• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESTASI KERJA TERNAK SAM DAN KERBAU DALAM MEMBANTU EFISIENSI USAHATANI PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRESTASI KERJA TERNAK SAM DAN KERBAU DALAM MEMBANTU EFISIENSI USAHATANI PERTANIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRESTASI KERJA TERNAK SAM DAN KERBAU DALAM MEMBANTU

EFISIENSI USAHATANI PERTANIAN

PENDAHULUAN

Untuk mengefisienkan usahatani pertanian, penggunaan/teknik mekanisasi merupakan salah satu pemecahan masalah untuk meningkatkan keuntungan . Penggunan traktor dapat mengolah lahan dengan cepat, sehingga dalam satu musim tanam petani dapat menanam komoditas pertanian cukup banyak. Namun demikian banyak kendala yang membatasi penggunaan traktor. Kendala-kendala tersebut antara lain: relatif sempitnya penguasaan lahan oleh sebagian besar petani di In-donesia, tingkat ekonomi petani masih banyak yang belum "mampu", teknologi perawatan masih kurang memadai, disamping masalah topografi clan biaya perawatan yang cukup tinggi.

Usaha efisiensi usahatani pertanian di Indone-sia masih dapat ditingkatkan dengan teknologi ma-dya . Salah satu teknologi mama-dya ini diantaranya dengan penggunaan bajak yang ditarik sapi/kerbau untuk mengolah lahan usahatani . Keuntungan penggunaan sapi/kerbau sebagai tenaga kerja dian-taranya : modal yang diperlukan masih dapat di-jangkau oleh petani, dapat berkembang biak, bia ya produksi relatif rendah, penghasil pupuk kan-clang. Secara umum dapat diganakan bahwa de-ngan membudidayakart ternak kerja (sapi/kerbau) ticlak ada nilai penyusutan, bahkan yang clihasilkan adalah nilai tambah yang cukup berarti untuk peningkatan pendapatan petani peternak.

Penggunaan tenaga kerja ternak sudah sejak dahulu kala clikenal oleh petani-petani di Indonesia. Pemanfaatan ternak untuk mengolah lahan ada yang menggunakan bajak/garu atau dengan meng-injak-injak lahan sawah (merancah) . Perbedaan tatalaksana pengolahan tanah disamping karena bersifat turun-temurun juga tingkat adopsi tekno-logi pengolahan tanah .

Dalam masalah ini dibahas mengenai kemam-puan kerja ternak sapi/kerbau dalam mengolah tanah untuk usahatani pertanian .

KEDUDUKAN USAHATERNAK SAPI/KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI

Usahatani adalah suatu organisasi produksi . Petani sebagai pengelola usahatani

mengorganisa-Bambang Setiadi

(Belai Penelitian Ternak, P.O . Box 221, Bogor 16002)

sikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja clan modal) yang ditujukan kepada perolehan produksi pertanian, baik yang didasarkan pada usaha pen-carian keuntungan maupun yang bukan Fungsi ter-nak dalam sistem usahatani tergantung pada tujuan usahatani secara menyeluruh yakni kecukupan pangan, peningkatan pendapatan serta menjamin kelestarian usahatani itu sendiri . Hubungan antara usahaternak clan usahatani pertanian tertera pada Ilustrasi 1 .

Dari Ilustrasi 1 nampak bahwa ternak ruminan-sia besar cukup berperan dalam membantu usaha-tani perusaha-tanian yakni sebagai sumber tenaga kerja clan pupuk kandang. Disamping itu ternak ruminansia clapat memanfaatkan vegetasi alam clan limbah pertanian untuk diubah menjadi hasil ternak yang bermutu tinggi.

Dalam kaitannya dengan pendapatan petani, sumbangan dari upah sewa ternak di Kabupaten Sumedang (Lubis clan Suradisastra, 1989) untuk mengolah tanah berkisar 16 - 19% dari seluruh pen-dapatan usahatani per musim tanam (Rp. 118. 980,00). Persentase yang sama juga didapatkan oleh Suradisastra dkk . (1981).

PENGGUNAAN TERNAK KERJA SEBAGAI ALTERNATIF EFISIENSI USAHATANI PERTANIAN

Satu alasan bahwa petani memelihara ternak adalah sebagai sumber tenaga kerja. Peranan ter-nak sapi/kerbau sebagai tenaga kerja mengolah sa wah dapat merupakan jalinan bermacam-macam, mungkin kompetitif yang artinya tenaga kerja yang satu dapat mengurangi tenaga lain. Mungkin pula substitusionil, artinya peranan tenaga kerja yang satu dapat digantikan tenaga yang lain clan mungkin komplementer, artinya peranan tenaga tersebut Ba-ling melengkapi, yakni penambahan satu tenaga kerja akan dilengkapi tenaga lain ; atau tidak sating berpengaruh .

Hasil pengamatan Mulyadi dkk . (1981) menun-jukkan bahwa penggunaan tenaga kerja ternak ti-dak nyata berkorelasi dengan penggunaan tenaga kerja keluarga . Hal ini berarti bahwa banyaknya te-naga ternak (kerbau) yang digunakan sama sekali ticlak dipengaruhi clan terlepas dari banyaknya

(2)

PERTANIAN - padi - palawija - hortikultur - kehutanan - perkebunan TENAGA KERJA

ONFARM : HIJAUAN PAKAN OFFARM : VEGETASI ALAM

PANGONAN

Ilustrasi 1 . Kedudukan usahaternak sapi/kerbau dalam sistem usahatani pertanian.

penggunaan tenaga kerja keluarga . Hal ini menun-jukkan bahwa tenaga kerja keluarga yang diper-gunakan dalam usahatani pada porsi yang ber-beda dengan tenaga ternak (membajak clan meng-garu) ; yakni pekerjaan memupuk, menyiang clan panen . Demikian pula halnya antara tenaga (manu-sia) upahan tidak berkorelasi nyata dengan tenaga kerja keluarga . Tenaga upahan sesuai dengan mak-sud mengupahnya adalah untuk mengerjakan por-si pekerjaan yang berat seperti mencangkul, mengemudi ternak saat membajak/menggaru atau menanam padi.

Dari semua ha,sil penelitian menunjukkan bah-wa penggunaan tenaga kerja ternak lebih efisien daripada penggunaan tenaga manusia. Keadaan ini memang dimaklumi . Namun apabila dibanding de-ngan penggunaan traktor masih kalah jauh (Ta-bel 1) .

Hasil analisis yang menarik dilaporkan oleh Kasryno dkk. (1989) bahwa persen perubahan bia-ya sewa/penggunaan tenaga kerja ternak adalah paling tinggi dibanding dengan upah tenaga kerja manusia clan sewa traktor (Tabel 2) . Dikatakannya

1 8

BAMBANG SETIADI: Prestasi kerja ternak sapi dan kerbau

BAHAN PAKAN

bahwa ada kecenderungan petani mulai beralih pada penggunaan tenaga kerjs mesin (traktor) . Alasan ini didasarkan pada:

a. Introduksi teknologi baru usahatani pertanian (padi) untuk lahan sawah irigasi, menyebabkan tingginya intensitas panen yang tentunya me-merlukan waktu persiapan lahan yang cepat . b . Dengan berkembangnya sistim irigasi yang

di-ikuti dengan perluasan areal sawah, rehabil ta-si lahan clan gencarnya penyuluhan, sangat me-mungkinkan adanya adopsi teknologi modern budidaya padi pada lahan sawah,

c . Kurang tersedianya tenaga kerja manusia clan ternak, relatif tersedianya lapangan kerja di luar sektor pertanian clan makin berkurangnya pangonan .

Ditambahkannya bahwa alasan utama petani menggunakan tenaga mekanik untuk penyiapan la= han adalah kurangnya tenaga kerja, yang mendo rong peningkatan upah tenaga manusia clan sewa tenaga kerja ternak, disamping lambatnya perkem-bangan tenaga kerja.

(3)

WARTAZOA Vol. 3 No. 2-4, Maret 1994

Tabel 1 . Curahan Tenaga Kerja (CTK) dan Biaya Pengolahan Tanah (BPT) untuk Berbagai Cara Pengolahan Tanah di Daerah Pasang Surut, Karang Agung Ulu (Sumatera Selatan), Musim Kering dan Musim Hujan 1988/1989 .

Sumber : Setiadi dkk. (1989) .

Tabel 2 . Perubahan antara Sewa clan upah riil untuk usahatani padi di daerah produksi beras di Jawa antara 1970-1988. Pehgolahan tanah Petani CTK MK (jam/ha) MH BPT MK (Rp 000/ha) MH Cangkul 1 374 265 Cangkul ke 2 + meratakan 261 201 Jumlah 635 466 227 268 Ternak sapi Membajak (ke 1) 42 28 Membajak (ke 2) 40 30 Garu 1 x 21 16

Meratakan tanah (tenaga petani) 15 174

Jumlah 118 248 108 138

Traktor tangan KUBOTA K75

Membajak 1 x 48

-Rotary like 1) 24 18

Rotary (ke 2) - 14

Meratakan tanah (tenaga petani) 12 119

Jumlah 84 151 94 93

Traktor mini KUBOTA B6.100

Membajak 1 x 23

-Rotary (ke 1) 13 16

Rotary (ke 2) _ 9

Meratakan tanah (tenaga petani) 12 137

Jumlah 48 162 61 88 Deskripsi Musim 1970 hujana 1980 Rata-ratab1988 Persen 1970-1980 perubahan 1970-1988 Tenaga manusia 0,80 1,05 0,63 31,0 -21,3 (kg gabah/ha) Tenaga wanita tanam padi 0,50 0,63 0,44 26,0 -12,0 (kg gabah/ha) Sewa tenaga kerja ternak 2,40 3,80 2,53 58,0 5,4 (kg gabah/ha) Sewa tenaga kerja mesin 300,00 315,00 243,20 5,0 -18,9 (kg gabah/ha) Sumber : Kasryno dkk. (1989). Keterangan: Keterangan :

1 HOK tenaga petani = 7 jam (Rp 2 500,00 pria clan Rp 2 000,00 wanita) .

1 HOK mesin = 8 jam kerja (Rp 10 000,00 traktor tangan dan Rp 12 500,00 traktor mini) . 1 HOK tenaga ternak = 5 jam kerja (Rp 5 000,00).

(4)

Kurang tersedianya tenaga kerja di daerah pro-duksi beras di Jawa digambarkan dengan adanya perubahan perubahan harga riil selama 1970-1980 dan 1970-1988 (Tabel 2). Sewa tenaga kerja ter-nak meningkat melebihi upah tenaga kerja manu-sia clan Sewa traktor. Dilaporkan pula bahwa fak-tor-faktor yang mendorong mekanisasi pertanian antara lain : generasi muda yang cenderung meng-hindari kerja berat atau mengolah tanah dengan te-naga ternak; tersedianya fasilitas kredit untuk pem-belian traktor, pelayanan purna jual dan penyuluh-an usahatpenyuluh-ani ypenyuluh-ang berwawaspenyuluh-an ekonomik.

Perlu disimak bahwa pernyataan Kasryno dkk . (1989) tersebut terjadi pada wilayah-wilayah ter-tentu yang memang sudah memungkinkan untuk intensifikasi usahatani pertanian (padi) .

Dihubungkan dengan perkembangan populasi ternak kerja (sapi/kerbau) clan perkiraan luas lahan yang dapat diolah (Tabel 3), nampak masih ada ke kurangan tenaga kerja . Bahkan diperkirakan keku-rangan tenaga kerja ternak lebih besar dari gam-baran Tabel 3.

Dari pernyataan di atas (Tabel 3) dapat disim-pulkan bahwa usaha-usaha penelitian mengenai ter-nak kerja sangat diperlukan bagi usaha-usaha pe mecahan masalah efisiensi usahatani pertanian yang sebagian besar berupa usahatani "lahan sem-pit". Banyak wilayah Indonesia yang masih belum memungkinkan untuk penggunaan mekanisasi per-tanian tetapi ada keterbatasan penggunaan tena-ga kerja clan biaya produksi. Pengembantena-gan ternak kerja masih mutlak perlu untuk daerah-daerah trans-migrasi.

Adanya target program pengembangan ternak kerja pada tahun 1993 yakni 4,75 juta ekor, men-cukupi pengolahan lahan 24,4 juta ha clan pupuk kandang yang diproduksi dapat mencapai 98 juta ton (kira-kira 69,5% total produksi kotoran ternak) .

20

Deskripsi

Target populasi (ekor)a . Populasi nyata (ekor) Populasi ternak kerja (ekor)b Lahan yang dapat diolah (ha) Total lahan yang harus diolah ha)

BAMBANG SETIADI : Prestasi kerja ternak sapi dan kerbau

1984 9284 11488 5955 14888 17192

Produksi pupuk kandang cukup memenuhi 5,2 juta ha lahan pertanian (Kasryno dkk., 1989), padahal untuk kelestarian mutu lahan yang akhir-akhir ini dinyatakan cenderung kurang tanggap teihadap pupuk anorganik (buatan) mutlak perlu perbaikan struktur tanah dengan pemberian pupuk organik

(kandang).

PRESTASI KERJA

Pengamatan prestasi kerja ternak sapi/kerbau dalam mengolah tanah dengan meminimumkan penurunan kondisi tubuh perlu dilaksanakan se

bagai salah satu usaha mengetahui kemampuan ternak dan efisiensi kerja .

Banyak cara dan unit kerja yang dilakukan pe-tani untuk mengolah lahan perpe-tanian, seperti ben-tuk rakit (pasangan), pegon (tunggal) dan merancah (luar Jawa). Di Pulau Jawa pada umumnya petani menggunakan tenaga kerja ternak dalam bentuk ra-kit.

Hasil pengamatan Santoso dkk. (1989) di da-erah Subang (lomba membajak) mendapatkan bahwa hasil kerja dalam bentuk rakit per satuan bo bot badan pada ternak sapi (rataan bobot badan 239 kg) nyata lebih tinggi dibanding pada ternak kerbau (rataan bobot badan 381 kg). Hasil yang sama didapatkan pada bentuk pegon (Tabel 4) .

Selanjutnya Santoso dkk. (1989) melaporkan bahwa penggunaan unit kerja dalam bentuk rakit dengan bobot badan yang besar (kerbau) memper

lihatkan hasil kerja yang lebih baik dibandingkan unit kerja dengan bobot badan yang lebih kecil (sapi atau bentuk pegon) . Akan tetapi berdasarkan per-satuan bobot badan unit kerja yang digunakan, maka unit kerja yang lebih keecil memperlihatkan pe-nampilan yang lebih baik .

Tabel 3. Populasi Ternak Sapi clan Kerbau, Estimasi Suplai Tenaga Kerja clan Was Lahan yang Dapat Diolah pada Tahun 1984-1986* . 1985 1986 x 1000 9390 9497 1,1 12356 12929 5,1 6428 6733 6,1 16070 16833 6,1 16626 17640 1,3 Sumber : Kasryno dkk. (1989).

* Dikutip dari Direktorat Bina Program, Ditjen Peternakan 1988. a Target populasi tahun 1989 adalah 13,7 juta ekor.

b Ternak yang dapat digunakan sebagai tenaga kerja, diperkirakan 52% dari total populasi .

Trend (°%/Tahun)

(5)

No . (pegon)Sapi (rakit)Sapi

1 27a

2 27a 16b

3 27a

Hasil kerja ternak kerbau lebih lambat, namun kapasitas tenaga ternak kerbau relatif lebih kuat. Faktor pembatas lambannya ternak kerbau adalah mudah terkena cekaman panas sehingga daya ker-janya cepat menurun terutama pada musim kema-rau. Untuk menghindari penurunan daya kerja karena cekaman panas, perlu penyediaan air atau tempat berkubang .

Apabila hasil pengamatan yang didapat San-toso dkk . (1989) clihitung per jam, maka dalam satu jam dicapai luas olahan (ternak kerbau dalam ben tuk rakit) sekitar 546 m2 atau untuk luasan satu ha dapat diselesaikan dalam waktu 18,3 jam. Se-clang pada ternak sapi dalam waktu 21,6 jam. Pada bentuk pegon, ternak kerbau memerlukan waktu 22,2 jam clan ternak sapi 26 jam .

Hasil pengamatan Sumadi clan Kuncoro (1982) menclapatkan bahwa waktu yang dibutuhkan ter-nak kerbau membajak sawah seluas satu ha ada lah 29,8 jam clan untuk menggaru memerlukan waktu 6,5 jam . Apabila peternak mengerjakan ter-naknya tiga jam perhari, maka untuk membajak la-han seluas satu ha memerlukan waktu 10 hari kerja (dibajak sekali) clan untuk menggaru 4,3 hari kerja (digaru dua kali) . Peneliti lain yang clikutip Sumadi clan Kuncoro (1982) menunjukkan bahkva untuk satu ha lahan dapat dibajak ternak kerbau (bentuk rakit) selama 32,4 jam (Wiryosuharto, 1980) . Di-bandingkan laporan beberapa peneliti, hasil kerja yang didapat Santoso dkk . (1989) menunjukkan waktu tercepat . Perhitungan dari hasil pengamatan Santoso dkk. (1989) masih perlu dikoreksi karena sifat pengamatan ini dalam rangka perlombaan .

Ternak kerbau sebagai hewan berdarah panas (homeotherm) akan berusaha melepas panas (yang berlebih) sesuai dengan hukum fisika, sebagai usaha mempertahankan panas tubuh yang ideal yakni dengan mekanisme pengeluaran keringat clan mempertinggi frekuensi pernapasan. Namun karena mekanisme "berkeringat" ticlak efisien (kulit tebal clan kelenjar keringat sedikit), maka untuk mem-pertahankan kondisi yang ideal yakni dengan be-rendam. Oleh karena itu dalam pengerjaannya

WARTAZOA' Vol. 3No. 2-4, Maret 1994

Tabel 4. Hasil Kerja per Satuan Bobot Badan (per 1000 kg) Yang Dicapai Masing-Masing Unit Kerja (m2/menit) .

Kerbau Kerbau

(pegon) (rakit)

19b Sumber : Santoso dkk . (1989).

Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata.

13b

P 0,0001 0,0001 0,0200

sebaiknya dilaksanakan pagi hari (06 .00 - 10 .00) clan sore hari (15 .00 - 18.00) .

Sesuai dengan sifat fisiologisnya, ternak ker-bau lebih cocok digunakan untuk daerah pertanian yang berlumpur, tenaganya kuat, kuku lebar, se nang air clan lumpur, sehingga tenaganya akan le-bih balk dari pada ternak sapi.

Beberapa faktor teknis yang dapat mempe-ngaruhi perbedaan lama waktu pembajakan sawah diantaranya kedalaman bajak, berat bajak, design bajak, manusia (pengendali ternak/bajak), bobot ba-dan clan kemampuan ternak itu sendiri. Semakin da-lam pembajakan, semakin berat daya tariknya, sehingga pergerakan maju makin lamban, akibat-nya luas lahan yang dapat dibajak semakin sedikit. Khusus untuk kedalaman bajak, sangat berbeda an-tara daerah satu dengan lainnya . Seperti dilapor-kan Setiadi dkk . (1989) kedalaman bajak di lahan pasang surut sekitar 10 cm adalah cukup baik un-tuk tetap mempertahankan kesuburan. Hal ini di-sebabkan karena dekatnya lapisan pirit (FeS2) de-ngan permukaan tanah (20 - 50 cm), yang apabila terangkat naik ke permukaan akan merusak suburan tanah (pH menjadi rendah sekali clan ke-racunan besi) clan dicirikan tanah berwarna kuning pucat (Widjaja Adhi dkk ., 1989) . Proses ini mela-lui reaksi .

FeS2 + 15/2 02 + 7/2 H2O - Fe(OH)3 + 2 S04- + 4H + Sama halnya pada ternak kerbau, hasil peng-amatan Santoso dkk. (1989) pada ternak sapi ma-sih lebih cepat dibanding hasil pengamatan Setiadi dkk. (1989) yakni 21,6 berbanding 28 jam/ha . Per-bedaan ini banyak disebabkan karena perPer-bedaan struktur tanah, dimana pada pengamatan Setiadi dkk . (1989) dilaksanakan pada lahan berlempung clan pengamatan Santoso dkk. (1989) pada lahan berstruktur remah.

Kapasitas mengolah tanah merupakan ukuran penting untuk menentukan kemampuan ternak. Perbandingan hasil kerja pada ternak kuda, sapi clan kerbau berturut-turut 1 : 0,7 : 0,5 . Perbedaan ini disebabkan karena berbedanya kecepatan gerak

(6)

masing-masing ternak. Kecepatan gerak maju ma-kin lama mama-kin menurun. Hasil pengamatan Achar-ya dkk(1979) menunjukkan bahwa kecepatan ge-rak maju dari ternak yang digunakan untuk mem-bajak menurun drastis setelah digunakan selama tiga jam (satu jam pertama kecepatannya 67 m/me-nit menjadi 44 m/mem/me-nit, bahkan pada jam ke enam menjadi 36 m/menit) . Oleh karena itu lama penger-jaan ternak mengolah tanah harus dihubungkan dengan kapasitas kerja .

Hasil laporan Sumadi dan Kuncoro (1982)'me-nunjukkan bahwa lama kerja ternak membajak sa-wah di Kabupaten Klaten berkisar 3 - 3,5 jam per hari (kerbau), Lubis dan Suradisastra (1989) di Su-medang 4 - 6 jam (sapi) ; Yusran dkk. (1989) di Ka-bupaten Pasuruan 5,3 - 6,3 jam per hari (sapi) .

Kapasitas daya tarik suatu ternak ditentukan oleh faktor-faktor antara lain perbedaan species, bangsa, besar tubuh, umur, kesehatan, nutrisi, la tihan dan postur tubuh. Faktor-faktor tersebut

se-cara bersama-sama mempengaruhi kapasitas kerja .

KESIMPULAN

Walaupun penggunaan tenaga mesin pertanian (traktor) secara nyata lebih efisien dalam mengo-lah tanah, namun secara teknis, sosio-ekonomis dan alasan topografi, penggunaan tenaga kerja ter-nak masih sangat diperlukan petani, terutama bagi

para petani transmigran.

Lama waktu penggunaan ternak untuk meng-olah tanah (membajak dan menggaru) sebaiknya memperhatikan kapasitas daya kerja dan sifat fi-siologis ternak .

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, R.M ., M. Misra and B. Nayak. 1979 . Working capacity and behaviour of Crossbred vs non-descript indigenous breeds under Orrisa condition. Indian J . Dairy Sci . 32(1) : 37-42. Kasryno, F., I.W . Rusastra and P. Simatupang. 1989. Effect of government policies on draught livestock development in Indonesia. Proc . of an Intern . Res. Symp. of Draught Animals in Rural Development. ACIAR proc . series 27 : 304-308 .

BAMBANG SETIADI: Prestasi kerja ternak sapi dan kerbau

Lubis, A. dan K. Suradisastra . 1989. Integrasi usahaternak sapi potong dalam sistem usaha-tani di Kabupaten Sumedang . Proc . Pertemuan Ilmiah Ruminansia, jilid 1 : Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan, Bogor. pp : 132-138. Mulyadi, M., Santoso dan K. Suradisastra . 1981 . Peranan tenaga kerja ternak kerbau pada usahatani sawah di Sumedang . Bull . Lemb. Penel . Peternakan . 27 : 21-30 .

Santoso, Sumanto, R .J. Petheram dan M. Winu-groho. 1989 . Hasil dan mutu kerja membajak sawah dengan menggunakan ternak kerbau dan sapi dalam bentuk rakit dan tunggal di daerah Subang, Jawa Barat . Proc . Pertemuan Ilmiah Ruminansia, jilid 1 : Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan, Bogor. pp: 145-151 . Setiadi, B., M.H . Togatorop, 1Comarudin dan P. Sitorus . 1989. Penggunaan tenaga kerja ter-nak dan pupuk kandang dalam sistem usaha tani lahan pasang surut. Risalah Seminar Hasil Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa, Swamps-II. Badan Litbang Pertanian. pp: 333-341 .

Sumadi dan Kuncoro . 1982. Hubungan antara ke-dalaman bajak, panjang garu dan luas sawah yang dikerjakan dengan ternak kerbau di Kabupaten Klaten . Proc . Seminar Penel. Peter-nakan . Puslitbang PeterPeter-nakan, Bogor. pp: 69-77 .

Suradisastra, K. Santoso dan A. Mulyadi . 1981 . Sumbangan usahaternak sapi potong dalam usahatani sawah di Kabupaten Sumedang. Bull. Lemb. Penel . Peternakan . 30: 39-49. Widjaja-Adhi, I.P.G ., I .G.M . Subiksa . Ph. Soetjipto dan B . Radjagukguk. 1989. Pengelolaan tanah dan air lahan pasang surut, studi kasus Karang Agung, Sumatera Selatan. Risalah Seminar Ha-sil Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa; Swamps-II . Badan Litbang Pertanian. pp : 121-131 .

Yusran, M., A.K . Ma'sum and Y. Priyo . 1989. Pro-files of draught animal rearing in two villages in East Java . DAP Project Bull . 9: 2-16.

Gambar

Ilustrasi 1 . Kedudukan usahaternak sapi/kerbau dalam sistem usahatani pertanian.
Tabel 2 . Perubahan antara Sewa clan upah riil untuk usahatani padi di daerah produksi beras di Jawa antara 1970- 1970-1988
Tabel 3. Populasi Ternak Sapi clan Kerbau, Estimasi Suplai Tenaga Kerja clan Was Lahan yang Dapat Diolah pada Tahun 1984-1986*

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.. Jurnal Bimbingan

Hal lain yang sangat berkaitan dengan kehidupan serangga adalah bahwa serangga memiliki tipe alat mulut yang bervanasi sehingga satu kelompok serangga dengan yang

Selain itu sebagai perusahaan manufaktur, PT Semen Padang harus menjaga keselamatan kerja karyawannya karena dengan adanya kecelakaan kerja akan mempengaruhi proses

Mangifera lainnya yang dapat dimakan mempunyai kualitas buah yang lebih rendah dan umumnya dikenal sebagai mangga liar (kerabat mangga). Marga Mangifera berasal dari

rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kategori KAM atas dan bawah diperoleh bahwa rata-rata pe- ningkatan kelas eksperimen lebih besar dari- pada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesempatan investasi, struktur kepemilikan, leverage, ukuran perusahaan, kualitas auditor eksternal, dan profitabilitas

Kami mengharapkan Pemasok melindungi informasi pribadi yang diberikan Monsanto kepada Pemasok atau diminta oleh Pemasok, yang berkaitan dengan karyawan, pelanggan, dan pihak