliki etos kerja yang lemah dalam bekerja, semangat yang
rendah, maka sudah barang tentu akan mendapatkan hasil di luar yang diharapkan.
Oleh sebab itu, pemahaman tentang motivasi, emosi, kemampuan, dan keterbatasan
diri individu guru merupakan hal penting untuk mendorong dan meningkatkan
keprofesionalan guru terhadap tugas yang diembannya. Hal ini merupakan bagian
dari keterampilan dasar mengajar guru dalam meningkatkan kemampuan mengelola
pembelajaran.
Disadari bahwa peran guru sangat menentukan kondisi madrasah yang
efektif. Madrasah yang efektif adalah madrasah yang memiliki pendidik yang
memiliki keterampilan mengajar sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat
dalam rangka menjawab tantangan moral, mental, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peserta didik yang bermutu adalah mereka yang
memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri sebagai bagian dari kualitas
pembelajaran di madrasah.
Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru dan selalu menjadi bagian tak
terpisahkan dari upaya mencerdaskan bangsa. Syarat yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang profesional adalah menuntut adanya keterampilan berdasarkan
konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, menekankan pada suatu
keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya
tingkat pendidikan keguruan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, memiliki kode etik, memiliki
klien, menjadikan pekerjaan sebagai panggilan hidup, diakui oleh masyarakat, ada
sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
Menyoroti keterampilan dasar mengajar guru menjadi sesuatu yang sangat
urgen dalam upaya memberikan feed back terhadap proses pengelolaan pembelajaran
peserta didik. Untuk melakukan penilaian tersebut tidak hanya diamanahkan kepada
guru itu sendiri tetapi juga kepada orang yang ada disekelilingnya. Umumnya
penilaian terhadap guru dilakukan oleh atasan, yaitu pengawas atau kepala
sekolah/madrasah. Tetapi penilaian ini dirasa penulis kurang adil apabila hanya
diamanahkan kepada atasannya, sebab dalam kaitannya dengan proses pengelolaan
pembelajaran implikasinya bukan hanya pada peserta didik tetapi sampai kepada
Peserta didik yang dikenai pengaruh dari perilaku guru mestinya dilibatkan
dalam memberikan penilaian terhadap perilaku guru. Uyoh Saduloh berpendapat
peserta didik yang memasuki usia 14-17 tahun sudah bisa menilai guru. Masa ini
adalah fase remaja sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung oleh kecakapan
yang dimilikinya, ia berusaha untuk membentuk dan memerlihatkan identitas dan
ciri khas pada dirinya. Masa remaja adalah masa untuk menyesuaikan diri peserta
didik menjadi lebih matang dalam segi sosial, bertanggung jawab, dan kematangan
perasaan serta berpikir. Mereka sudah bisa membandingkan dan menilai, mana
pendidikan ideal bagi mereka yang menghargai kepribadian peserta didik.11
Bentuk penilaian keterampilan dasar mengajar guru oleh peserta didik dapat
dilihat dari persepsi (pandangan) terhadap proses pembelajaran guru. Sebab
pandangan ini merupakan hasil interaksi guru dengan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yang menyangkut pengembangan potensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik. Dengan demikian persepsi ini sekaligus dapat dijadikan
feed back terhadap guru menyangkut apa yang selama ini dilakukan dalam upaya
mengembangkan potensi peserta didiknya.
Penilaian peserta didik terhadap guru tidak saja membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, tetapi juga membantu lembaga pendidikan
dan masyarakat dalam meningkatkan pengembangan potensi peserta didik juga
kualitas mengajar guru itu sendiri. Lembaga pendidikan dapat mengkaji
mempertimbangkan, memberikan penghargaan, memberikan sanksi kepada guru
terkait pelaksanaan pembelajaran. Lembaga pendidikan juga dapat mengambil
pandangan peserta didik tersebut untuk dijadikan pertimbangan dalam upaya
membangun strategi pengembangan potensi maupun komponen lainnya.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon, suatu lembaga pendidikan Islam di kota
Ambon yang menjadi pusat pendidikan Islam, wadah penempaan putra-putri Islam
agar berkepribadian dan berakhlak mulia sesuai dengan syariat Islam yang untuk
membangun bangsa dan negara ini, sudah seharusnya seorang guru betul-betul
memiliki kemampuan dasar dalam proses pembelajaran demi mendapatkan hasil dan
prestasi belajar yang maksimal seperti yang diamanatkan oleh undang-undang.
Dilihat dari segi fasilitas gedung, fasilitas laboratorium, auditorium, masjid,
lapangan olah raga, jumlah tenaga pengajar, ditunjang dengan sarana dan prasarana
yang cukup memadai sehingga setiap ujian akhir nasional MA Negeri 1 Ambon
selalu mendapatkan predikat kelulusan yang sangat memuaskan. Ini merupakan hasil
jerih payah dari guru-guru atau tenaga pengajar yang kompeten sebagai guru yang
berperan penting dalam proses pembelajaran dan itulah hasil yang didapatkan,
sehingga banyak orang tua yang tertarik dan berminat untuk mendaftarkan
anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan pada lembaga pendidikan Islam MA Negeri
1 Ambon.
Keterampilan dasar mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam
proses pembelajaran yakni keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas dan keterampilan pembelajaran
perseorangan. Semua ini merupakan ilmu dasar dalam pembelajaran dan wajib
diketahui dan dikuasai oleh seorang guru karena setiap mengajar
Keterampilan dasar mengajar guru MA Negeri 1 Ambon sangat penting untuk menunjang perkembangan dan meningkatkan keberhasilan pembelajaran peserta didik. Peningkatan prestasi belajar peserta didik selalu diharapkan oleh madrasah, apalagi jika keberhasilan atau output lulusan setiap tahunnya memberikan kepuasan tersendiri. Hal itu tidak terlepas dari kemampuan guru, dalam proses kegiatan pembelajaran untuk memberikan ilmu pengetahuan, mampu menjadi teladan yang mantap, dan memiliki kualitas keterampilan dasar mengajar yang baik dalam mendidik peserta didiknya.
Dengan melihat kondisi MA Negeri 1 Ambon yang demikian, penulis ingin
menggali lebih jauh bagaimana kemampuan guru dalam proses pembelajaran, apakah
sudah sesuai dengan teori keterampilan dasar mengajar yang dikemukakan oleh para
pakar pendidikan. Dari sinilah penulis mengadakan penelitian untuk menggali fakta
yang ada dari pandangan peserta didik pada madrasah tersebut dengan mengangkat
judul tersebut.
B.Fokus Penelitian
Untuk mempermudah dalam memahami tesis ini, penulis jelaskan terkait
dengan fokus penelitian yang menjadi pokok permasalahan. Fokus merupakan
domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.12 Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan persepsi peserta didik tentang
keterampilan mengajar guru adalah pandangan peserta didik tentang kemampuan
atau kecakapan guru dalam proses pembelajaran pada penerapan delapan
keterampilan dasar mengajar yakni keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan pembelajaran
perseorangan.
C.Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas, maka masalah pokok penelitian ini
adalah Persepsi Peserta Didik tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru Bidang
Studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon yang dibagi kedalam beberapa
submasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an
Hadis pada MA Negeri 1 Ambon?
2. Bagaimana pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru
dalam kegiatan pembelajaran bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1
Ambon?
D. Kajian Pustaka
Penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan rumusan
masalah dalam rangka memberikan pemahaman dan perbandingan serta penegasan
permasalahan yang dikaji tentang persepsi peserta didik keterampilan dasar
mengajar guru.
Berikut ini penulis mengemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
ada kemiripan pembahasan dengan tesis yang penulis angkat. Dengan mengkaji
hasil-hasil penelitian terdahulu untuk bisa dijadikan sebagai bahan perbandingan dan
untuk menunjukkan letak perbedaan sehingga tesis yang penulis angkat menjadi
Hasil penelitian yang membahas tentang perilaku pendidik, khususnya yang
menyangkut perilaku ideal yang harus dimiliki seorang pendidik, fenomena perilaku
pendidik pada saat ini, dan hubungan perilaku pendidik dalam upaya pengembangan
potensi afektif peserta didik telah banyak dibahas oleh penulis terdahulu. Namun,
penulis belum menemukan adanya kajian yang membahas secara khusus membahas
tentang persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru.
Beberapa hasil kajian yang penulis temukan yang ada kemiripan dengan judul
yang penulis angkat antara lain:
Hasil penelitian Abdul Haris. Penelitian ini berjudul Persepsi Pelajar terhadap
Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam: Studi di Tiga SMPN Makassar (SMPN
6, SMPN 8 dan SMPN 23).13 Penelitian ini mengupas bagaimana pandangan peserta
didik terhadap cara mengajar pendidiknya, khususnya yang mengajar Pendidikan
Agama Islam. Persepsi pelajar tersebut hanya difokuskan pada metode yang
digunakan oleh pendidik, dan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
metode yang digunakan pendidik belum mampu membuat sebagian peserta didik
mencapai tujuan yang diharapkan.
Hasil penelitian Jumriah. Penelitian ini berjudul Persepsi Siswa terhadap
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
1 Sengkang Kabupaten Wajo.14 Penelitian ini lebih difokuskan pada persepsi siswa
terhadap materi, metode, ketaladanan guru, hasil belajar, sarana dan prasarana
pembalajaran. Temuan dari penelitian ini adalah siswa menghendaki mata pelajaran
13Abdul Haris, “Persepsi Pelajar terhadap Metode Mengajar Pendidikan Agama Islam: Studi
di Tiga SMPN Makassar” (SMPN 6, SMPN 8 dan SMPN 23), Tesis UIN Alauddin Makassar, 2008.
14Jumriah, “Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
pendidikan agama Islam disajikan dengan lebih menarik minat dan sejalan dengan
kemajuan dan perkembangan teknologi, mengurangi materi yang sarat pengulangan,
penilaian hasil belajar dilakukan secara komprehensif, serta guru menjadi teladan
yang baik. Hasil penelitian ini berimplikasi pada perlunya perubahan orientasi
pembelajaran. Relevansinya dengan tesis yang penulis angkat adalah peserta didik
sudah mampu memberikan penilaian terhadap materi, metode, dan perilaku guru
berarti peserta didik dapat melihat kualitas guru.
Hasil penelitian Syamsuddin dalam bentuk kajian pustaka dengan judul Guru
dan Pendidikan Masa Kini (Problematika dan Solusinya).15 Penelitian ini lebih
banyak mengupas tentang pengertian, kedudukan, tugas, syarat dan sifat seorang
pendidik dalam pendidikan Islam. Kemudian juga membahas tentang tanggung
jawab, kepribadian dan kesejahteraan guru. Penelitian ini ada relevansinya dengan
tesis yang penulis angkat karena membahas tentang pendidik. Penelitian yang
dilakukan oleh Syamsuddin lebih fokus pada fenomena pendidik masa kini,
sedangkan penulis membahas pendidik dari aspek keterampilan dasar mengajarnya
dalam perspektif peserta didik yang dapat dijumpai setiap hari di madrasah.
Hasil penelitian Siti Khamsiyah Nur Rahmah Walangadi dengan judul
Peranan Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Kepuasan Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Gorontalo.16 Penelitian ini lebih spesifik pada
perencaan program, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran. Relevansinya
15Syamsuddin, “Guru dan Pendidikan Masa Kini (Problematika dan Solusinya)”Tesis UIN
Alauddin Makassar, 2009.
16Siti Khamsiyah Nur Rahmah Walangadi, “Peranan Pengelolaan Pembelajaran dalam
dengan penelitian yang penulis angkat yaitu tentang kemampuan guru dalam proses
pengajaran, penyajian data dan perangkat pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian yang penulis paparkan di atas, tidak ditemukan
kesamaan dengan judul yang penulis angkat dalam penelitian ini. Dengan demikian
sangat memungkinkan penulis untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan
persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru bidang studi
al-Qur’an Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran kegiatan pembelajaran guru bidang studi al-Qur’an
Hadis pada MA Negeri 1 Ambon.
b. Untuk mengetahui pandangan peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar
guru dalam kegiatan pembelajaran bidang studi al-Qur’an Hadis pada MA Negeri
1 Ambon.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau bahan perbandingan
bagi peneliti yang membahas tentang keterampilan dasar mengajar guru.
b. Kegunaan Praktis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengalaman
tentang keterampilan dasar mengajar guru pada lembaga pendidikan Islam agar
senantiasa melakukan segala daya upaya untuk meningkatkan keterampilan
F. Garis Besar Isi Tesis
Tesis ini dimulai dengan memberikan uraian tentang latar belakang
permasalahan munculnya topik permasalahan yang dikembangkan untuk ditemukan
jawaban dalam penelitian. Untuk memberikan pengertian yang jelas tentang
permasalahan pokok yang diteliti penulis uraikan fokus penelitian. Untuk melihat
perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya penulis
menjabarkannya dalam kajian pustaka dan kemudian memaparkan apa tujuan dan
kegunaan penulisan karya ilmiah ini.
Teori-teori yang dibangun dalam hubungannya dengan pokok permasalahan
penelitian, penulis diuraikan tentang teori persepsi dari beberapa pakar. Uraian
berikutnya adalah konsep belajar dan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan tentang konsep keterampilan dasar mengajar serta peran, tugas,
tanggung jawab seorang guru dalam proses pembelajaran penulis uraikan secara luas
dalam bab ini.
Pada metode penelitian penulis menguraikan tentang jenis dan lokasi
penelitian, metode pendekatan yang digunakan, sumber data baik data primer
maupun data skunder, instrumen penelitian, metode pengumpulan, teknik
pengolahan dan analisis data.
Hasil dan pembahasan penulis awali dengan menguraikan tentang profil dan
sejarah MA Negeri 1 Ambon, gambaran keterampilan dasar mengajar guru, analisis
persepsi peserta didik tentang keterampilan dasar mengajar guru dari delapan
keterampilan dasar mengajar serta kendala-kendala yang dihadapi dan diakhiri
Uraian dalam tesis ini penulis akhiri dengan kesimpulan dan implikasi
19 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Persepsi Peserta Didik
1. Persepsi
Persepsi merupakan suatu istilah yang sudah familiar didengar dalam
percakapan sehari-hari. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris ‚perception‛ yang
diambil dari bahasa latin ‚perceptio‛ yang berarti menerima atau mengambil.1
Dalam kamus Inggris-Indonesia, kata perception diartikan dengan ‚penglihatan‛
atau ‚tanggapan daya memahami atau menanggapi‛.2
Kartini Kartono berpendapat:
Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi indera.3
Persepsi berarti pandangan atau pengamatan pribadi seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau
pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
Oleh karena itu, salah satu faktor terbentuknya komunikasi yang efektif adalah
adanya kesamaan persepsi.
Ahmad Fauzi membedakan antara proses sensasi dan persepsi. Sensasi adalah
penerimaan stimulus melalui alat indera, sedangkan persepsi adalah penafsiran
stimulus yang sudah ada dalam otak. Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa
1Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 156-117.
2John M. Echols & Hasab Sadhily, Kamus Inggris-Indonesia (Cet. XXVI; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 424.
pada setiap individu, tetapi interpretasinya berbeda. Untuk menggambarkan
perbedaan sensasi dengan persepsi, apabila membandingkan potret sebuah
pemandangan dengan lukisan pemandangan, maka potret berupa pemandangan
sebagaimana yang diterima indera, sedangkan lukisan pemandangan tergantung pada
interpretasi pelukis. Dengan kata lain mata menerima sedangkan pikiran
mempersepsi.4 Persepsi merupakan proses penilaian terhadap suatu objek yang
merupakan bagian dari sensasi.
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia sangat penting, yang
memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa
persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai
fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya
dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan kemanfaatan
yang berarti dari informasi atau materi pelajaran yang disampaikan guru, atau
mungkin malah menyesatkan, tanpa adanya persepsi yang benar. Hal ini karena
persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya informasi ke dalam otak
manusia.5
Persepsi sebagai hasil dari pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dalam
menafsirkan pesan. Atas persepsi seseorang sehingga kita mampu memberikan
makna pada stimulus inderawi. Jadi hubungan sensasi dan persepsi yaitu sensasi
adalah bagian dari persepsi. Namun demikian, dalam menafsirkan makna informasi
inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan
4Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 37.
memori. Dengan demikian dapat dipahami bahwa persepsi adalah proses penafsiran
terhadap suatu objek yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Adanya persepsi memungkinkan orang memilih, mengorganisasikan dari
lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilakunya. Persepsi merupakan
inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) inti persepsi yang identik
dengan penyandingan balik (decoding) dalam proses komunikasi.6 Persepsi adalah
pengetahuan yang tampak mengenai apa yang di luar sana. Persepsilah yang
menentukan orang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain, semakin
tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu semakin mudah dan semakin sering
mereka berkomunikasi.
Menurut Devito dalam Nadhifah persepsi adalah proses membuat kita
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.7 Persepsi
meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera kita (indera peraba, indera
penglihat, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar), atensi, dan
indera interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirim ke otak lewat
penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah
penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar. Mata bereaksi terhadap
gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulit terhadap temperatur
tekanan, hidung terhadap bau-bauan, dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan itu
dikirim keotak.
Proses masuknya informasi pada diri manusia tidak seperti sebuah mesin
yang dapat memberikan respon terhadap setiap stimulus secara otomatis, sebaliknya
6Nadhifah Attamimi, Komponen Pembelajaran dan Prestasi Belajar (Cet. I; Jakarta: Hilliana Press, 2010), h. 18.
bagi manusia setiap informasi atau stimulus harus terlebih dahulu melewati
serangkaian proses kognitif yang kompleks dan melibatkan hampir seluruh
kepribadiannya. Oleh sebab itu, apa yang terjadi di luar dapat berbeda dengan apa
yang sampai ke otak manusia, karena ada faktor-faktor kognitif lain yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Adanya realitas persepsi yang demikian,
mengharuskan seorang guru untuk memahami gejala-gejala persepsi, sehingga
informasi-informasi yang disampaikannya tidak dimaknai secara berbeda oleh
peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sternberg ‚Perception is the set
of processes by which we recognize, organize, and make sense of the sensations we
receive from environmental stimuli‛.8 Bahwa persepsi adalah proses untuk
mengenal, menyusun, dan merasakan sesuatu yang muncul untuk diterima dari
rangsangan lingkungan. Otak memproses stimulus visual kemudian membangun
makna apa yang ditangkap oleh otak.
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita
peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Persepsi manusia sebenarnya
terbagi menjadi dua; persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi
terhadap manusia. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik dan
menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap manusia melalui
lambang-lambang verbal dan non verbal dan menanggapi sifat luar dan dalam.
Latar belakang pengalaman, budaya, suasana psikologis yang berbeda juga
membuat persepsi orang berbeda atas suatu objek. Berdasarkan pengalaman
maksudnya bahwa persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan
reaksi mereka terhadap hal-hal berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu
mereka berkaitan dengan orang, berkaitan dengan objek atau kejadian dan reaksi
mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu
mereka berkaitan dengan orang, berkaitan dengan objek, dan kejadian serupa.
Persepsi berdasarkan budaya mengandung makna bahwa persepsi merupakan
pandangan atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya
antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap suatu
realitas dan oleh karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai persepsi yang
persis sama.
Hal ini didukung oleh pendapat Dedi Mulyana bahwa:
‚Persepsi terjadi berdasarkan latar belakang suasana psikologis yang berarti bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan penghargaan yang digunakan untuk memakai objek persepsi.9
Proses pembelajaran di sekolah atau madrasah secara sengaja telah
melibatkan interaksi antara peserta didik dengan guru yang interaksi ini berjalan
terus menerus sampai peserta didik lulus dari madrasah tersebut. Interaksi ini adalah
interaksi positif karena di dalamnya terdapat proses pembelajaran sehingga proses
ini menghasilkan suatu perubahan pada diri peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini guru mengadakan evaluasi belajar
disetiap akhir pembelajaran untuk melihat hasil dari selama satu atau dua semester
guru mengadakan proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik dengan
sadar melihat, mendengar, merasakan dan menjadi pelaku dalam proses
pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, sangat memungkinkan sekali peserta didik
untuk melakukan penilaian terhadap guru selama duduk di bangku pendidikan.
Berdasarkan berbagai definisi sebagaimana dijabarkan di atas, maka yang
dimaksud dengan persepsi adalah pandangan, pengamatan, penafsiran, interpretasi
dan penilaian terhadap sesuatu, orang, atau peristiwa.
2. Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses
pendidikan formal. Guru bisa mengajar bila ada peserta didik, akan tetapi peserta
didik dapat belajar tanpa guru.10 Kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam
proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut
interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Sebutan peserta didik ini telah dilegitimasi dalam produk hukum
kependidikan Indonesia. Kata siswa diganti menjadi peserta didik agaknya lebih
pada kebijakan untuk seakan-akan ada reformasi pendidikan di negara kita ini. Pada
sisi lain, dalam literatur akademik, sebutan peserta didik (educational participant)
umumnya berlaku untuk kependidikan orang dewasa (adult eduction), sedangkan
untuk pendidikan konvensional disebut siswa. Namun demikian kata peserta didik
sudah dilegitimasi dalam perundang-undangan pendidikan di Indonesia.11
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
10Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 17-18.
formal maupun pendidikan non formal.12 Peserta didik juga dapat didefinisikan
sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih
perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri atas tiga kategori, kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Definisi peserta didik tersebut esensinya adalah setiap orang yang berusaha
mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal dan nonformal menurut
jenjang dan jenisnya. Terdapat banyak sebutan yang berkaitan dengan peserta didik
ini, sesuai dengan konteknya. Seperti yang telah disebutkan di atas, sebutan siswa,
pelajar, atau murid popular untuk orang yang belajar di lembaga pendidikan formal.
Sebutan warga belajar untuk orang yang belajar pada lembaga pendidikan non
formal. Santri adalah istilah pada jalur pendidikan pesantren. Sebutan mahasiswa
untuk orang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam tesis ini penulis menggunakan
istilah peserta didik karena merujuk pada peraturan pemerintah tersebut.
Peserta didik yang daya intelektualnya lebih dibandingkan dengan yang lain
menginspirasi layanan pendidikan untuk mengaktivasinya dalam rangka bimbingan
sejawat. Peserta didik yang tingkat intelektualnya kurang, menginspirasi layanan
pendidikan menjadi lebih intensif, penyediaan program remedial, bimbingan khusus,
dan sebagainya. Jadi keragaman peserta didik menginspirasi aneka jenis layanan
pendidikan dan pembelajaran kepada mereka. Kelemahan pada diri peserta didik
tidak untuk mendiskriminasikannya, melainkan sebagai inspirator bagi munculnya
aneka layanan pendidikan dan pembelajaran.13
Sebagaimana manusia biasa, peserta didik mengalami perkembangan yang
beragam baik secara fisik, non fisik, maupun intelektualnya. Kemampuan mereka
12 Republik Indonesia, Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
yang beragam dan berkembang itu harus di pandang sebagai hal yang lumrah dan
layanan pendidikan harus menjadikannya sebagai seni dalam bertindak. Peserta didik
yang lemah secara fisik menginspirasi layanan pendidikan untuk melakukan
penguatan. Peserta didik yang kurang beretika pun harus menginspirasi pendidikan
agar ada perhatian untuk mengarahkan peserta didik ke koridor pribadi dan
memupuknya menuju kesejatian sebagai manusia yang paripurna.
Persepsi yang dibangun oleh peserta didik dapat terjadi akibat adanya
kematangan alat inderanya mampu melahirkan suatu pandangan terhadap
objek-objek yang ada dilingkungannya. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
menjadi suatu objek yang langsung dapat dirasakan dan dapat diinterpretasikan oleh
peserta didik. Persepsi peserta didik terhadap guru dalam proses pembelajaran yang
peneliti gali secara mendalam melalui penelitian pandangan mereka bagaimana
kemampuan keterampilan dasar mengajar guru menurut penilaian peserta didik
sesuai fokus masalah yang diteliti.
B.Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam materi pelajaran. Orang yang
beranggapan demikian akan merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan secara lisan sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks yang
diajarkan oleh guru di sekolah. Ada pula sebagian yang lain memandang belajar
sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Berdasarkan persepsi semacam ini biasanya mereka akan merasa cukup puas bila
walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan
tersebut. Untuk itu di bawah ini akan disajikan beberapa definisi dari para ahli
disertai komentarnya.
H. C. Witherington dalam Aunurrahman mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu
pengertian.14 James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri
di dalam interaksinya dengan lingkungan.15
Hal senada dikemukakan oleh Oemar Hamalik belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.16
Pendapat lain dikemukakan oleh Sardiman bahwa belajar merupakan proses interaksi
antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta,
konsep, ataupun teori. Oleh karena itu, dalam proses interaksi ini terkandung
maksud bahwa kegiatan belajar merupakan proses internalisasi yang dilakukan
secara aktif dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, yang melibatkan segenap panca
indera.17 Ini berarti bahwa belajar merupakan sebuah proses interaksi antara yang
belajar dengan sumber belajar untuk mencapai perubahan perilaku. Proses interaksi
14Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 35.
15Ibid.,
16Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksa, 2008), h. 36.
tersebut melahirkan pengalaman-pengalaman bagi orang yang melakukan kegiatan
belajar. Belajar bukan suatu tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Skinner dalam Muhibbin Syah berpendapat belajar adalah ‚a process of
progressive behavior adaptation‛ suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif.18 Namun perlu diketahui bahwa Skinner adalah
seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya
memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan
antara stimulus (rangsangan) dengan respon. Pendapat yang bersifat behavioristik ini
dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak
sedikit pakar yang menolaknya.
Seorang yang belajar akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari
sumber belajar sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. Proses
belajar tidak akan terjadi jika tidak ada pembelajaran. Oemar Hamalik mensinyalir
pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan pembelajaran.19 Unsur manusia yang melibatkan guru, peserta
didik, dan tenaga kependidikan lainnya, juga unsur-unsur material misalnya papan
tulis, buku-buku pelajaran, dan media pembelajaran. Fasilitas dan perlengkapan
pembelajaran terdiri dari ruang kelas, meubelair kelas, dan komputer. Sedangkan
prosedur meliputi metode penyampaian informasi, jadwal, praktik, ujian, dan
lain-lain. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran meliputi perpaduan berbagai unsur yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam kaitannya dengan pendidikan.
18Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. 10; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 64.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subjek didik/peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan peserta
didik. Guru memberikan bimbingan pada peserta didik dan menyediakan berbagai
kesempatan untuk mendorong peserta didik belajar sehingga memperoleh
pengalaman sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam pembelajaran dapat di pandang dari dua sudut, pertama pembelajaran
di pandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.
Kedua pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik
belajar.20 Proses tersebut meliputi:
a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat
kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan
pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau
media cetak lainnya yang akan disajikan kepada peserta didik dan mengecek
jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini,
struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi
oleh pendekatan, strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah di pilih
dan di rancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi,
dan sikapnya terhadap peserta didik.
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan
pascapembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan (enrichment) dapat pula berupa
pemberian layanan remedial teaching bagi peserta didik yang kesulitan belajar.
Dalam mengelola pembelajaran perlu diperhatikan penciptaan sistem
lingkungan bagi peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan
seperangkan kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan
kondisi lingkungan belajar dapat berupa sejumlah tugas-tugas yang harus dikerjakan
peserta didik, persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan peserta didik
memecahkan masalah serta pemberian keterampilan-keterampilan yang perlu
dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik agar seluruh kompetensi yang diajarkan
dapat dikuasai oleh peserta didik.
Merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan
balik dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua peserta didik
mampu unjuk kemampuan, mendemonstrasikan kinerja (performance) sebagai hasil
belajar juga perlu dilakukan. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah
penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk berpikir.
pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif
dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan peserta didik terlibat
baik secara mental maupun fisik. Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategi
yang perlu dikuasai oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran yaitu;
penyediaan pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk berpikir dan
berproduktif, penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian
yang memberi peluang semua peserta didik untuk mampu melakukan unjuk
perbuatan.
Interaksi pembelajaran akan berhasil apabila guru sebagai pengelola
pembelajaran mampu menciptakan pembelajaran yang efektif. Menurut Mulyasa
dalam pembelajaran efektif, peserta didik hendaknya dilibatkan secara aktif dan
interaktif karena mereka adalah pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.21
Pembelajaran yang berkualitas akan terjadi manakala guru sebagai sumber
belajar mampu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pembelajaran. Dalam mempersiapkan mengajar yang baik telah direncanakan pula
model yang sesuai dengan materi dan potensi peserta didik, pengelolaan waktu yang
matang. Dalam kegiatan pembelajaran guru memberi motivasi pada peserta didik
sehingga terjadi hubungan interaksi antara guru dan peserta didik dalam konteks
pembelajaran.
Proses pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh kompetensi dasar,
materi/bahan ajar, sumber belajar, media dan fasilitas pembelajaran kondisi peserta
didik dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Penerapan norma dan
kriteria dalam kegiatan pembelajaran sangat penting untuk mengetahui keberhasilan
kegiatan pembelajaran. Setiap kompetensi dasar akan diketahui tercapai atau tidak
melalui proses evaluasi atau penilaian, penilaian yang baik akan tercapai manakala
guru mampu menciptakan instrument evaluasi yang tepat dan mampu mengukur.
Sehingga dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan pembelajaran
adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi edukatif untuk mencapai
hasil belajar yang diinginkan dengan indikatornya meliputi: persiapan yang
sistematis, penyampaian materi yang baik, pemanfaatan waktu yang efisien,
pemotivasian, dan hubungannya dengan interaksi antara guru dan peserta didik.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Anderson dalam Ahmad Sabri mengemukakan, di lihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered approach) (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach).22
Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran
diantaranya yang dikutip Mappanganro sebagai berikut:23
22Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 1.