• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS SEKTORAL

PDRB KABUPATEN SUMENEP

TAHUN 2011

Kerjasama :

BADAN PUSAT STATISTIK KAB. SUMENEP DAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAB. SUMENEP

(3)

ANALISIS SEKTORAL

PDRB KABUPATEN SUMENEP

TAHUN 2011

Katalog BPS : 9302008.3529 Ukuran Buku : A4 (21 cm x 29 cm)

Jumlah Halaman : viii + 46

Naskah : Badan Pusat Statistik Kab. Sumenep Penyunting : Badan Pusat Statistik Kab. Sumenep

Diterbitkan Oleh : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sumenep

(4)

KATA PENGANTAR

Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sumenep yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep setiap tahunnya menghasilkan dua tabel pokok, yakni PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Berdasarkan tabel pokok tersebut, dapat disajikan pula tabel-tabel turunan sehingga dapat menganalisa lebih lanjut mengenai potensi ekonomi wilayah Kabupaten Sumenep, peranan masing-masing lapangan usaha/sektor ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi, dan sumber pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Sumenep.

Hasil analisis sederhana tentang perekonomian Kabupaten Sumenep selama lima tahun terakhir tersaji dalam publikasi ini yang merupakan hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumenep. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai perkembangan ekonomi Kabupaten Sumenep, sehingga dapat dievaluasi oleh pelaku ekonomi baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sebagai bahan perencanaan pembangunan dan berbagai kajian ekonomi regional lainnya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak. Untuk peningkatan mutu penyusunan dan penyajian dimasa mendatang, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Sumenep, Oktober 2012 Kepala BPS Kabupaten Sumenep

Ir. Endang Sulastri, MT

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Landasan Hukum ...

1.3. Maksud dan Tujuan ...

1.4. Sumber Data ...

II. PENJELASAN UMUM

2.1. Siklus Kegiatan Ekonomi ...

2.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha ...

2.3. Penyajian ...

III. KONSEP DAN DEFINISI

3.1. Konsep Domestik dan Regional ...

3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 3.3. Barang dan Jasa ...

3.4. Output ...

3.5. Biaya Antara (Input Antara) ... 3.6. Nilai Tambah ... IV. METODOLOGI 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Primer ... 4.1.2. Data Sekunder ... 4.2. Penghitungan PDRB

4.2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 4.2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 4.2.3. Peranan Sektoral dan Angka Indeks ...

iii iv vi vii viii 1 2 2 2 3 4 5 6 7 7 8 8 8 10 10 10 11 12

(6)

V. URAIAN SEKTORAL

5.1. Sektor Pertanian ... 5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 5.3. Sektor Industri Pengolahan ... 5.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 5.5. Sektor Bangunan ... 5.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 5.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 5.9. Sektor Jasa-jasa ...

VI. ANALISIS SEKTORAL

6.1. Potensi Ekonomi Wilayah ... 6.2. Struktur Perekonomian ... 6.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 6.4. Sumber Pertumbuhan Ekonomi ... 6.4. Tingkat Perubahan Harga ...

PENUTUP ... LAMPIRAN ... 13 15 15 16 17 17 18 21 23 26 27 29 32 33 36 38

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 ... Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 ... Tabel 3. Indeks Harga Implisit PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 ... 26 30 34

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Perekonomian Tertutup ... Gambar 2. Nilai PDRB Kab. Sumenep Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar

Harga Konstan 2000 tahun 2009-2011 ... Gambar 3. Distribusi Persentase PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2011 ... Gambar 4. Distribusi Persentase PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007-2011 ... Gambar 5. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 ... Gambar 6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha

di Kabupaten Sumenep ... Gambar 7. Laju Pertumbuhan Indeks Implisit PDRB Kab. Sumenep Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 ... 3 27 28 31 31 32 35

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2007-2011 ... Lampiran 2. PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Tahun 2007-2011 ... Lampiran 3. Distribusi Persentase PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011 ... Lampiran 4. Distribusi Persentase PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011 ... Lampiran 5. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 ... Lampiran 6. Sumber Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2007-2011 ... Lampiran 7. Indeks Harga Implisit PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2011 ... Lampiran 8. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit PDRB Kab. Sumenep

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 ... 38 39 40 41 42 43 45 46

(10)

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Pada tahun 1999 melalui Undang-undang nomor 22 dan 25 tentang Otonomi Daerah, pemerintah daerah telah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan pembangunan daerahnya masing-masing. Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih mengetahui dan memahami kondisi, situasi, potensi dan kebutuhan spesifik daerahnya, maka perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan, diharapkan akan lebih tepat sasaran.

Pemberlakuan Otonomi Daerah semakin diperkuat dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur serta menyelengarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan mengembangkan potensinya dan dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi masing-masing daerah.

Prioritas pembangunan nasional adalah pembangunan ekonomi yang didefinisikan sebagai rangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Secara makro, keberhasilan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah digambarkan oleh pertumbuhan ekonominya.

Penentuan target pembangunan ekonomi tersebut tentunya harus melihat kondisi atau tingkat pencapaian sampai dengan saat ini, dan usaha atau program pembangunan yang akan dilakukan untuk merealisasikan target tersebut. Pernyataan mengenai target yang ingin dicapai dan tingkat pencapaian sampai saat ini tentunya membutuhkan suatu alat ukur atau indikator berupa data statistik. Dengan demikian tingkat pencapaian program pembangunan dapat selalu dimonitor dan dievaluasi. Untuk keperluan tersebut, maka diperlukan suatu ukuran/besaran yang dapat menggambarkan situasi ekonomi, yaitu dengan menghitung pendapatan regional melalui penghitungan Produk Domestik

(11)

Regional Bruto (PDRB) dan menganalisa sektor-sektor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep.

1. 2. Landasan Hukum

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. c. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik (BPS). d. Peraturan Kepala BPS Nomor 7 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi BPS.

1. 3. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan landasan hukum diatas, maka BPS Kabupaten Sumenep disamping melakukan penghitungan dan penyusunan PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2011, juga melakukan analisis sederhana terhadap masing-masing sektor ekonomi dengan maksud untuk mengetahui struktur dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep serta perkembangannya antar waktu. Sedangkan tujuan akhir dari publikasi ini adalah tersedianya data statistik PDRB Kabupaten Sumenep dan analisis sektoral yang sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan khususnya bidang ekonomi dan sekaligus mengevaluasi hasilnya.

1. 4. Sumber Data

Data dasar untuk penghitungan dan penyusunan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sumenep Tahun 2011 diperoleh dari berbagai sumber sebagai berikut:

1. Data sekunder yang diperoleh dari lembaga/instansi pemerintah maupun swasta di Kabupaten Sumenep.

2. Survei khusus baik yang bersifat pengumpulan data primer maupun sekunder.

(12)

BAB 2. PENJELASAN UMUM

2. 1. Siklus Kegiatan Ekonomi

Transaksi ekonomi yang dilakukan masyarakat, secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok produsen dan konsumen. Transaksi yang terjadi antara kedua kelompok dalam siklus perekonomian yang tertutup atau daerah yang tidak melaksanakan transaksi dengan daerah lain, secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaliknya kelompok konsumen membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh kelompok produsen. Kelompok konsumen memiliki faktor produksi yakni tanah, tenaga, modal dan kewiraswastaan/skill, yang diberikan pada perusahaan dan menerima balas jasanya berupa sewa tanah, upah dan gaji, bunga modal dan keuntungan. Balas jasa yang diterima tersebut disebut nilai tambah, yang selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Transaksi dari kedua kelompok ini berkesinambungan, sehingga membentuk suatu siklus perekonomian.

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa aliran barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan akan sama dengan aliran uang yang diterima oleh rumah tangga, dan juga sama dengan besarnya nilai uang yang dibelanjakan oleh rumah tangga. Dengan melihat siklus ekonomi diatas, dapat dijelaskan bahwa Pendapatan Regional adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus Perekonomian Wilyah Tertutup Faktor-faktor produksi (Tanah, Tenaga, Modal, Skill)

Balas jasa faktor produksi (Sewa Tanah, Upah, Bunga, Keuntungan)

Pengeluaran Konsumsi (Arus Uang)

Barang dan jasa (Arus Barang)

Perusahaan Rumah Tangga

(13)

- Jika dilihat dari segi produksi (disebut produk regional) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

- Jika dilihat dari segi pendapatan (disebut pendapatan regional) merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

- Jika dilihat dari segi pengeluaran (disebut pengeluaran regional) merupakan jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

2. 2. PDRB Menurut Lapangan usaha

Kegiatan ekonomi yang terjadi disuatu daerah beranekaragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang beragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama. Pengelompokan kegiatan ekonomi sering pula disebut Klasifikasi Sektor Lapangan Usaha. Keseragaman klasifikasi diperlukan dalam rangka keterbandingan antara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu dapat dilakukan.

Dalam upaya memperoleh keterbandingan data yang dihasilkan oleh berbagai negara, PBB menerbitkan publikasi mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha yaitu

International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC). PBB

membagi lapangan usaha kedalam sepuluh sektor. BPS melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang berlaku di Indonesia menjadi sembilan sektor dengan menerbitkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang menjadi pegangan bagi pengumpulan statistik di Indonesia.

Dalam penyusunan pendapatan nasional ataupun pendapatan regional di Indonesia, sektor ekonomi dibagi kedalam 9 sektor ekonomi yang terdiri dari:

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Konstruksi/Bangunan

(14)

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

2. 3. Penyajian

Hasil penghitungan dan penyusunan PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2011, dipublikasikan dalam bentuk uraian yang dilengkapi dengan tabel dan grafik. Disamping uraian tentang kondisi ekonomi saat ini, sebagai perbandingan juga disajikan angka-angka PDRB pada tahun-tahun sebelumnya.

Hasil penghitungan PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2011, disusun menjadi 2 tabel pokok yakni PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Disamping itu juga disajikan dalam bentuk tabel-tabel turunan dari kedua tabel pokok diatas sebagai bahan analisis sektoral. Tabel-tabel turunan tersebut terdiri dari :

a. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku,

b. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000,

c. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha,

d. Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha, dan e. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Sumenep Menurut

(15)

BAB 3. KONSEP DAN DEFINISI

3. 1. Konsep Domestik dan Regional

Wilayah perekonomian yang dimaksud dalam penghitungan pendapatan regional adalah wilayah Kabupaten Sumenep, sehingga transaksi ekonomi yang dicatat adalah transaksi yang terjadi dalam wilayah domestik dan transaksi yang dilakukan oleh masyarakat daerah Kabupaten Sumenep.

a. Produk Domestik dan Produk Regional

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Kabupaten Sumenep, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk wilayah Kabupaten Sumenep, adalah merupakan produk domestik daerah Kabupaten Sumenep. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan Pendapatan Domestik.

Produk Regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar daerah Kabupaten Sumenep. Jadi, Produk Regional Kabupaten Sumenep merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah Kabupaten Sumenep.

b. Penduduk

Penduduk adalah individu-individu atau rumah tangga yang bertempat tinggal di wilayah domestik Kabupaten Sumenep, kecuali:

- Wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) daerah lain yang tinggal di wilayah domestik Kabupaten Sumenep kurang dari 6 bulan yang bertujuan untuk bertamasya atau berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga, pertandingan olah raga, konferensi atau pertemuan lainnya, dan kunjungan dalam rangka belajar atau melakukan penelitian.

- Awak kapal laut dan pesawat udara luar daerah yang kapalnya sedang masuk dok atau singgah di Kabupaten Sumenep.

(16)

- Pengusaha daerah lain yang berada di daerah Kabupaten Sumenep kurang dari 6 bulan, pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan daerah lain yang berada di wilayah Kabupaten Sumenep kurang dari 6 bulan.

- Pekerja musiman dan bekerja di wilayah Kabupaten Sumenep yang bertujuan sebagai pegawai musiman saja.

- Anggota Korps Diplomatik, Konsulat, yang ditempatkan di wilayah Kabupaten Sumenep.

- Pegawai badan internasional/nasional yang bukan penduduk daerah Kabupaten Sumenep yang melakukan misi kurang dari 6 bulan.

Orang-orang tersebut diatas dianggap sebagai penduduk dari negara atau daerah dimana dia biasanya bertempat tinggal.

3. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, umumnya dalam satu tahun kalender. Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa.

Dalam penghitungannya nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga produsen. Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB subsektor perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan.

3. 3. Barang dan Jasa

Barang adalah produksi beberbentuk fisik yang dapat diraba dan dilihat, sedangkan jasa adalah produksi yang tidak dapat diraba dan dilihat. Barang dan jasa diproduksi melalui suatu proses produksi atas partisipasi faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan wiraswasta. Proses produksi didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai, kegunaan atau manfaat baru dari suatu barang dan jasa.

Pada dasarnya barang dan jasa digunakan sebagai bahan dan alat, baik oleh rumah tangga maupun produsen. Disebut sebagai bahan apabila habis dipakai selama proses produksi dan sebagai alat apabila dipakai berulang-ulang dalam proses produksi. Semua

(17)

jasa pada umumnya habis sekali dipakai dalam proses produksi maupun konsumsi. Barang yang diproduksi/digunakan dapat dibedakan antara barang tahan lama dan barang tidak tahan lama.

3. 4. Output

Output adalah nilai hasil produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu periode tertentu meliputi baik produksi utama, produksi ikutan maupun produksi sampingan. Secara teknis penghitungan, output adalah hasil perkalian antara produksi dengan harga. Barang dan jasa yang diproduksi selama satu periode tertentu sebagian besar biasanya dijual pada periode yang sama, juga termasuk barang dan jasa yang dibuat untuk diberikan kepada pegawainya sendiri. Sisanya merupakan stok produsen dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi. Barang setengah jadi meliputi barang yang masih dalam proses pembuatan atau perakitan. Cakupan output adalah perusahaan, produsen, jasa pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung.

3. 5. Biaya antara (Input antara)

Biaya antara atau input antara merupakan nilai seluruh barang dan jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Input antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun.

3. 6. Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan dalam proses produksi dan besarnya sama dengan selisih dari output dengan input antara. Nilai tambah terdiri dari komponen (a) pendapatan faktor, (b) penyusutan barang modal tetap, (c) pajak tak langsung neto, sedangkan jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka akan diperoleh nilai tambah neto.

a. Pendapatan Faktor

Pendapatan faktor adalah merupakan nilai tambah produsen atas penggunaan faktor- faktor produksi dalam proses produksi, yang terdiri dari dari unsur-unsur:

(18)

(1) Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai (2) Sewa tanah sebagai balas jasa tanah (3) Bunga sebagai balas jasa modal

(4) Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.

b. Penyusutan Barang Modal

Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi dan akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Disamping itu untuk barang modal yang belum sempat dipakai dalam proses produksi, pada masa mendatang akan mengalami penurunan nilai walaupun tidak secepat jika dipakai. Dalam penghitungan pendapatan regional, perlu dinilai kerusakan atau kehilangan sekian persen dari barang-barang modal tersebut.

c. Pajak Tak Langsung Neto

Pajak tidak langsung neto adalah merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung meliputi segala jenis pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan/usaha. Pajak tidak langsung dibagi kedalam pajak komoditi dan pajak tidak langsung lainnya.

(19)

BAB. METODOLOGI

4. 1. Pengumpulan Data

4. 1. 1. Data Primer

Data primer sebagai data pendukung penyusunan PDRB dikumpulkan melalui Survei Khusus Pendukung PDRB (SKP-PDRB). Setiap kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 9 sektor dan 44 subsektor usaha. Selanjutnya dengan metode purposive

sampling, terhadap beberapa usaha tiap subsektor terpilih dilakukan pengumpulan

informasi tentang karakterisik masing-masing usaha tersebut.

4. 1. 2. Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari berbagai survei rutin yang dilakukan oleh BPS ditambah dengan data yang bersumber dari berbagai instansi terkait. Secara umum gambaran hasil pembangunan bidang ekonomi di Kabupten Sumenep terekam melalui data yang dikumpulkan dari tiap instansi tersebut.

4. 2. Penghitungan PDRB

4. 2. 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : a. Menurut pendekatan produksi, adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di suatau wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

(20)

c. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua permintaan akhir dari : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari

untung,

2. Konsumsi pemerintah,

3. Pembentukan modal tetap domestik bruto, 4. Perubahan stok, dan

5. Ekspor netto (ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

4. 2. 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga tetap maka perkembangan agregat pendapatan riil dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan riil dan bukan fluktuasi kenaikan harga. Metode penghitungan yang digunakan adalah :

a. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga tahun dasamya. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan suatu tahun. Selanjutnya nilai tambah bruto, atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih output dengan biaya antaranya.

b. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan suatu tahun, diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasarnya dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai eksplorator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung.

c. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan indeks lainnya tergantung indeks mana yang dianggap cocok.

(21)

d. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda ini, yang didefinisikan adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

4. 2. 3. Peranan Sektoral dan Angka Indeks

Produk Domestik Regional Bruto juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral dan indeks harga implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Peranan Sektoral, diperoleh dengan membagi masing-masing sektor dengan total

nilai seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan, baik atas dasar harga berlaku, maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu.

% 100 x i PDRB i PDRB i P

b. Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga

berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga tahun dasarnya. Jika indeks ini dibuat indeks berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Selanjutnya besaran ini dikenal dengan istilah Inflasi.

% 100 x ithk PDRB ithb PDRB IHI  dimana : P = Peranan sektoral i = sektor 1, ... , sektor 9 dimana :

IHI = Indeks Harga Implisit hb = Harga berlaku

hk = Harga konstan

(22)

BAB 5. URAIAN SEKTORAL

Dalam bab ini membahas tentang cakupan, ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

5.1. Sektor Pertanian

5.1.1. Tanaman Bahan Makanan

Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, dan tanaman pangan lainnya, serta hasil-hasil produk ikutannya. Termasuk dalam cakupan ini adalah hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek, dan sagu.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan 2000.

5.1.2. Tanaman Perkebunan

a. Tanaman Perkebunan Rakyat

Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mente, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau, dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, kopi olahan, dan teh olahan.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan.

(23)

b. Tanaman Perkebunan Besar

Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, inti sawit, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti yang dilakukan pada tanaman perkebunan rakyat.

5.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya

Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumiah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta banyaknya ternak yang keluar masuk wilayah Kabupaten Sumenep diperoleh dari Dinas Peternakan.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional.

5.1.4. Kehutanan

Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, kulit kayu, kopal, nipah, nibung, akar-akaran dan sebagainya masih termasuk dalam subsektor ini.

Sebagaimana dengan subsektor lainnya, output atas dasar harga berlaku subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan kuantum produksi dengan harga masing-masing tahun, dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000.

5.1.5. Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah (mina padi), dan keramba. Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep. Penghitungan

(24)

nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah itu diperoleh dari survei khusus.

5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi, yodium, biji mangan, belerang, serta segala jenis hasil penggalian. Seperti sektor yang lain, output atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian diperoleh dengan cara pendekatan produksi, sedangkan output atas dasar harga konstan dengan pendekatan revaluasi.

5.3. Sektor lndustri Pengolahan

Dalam penghitungan, sektor ini dibagi menjadi dua subsektor, yaitu: subsektor industri besar/sedang, subsektor industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Data output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dari Dinas Perindustrian dan dari Survei Industri Besar/Sedang yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Sumenep.

Angka-angka output dan nilai tambah sektor ini diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan persentase nilai tambah berdasarkan survei khusus terhadap output. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan cara revaluasi.

Sejak tahun 2007 berdasarkan KLUI (Kiasifikasi Lapangan Usaha Indonesia) dua digit, sektor industri pengolahan dirinci menjadi 9 (sembilan) subsektor seperti berikut ini:

1) Industri makanan, minunan, dan tembakau, 2) Tekstil, barang dan kulit, dan alas kaki, 3) Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, 4) Kertas dan barang cetakan,

5) Pupuk, barang kimia, dan barang dari karet, 6) Semen dan barang galian bukan logam, 7) Logam dasar besi dan baja,

(25)

9) Barang lainnya.

5.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), PN Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum. Output masing-masing subsektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya.

5.4.1. Listrik

Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non-PLN dan PLN pembangkit wilayah Jawa Timur. Data produksi, harga, dan biaya antara subsektor ini diperoleh dari PLN Distribusi Kabupaten Sumenep. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi.

5.4.2. G a s

Komoditi yang dicakup dalam subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas. Data produksi, harga, dan biaya-biaya yang digunakan diperoleh dari perusahaan tersebut. Perkiraan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan persentase nilai tambah terhadap output masing-masing tahun. Di Kabupaten Sumenep sub-sektor ini tidak dihitung, karena tidak ada produksi gas.

5.4.3. Air Bersih

Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Data produksi, harga, dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sumenep. Perhitungan nilai tambah atas asar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor Gas.

(26)

5.5. Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon, dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi.

Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dari segi pendanaan dapat dirinci menjadi nilai pembangunan pemerintah pusat yang dibiayai dari APBN dan nilai pembangunan daerah yang dibiayai APBD serta perbaikannya; dan pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh developer, Perumnas serta yang dilakukan oleh swadaya masyarakat murni. Sedangkan persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan dan Konstruksi.

5.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

5.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran

Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambalmya. Rasio besarnya barang-barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data hasil penyusunan tabel Input-output Indonesia 1993 serta survei khusus.

Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000, dihitung dengan mengalikan rasio-rasio di atas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor-sektor petanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.

(27)

5.6.2. H o t e l

Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarif. Dalam hal ini malam tamu dianggap sebagai kuantum dari output. Untuk keperluan ini, data diperoleh dari survei hotel yang dilakukan oleh BPS.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya.

5.6.3. Restoran

Output dari subsektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran dengan output per tenaga kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator.

5.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai/danau, dan udara. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi.

5.7.1. Pengangkutan

5.7.1.1. Angkutan Rel

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dan Laporan Tahunan Perusahaan Umum Kereta Api. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang penumpang dan ton-km barang yang diangkut. Kereta Api di Kabupaten Sumenep tidak beroperasi, sehingga tidak di hitung.

5.7.1.2. Angkutan Jalan Raya

Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor,

(28)

seperti bis, truk, bemo, taksi, becak, dokar, dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan. produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Daerah (DLLAJD), dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari Dinas Pendapatan Pajak dan berbagai survei. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.

5.7.1.3. Angkutan Laut

Subsektor angkutan laut meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, jumlah kapal sebagai ekstrapolatornya.

5.7.1.4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan

Jenis kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk juga disini kegiatan penyewaan/carter kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi. Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada).

5.7.1.5. Angkutan Udara

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik nasional, baik penerbangan dalam negeri maupun intemasional.

5.7.1.6. Jasa Penunjang Angkutan

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir,

(29)

keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar/muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.

a. Terminal dan Perparkiran

Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara. Pelayanan yang disediakan di pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, tambat, pandu, distribusi air tawar serta kegiatan pencatatan muatan barang dan penumpang. Sedangkan perparkiran diperoleh dari Dispenda Tk. II.

b. Bongkar/Muat

Kegiatan bongkar/muat mencakup pemberian pelayanan bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat. Indikator produksi untuk bongkar muat melalui laut adalah jumlah barang yang dibongkar dan dimuat.

c. Keagenan

Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, udara, sungai maupun laut. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh langsung dari stuktur biaya perusahaan, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks harga konsumen komponen biaya transport.

d. Pergudangan

Kegiatan pergudangan mencakup pemberian jasa penyimpanan barang, dalam suatu bangunan ataupun di lapangan terbuka dalam wilayah suatu pelabuhan laut. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan rasio tertentu terhadap angkutan laut.

5.7.2. Komunikasi

5.7.2.1. Pos dan Telekomunikasi

a. Pos dan Giro

Kegiatan ini meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada data produksi dan struktur biaya

(30)

yang diperoleh dari laporan keuangan, PT. Pos dan Giro. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan.

b. Telekomunikasi

Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan PT. Telekomunikasi Kabupaten Sumenep. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pemegang telepon yang bersumber dari PT. Telekomunikasi Kabupaten Sumenep.

5.7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi

Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wartel, warpostel, radio pager, telepon seluler (ponsel).

5.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.

5.8.1. Bank

Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam PDRB ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pinjaman dari luar negeri, karena hal itu merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan, sedangkan pada PDRB seri lama masih mencakup kedua jenis bunga tersebut.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank pada nasabah tiap tahun. Jumlah kredit yang dilepas oleh bank diperoleh dari Bank Indonesia Cabang Jawa Timur. Untuk memperoleh nilai tambah bruto ditempuh cara deflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (umum).

(31)

5.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan, pensiun, dan pegadaian, Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan cara pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, dan pada kegiatan yayasan dana pensiun dengan cara deflasi.

5.8.3. Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain Bursa Efek, Perdagangan Valuta Asing, perusahaan anjak piutang, dan modal ventura. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data laporan rugi-laba, yang diperoleh dari Bursa Efek serta perusahaan-perusahaan tersebut diatas. Tambahan data mentah diperoleh dari survei-survei khusus. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, dan sebagai deflator adalah Indeks Harga Konsumen (umum). Di Kabupaten Sumenep tidak ada kegiatan-kegiatan di atas, sehingga tidak dihitung.

5.8.4. Sewa Bangunan

Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto tahun 2000 didasarkan kepada data pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan pada hasil survei-survei khusus.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan sebagai tempat tinggal sebagai ekstrapolatomya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal.

(32)

5.8.5. Jasa Perusahaan

Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan pada data jumlah tenaga kerja, serta rata-rata output per tenaga kerja dan presentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi.

5.9. Sektor Jasa-jasa

5.9.1. Pemerintahan Umum

Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah daerah yang diperoleh dari pemda setempat. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai yang di Kabupaten Sumenep.

5.9.2. Swasta

5.9.2.1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadah. Kegiatan-kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan terbatas yang dikelola oleh pemerintah saja, sedangkan kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan. Penghitungan agregat-agregat subsektor ini adalah sebagai berikut:

a. Jasa Pendidikan

Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi.

(33)

b. Jasa Kesehatan

Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara rata-rata output per indikator produksi dan kuantum produksinya seperti: rata-rata tempat tidur rumah sakit dan jumlah tempat tidur, rata-rata output per dokter dan jumlah dokter praktek, rata-rata output per bidan dan jumlah bidan praktek, dan rata-rata output per dukun bayi dan jumlah dukun bayi praktek.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada persentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari dinas maupun survei khusus yang dilakukan BPS. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi untuk masing-masing kegiatan.

c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya

Dari hasil survei khusus mengenai panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata-rata output per anak yang diasuh dan rata-rata output per orang tua yang dilayani sekaigus struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikan jumlah anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani dengan rata-rata outputnya, diperoleh perkiraan output kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya. Data jumlah anak dan orang tua, yang diasuh/dilayani diperoleh dari Dinas Sosial Kabupaten Sumenep. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) memberikan data mengenai pengeluaran per kapita untuk biaya kursus. Dengan mengalikan jumlah penduduk pertengahan tahun dengan indikator tersebut akan diperoleh nilai output yang selanjutnya dengan rasio nilai tambah bruto, dapat diperoleh nilai tambah bruto. Untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan adalah dengan cara deflasi, dan sebagai deflatomya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok aneka barang dan jasa. Melalui survei khusus diperoleh data rata-rata input rumah ibadah, dengan mengalikan jumlah tempat ibadah, maka diperoleh nilai tambah. Sedangkan untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000, dilakukan dengan cara revaluasi.

(34)

5.9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Subsektor ini mencakup jasa bioskop, panggung kesenian, studio radio swasta, taman hiburan, dan klub malam, serta produksi dan distribusi film. Untuk Kabupaten Sumenep yang tercakup adalah Karapan Sapi dan hiburan-hiburan yang sifatnya insidentil.

Data pajak tempat hiburan dan keramaian umum dan struktur biayanya, serta persentase pemungutan pajak terhadap tempat-tempat hiburan hasil survei khusus, dipakai untuk memperkirakan output dan nilai tambah jasa, hiburan dan kebudayaan. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan cara deflasi menggunakan IHK kelompok aneka barang dan jasa.

5.9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga

Subsektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumah tangga. Survei khusus yang dilakukan oleh BPS memberikan data tentang rata-rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Nilai output diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan untuk memperoleh nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto, yang datanya telah diperoleh dari hasil survei, dengan perkiraan nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi menggunakan tingkat pertumbuhan tenaga kerja.

(35)

BAB 6. ANALISIS SEKTORAL

6.1. Potensi Ekonomi Wilayah

Besaran PDRB merupakan nilai tambah yang terbentuk sebagai akibat dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah selama kurun waktu tertentu. Nilai PDRB disuatu wilayah/daerah sangat tergantung pada potensi/pengolahan sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam berbagai aktivitas ekonomi dalam wilayah/daerah tersebut.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000

2009 2010* 2011** 2009 2010* 2011**

1. Pertanian 4.954.053,87 5.402.111,42 5.983.462,00 2.498.541,80 2.557.980,08 2.642.251,26 2. Pertamb dan Penggalian 942.589,99 1.058.357,81 1.194.144,66 488.163,11 519.289,75 546.029,69 3. Industri Pengolahan 207.906,21 235.942,16 262.526,14 107.532,13 114.428,39 122.366,30 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 22.832,33 25.527,19 27.702,86 5.583,22 5.906,65 6.261,56 5. Bangunan 187.676,94 223.907,42 265.609,67 81.909,01 88.772,99 95.766,02 6. Perdag, Hotel dan Restoran 1.955.618,15 2.375.677,92 2.795.460,45 991.462,77 1.120.067,44 1.265.534,57 7. Angkutan dan Komunikasi 267.596,67 292.505,39 324.191,81 124.869,90 133.665,35 144.348,94 8. Keu, Sewa dan Jasa Perush. 452.685,22 517.379,17 587.986,53 227.973,68 246.645,86 267.390,19 9. Jasa-Jasa 972.374,09 1.067.296,63 1.175.451,53 449.192,39 469.118,76 494.102,71 PDRB 9.963.333,47 11.198.705,10 12.616.535,65 4.975.228,01 5.255.875,27 5.584.051,23

Keterangan:

* = Angka Diperbaiki

** = Angka Sementara

Kemampuan wilayah Kabupaten Sumenep dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Potensi ekonomi ini ditunjukkan oleh nilai PDRB Kabupaten Sumenep yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tabel diatas merupakan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Sumenep Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai PDRB Kabupaten Sumenep Atas Dasar Harga Berlaku meningkat sebesar Rp. 1,24 triliun dari Rp. 9,96 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 11,20 triliun pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 bertambah Rp. 1,42 triliun hingga mencapai Rp. 12,62 triliun. Demikian juga hasil penghitungan PDRB Kabupaten Sumenep Atas Dasar Harga Konstan 2000, bertambah sebesar Rp. 0,28 triliun

(36)

dari tahun 2009 (Rp. 4,98 triliun) menjadi Rp. 5,26 triliun pada tahun 2010. Sedangkan dari tahun 2010 ke tahun 2011 bertambah sebesar Rp. 0,32 triliun hingga mencapai Rp. 5,58 triliun.

6. 2. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian suatu wilayah/daerah ditunjukkan oleh peranan atau konstribusi tiap sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Untuk mengetahui struktur perekonomian di Kabupaten Sumenep adalah dengan melihat distribusi PDRB Kabupten Sumenep menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2011 peranan atau kontribusi tiap sektor ekonomi tidak banyak mengalami pergeseran. Perubahan yang terjadi hanya pada besaran persentase kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap nilai PDRB Kabupaten Sumenep.

Besaran nilai tambah dari masing-masing sektor ekonomi cukup bervariasi dalam membentuk struktur ekonomi Kabupaten Sumenep. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar dalam struktur ekonomi Kabupaten Sumenep, dan kontribusi terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan terkecil kedua adalah sektor industri pengolahan.

(37)

Pada tahun 2011 empat sektor utama masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Sumenep yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor penggalian dan pertambangan serta sektor jasa-jasa. Peranan masing-masing sektor secara berurutan adalah 47,43%, 22,16%, 9,46% serta 9,32%. Sementara itu peranan sektor yang lain masih berada dibawah 5%.

Sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, besarnya peranan atau kontribusi masing-masing sektor ekonomi terus berfluktuasi. Peranan sektor ekonomi yang terus mengalami penurunan adalah sektor pertanian, sebaliknya sektor perdagangan, hotel dan restoran serta penggalian dan pertambangan terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Sumenep. Sementara itu, sektor ekonomi yang lain mengalami fluktuasi tiap tahunnya dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Sumenep.

Peranan sektor pertanian dari tahun ketahun memang tetap mempunyai kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Sumenep, akan tetapi persentasenya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumenep sebesar 51,40%, pada tahun 2008 turun menjadi 50,70%, dan secara terus menerus mengalami penurunan tiap tahunnya hingga pada tahun 2011 menjadi 47,43%.

Sektor kedua terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sumenep adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang terus mangalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 kontribusi sektor ini telah mencapai 22,16%,

(38)

meningkat dari tahun sebelumnya dengan persentase distribusi sebesar 21,21%, sementara itu pada tahun 2007 kontribusinya masih sebesar 18,49%.

Pada tahun 2011, terjadi pergeseran peranan sektor ekonomi antara sektor pertambangan dan penggalian dengan sektor jasa-jasa. Antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, sektor jasa-jasa mempunyai peranan terbesar ketiga. Tapi, pada tahun 2011 kontribusi terbesar ketiga adalah sektor penggalian dan pertambangan yang mencapai 9,46% dibandingkan sektor jasa-jasa yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 9,32%.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari tahun ketahun terus meningkat peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2007 persentasenya sebesar 4,42% dan mengalami pergeseran hingga mencapai 4,66% pada tahun 2011. Sementara itu, peranan/kontribusi sektor ekonomi yang lain cukup berfluktuasi persentasenya terhadap perekonomian Kabupaten Sumenep. Kecuali sektor listrik, gas dan air bersih yang mempunyai peranan/kontribusi cukup stabil tiap tahunnya dengan persentase pada kisaran 0,22%.

6. 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan,

(39)

karena melalui penghitungan ini, besaran nilai tambah sudah tidak lagi dipengaruhi oleh faktor harga. Dengan kata lain, pertumbuhan yang terjadi benar-benar karena kenaikan produksi barang dan jasa. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya pertumbuhan yang bernilai negatif mengindikasikan tingkat perekonomian yang semakin menurun.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 - 2011

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010* 2011**

1. Pertanian 3,37 2,56 3,10 2,38 3,29

2. Pertambangan dan Penggalian 6,62 5,51 4,86 6,38 5,15

3. Industri Pengolahan 2,87 4,54 3,32 6,41 6,94

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,32 5,04 4,86 5,79 6,01

5. Bangunan 4,42 5,24 3,34 8,38 7,88

6. Perdag, Hotel dan Restoran 7,97 6,84 7,35 12,97 12,99

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,08 6,29 3,60 7,04 7,99

8. Keu, Persewaan & Jasa Perush 5,84 6,77 6,39 8,19 8,41

9. Jasa-jasa 6,12 5,71 5,06 4,44 5,33

PDRB 4,97 4,30 4,44 5,64 6,24

Keterangan: * = Angka diperbaiki **= Angka sementara

Perekonomian Kabupaten Sumenep pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,24 persen dibanding tahun 2010. Secara agregat selama kurun waktu lima tahun terakhir antara 2007 sampai dengan 2011 terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Kecuali pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sedikit melambat dibandingkan tahun 2007, yakni 4,30 persen dibandingkan 4,97 persen pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2009 kembali terjadi percepatan pertumbuhan sampai dengan tahun 2011.

Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 12,99 persen terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, pertumbuhan terbesar kedua adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,41 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi berada diposisi ketiga dengan pertumbuhan sebesar 7,99 persen, dan diikuti oleh sektor bangunan 7,88 persen, industri pengolahan tumbuh sebesar 6,94 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 6,01 persen, jasa-jasa 5,33 persen dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 5,15 persen. Sedangkan sektor ekonomi

(40)

yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertanian, dengan pertumbuhan sebesar 3,29 persen dibandingkan tahun 2010.

Penyajian PDRB atas dasar harga konstan secara berkala dapat melihat fluktuasi perekonomian secara riil. Pada gambar 5 dapat dilihat fluktuasi pertumbuhan tiap sektor ekonomi di Kabupaten Sumenep selama lima tahun terakhir. Dibandingkan tahun 2007, pada tahun 2008 perekonomian Kabupaten Sumenep tumbuh positif, walaupun sedikit melambat. Sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan empat sektor ekonomi yang lain mengalami percepatan pertumbuhan, terutama sektor industri pengolahan yang mengalami percepatan hingga 4,54 persen dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 2,87 persen.

Pada tahun 2009, secara agregat perekonomian di Kabupaten Sumenep sedikit mengalami perbaikan hal ini terlihat dari percepatan pertumbuhan dibandingkan pada tahun 2008. Percepatan pertumbuhan yang siginfikan terjadi pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sehingga walaupun sektor yang lain terus melambat pertumbuhannya namun secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep mengalami percepatan hingga 4,44 persen dibandingkan tahun 2008.

Kondisi berbeda terjadi pada tahun 2010, sektor ekonomi di Kabupaten Sumenep hampir seluruhnya mengalami percepatan pertumbuhan, kecuali sektor pertanian dan jasa-jasa yang justru melambat pertumbuhannya. Percepatan pertumbuhan yang

(41)

signifikan ditimbulkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bangunan. Kedua sektor ini bahkan mengalami percepatan hingga diatas 5 persen dibandingkan tahun 2009. Percepatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep terus berlanjut di tahun 2011. Dibadingkan tahun 2010, tujuh sektor dari sembilan sektor ekonomi mengalami percepatan pertumbuhan, hanya sektor pertambangan dan penggalian serta sektor bangunan yang sedikit melambat pertumbuhannya.

6. 4. Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Total laju pertumbuhan ekonomi yang tercipta, tentunya bersumber dari pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi. Seberapa besar bagian masing-masing sektor dalam penciptaan total laju perumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep dapat memberikan gambaran sektor-sektor ekonomi unggulan. Dengan demikian dapat dievaluasi sektor-sektor ekonomi mana yang dapat dipacu pertumbuhannya dalam rangka percepatan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep.

Selama lima tahun terakhir sejak tahun 2007-2011, percepatan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep tergantung pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor tersebut secara fluktuatif merupakan sumber terbesar dalam menciptakan total laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep.

Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep mencapai 4,97 persen dibandingkan tahun 2006. Dari total laju pertumbuhan ekonomi tersebut,

(42)

sumber terbesar disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 1,77 persen dan terbesar kedua bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,47 persen. Sedangkan sektor-sektor yang lain, sumbangan terhadap total pertumbuhan hanya dibawah 0,65 persen.

Komposisi sumbangan tiap sektor terhadap total pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep tersebut diatas tidak jauh berbeda sampai dengan tahun 2011. Namun, apabila memperhatikan fluktuasi dua sektor ekonomi terbesar dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi, sumbangan sektor pertanian dari tahun ketahun berfluktuasi cenderung menurun, hingga mencapai 1,60 persen pada tahun 2011. Padahal selama lima tahun itu pula total pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep mengalami percepatan hingga mencapai 6,24 persen pada tahun 2011.

Kondisi berbeda diperankan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sumbangan sektor ini cenderung meningkat peranannya dalam percepatan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2007, sumbangan sektor ini sebesar 1,47 persen dan terus berfluktuasi cenderung meningkat hingga mencapai 2,77 persen pada tahun 2011. Melihat kondisi ini, lambat namun pasti sumber pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumenep terjadi pergeseran dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, hotel dan restoran. Atau dengan kata lain, perekonomian di Kabupaten Sumenep mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder.

6. 5. Tingkat Perubahan Harga

Inflasi atau deflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan harga, yang disajikan dalam bentuk indeks. Indeks harga ini dapat diturunkan dari penghitungan PDRB dengan membandingkan antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan. Indeks ini lebih dikenal dengan indeks implisit. Berbeda dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), indeks implisit menggambarkan perubahan harga pada tingkat produsen, sedangkan IHK adalah perubahan harga yang terjadi pada tingkat konsumen.

Perubahan harga produsen yang terjadi pada masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Sumenep selama lima tahun terakhir terdapat pada tabel 3. Jika dibandingkan dengan tahun dasar penghitungan PDRB, perkembangan harga pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,7 kali dibandingkan tahun 2000. Selang lima tahun

(43)

berjalan, pada tahun 2011 perkembangan perubahan harga bahkan mencapai lebih dari dua kali lipatnya.

Tabel 3. Indeks Harga Implisit PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010* 2011**

1. Pertanian 171,84 187,60 198,28 211,19 226,45

2. Pertamb dan Penggalian 166,76 180,97 193,09 203,81 218,70

3. Industri Pengolahan 170,14 182,79 193,34 206,19 214,54

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 363,92 392,59 408,95 432,18 442,43

5. Bangunan 200,85 215,96 229,13 252,22 277,35

6. Perdag, Hotel dan Restoran 168,98 182,86 197,25 212,10 220,89

7. Angkutan dan Komunikasi 185,10 205,64 214,30 218,83 224,59

8. Keu, Persewaan dan Jasa Perush 173,89 187,57 198,57 209,77 219,90

9. Jasa-jasa 183,99 200,49 216,47 227,51 237,90

PDRB 172,96 188,24 200,26 213,07 225,94

Keterangan: * = Angka diperbaiki **= Angka sementara

Perkembangan perubahan harga produsen tiap sektor ekonomi cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2009 beberapa sektor ekonomi menunjukkan perkembangan perubahan harga lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2000. Sektor-sektor tersebut adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sektor listrik, gas dan air bersih bahkan telah mengalami perubahan mencapai empat kali lipatnya dibandingkan tahun 2000. Kondisi terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, dan sejak tahun 2010 perkembangan harga produsen seluruh sektor ekonomi mengalami perubahan diatas dua kali lipatnya jika dibandingkan harga produsen pada tahun 2000.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang perkembangan perubahan harga yang terjadi di Kabupaten Sumenep adalah dengan mengetahui persentase kenaikan/penurunan indeks harga implisit tiap tahunnya. Fluktuasi harga yang terjadi baik itu inflasi (kenaikan) ataupun deflasi (penurunan) akan mempengaruhi daya beli konsumen, karena berakibat terhadap ketidakseimbangan dengan pendapatan. Indikator ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam mengevaluasi sekaligus bahan perencanaan pembangunan dibidang ekonomi.

Laju pertumbuhan indeks implisit selama lima tahun terakhir di Kabupaten Sumenep cenderung mengalami penurunan. Tingkat inflasi pada tahun 2007 mencapai

Gambar

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa aliran barang dan jasa yang dihasilkan oleh  perusahaan  akan  sama  dengan  aliran  uang  yang  diterima  oleh  rumah  tangga,  dan  juga  sama dengan besarnya nilai uang yang dibelanjakan oleh rumah tangga
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumenep Menurut Lapangan Usaha  Tahun 2009-2011 (Juta Rupiah)
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha  Tahun 2007 - 2011
Tabel 3. Indeks Harga Implisit PDRB Kab. Sumenep Menurut Lapangan Usaha  Tahun 2007-2011

Referensi

Dokumen terkait

Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya untuk masing-masing angkutan penumpang dan barang baik

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan

Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2017 22 dari selisih antara output atas dasar harga berlaku dengan konsumsi antara untuk masing- masing tahun,

Sedangkan output atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga dasar

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun,

Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya untuk masing-masing angkutan penumpang dan barang baik

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing- masing tahun, sedangkan

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan output