• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH. Yuda Aulia Fernando¹ Dandes Rifa¹, Ethika¹ ¹Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH. Yuda Aulia Fernando¹ Dandes Rifa¹, Ethika¹ ¹Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI

PERPAJAKAN DAN JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN KEPATUHAN

WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

OLEH

Yuda Aulia Fernando¹ Dandes Rifa¹, Ethika¹

¹Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Email : yudaauliaf@yahoo.com.id

Abstract

This research is aim to get empirical evidence influence the quality of the tax service, sanction taxation and the amount of examination taxes on revenue from income tax compliance with taxpayers as variable intervening in KPP West Sumatera. Population in this research is officer tax KPP in West Sumatera to 4 KPP. Data used in research is obtained from questionnaire that fills by the tax. This research technique adoption of sample is using westination maximum likelihood sample which is totaled 100 samples. Hypothesis test used the structural equation modeling (SEM) which use the program analysis of moment structures (AMOS). Results of this study make it clear that the quality of service tax, sanction tax. The amount of the tax inspection and compliance taxpayers influence significantly to acceptance of the income tax. Quality of service tax, sanction tax and the amount of the tax examination effect significantly to taxpayer compliance. While quality tax, sanction taxation and the amount of examination influential significantly against revenue from income tax with compliance tax as variable intervening.

Kunci : quality of tax, sanction taxation, the number of tax auditing, obedience is obligatory taxes and revenue drom income tax

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu negara bisa dibilang berkembang dan negara maju dilihat dari pembangunan wilayahnya. Salah satu usaha untuk mewujudkan hal tersebut maka bangsa Indonesia harus memiliki pendapatan dan dalam APBN tercantum

bahwa salah satu pendapatan Indonesia berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar yang diperoleh bangsa Indosesia. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam bentuk kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh).

(2)

2 Upaya pemerintah untuk

meningkatkan penerimaan dengan merubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 yang sangat berpengaruh bagi wajib pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang. Dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak terutangnya dan pegawai pajak yang hanya berfungsi untuk mengawasi maka dapat menciptakan rasa kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi dari wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya.

Target penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sudah diturunkan sebesar Rp. 47 triliun dari target APBN 2013 menjadi sebesar Rp. 995,213 triliun, sepertinya masih sulit terealisasikan. Hal itu sudah tergambar dari penerimaan pajak yang baru tercetak sekitar 55,9% atau sebesar Rp. 556,35 triliun dari target yang dipatok pemerintah.( www.bppk.depkeu.go.id)

Kualitas pelayanan KPP (kantor pelayanan pajak) yang baik suatu hal yang dibutuhkan oleh wajib pajak yang mana semakin wajib pajak merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh KPP (kantor pelayanan pajak) maka wajib pajak akan merasa berkewajiban dan patuh untuk membayar pajaknya. Semakin patuh wajib pajak dalam membayar pajaknya maka akan semakin bagus. Hal ini mengisyaratkan bahwa kepuasan terhadap pelayanan pajak dapat menentukan kadar kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajaknya.

Selain pelayanan yang baik yang telah diberikan oleh petugas perpajakan terhadap wajib pajak, sanksi perpajakan juga sangat perlu ditegakkan karena dengan adanya sanksi perpajakan maka akan lebih meningkatkan lagi kemauan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya. Dengan adanya sanksi perpajakan maka akan memberikan efek jera bagi wajib pajak yang melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada perumusan masalah, secara umum penelitian ini memiliki berapa tujuan yaitu membuktikan secara empiris:

1. Untuk menganalisis kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan, jumlah pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.

(3)

3 2. Untuk menganalisis kualitas

pelayanan pajak, sanksi perpajakan dan jumlah pemeriksaan pajak terhadap terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Untuk menganalisis kualitas pelayanan pajak, sanksi perpajakan dan jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

LANDASAN TEORI 2.1 Pajak Penghasilan

Mengingat pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada warga negara dan warga negara asing, maka pemerintah mengharapkan kerja sama kepada warga negara untuk tingkat kepatuhan dan kesadarannya dalam membayar pajak sehingga pembangunan negara menjadi lancar.

Menurut pasal 1 Undang – Undang No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mendefenisikan Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Jadi, pengertian ini mengandung arti bahwa subjek pajak baru

dikenakan pajak penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dengan merubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 yang sangat berpengaruh bagi wajib pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang. Dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak terutangnya dan pegawai pajak yang hanya berfungsi untuk mengawasi maka dapat menciptakan rasa kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi dari wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya.

2.2 Kualitas Pelayanan Pajak

Jatmiko (2006) Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak).

(4)

4 Menurut Astuty (2011) Standar

Kualitas Pelayanan kepada Wajib Pajak akan terpenuhi apabila petugas menjalani tugasnya secara profesional. Maka Kantor-kantor pelayanan pajak harus melakukan segala cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan, karena diharapkan dengan meningkatnya kualitas pelayanan juga dapat meningkatkan pula tingkat kepatuhan Wajib Pajak, terutama Wajib Pajak badan sehingga akan meningkatkan pula penerimaan pajak khususnya PPh Pasal 25, karena setiap Wajib Pajak memiliki persepsi masing-masing dalam menentukan apakah kualitas pelayanan pada KPP yang bersangkutan.

2.3 Sanksi Perpajakan

Menurut Mardiasmo (2011) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Sanksi perpajakan akan dijatuhkan atau diberikan apabila wajib pajak melakukan tindakan pelanggaran, terutama pelanggaran atas kewajiban membayar pajaknya yang mana sudah ditentukan dalam Undang-Undang Perpajakan.

2.4 Jumlah Pemeriksaan Pajak

Menurut Undang – Undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Menurut Suandy (2011) pemeriksa pajak adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Sebelum pegawai pajak akan melakukan pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak baik itu pribadi atau badan, pegawai pajak di haruskan memperlihatkan tanda pengenal dan menunjukkan surat perintah pemeriksaan dari Direktur Jenderal Pajak yang mana sudah dijelaskan dalam pasal 29 Undang - Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Undang – Undang No16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 2 yaitu: Wajib

(5)

5 Pajak adalah orang pribadi atau badan,

meliputi pembayar pajak, pemotongan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000, dalam Rahayu (2010) mengatakan bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena

melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terhutang paling banyak 5%.

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

Nisa (2002) dalam Ibtida (2010) menyatakan bahwa pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak akan membangun image positif dalam diri Wajib Pajak, sehingga mereka tidak lagi jera berhubungan dengan aparatur pajak. Pelayanan perpajakan dilakukan melalui organisasi DJP, baik itu Kantor Pusat, Kantor Wilayah maupun di KPP.

Menurut Suandy (2011) sanksi perpajakan merupakan pembayaran kerugian kepada Negara, khususnya berupa bunga dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.

Tujuan utama pemeriksaan pajak adalah untuk menguji tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak, sehingga dari pemeriksaan pajak dapat diketahui tinggi rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak.

(6)

6 Kepatuhan wajib pajak memiliki

pengaruh yang kuat terhadap penerimaan pajak karena semakin wajib pajak patuh terhadap kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak akan semakin meningkat. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak maka salah satu upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah dengan menerapkan self assessment system, dimana self assessment system merupakan system yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak itu sendiri untuk menghitung sendiri pajak terutangnya.

Berdasarkan beberapa uraian ringkas tersebut maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H1 : Kualitas pelayanan pajak berpengaruh

positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

H2 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

H3 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

H4 : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. 2.6.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan

Pajak, Sanksi Perpajakan, Jumlah Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak yang tinggi akan mengakibatkan penerimaan pajak yang besar buat negara karena semakin banyak wajib pajak membayar pajaknya maka pajak yang diterima negara semakin besar.

Jumlah pemeriksaan pajak akan meningkat bila wajib pajak patuh dan taat dalam membayar kewajiban pajaknya karena semakin banyak wajib pajak membayar pajaknya maka jumlah pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas pajak akan meningkat. Kepatuhan wajib pajak meningkat disebabkan karena pelayanan yang baik yang telah diberikan oleh petugas pajak kepada wajib pajak. Selain pelayanan terbaik, sanksi perpajakan juga sangat perlu ditegakkan karena dengan adanya sanksi perpajakan maka akan menambah tingkat kepatuhan dari wajib pajak tersebut tetapi sanksi perpajakan juga benar-benar harus ditegakkan guna memberikan efek jera buat wajib pajak yang telah melanggar ketentuan perpajakan yang mana telah diatur dalam undang-undang perpajakan.

Berdasarkan beberapa uraian ringkas tersebut peneliti mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan didalam penelitian ini yaitu:

H5 : Kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(7)

7 H6 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif

yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

H7 : Jumlah pemeriksaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.6.3 Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Jumlah Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan melalui Kepatuhan Wajib Pajak sebagai Variabel Intervening

Pajak penghasilan merupakan pendapatan pajak yang terbesar oleh pemerintah dibanding dengan penerimaan pajak lainnya, seperti penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB), penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan lain – lain. Besarnya setiap penerimaan pajak tergantung dari tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya dan untuk meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan pajak guna memberikan kepuasan terhadap wajib pajak atas pelayanan pajak yang diberikan, selain itu sanksi pajak juga diperlukan ditegakkan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan beberapa uraian ringkas tersebut peneliti mengajukan

sebuah hipotesis yang akan dibuktikan didalam penelitian ini yaitu:

H8 : Kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

H9 : Sanksi pajak berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening. H10: Jumlah pemeriksaan pajak

berpengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening. 2.5 Model Kerangka Penelitian

Berdasarkan kepada landasan teori dan pengembangan hipotesis terdahulu maka dapat dibuat sebuah kerangka penelitian yang dapat dipedomani didalam tahapan pengolahan data. Secara umum model kerangka penelitian terlihat pada gambar I dibawah ini:

Gambar I

(8)

8 METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah KPP Pratama di Sumatera Barat, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 100 petugas yang berada dilingkungan KPP Pratama di Sumatera Barat yaitu dibidang seksi pengawasan dan konsultasi khususnya Account Representative (AR) yang menjadikan sampel dari penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan estimasi Maximum Likelihood sebesar 100 – 200 sampel. Peneliti akan mengambil sampel secara merata di tiap–tiap KPP yang masuk dalam lingkungan kerja Kantor Wilayah Dirjen Pajak Sumatera Barat.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data penelitian yang di peroleh langsung dari sumber asli dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada Account Representative (AR) yang berada di lingkungan KPP selaku responden

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Vaariabel

Pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa variabel yaitu:

3.3.1 Variabel Independen 1. Kualitas Pelayanan Pajak

Jatmiko (2006) Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang (dalam hal ini adalah wajib pajak). Respon dari responden direkam dengan 5 (lima) skala Likert mulai dari sangat kurang baik sampai dengan sangat baik.

2. Sanksi Perpajakan

Suandy (2011) Sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang perpajakan f(norma perpajakan) akan ditaati atau terpenuhi. Dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Respon dari responden direkam dengan 5 (lima) skala Likert mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

(9)

9 3. Jumlah Pemeriksaan Pajak

Menurut Undang – Undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Jadi jumlah pemeriksaan pajak adalah jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh petugas pajak. Respon dari responden direkam dengan 5 (lima) skala Likert mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

3.3.2 Variabel Dependen

Penerimaan Pajak Penghasilan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mendefenisikan Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Jadi, pengertian ini mengandung arti bahwa subjek pajak baru dikenakan pajak penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan.

Variabel ini diukur berdasarkan aspek penerimaan pajak dan diukur

menggunakan skala Likert yang berkaitan dengan 5 (lima) pilihan, yaitu : (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) Netral, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju.

3.3.3 Variabel Intervening Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2010) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Respon dari responden direkam dengan 5 (lima) skala Likert mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pungumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa orang petugas yang bekerja di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diwilayah sumatera barat. Proses pengumpulan informasi dan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.

4.2 Demografis Responden

Berdasarkan kepada data dan informasi yang telah dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dapat diklasifikasikan demografis responden seperti terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini yaitu:

(10)

10 Tabel 4.1 Demografis Responden Demografis Jumlah % Gender Laki – Laki 54 54 Perempuan 46 46 Umur 25 – 30 Tahun 38 38 31 – 35 Tahun 32 32 35 – 40 Tahun 20 20 > 40 Tahun 10 10 Pendidikan SMA 36 36 D3 49 49 S1 15 15

Pada tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berpartisipasi didalam penelitian ini bergender laki laki yaitu berjumlah 54 orang sedangkan responden perempuan berjumlah 46 orang. Jika dilihat dari tingkatan usia pada umumnya responden yang berpartisipasi didalam penelitian ini memiliki tingkatan usia 25 – 30 tahun yaitu berjumlah 38 orang, kelompok responden terbanyak kedua adalah mereka yang memiliki tingkatan usia antara 31 – 35 tahun yaitu berjumlah 32 orang. Hasil identifiasi data terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkatan pendidikan yaitu pendidikan SMA sebanyak 36 orang, pendidikan D3 sebanyak 49 orang dan pendidikan S1 sebanyak 15 orang.

4.3 Pengujian Hipotesis

Setelah seluruh variabel penelitian didukung oleh item pertanyaan yang valid, handal dan terbebas dari gajala asumsi klasik maka tahapan pengujian hipotesis dapat segera dilaksanakan. Tahapan pengujian statistik seperti terlihat pada tabel hasil pengujian dibawah ini:

Tabel 4.2

Regresion Weights Full Model

(11)

11 Pada tabel diatas terlihat bahwa

variabel memiliki nilai masing – masing diantaranya adalah sebagai berikut:

Hipotesis Pertama memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,011 atau (0,011 < 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 2,530 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Hipotesis kedua memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,005 atau (0,005 < 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 2,823 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Hipotesis ketiga memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,000 atau (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 7,409 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Hipotesis keempat memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,007 atau (0,007 < 0,05) dan nilai

t hitung > t tabel sebesar 2,710 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Hipotesis kelima memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,011atau (0,011 < 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 2,538 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hipotesis keenam memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,010atau (0,010< 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 2,592 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hipotesis ketujuh memiliki nilai P (probabilitas) kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 yang mana nilai P (probabilitas) sebesar 0,000atau (0,000< 0,05) dan nilai t hitung > t tabel sebesar 4,471 > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hipotesis kedelapan memiliki pengaruh langsung yang lebih besar dari pada pengaruh tidak langsung atau 0,052 > 0,014. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

(12)

12 kualitas pelayanan pajak berpengaruh tidak

signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

Hipotesis kesembilan memiliki pengaruh langsung yang lebih besar dari pada pengaruh tidak langsung atau 0,133 > 0,032. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

Hipotesis kesepuluh memiliki pengaruh langsung yang lebih besar dari pada pengaruh tidak langsung atau 0,433 > 0,066. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening.

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian hipotesis penelitian tentang “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening”, dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Kualitas pelayanan pajak terbukti secara signifikan positif mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, dengan koefisien estimate 0,052, nilai critkal rasio (CR) 2,530, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,011oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

2. Sanksi perpajakan terbukti secara signifikan positif mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, dengan koefisien estimate 0,133, nilai critkal rasio (CR) 2,823, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,005 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

3. Jumlah pemeriksaan pajak terbukti secara signifikan positif mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, dengan koefisien estimate 0,433, nilai critkal rasio (CR) 7,409, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,000 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

4. Kepatuhan wajib pajak terbukti secara signifikan positif mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan, dengan koefisien estimate 0,167, nilai critkal rasio (CR) 2,710, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,007 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

(13)

13 5. Kualitas pelayanan pajak terbukti

secara signifikan positif mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, dengan koefisien estimate 0,083, nilai critkal rasio (CR) 2,538, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,011 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

6. Sanksi perpajakan terbukti secara signifikan positif mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, dengan koefisien estimate 0,194, nilai critkal rasio (CR) 2,592, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,010 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

7. Jumlah pemeriksaan pajak terbukti secara signifikan positif mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, dengan koefisien estimate 0,392, nilai critkal rasio (CR) 4,471, dengan tingkat signifikan P (probabiltas) sebesar 0,000 oleh karena itu hipotesis ini dapat diterima.

8. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui variabel kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening, karena nilai pengaruh langsung sebesar 0,052 lebih besar dari pengaruh tidak langsung sebesar 0,014, sehingga hipotesis ini ditolak.

9. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui variabel kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening, karena nilai pengaruh langsung sebesar 0,133 lebih besar dari pengaruh tidak langsung sebesar 0,032, sehingga hipotesis ini ditolak.

10.Tidak terdapat pengaruh yang signifikan jumlah pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui variabel kepatuhan wajib pajak sebagai variabel intervening, karena nilai pengaruh langsung sebesar 0,433 lebih besar dari pengaruh tidak langsung sebesar 0,066, sehingga hipotesis ini ditolak.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil, oleh karena itu kepada peneliti yang akan datang diharapkan lebih diperhatikan untuk peneliti-peneliti selanjutnya, kelemahan peneliti antara lain:

1. Penggunaan media kuisioner atau angket, memiliki keterbatasan dan kelemahan yaitu perbedaan perseptual seseorang dalam menilai suatu variabel yang berdampak terhadap pembiasan, dimana peneliti tidak dapat

(14)

14 mengendalikan jawaban dari

responden.

2. Jumlah sampel penelitian masih relative kecil dapat berdampak terhadap rendahnya generalisasi dari temuan secara keseluruhan.

3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang dijelaskan di atas peneliti mengajurkan saran perbaikan untuk penelitian yang akan datang berikut ini: 1. Untuk peneliti yang akan datang dalam

pengumpulan data diharapkan dapat menggunakan metode lain seperti wawancara langsung atau menggunakan pendekatan lain yang seperti penilaian yang berhubungan dengan pekerjaan langsung, untuk menghindari bias perseptual.

2. Peneliti yang akan datang diharapkan dapat memperluas daerah penelitian untuk memperbesar populasi dan sampel sehingga dapat menjastifikasi penelitian ini secara baik.

3. Untuk penelitian yang akan datang diharapkan melakukan modifikasi dengan menambahkan faktor-faktor

baru yang dimungkinkan memiliki pengaruh yang baik terhadap penerimaan pajak penghasilan

DAFTAR PUSTAKA

Astuty, N.F. 2011. Pengaruh kualitas

pelayanan publik terhadap

penerimaan PPH pasal 25 yang dimoderasi oleh tingkat kepatuhan wajib pajak badan pada KPP Pratama Se-DKI Jakarta,

Direktorat Jendral Pajak 2008. Undang-undang nomor 36 tahun 2008. Google Indonesia, 2013. http://

www.bppk.depkeu.go.id.

Jatmiko, A. N. 2006. Pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Ibtida, Reisya. 2010. Pengaruh kesadaran wajib pajak dan pelayanan fiskus terhadap kinerja penerimaan pajak dengan kepatuhan wajib pajak sebagai variable intervening pada KPP Pratama Jakarta selatan. Mardiasmo. 2008. Perpajakan edisi revisi.

Yogyakarta : CV Andi Offset. Rahayu, S.K. 2010. Perpajakan Indonesia,

edisi pertama. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak, edisi kelima. Jakarta: Salemba.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa membran alginat yang mengandung antibiotik dapat digunakan sebagai media penyampaian obat topikal untuk luka terinfeksi,

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian adalah tingkat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis “Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan, dan Ukuran KAP secara simultan berpengaruh terhadap audit delay pada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan sekaligus manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dalam

and hypoglycemia in diabetes. Patterns of diabetic complications at Jimma University Specialized Hospital, Southwest Ethiopia. Kangralkar VA, Patil SD, Bandivadekar RM.

Jumlah layer yang digunkan pada jaringan syaraf tiruan ini mulai dari 1 hingga 5, dan hasilnya telah dibandingkan sehingga diperoleh hasil kesimpulan bahwa jaringan syaraf tiruan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan nilai karakter yang terdapat pada buku tematik siswa kelas IV tema 7 (Indahnya Keragamn di