• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai jumlah pembayaran dividen (dividend payout). Dividend payout

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai jumlah pembayaran dividen (dividend payout). Dividend payout"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan pada saat Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Jika seorang investor ingin mendapatkan dividen, maka investor tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan dividen yang berbeda-beda mengenai jumlah pembayaran dividen (dividend payout). Dividend payout dianggap penting bagi investor karena beberapa alasan, pertama investasi saham yang dilakukan pemegang saham akan terus bertambah mengingat pertumbuhan perusahaan yang meningkat dari waktu ke waktu. Berikutnya, tentunya pemegang saham akan memperoleh pendapatan (dividend yield) dan selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Pada umumnya pemegang saham menginginkan dividen yang relatif stabil dari tahun ke tahun karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan investasi. Selain itu investor juga secara umum tidak menyukai risiko (risk averse) dan lebih baik mendapatkan dividen pada saat ini dibandingkan mengharapkan perubahan harga saham dan dividen dimasa yang akan datang. Dividen dapat dianggap sebagai bukti bahwa keuangan perusahaan sedang dalam kondisi baik. Perusahaan yang

(2)

selalu membayar dividen, akan mendapatkan pandangan negatif apabila mereka menurunkan dividend payoutnya (artikel why dividend matters investors dalam www.investopedia.com). Sebaliknya, apabila perusahaan meningkatkan dividend payout, atau memberikan pembayaran tambahan, perusahaan akan mendapatkan respon positif dari investor. Dalam kasus perusahaan yang tidak memiliki sejarah pembayaran dividen, mereka umumnya akan direspon positif oleh investor setelah mereka mengumumkan pembagian dividen (artikel why dividend matters investors dalam www.investopedia.com). Beberapa peneliti lain melakukan survei ke sejumlah manajer keuangan untuk mengetahui pendapat mereka mengenai kebijakan dividen. Poin-poin penting dari hasil survei menyebutkan bahwa para manajer sangat enggan untuk melakukan perubahan dividen. Dalam kasus seperti ini, manajer akan memilih untuk mencari sumber dana lain untuk mempertahankan tingkat dividend payout. Untuk menghindari risiko pengurangan dividen, manajer cenderung untuk menstabilkan pembayaran dividen dalam jangka panjang.

Perusahaan yang membagikan dividen tentunya perusahaan yang mengalami keuntungan. Namun kenyataannya ada beberapa perusahaan yang tidak membagikan dividen walaupun perusahaan dalam keadaan menguntungkan. salah satu diantaranya karena pembagian dividen bagi perusahaan akan mengurangi sumber dana internalnya. Jika perusahaan tidak membagikan dividen, bagian laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen, disimpan sebagai laba ditahan (Retained Earning) untuk tujuan investasi kembali (Reinvestment). Selain disimpan sebagai laba tahan, keuntungan perusahaan akan disimpan sebagai

(3)

cadangan perusahaan, yang terbagi ke dalam: (1) Cadangan ekspansi (2) Cadangan modal kerja (3) Cadangan selisih kurs (4) Cadangan Umum (cadangan untuk hal atau kejadian tidak terduga). Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lalu atau dari tahun berjalan.

Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai kemungkinan disebabkan perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk membiayai investasi ataupun proyek perusahaan di masa yang akan datang. Biasanya perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai termasuk ke perusahaan yang dalam tahap pertumbuhan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat cenderung tidak membayar dividen atau membayar dividen yang rendah, setelah perusahaan berubah ke tahap dewasa, barulah pembayaran dividen dinaikkan. Selain pembagian dividen dalam bentuk tunai, alternatif yang paling sering dilakukan adalah dividen dalam bentuk saham. Perusahaan yang membagikan dividen saham biasanya perusahaan tersebut mengalami kekurangan kas. Pembagian dividen saham sesungguhnya tidak menyebabkan kekayaan perusahaan berkurang. Nilai aset bersih perusahaan, tetap seperti sebelum pembagian dividen. Tindakan perusahaan membayar dividen merupakan bentuk komitmen jangka panjang terhadap dividen dimasa yang akan datang. Pengurangan dividen memberikan sinyal buruk terhadap keadaan perusahaan kedepannya. Dalam praktiknya ada beberapa perusahaan yang mengalami kerugian namun tetap membagikan dividen kepada pemegang saham. Praktik tersebut disebut “window dressing”. Dengan melakukan window dressing, perusahaan berharap mendapat respon positif dari pasar dan kepercayaan pemegang saham. Namun praktik ini tidak akan bertahan

(4)

lama, karena dengan seiring dengan berjalannya waktu para pemegang saham dan pasar akan mengetahui bahwa kinerja perusahaan sedang tidak sehat atau dengan kata lain memiliki prospek yang buruk.

Berdasarkan teori signaling/information content perubahan pada dividend payout (pembayaran dividen) mengandung informasi mengenai keadaan perusahaan saat ini dan keadaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu baik perusahaan maupun para pemegang saham perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu dividend payout yang diukur dengan menggunakan dividend payour ratio.

Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio di Industri Manufaktur. Salah satu Industri yang terdaftar di BEI adalah Industri Manufaktur yang meliputi: (1) sektor industri dasar dan kimia (2) sektor aneka industri dan (3) sektor industri barang konsumsi. Industri Manufaktur merupakan kelompok emiten terbesar yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia di bandingkan dengan industri lainnya, serta memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan perekonomian yang terjadi di indonesia maupun didunia. Selain itu Industri Manufaktur memiliki serapan tenaga kerja yang paling banyak dan memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap Produk Domestik Produk (Ir. Bambang Prijambodo dalam artikel www.bappenas.go.id). Produk domestik Bruto (PDB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

(5)

seluruh unit ekonomi. Berikut grafik pertumbuhan ekonomi indonesia dan pertumbuhan Industri Manufaktur periode 2010-2013.

Sumber : www.bps.com yang diolah www.setneg.go.id

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Industri Manufaktur Periode 2010-2013

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi indonesia mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 6,5% dan mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 6,2% dan tahun 2013 sebesar 6,01%. Sedangkan industri manufaktur mengalami pergerakan fluktuatif dan berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia. Meskipun begitu pada tahun 2013, industri manufaktur mengalami kenaikan sebesar 6,01% diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia.

Peningkatan perekonomian indonesia pada tahun 2011 merupakan pencapaian tertinggi pasca krisis tahun 1997. Pada tahun 2011, stabilitas makroekonomi indonesia terjaga, inflasi dapat ditekan, stabilnya kondisi politik dalam negeri dan terjaganya volatilitas nilai tukar (LPI Bank Indonesia, 2011).

6.1 6.5 6.2 5.8 4.45 5.56 4.12 6.01 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Industri Manufaktur Periode 2010-2013

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan Industri Manufaktur

(6)

Hal tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan industri tradables yang salah satunya adalah industri manufaktur yang ikut mengalami kenaikan signifikan dari tahun sebelumnya.

Berbagai peningkatan yang terjadi pada tahun 2011, nyatanya tidak berlangsung lama. Pada tahun 2012 kinerja ekspor indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut salah satunya disumbang oleh industri manufaktur seperti sektor barang karet olahan, kimia, logam dasar, elektronik, dan tekstil. Kinerja ekspor industri manufaktur tersebut sejalan dengan turunnya nilai ekspor negara-negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, China,dan India (LPI Bank Indonesia, 2012).

Pertumbuhan perekonomian pada tahun 2013 masih menurun, hal tersebut terjadi karena adanya persepsi negatif investor asing terhadap tekanan inflasi yang sempat terjadi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Berbanding terbalik dengan keadaan industri manufaktur yang mengalami kenaikan di beberapa subsektor industri, terutama industri kimia dasar, bahan kimia, dan barang dari bahan kimia sebesar 8,86 persen, industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak, dan lemak sebesar 5,39 persen, dan industri mesin, listrik, elektronik, dan perlengkapannya sebesar 5,04 persen. Kenaikan tersebut tidak berlangsung merata karena ada sektor yang mengalami penurunan seperti industri logam dasar sebesar 1,4 persen dan industri kertas, barang dari kertas, dan cetakan 1,05 persen (Kepala BPS Suryamin dalam www.kemenprin.go.id).

Industri manufaktur merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2010-2013

(7)

dibandingkan sektor lain yang terdaftar di BEI). Selama periode 2010-2013, dari total 137 perusaahaan yang ada di Industri Manufaktur, tercatat ada sebanyak 28 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen dalam bentuk tunai (dividend cash) kepada para pemegang sahamnya. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai atau rasio antara dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income) pada tahun buku tersebut. Artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu kebijakan dividen menjadi penting dalam menentukan besarnya dividend payout ratio. Berikut grafik rata-rata dividend payout ratio Industri Manufaktur Periode 2010-2013.

Sumber : www.idx.com yang diolah

Grafik 1.2 Grafik rata-rata Dividend Payout Ratio Periode 2010-2013 Gambar 1.2 menunjukkan nilai rata-rata dividend payout ratio Industri Manufaktur yang mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 38,84% dan

47.44 35.72 37.92 54.57 0 10 20 30 40 50 60 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Dividend payout ratio

Dividend payout ratio

(8)

2012 sebesar 33,52% dan kembali meningkat pada tahun 2013 sebesar 54,41%. Kenaikan dan penurunan dividend payout ratio mengandung informasi keadaan manajemen perusahaan saat ini dan keadaan laba dimasa yang akan datang (Magginson L. William,1997).

Tujuan perusahaan membagikan dividen tunai adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham namun perusahaan-perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan. contohnya adalah PT Priyadama Farma Tbk tidak membagikan dividen pada tahun 2011. Laba yang diperoleh dipergunakan untuk belanja modal, peningkatan kapasitas pabrik, menambah fasilitas produksi dan untuk pengembangan sejumlah produk baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio adalah profitabilitas, firm size, likuiditas, growth opportunity, financial leverage, firm risk dan previous year dividend (Penelitian Maladjian dan El Khoury, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, financial leverage, likuiditas, firm size, dan growth opportunity.

Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan untuk menganalisis kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Ada beberapa alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas (Jaja suteja dan

(9)

Ardi Gunardi, 2012), antara lain gross profit margin, net profit margin, return on asset, dan return on equity. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).

ROA digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan efisien dan efektif memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena mampu menunjukkan efektivitas dan keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan atau laba. Aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaaan. Sedangkan ROE Berikut rata-rata return on asset Industri Manufaktur periode 2010-2013.

Grafik 1.3 Rata-rata Return on Asset Industri Manufaktur periode 2010-2013

Sumber : www.idx.com yang diolah

Grafik 1.3 Grafik rata-rata ROA dan ROE Periode 2010-2013

Grafik 1.3 menunjukkan return on asset (ROA) industri manufaktur mengalami fluktuatif. Pada tahun 2011 turun sebesar 15,74% , kemudian tahun

36.73 16.85 17.8 15.13 0 10 20 30 40 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Return on asset

(10)

2012 naik menjadi 18,15% dan turun kembali pada tahun 2013 sebesar 13,15%. kenaikan ROAdiduga disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan dan meningkatnya total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan penurunan return on asset diduga karena menurunnya laba bersih perusahaan dan menurunnya jumlah total aktiva perusahaan.

Faktor selanjutnya adalah likuiditas. Dividen berkaitan erat dengan arus kas perusahaan, salah satu cara untuk mengukur arus kas dengan menggunakan likuiditas. Pembayaran dividen tergantung pada arus kas perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (J.B. Maverick, 2015). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian adalah current ratio. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana utang lancar ditutupi oleh aktiva yang diharapkan lebih mudah dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Berikut grafik rata-rata current ratio periode 2010-2013.

Sumber : www.idx.com yang diolah

Gambar 1.5 Grafik Rata-rata Operating Cash Flow Periode 2010-2013

Gambar 1.5 menunjukkan bahwa rata-rata current ratio mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 327,77%, dan mengalami penurunan di tahun

4.53 4.58 4.77 4.79 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Operating Cash Flow

(11)

2012 sebesar 297,44% dan tahun 2013 sebesar 248,48%. Penurunan current ratio kemungkinan disebabkan jumlah utang lancar meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar. Sebaliknya kenaikan current ratio diduga disebabkan oleh naiknya jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Secara umum, investor ingin melihat current ratio yang tinggi. Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan mulai membayar kewajibannya (utang) secara perlahan, yang perusahaan lakukan adalah meminjam dana dari bank, atau mencari sumber dana lain, akibatnya jumlah utang perusahaan akan meningkat. Jika utang lancar meningkat lebih cepat daripada aktiva lancar maka current ratio akan menurun, dan ini bisa menyebabkan masalah. Karena current rasio menunjukkan sejauh mana utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan dapat ditutupi oleh aset dan dengan cepat dikonversikan ke dalam uang tunai, current ratio dari perspektif pemegang saham. current ratio yang tinggi berarti perusahaan memiliki banyak uang yang tersimpan dalam aset non produktif (tidak produktif), seperti kelebihan uang tunai atau surat berharga. Atau mungkin tingginya current ratio dikarenakan persediaan perusahaan yang banyak, diduga produk sudah mulai rusak sebelum bisa dijual. Dengan demikian, pemegang saham mungkin tidak ingin current ratio yang tinggi.

Faktor berikutnya adalah financial leverage. financial leverage menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian aktiva perusahaan. Perusahaan menggunakan rasio leverage dengan tujuan agar dapat mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Beberapa penelitian menemukan bahwa ukuran perusahan memiliki pengaruh besar terhadap financial

(12)

leverage, karena perusahaan besar memiliki mudah mendapatkan pinjaman dibandingan perusahaan kecil. Untuk menganalisis sejauh mana utang dapat mempengaruhi pembayaran dividen, rasio financial leverage yang digunakan adalah debt to total asset (DTA) dan debt to equity (DER). Beberapa penelitian menemukan bahwa perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi cenderung membayar dividen yang lebih rendah karena perusahaan berkomitmen untuk membayar hutang mereka, yang akhirnya membatasi pembagian dividen. Rasio financial leverage yang digunakan adalah Debt to total asset menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Berikut grafik rata-rata debt to total asset ratio Industri Manufaktur Periode 2010-2013.

Sumber : www.idx.com yang diolah

Gambar 1.6 Grafik Rata-rata Debt to Equity dan Debt to Total Asset Periode 2010-2013

Gambar 1.6 menunjukkan debt to total asset mengalami penurunan terus menerus dari tahun 2011-2012. Dan mengalami kenaikan pada tahun 2013. Penurunan debt to total asset diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah total

79.25 73.63 74.15 77.34 50.72 36.56 36.65 42.79 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Debt to Equity dan Debt to Total Asset

Debt to Equity Debt to total asset

(13)

aktiva atau menurunnya utang perusahaan. Sebaliknya peningkatan debt to total asset diduga karena menurunnya jumlah total aktiva atau meningkatnya utang perusahaan.

Faktor berikutnya adalah firm size atau ukuran perusahaan. Firm Size merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Firm size biasanya diukur dengan dengan total aktiva, log size, harga pasar saham dan lain-lain (Gill dan Biger, 2010). Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Selain itu firm size turut menentukan tingkat kepercayaan pemegang saham. Semakin besar perusahaan, maka semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Bahkan perusahaan besar yang memiliki total aktiva dengan nilai aktiva yang cukup besar yang dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Berikut rata-rata firm size Industri Manufaktur tahun 2010-2013.

Sumber : www.idx.com yang diolah

Gambar 1.4 Grafik Rata-rata Firm Size Periode 2010-2013 14.59 14.88 15.04 15.15 14.2 14.4 14.6 14.8 15 15.2 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Firm Size

(14)

Gambar 1.4 menunjukkan bahwa rata-rata firm size industri manufaktur dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan., tahun 2011 sebesar 14,63%, tahun 2012 sebesar 15,04% dan tahun 2013 sebesar 15,24%. Hal ini menunjukkan perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri manufaktur mengalami penambahan jumlah total aktiva setiap tahunnya dengan kata lain kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut selalu menambah investasi baik pada aktiva lancar maupun pada aktiva tetap.

Faktor terakhir yaitu growth opportunity atau kesempatan pertumbuhan, growth opportunity merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang (Andriana, 2007) atau Growth opportunity merupakan peluang perusahaan untuk mendapatkan investasi yang menguntungkan. Apabila perusahaan dihadapkan dalam kondisi tersebut perusahaan akan memilih investasi yang memiliki net present value yang positif. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton dkk, 1989). Dalam penelitian ini tingkat pertumbuhan growth diukur dengan sales growth. Sales growth mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang sales growth juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Sales growth didefinisikan sebagai perubahan penjualan pertahun atau menyatakan sales growth adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari

(15)

waktu ke waktu (Kesuma, 2009). Berikut rata-rata, Sales Growth Industri Manufaktur tahun 2010-2013.

Sumber : www.idx.com yang diolah

Gambar 1.4 Grafik rata-rata Sales Growth Periode 2010-2013

Gambar 1.5 menunjukkan sales growth mengalami kenaikan pada tahun 2011, namun pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan. Peningkatan sales growth menunjukkan bahwa perusahaan meningkatkan jumlah produksi yang meningkatkan tingkat penjualan perusahaan. Namun penjualan yang tinggi tidak menandakan profit yang tinggi pula. Peningkatan sales growth kemungkinan dikarenakan perusahaan memperoleh pelanggan baru atau menciptakan produk baru dan mungkin juga disebabkan oleh perubahan harga pokok penjualan dan sebaliknya sales growth dikarenakan beralihnya pelanggan/berkurangnya pelanggan, penurunan jumlah produksi barang dan perubahan harga produk. (The Business Ferret LLC, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap masalah-masalah tersebut, selanjutnya dituangkan dalam bentuk laporan dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG

11.78 15.91 17.2 1.97 0 5 10 15 20 2010 2011 2012 2013

Rata-rata Sales Growth

(16)

MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Identifikasi masalah merupakan fenomena-femonena yang menjadi topik utama penelitian, sedangkan rumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang harus dijawab oleh peneliti.

1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang teridentifikasi di Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan-perusahaan dalam Industri Manufaktur pada periode 2010-2013 memiliki kebijakan dividen yang berbeda-beda mengenai dividend payout ratio.

2. Perusahaan-perusahaan dalam Industri Manufaktur pada periode 2010-2013 tidak semua membagikan dividen.

3. Pertumbuhan Industri Manufaktur mengalami fluktutif dari tahun 2010-2013 dan masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia.

4. Rata-rata Dividend payout ratio di Industri Manufaktur fluktuatif dari tahun 2010-2013.

5. Rata-rata Return on Asset di Industri Manufaktur mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2013.

(17)

6. Rata-rata Operating Cash Flow di Industri Manufaktur mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2013.

7. Rata-rata Debt to Total Asset di Industri Manufaktur mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2013.

8. Rata-rata Firm size di Industri Manufakturmengalami kenaikan dari tahun 2010-2013.

9. Rata-rata Sales Growth di Industri Manufaktur mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2013.

1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana profitabilitas pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

2. Bagaimana cash flow pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

3. Bagaimana financial leverage pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

4. Bagaimana firm size pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

5. Bagaimana growthopportunity pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

(18)

6. Bagaimana dividend payout ratio pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

7. Seberapa besar pengaruh profitabilitas, cash flow, financial leverage, firm size, dan growth opportunity terhadap dividend payout ratio pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Profitabilitas pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

2. Cash flow pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

3. Financial leverage pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

4. Firm size pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

5. Growthopportunity pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

6. Dividend payout ratio pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

7. Besarnya pengaruh profitabilitas, cash flow, financial leverage, firm size, dan growth opportunity terhadap dividend payout ratio pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.

(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun hasil dari peneltian ini diharapkan memberikan kegunaan dari kontribusi sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

a. Dapat memahami lebih dalam mengenai materi-materi manajemen keuangan terutama tentang dividend payout ratio dan kebijakan dividen.

b. Dapat mengetahui kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur.

c. Dapat mengetahui pentingnya dividend payout ratio dalam suatu perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti profitabilitas, cash flow, financial leverage, firm size, dan growth opportunity.

2. Bagi Perusahaan

a. Menjadi bahan referensi bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan dividen yang dapat mempengaruhi dividend payout ratio.

b. Mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan dividend payout ratio pada perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur. c. Mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan profitabilitas,

cash flow, financial leverage, firm size, dan growth opportunity di perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur.

(20)

a. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang saham untuk melakukan investasi di perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur. b. Mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan dividend payout

ratio pada perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur. c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio

seperti profitabilitas, cash flow, financial leverage, firm size, dan growth opportunity di perusahaan-perusahaan yang ada di Industri Manufaktur.

Gambar

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Industri Manufaktur  Periode 2010-2013
Grafik 1.2 Grafik rata-rata Dividend Payout Ratio Periode 2010-2013  Gambar  1.2  menunjukkan  nilai  rata-rata  dividend  payout  ratio  Industri  Manufaktur  yang  mengalami  penurunan  pada  tahun  2011  sebesar  38,84%  dan
Grafik 1.3 Rata-rata Return on Asset   Industri Manufaktur periode 2010-2013
Gambar 1.5 Grafik Rata-rata Operating Cash Flow Periode 2010-2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

- pela^/anan mkan dan xrin'oa di kamar - peznbersihan dan iaslsngkapi kanar rnndi - pengezekan barang barang milik hotel - pelayanan tanbahan periointaan tarn

Untuk melakukan peramalan permintaan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :.. Gabungan pendapat

Single Line Diagram Transmisi Sistem Bangka... Rincian Panjang Penghantar

I would like to thank International Association of Organizational Innovation, Chang Jung Christian University, College of Management, Taiwan, Chang Jung Christian

Prioritas pemanfaatan ruang pada ruang yang dorong perkembangannya menjadi diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Dampak Sosial Perubahan Tata Kelola Sumur Tua Dan

Selain itu, pelatihan Edmodo dapat dilakukan secara online dengan cara pengiriman tugas guru berupa pembuatan kuis maupun gradebook yang hasilnya dapat diakses

Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang berupa struktur kepemilikan, debt covenant , growth opportunities , dan ukuran perusahaan