• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya Palembang, 26-27 September 2014

POTENSI, KENDALA, DAN STRATEGI

PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM

UNTUK PERTANIAN (PADI, JAGUNG, KEDELE),

PETERNAKAN, DAN PERKEBUNAN

DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

DAN SPESIFIK LOKASI

SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

(2)

PENDAHULUAN

Produktifitas beras meningkat 5% /thn, surplus 10 juta ton - 2015, serta peningkatan produksi tanaman pangan, perkebunan & peternakan.

Memenuhi kebutuhan pangan nasional (padi, jagung, & kedelai), butuh 4,7 jt ha lahan bukaan baru, perluasan hingga thn 2025 :

areal sawah 1,4 juta ha, kedelai 2 juta ha, jagung 1,3 juta ha.

No Uraian Satuan Tahun

2010 2015 2020 2025 1 Jumlah penduduk Juta jiwa 239 257 277 298 2 Kebutuhan beras/ kapita Juta ton/kap/thn 0,113 0,113 0,113 0,113 3 Kebutuhan GKG Juta ton/thn 42,74 46,02 49,55 53,36 4 Kebutuhan GKG non beras Juta ton/GKG/thn 5,50 5,50 5,50 5,50 5 Total kebutuhan GKG Juta ton/GKG/thn 48,24 51,52 55,05 58,86 6 Kebutuhan baku lahan Juta hektar 10,58 11,30 12,07 12,91 7 Lahan baku sawah tersedia Juta hektar 11,29 11,29 11,29 11,29 8 Laju konversi lahan Juta ha/thn 0,11 0,11 0,11 0,11 9 Defisit kebutuhan lahan

- Tanpa konversi lahan Juta hektar 0,71 (0,01) (0,78) (1,62)

(3)

Hingga thn 2050, perlu tambahan 5 juta ha lahan sawah, 8,7 juta ha

lahan kering. Tersedia hutan primer, lahan sub-optimal : lahan

terdegradasi atau terlantar.

(4)

1.87 3.51 1.08 1.17 0.83 0.45 1.37 2.83 0.78 0.76 0.61 0.32 0.5 0.68 0.3 0.41 0.22 0.13 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Seluruh Indonesia Di dalam Kawasan Hutan

1990-1996 1996-2000 2000-2003 2003-2006 2006-2009 2009-2011

Deforestasi 1990-1996 1996-2000 2000-2003 2003-2006 2006-2009 2009-2011*

Nasional 1,87 3,51 1,08 1,17 0,83 0,45 Hutan* 1,37 2,83 0,78 0,76 0,61 0,32 Non Hutan 0,5 0,68 0,3 0,41 0,22 0,13 4

Ancaman dan kendala biofisik :

alih fungsi lahan sawah produktif (terutama di Jawa), perubahan iklim, serta degradasi sumberdaya lahan, air dan lingkungan (erosi, longsor, pencemaran); lahan terdegradasi, terlantar, & lahan kritis meluas; produksi tanaman pangan

mengalami leveling off, bahkan harus impor.

(5)

Global warming has affected increasing

of extreem climatic events

Hydrological events (Flood, mass movement) Meteorological events

(Storm) Geophysical events

(Earthquake, tsunami, volcanic eruption)

© 2010 Münchener Rückversicherungs-Gesellschaft, Geo Risks Research, NatCatSERVICE – As at January 2010

Nu m b er 100 200 300 400 500 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

Frekuensi kejadian bencana alam tidak terkait iklim relatif tetap, sedangkan yang terkait iklim meningkat secara signifikan

(6)

Rekapitulasi Neraca Perdagangan Pertanian

Menurut Sub Sektor Periode Tahun 2001-2004, 2005-2009 dan

2010-2013

(7)

Impor 4 Komoditi Pangan Utama (ton)

Thn

Beras

Kedelai

Jagung

Daging Sapi

Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor

2008 1.867 288.369 1.025 1.173.097 107.001 286.541 6 2.744

2009 2.395 248.454 446 1.314.620 62.575 338.798 4 3.787

2010 345 686.008 385 1.740.505 41.954 1.527.516 0 4.322

2011 1.062 2.698.990 523 1.911.987 30.787 2.889.174 0 3.598

(8)

PENDAHULUAN (lanjutan)

Lahan pertanian di luar Jawa (Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua) sebagian besar merupakan lahan sub-optimal (LSO).

(9)

9

(10)
(11)
(12)

Sasaran pengembangan dan optimalisasi lahan sub-optimal meliputi: produktivitas, efisiensi produksi, kelestarian sumberdaya dan

lingkungan serta kesejahteraan petani (Haryono, 2013), melalui intensifikasi dan ekstensifikasi LSO yang terdegradasi atau terlantar

(abondance land).

(13)

Pengelolaan LSO :

aplikasi teknologi untuk perbaikan sifat fisik, kimia, dan/atau biologi tanah

yang akan mengurangi keuntungan bahkan kerugian.

Secara paralel :

seleksi jenis komoditas pangan, pemuliaan tanaman dan ternak yang adaptif terhadap keragaman kondisi agroekosistem LSO (Lakitan & Gofar, 2013).

Tujuan :

Pengembangan dan aplikasi teknologi LSO disesuaikan dengan karakteristik biofisik dan lingkungan lahan tersebut : teknologi tepat guna dan spesifik lokasi untuk pencapaian target produksi pertanian, perkebunan, dan

peternakan nasional.

(14)

POTENSI DAN KENDALA PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM

Provinsi Masam Iklim Kering Jumlah

Bali 46.688 134.616 181.304

Bangka Belitung 1.181.000 - 1.181.000

Banten 684.804 6.847 691.651

Bengkulu 1.832.982 - 1.832.982

Daerah Istimewa Yogyakarta 20.402 174.196 194.598

DKI Jakarta 43.919 - 43.919 Gorontalo 3.244 1.017.374 1.020.618 Jawa Barat 2.084.728 149.635 2.234.363 Jambi 3.447.915 - 3.447.915 Jawa Tengah 1.184.345 685.093 1.869.438 Jawa Timur 1.004.290 2.244.359 3.248.649 Kalimantan Barat 11.483.416 21.108 11.504.524 Kalimantan Selatan 2.189.535 49.071 2.238.606 Kalimantan Tengah 11.408.220 19.343 11.427.563 Kalimantan Timur 16.245.152 42.252 16.287.404 Lampung 2.787.857 - 2.787.857 Maluku 1.891.564 686.687 2.578.251 Maluku Utara 1.769.383 341.140 2.110.523 Aceh 3.754.647 49.248 3.803.895

Nusa Tenggara Barat 9.072 1.532.476 1.541.548

Nusa Tenggara Timur 164.460 2.914.239 3.078.699

Papua 17.343.250 345.924 17.689.174 Riau 4.491.246 3.238 4.494.484 Sulawesi Selatan 3.191.227 1.238.520 4.429.747 Sulawesi Tengah 3.499.409 722.238 4.221.647 Sulawesi Tenggara 1.814.255 261.599 2.075.854 Sulawesi Utara 811.987 486.464 1.298.451 Sumatera Barat 3.606.238 25.007 3.631.245 Sumatera Selatan 5.176.944 - 5.176.944 Sumatera Utara 5.603.651 120.420 5.724.071 Total 108.775.830 13.272.094 122.047.924 POTENSI Penyebaran Luas LSO di Indonesia (hektar)

(15)

Lahan Suboptimal Luas Lahan Suboptimal

Potensi untuk Pertanian Lahan kering masam 108.775.830 62.647.199 Lahan kering iklim kering 13.272.094 7.762.543 Total 122.047.924 70.409.742 Pulau Luas (hektar)

Tanaman Semusim Tanaman Tahunan

Sumatera 1.312.800 3.226.800

Jawa 40.500 159.000

Bali dan Nusa Tenggara 137.700 610.200

Kalimantan 3.639.400 7.272.000

Sulawesi 215.500 601.200

Maluku+Papua 1.739.000 3.441.000

Indonesia 7.083.800 15.310.100

Pulau Kawasan Budidaya Jumlah

Pertanian Kehutanan

Sumatera 2.741.632 2.757.776 5.499.408

Jawa 129.022 84.868 213.890

Bali dan Nusa Tenggara 515.874 280.872 796.746

Kalimantan 3.907.977 8.399.413 12.307.390

Sulawesi 682.192 557.412 1.239.604

Maluku+Papua 2.331.106 8.281.545 10.612.651

Indonesia 10.307.803 20.361.886 30.669.689 Luas Lahan Kering Suboptimal

yang Potensial untuk Pengembangan Pertanian (ha)

Lahan Suboptimal yang Sesuai dan Tersedia untuk

Pertanian Semusim dan Tahunan

Luas Lahan Suboptimal yang

Tersedia untuk Pertanian di

Kawasan Budidaya

(16)

Lahan kering masam :

Masam (pH < 5), BO rendah, KB < 50% (dystrik), Al tinggi, tekstur klei, regim kelembaban tanah udik, CH > 2.000 mm/th.

PMK atau Ultisols, Oxsisols, Inceptisols.

Tingkat kesuburan & produktivitas lahan rendah, perlu input cukup tinggi.

(17)

Lahan kering iklim kering :

Regim kelembaban tanah ustik, CH < 2.000 mm/th, BK > 7 bulan (< 100 mm/bln), KB > 50% (eutrik), pH tanah netral - agak alkalis.

Grumusol, Mediteran, Litosol atau Alfisols, Mollisols, Entisols, Vertisols. Tingkat kesuburan > lahan kering masam. Curah hujan rendah, kemarau

nyata, keterbatasan sumberdaya air, jenis tanaman & IP lebih terbatas.

(18)

LSO IKLIM KERING & SOLUM TANAH TIPIS

(19)

KENDALA (lanjutan)

• Kendala sesuai karakteristik LSO yang alami atau man-made: (a)

ketersediaan air, (b) kemasaman tanah tinggi (pH rendah), (c) BO rendah dan solum dangkal, (d) sangat miskin unsur hara; dan/atau, (e) tanah berbatu.

• Kendala dari aspek budidaya : (a) persiapan lahan, pemakaian benih

varitas unggul, penanaman (waktu tanam, cara tanam),

pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma; (b) belum ada integrasi pertanian tanaman dengan

peternakan.

• Lahan LSO banyak dijumpai di daerah berkemiringan relatif curam

sehingga terdegradasi oleh erosi tanah, menjadi lahan kritis (± 27 jt ha). Diperlukan teknologi konservasi tanah dan air yang memadai.

(20)

TANTANGAN PENGELOLAAN LAHAN SUB-OPTIMAL

• Dilema kompetisi pemanfaatan lahan baik antar sub sektor

pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan) maupun dengan sektor lain di luar pertanian (perindustrian, pertambangan, infrastruktur, perumahan, perkantoran, dan lainnya)

• Minat & kemampuan enterpreneurship petani rendah, lemahnya

sistem kelembagaan, dan aplikasi teknologi yang rendah

• Prasarana transportasi yang belum tersedia atau buruk

(21)

STRATEGI PEMANFAATAN LAHAN KERING DAN KERING MASAM

(Teknologi Tepak Guna dan Spesifik Lokasi)

Syarat perlu (nessesary condition) :

 Pemetaan kemampuan dan kesesuai lahan (BIG)

 Pewilayahan komoditas lahan sub-optimal kering dan iklim kering.

 Analisis usaha tani atau keuntungan terhadap biaya.

 Optimalisasi pemanfaatan lahan.

 Aplikasi agroteknologi.

- Bahan pembenah tanah dan pemupukan yang memadai - Penataan pola tanam (tanaman pangan dan kebun)

- Aplikasi konservasi tanah dan air - Pemanenan air

(22)
(23)
(24)

BERBAGAI BAHAN PEMBENAH TANAH

(25)

TANDAN KOSONG SAWIT

LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

(26)

MULSA PLASTIK MULSA

(27)

BERBAGAI TEKNIK PEMANENAN AIR

=

(28)

BERBAGAI TEKNIK PEMANENAN AIR

=

(29)
(30)
(31)

PERTANIAN TERPADU

(32)

Strategi ... (lanjutan)

Syarat cukup (sufficient condition) :

 Penyediaan input produksi pertanian.

 Perbaikan infrastruktur agropolitan

 Pelatihan, pendampingan, dan pemberdayaan

 Pengembangan teknologi

 Pengendalian konversi lahan pertanian

(33)

KESIMPULAN

Untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional, potensi

lahan sub-optimal kering masam dan iklim kering

masih

mencukupi

walaupun berbagai kendala yang melekat pada

karakteristik lahan tersebut perlu dipecahkan.

Strategi :

syarat perlu

(

necessary condition

) dan

syarat

cukup

(

sufficient condition

), yi :

Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi

(

nc

) :

pemetaan kemampuan dan kesesuaian, pewilayahan

komoditas, analisis usahatani, optimalisasi pemanfaatan

lahan, aplikasi agroteknologi, dan pertanian terpadu

.

Teknologi tepat guna dan spesifik lokasi

(

sc

) :

penyediaan input produksi pertanian, perbaikan

infrastruktur, pelatihan pendampingan pemberdayaan,

pengembangan teknologi, pengendalian konversi lahan

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Selisih pertumbuhan selada di lahan bekas tambang timah dan lahan tidak terganggu pada berbagai dosis pupuk NPK menunjukkan berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman pada dosis 0

Strategi Pemanfaatan Lahan Suboptimal untuk Aneka Kacang dan Umbi Secara biofisik, kelima sub agroekosistem yang termasuk lahan suboptimal yaitu lahan kering masam, lahan kering

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian yaitu sampel limbah cair pabrik kelapa sawit, sampel tanah, dan bahan-bahan untuk analisis dilaboratorium. Penentuan

Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi serangga hama antara lahan yang diaplikasikan bioinsektisida dengan lahan kontrol tidak berbeda nyata pada umur 1-4 minggu

Lokasi penelitian tergolong tipologi B, dimana sistem tata air di lokasi penelitian belum berfungsi secara sempurna sehingga petani hanya dapat menanam padi

Dalam pengkajian ini petani kooperator menerapkan paket teknologi anjuran dengan penggunaan varietas unggul (varietas Kencana) dan petani non kooperator menerapkan teknologi

ii PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2020 ISBN: 978-979-587-903-9 Tema: “Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi

iii PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2018 ISBN: 978-979-587-801-8 Tema: “Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kelapa Sawit Generasi Kedua Replanting