• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

19

A. MINAT NASABAH

1. Pengertian Minat

Menurut Komarudin Minat Nasabah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh, minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. Ada beberapa tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umumnya dilakukan oleh seseorang yaitu pengenalan kebutuhan dan proses informasi konsumen.1

Minat dalam pandangan Islam yaitu Al-Quran dalam surat Al-Alaq ayat pertama yang berartikan “Bacalah” dimana memerintahkan agar kita membaca, maksudnya membaca bukan hanya membaca buku atau dalam arti tekstual saja, akan tetapi juga semua aspek apakah itu untuk membaca cakrawala jasad yang merupakan tanda kekuasaannya kita dapat memahami apa yang sebenarnya menarik minat kita dalam hidup ini.2

1 Komarudin,Kamus Perbankan,(Jakarta:Grafindo ,1994),hlm.94

2Andi Mappiere,Psikolog orang Dewasa bagi Penyesuaian dan Pendidikan,(Surabaya:

(2)

Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat,3 yaitu: a. Perbedaan pekerjaan artinya dengan adanya perbedaan

pekerjaan seseorang dapat memperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain. b. Perbedaan sosial ekonomi artinya seseorang mempunyai sosial

ekonomi artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.

c. Perbedaan hobi/kegemaran, artinya bagaimana seseorang mengggunakan waktu senggangnya.

d. Perbedaan jenis kelamin, artinya, minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja.

e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas, benda, dan seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang dan jasa perusahaan adalah4 :

1. Faktor Lingkungan Ekstern

Perilaku konsumen sangat dipengaruhi berbagai lapisan masyarakat di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Ini berarti

3 Malayu Hasibuan,Dasar-dasar Perbankan,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),hlm.205

4 Basu Swastha Dharmmesta dan T. Hani Handoko,Manajemen Pemasaran Analisis

(3)

konsumen yang berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda. Faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu : (1) kebudayaan (culture) dan kebudayaan khusus (subculture); (2) kelas sosial (social class); (3) kelompok-kelompok sosial (social group) dan kelompok referensi (reference group); dan (4) keluarga (family).

2. Faktor Lingkungan Intern

Selain faktor lingkungan ekstern, faktor Psikologis yang berasal dari proses intern individu, sangat berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Teori-teori psikologis akan banyak membantu dalam memberikan pengetahuan yang sangat penting tentang alasan-alasan menyangkut perilaku konsumen. Faktor-faktor psikologis yang menjadi faktor dasar dalam perilaku konsumen adalah (1) motivasi, (2) Pengamatan, (3) belajar, (4) Kepribadian dan konsep diri, dan (5) Sikap.

Selain itu juga Swastha dan Irwan mengemukakan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam minat beli antara lain :

a. Ketertarikan (Interest) yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan perasaan senang,

(4)

b. Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki,

c. Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna, dan keuntungan dari produk yang akan dibeli.5

2. Pengertian Nasabah

Nasabah disini adalah nasabah debitur, yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau dipersamakan berdasarkan perjanjian bank dengan sasabah yang bersangkutan.6

Nasabah adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.7

Minat nasabah adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih, ketika seseorang menilai bahwa sesuatu bisa bermanfaat, maka bisa menjadi berminat, kemudian hal tersebut bisa mendatangkan kepuasan, ketika kepuasan menurun maka minatnya juga bisa

5

Swastha dan Irwan,Perilaku Konsumen,(Alfabeta:Bandung,2001),hlm.95

6Eti rochaety dan Ratiih Tresnati,Kamus Istilah Ekonomi,(Jakarta:Bumi Aksara,

2005),hlm.257

7 Heri Sudarsono dan Priyonggo Suseno,Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan

(5)

menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat nasabah adalah motivasi nasabah untuk melakukan atau menilai suatu produk dalam bank sehingga mendatangkan kepuasan.

B. WADI’AH

1. Pengertian Wadi‟ah

Barang titipan dikenal dalam bahasa fiqih dengan al-wadiah, menurut bahasa al-wadiah adalah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaga ( Ma Wadi‟a „inda Ghair Malikihi Layahfadzahu ), berarti bahwa al-wadiah ialah memberikan.8

Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya.9

Menurut Rifqi Muhammad, wadi‟ah dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek murni, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.10

8 H.Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hlm.183

9 Wiroso,Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah,(Jakarta:PT

Grasindo,2005),hlm 20 10

(6)

Prinsip wadi‟ah hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminkamkan uang dan bank bertindak sebagai yang peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.

b. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

d. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.11

11

Dwi Suwikyo,Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hlm.21

(7)

2. Landasan Hukum tentang Wadi‟ah 1) Al Qur‟an

Wadi‟ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, Firman allah swt dalam surat Al-Baqarah : 283

                                                    

yang artinya : “ jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan bertaqwalah kepada Allah sebagai Tuhannya.12

                                        

“ sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...” (QS. An-Nisa : 58)13

“...Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya...” (QS. Al-Baqarah :283)

12 Hertanto Widodo,PAS (Pedoman Akuntansi Syariah),(Bandung:Mizan,1999),hlm. 50

13

(8)

2) Dalil Al-Hadits Tentang Wadi‟ah

Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ِوْيَلَع َناَمَض َلاَف ٌةَعْيِدَو َعَدْوَأ ْهَم

(

ىنطقرادلا هاور

)

“Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin (HR.Daruquthni)14

Dari Ibnu Umar berkata , bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda,

ٍهَمَتْؤُم ىَلَع َناَمَضَلا

(

ىقهيبلا هاور

)

“Tidak ada kewajiban menjamin untuk orang yang diberi amanat” (HR. Al-Baihaqi).15

3) Fatwa DSN tentang Akad Wadi‟ah

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional yang mengatur tentang akad wadi‟ah terdapat pada Fatwa DSN No:02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan, sebagai berikut:

a. Bersifat simpanan,

b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan,

c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

14 Rifqi Muhammad,Op.Cit,hlm.396

15

(9)

Jadi tabungan/simpanan wadi‟ah merupakan tabungan yang dapat ditarik setiap saat.16

3. Rukun dan Syarat Wadi‟ah

Menurut Syafi‟iyah al-wadi‟ah memiliki tiga rukun, yaitu :

a. Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkan adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara‟

b. Orang yang menitipkan dan yang menerima titipan, diisyaratkan bagi penitip dan penerima titipan sudah baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil.

c. Shigat ijab dan kabul al-wadi‟ah, diisyaratkan pada ijab dan kabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.17

4. Sistem Pemberian Bonus

Sebagai konsekuensi dari wadi‟ah yad dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank (demikian juga ia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapatkan jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga fasilitas-fasilitas giro lainnya.

16 Rifqi Muhammad,Op.Cit,hlm.397

17

(10)

Sesungguhpun demikian, bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.18

Bank syariah memberikan bonus kepada nasabah yang memiliki produk berupa tabungan wadi‟ah. Besarnya bonus yang diterima oleh nasabah penabung tidak boleh ditentukan di awal akad, melainkan sepenuhnya diserahkan kepada kebijaksanaan bank syariah yang bersangkutan.19 Nasabah dalam hal ini tidak menanggung resiko kerugian dan uangnya dapat diambil sewaktu-waktu secara utuh setelah dikurangi biaya administrasi yang telah ditentukan oleh bank. Pada pelaksanaannya, wadi‟ah terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Wadi‟ah yad al-amanah

Wadi‟ah yad al-amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas

18 Muhammad Syafi‟i Antonio,Op.Cit,hlm.87

19 Abdul Ghofur Anshori,Perbankan Syariah di Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada

(11)

kehilangan/kerusakan barang/uang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.20

Sumber:Sunarto Zulkifli (2003)

Keterangan :

Dengan konsep al-wadi‟ah yad al-amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman.21

Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

20Sunarto Zulkifli,PANDUAN PRAKTIS TRANSAKSI PERBANKAN

SYARIAH,(Jakarta:Zikrul Hakim,2003), hlm.34

21 Muhammad Syafi‟i Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktek,(Jakarta:Gema Insani

Press,2001),hlm.87 NASABAH Muwaddi’ (Penitip) BANK (Mustawd a’ (Penyimpa n) 1. Titip Barang 2. Bebankan Biaya Penitipan Gambar 2.1 Skema Wadi’ah Yad

(12)

b. Wadi‟ah yad adh-dhamanah

Wadi‟ah yad adh-dhamanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan berang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.22

Pada prinsip transaksi ini, pihak yang menitipkan barang/uang tidak perlu mengeluarkan biaya, bahkan atas kebijakan pihak yang menerima titipan, pihak yang menitipkan dapat memperoleh manfaat berupa bonus atau hadiah.

Sumber :Sunarto Zulkifli (2003)

22Sunarto Zulkifli,Op.Cit.,hlm.35 Nasabah BMT User of Fund (Nasabah Pengguna) Dana 4. Beri Bonus 3.Bagi Hasil 2. Pemanfaatan Dana 1. Titipan Dana Gambar 2.2

(13)

Keterangan:

Dengan konsep al-wadi‟ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.23

23

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dilakukan analisis hasil jawaban siswa berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil jawaban

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Inspektur, Sekretaris, Inspektur Pembantu Wilayah, Kepala Subbagian, Kelompok Jabatan Fungsional, Auditor dan Pengawas

Dengan demikian, hubungan antara nilai, norma, dan moral dapat dinyatakan bahwa norma pada dasarnya merupakan nilai yang dibakukan, dijadikan standar atau ukuran

Kedua , aspek pembaruan hukum keluarga sangat penting diteliti karena banyak produk hukum dari sebuah fatwa memberikan warna baru hukum Islam bahkan berlainan dengan nas baik

Belum adanya format laporan yang baku untuk evaluasi pelatihan Internasional tentu akan menyulitkan pihak terkait yang membutuhkan informasi dalam laporan hasil evaluasi

“Novice Speakers” shall have the same meaning as described in Article 4 of this Rule, subject to the provision of this Rule; “Novice Speaker Awards” means individual awards

Karena, shalat berjamaah itu lebih baik dari pada shalat sendirian.Jauh perbedaan derajatnya antara shalat berjamaah dengan shalat sendirian. Dari shalat berjamaah

Hal ini dikarenakan beberapa hal, yaitu karena tidak memiliki waktu, disibukan dengan pekerjaan (kuliah, pegawai), malas, tidak tahu harus berolahraga apa, tempat olahraga