FUKUGOUMEISHI
YAG TERBETUK DARI MAKA
USUR-USUR PEMBETUKYA
( TIJAUA
SEMATIK )
diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Pada Program Studi Sastra Jepang Program Sarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
Oleh :
GITA VESTY ARIYATI H1F 050056
UIVERSITAS PADJADJARA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSA SASTRA JEPAG
JATIAGOR 2012
ABSTRAK
Skripsi ini menceritakan tentang pembentukan makna nomina majemuk
bahasa Jepang. Seperti dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Jepang pun terdapat
nomina majemuk. Dalam bahasa Indonesia sebagai contoh meja makan,
maknanya terbentuk dari gabungan makna kata meja dan kata makan.
Penulis dalam skripsi ini membahas tentang pembentukan makna nomina
majemuk dalam bahasa Jepang. Nomina majemuk tersebut terbentuk dari
gabungan unsure – unsur seperti verba, nomina, adjektiva dan garaigo.
Kata kunci : nomina majemuk, konstruksi endosentris dan konstruksi eksosentris.
ABSTRACT
This thesis discuss about formation meaning of a plural noun in Japanese
language. Just like Indonesian language, Japanese language also have a plural
noun. In Indonesian language, for example is “dining table”, meaning of the word
formed from combination meaning of dining and table
The writer of this thesis discuss about formation meaning of a plural
noun in Japanese language. The compound noun formed from the combined
elements such as verbs, nouns, adjectives and garaigo.
Key words: compound nouns, endocentris construction and eksocentris
PEDAHULUA
Bahasa merupakan lambang yang berbentuk bunyi atau bunyi ujar yang
digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan
keinginan kepada orang lain. Karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu
konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai
makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa
berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat,
dan wacana. Semua satuan tersebut mempunyai makna.
Chaer (1995:1) menyatakan bahwa sebagai alat komunikasi verbal, bahasa
merupakan suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka). Maksudnya
tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang
berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen
dari kata atau leksem tersebut. Karena kearbitreran (sifat manasuka) lambang
bahasa tersebut, penelitian mengenai makna agak ditelantarkan bila dibandingkan
dengan bidang linguistik lainnya.
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,
hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan
berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga
perkembangan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi
perkembangan suatu bahasa. Dengan demikian, fungsi bahasa adalah media untuk
menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis
Bahasa di dunia ini sangat beragam. Hal itu dikarenakan anggota penutur
bahasa sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Dalam
mempelajari suatu bahasa, diperlukan pemahaman tentang aturan atau
kaidah-kaidah yang terdapat pada bahasa itu. Hal itu dilakukan untuk
menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif.
Akhir-akhir ini bahasa Jepang banyak dipelajari oleh masyarakat dunia.
Hal itu sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi bangsa Jepang
yang biasa dikatakan terdepan di Asia. Oleh karena itu banyak masyarakat dunia
yang tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa
pergaulan dalam berbagai situasi dan kesempatan. Bahasa Jepang sangat beragam
berdasarkan faktor-faktor sosial dan kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Selain ragam standar (hyoojungo), di dalam bahasa Jepang terdapat juga berbagai
macam dialek (hoogen), baik dialek regional, dialek sosial, maupun dialek
temporal. Di dalam dialek regional bahasa Jepang terdapat bahasa yang
PEMBAHASA
Fukugoumeishi merupakan kata yang berasal dari gabungan beberapa kata yang membentuk satu kata yang baru, dimana kata tersebut memiliki makna yang
baru pula. Makna kata tersebut dapat dilihat dari salah satu atau seluruh
komponen komponennya (endosentris), bahkan sama sekali bukan dari
konponen-komponen pembentuknya (eksosentris).
Fukugoumeishi merupakan gabungan kata yang membentuk kata baru, dan pada gabungan kata tersebut, secara makna dapat dilihat berbagai hubungan
katanya, yaitu:
1. 補足関係 hosoku kankei ( hubungan pelengkap ) ( N + A ) : 色白 shiroi + iro (shiroiro “warna putih”)
身軽な mi + karuna (migaruna “lincah , gesit” ) ( N + V ) : 日暮れ hi + kureru ( higure “matahari terbenam” )
昼+寝 hiru + neru ( hirune “tidur siang” )
寺参り tera + mairu ( teramairi “kunjungan ke kuil” ) 2. 修飾関係 shuushoku kankei ( hubungan menerangkan ) ( A + V ) : 早起き hayai + okiru ( hayaoki “bangun cepat” )
薄着 usui + kiru ( usugi “pakain yang tipis” )
( V + V ) :売り立ち uru + tatsu ( uritachi “pedangang kaki lima” )
食い逃げ kuu + nigeru (kuinige “lari tanpa membayar makanan” ) ( A + N ) : 若者 wakai + mono ( wakamono “orang muda” )
( V + N ) : 打ち傷 utsu + kizu (uchikizu “luka memar” )
( N + N ) : 山道 yama + michi ( yamamichi “jalan pegunungan” ) 本箱 hon + hako (honbako “rak buku” )
3. 対立関係 tairitsu kankei (hubungan pertentangan ) ( N + N ) : 朝晩 asa + ban (asaban “pagi dan malam” )
足腰 ashi + koshi (ashikoshi “kaki dan punggung” ) ( V + V ) : 売り買い uru + kau (urikai “ jual beli” )
読み書き yomu + kaku (yomikaki “ baca tulis” ) ( A + A ) : 甘辛 amai + karai (amakara “ manis pedas” )
SIMPULA
Berdasarkan penganalisaan yang dilakukan pada data-data yang telah
terkumpul, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Fukugoumeishi menghasilkan makna baru yang sama dengan makna salah satu
atau seluruh unsur pembentuknya (endosentris), dan tidak ada kesamaan sama
sekali dengan komponen pembentuknya (eksosentris).
2. Fukugoumeishi yang terbentuk dari 10 jenis pembentuknya, yaitu:
a. verba + verba, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari kepala masu, pada
beberapa verba juga mengalami perubahan fonem setelah penggabungan dengan
unsur lainnya.
b. nomina + verba, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari bentuk utuh nomina
ataupun nomina yang telah mengalami perubahan fonem dan dari verba bentuk
kepala masu, pada beberapa verba juga mengalami perubahan fonem setelah
penggabungan dengan unsur lainnya.
c. nomina + nomina, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari bentuk utuh nomina
ataupun nomina yang telah mengalami perubahan fonem.
d., verba + nomina, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari verba bentuk kepala
masu, dan dari bentuk utuh nomina ataupun nomina yang telah mengalami perubahan fonem.
e. adjektiva + nomina, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari gokan adjektiva
dan dari bentuk utuh nomina ataupun nomina yang telah mengalami perubahan
fonem.
dari verba bentuk kepala masu, pada beberapa verba juga mengalami perubahan
fonem setelah penggabungan dengan unsur lainnya.
g. adjektiva + adjektiva, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu dari gokan adjektiva
dan bentuk utuh adjektiva pembentuk kedua.
h.gairaigo dengan gairaigo, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu bentuk utuh dari
kata gabungan garaigo dengan garaigo tanpa adanya perubahan kata.
i. gairaigo dengan wago, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu bentuk utuh dari
kata gabungan garaigo dengan wago tanpa adanya perubahan kata..
j. wago dengan gairaigo, fukugoumeishi yang terbentuk yaitu bentuk utuh dari
DAFTAR SUMBER
Astri, Wennie. 2010. Kata Gabung omina Deverbal (Kajian Semantik).
Bandung : Universitas Padjadjaran.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Djajasudarma. T. Fatimah. 1999. Semantik I. Bandung : Refika Aditama.
Harumi, Tanaka. 1988. Gendai Gengogaku Jiten. Tokyo : Sendaitaku Sintaku
Kawamachi.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Matsuura, Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyouto: Kyouto.
Nomura, Masaki. 1992. ihongo no Jiten. Seiji Koike.
Parera, JOS. Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia
Parera, JOS. Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Saleh, Yusrizal dkk. 1987. Sistem Pemajemukan Bahasa Semende. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjianto. 1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc.
Sudjianto. 1995. Pengantar Linguistik Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:
Verhaar, JWM. 1996. Asas – asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Yulistio, Didi. Dkk. 2002. Sistem Pemajemukan Bahasa Serawai. Jakarta: