Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA PADA
RAHANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
BUNGA A.R NIM : 060600028
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2009
Bunga A.R
Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang.
viii + 24 halaman
Fibrous Displasia adalah suatu penyakit tulang yang terjadi karena adanya
diferensiasi abnormal dari osteoblas yang akan mengakibatkan terjadinya pergantian
jaringan tulang normal menjadi jaringan fibrous. Fibrous dysplasia dapat juga
merupakan komplikasi dari fraktur patologis serta dapat berdegenerasi menjadi
malignan dan dapat juga berasosiasi dengan kista aneurysmal. Lesi pada fibrous
displasia berjalan lambat dan tanpa keluhan sehingga hal ini jarang mendapat
perhatian sampai pasien menyadarinya.
Gambaran histologi dari monostotik fibrous displasia pada rahang lebih
bervariasi dari tulang lain. Gambaran radiografi monostotik fibrous displasia pada
tahap inisial menunjukkan gambaran radiolusen yang unilokular ataupun
multilokular, Selanjutnya akan menjadi gambaran yang lebih spesifik yaitu berupa
gambaran “ground glass ”, “ orange peel ” atau “ finger print ” dengan batas yang
tidak begitu jelas dan menjadi semakin radiopaque seiring dengan bertambahnya
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Perawatan monostotik fibrous displasia adalah dengan observasi dan
pembedahan. Lesi ini mempunyai prognosa yang baik karena berupa lesi benigna.
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 9 November 2009
Pembimbing : Tanda tangan
H. Asfan Bahri, drg., Sp. RKG ………
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 9 November 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel,drg.,M.Kes., Sp.RKG
ANGGOTA : 1. H. Asfan Bahri,drg.,Sp.RKG
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini , penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. H. Asfan Bahri, drg., Sp.RKG selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Seluruh staf pengajar Radiologi Dental (Trelia Boel,drg., M.Kes., Sp.RKG,
Amrin Thahir, drg , Lidya Irani Nainggolan, drg) beserta staf pengajar lainnya di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.
3. Syafrinani, drg., Sp.Pros selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan selama menuntut ilmu.
4. Ayahanda tercinta H.Ayub SH.,M.H dan ibunda Hj.Rukiah SH atas segala kasih
sayang , doa, dan bantuan berupa moril dan materiil yang tidak akan terbalas oleh
penulis dan juga saudara penulis Putri AR SH, Cory AR ST, M.faisal.
5. Anwar Karim SKG, David Fatola SKG, Heriyanto Halim SKG sebagai senior
yang telah banyak membantu dalam persiapan sidang skripsi dan memberikan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
6. Chandra Susanto, Handoko, Helly, Daisy,Yemima, Inggrid, Kiki dkk, dan
teman-teman lain yang mungkin terlewatkan oleh penulis.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembang ilmu dan
masyarakat.
Medan, 28 Oktober 2009 Penulis
(Bunga A.R)
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………. iii
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR GAMBAR ………. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN KLASIFIKASI FIBROUS DISPLASIA 2.1 Definisi dan Etiologi... 3
2.2 Patofisiologi ... 3
2.3 Klasifikasi Fibrous Displasia ... 4
2.3.1 Polyostotik Fibrous Displasia ... 4
2.3.1 Monostotik Fibrous Displasia ... 5
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
3.2 Gambaran histologi monostotik fibrous displasia ... 10
BAB 4 GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA ... 12
BAB 5 PERAWATAN, PROGNOSIS DAN DIAGNOSA BANDING MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA 5.1 Perawatan dan Prognosis ... 18
5.2 Diagnosa Banding ... 19
BAB 6 KESIMPULAN ... 22
DAFTAR RUJUKAN ... 23
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Woven bone dan Lamellar bone pada fibrous displasia ……….. 4
2. pembengkakan unilateral yang mengakibatkan bentuk wajah
asimetris ……… 9
3. Pembengkakan yang mengakibatkan gigi yang tidak teratur letaknya,
tipping atau berpindah akibat maloklusi ……….. 9
4. Menunjukkan gambaran selular dan bentuk trabekula tulang yang
tidak teratur ……….. 11
5. Menunjukkan tidak adanya aktivitas osteoblas ……… 11
6. Radiografi okulsal menunjukkan gambaran radiolusen unilokular
dengan batas yang jelas ……… 12
7. Radiografi panoramik menunjukkan gambaran ground glass dengan
batas yang tidak jelas pada maksila ………. 13
8. Gambaran axial CT menunjukkan gambaran ground glass pada
mandibula ………. 13
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Mandibula ……… 14
10.Radiografi periapikal menunjukkan gambaran orange peel pada
Maksila ……… 14
11.Radiografi panoramic menunjukkan gambaran ground glass
disertai dengan hilangya lamina dura dan penipisan tulang kortikal
pada tepi bawah mandibula ………. 15
12.Radiografi oklusal menunjukkan pembesaran pada daerah bukal dan
lingual ……… 15
13.Radiografi pandangan anteroposterior menunjukkan pembesaran
monostotic fibrous dysplasia pada daerah posterior kanan maksila
menyebar sampai ke zygoma dan terjadi obliterasi total pada
antrum sebelah kanan ……….. 16
14.Gambaran coronal CT menunjukkan dinding lateral sinus menjadi
lebar tetapi daerah zygomaticus masih baik ... 16
15.Radiografi pandangan oblique pada mandibula sebelah kiri
menunjukkan pembesaran sklerotik pada ramus mandibula dan
menyebar ke daerah prosessus coronoid ………. 17
16.ossfying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas
yang lebih jelas ………. 20
17.Gambaran panoramik: A. Menunjukkan brown tumor pada mandibula
B. Menunjukkan hilangnya lamina dura C. Gambaran histologi
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
kembali terbentuk ……… 21
18.Gambaran periapikal menunjukkan periapikal cemental dysplasia ….. 21
BAB 1
PENDAHULUAN
Fibrous displasia adalah satu jenis kelainan tulang yang merupakan kondisi
patologis jinak pada tulang dan sering dijumpai pada maksila, tulang tengkorak
maupun mandibula. Pada kebanyakan kasus, lesi ini sering dijumpai pada masa
anak-anak dan pada dewasa muda tetapi jarang mendapat perhatian sampai kemudian
pasien menyadarinya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan lesi yang berjalan
lambat dan tanpa keluhan. Pada tahun 1938 Lichenstein memperkenalkan istilah
fibrous displasia dan menemukan bahwa fibrous dysplasia dapat terjadi pada satu atau
beberapa tulang.¹
Monostotik fibrous displasia merupakan bentuk penyakit fibrous dysplasia
yang hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Kelainan ini dimulai pada masa
anak-anak kemudian mengalami pertambahan osifikasi dan tertahan pada masa
dewasa. Lebih dari 80 % dari kasus yang ada merupakan kasus monostotik fibrous
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
sama pada kedua jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Monostotik fibrous
displasia meskipun tidak begitu parah dibandingkan poliostotic fibrous dysplasia
namun lebih besar mendapatkan perhatian dokter gigi karena kasus monostotic
fibrous dysplasia sering dijumpai. Ziadi et al melakukan penelitian terhadap 18 kasus
yang didiagnosa sebagai kraniofasial fibrous dysplasia antara tahun 1990 sampai
2005 dan menemukan bahwa kebanyakan kasus merupakan monostotic fibrous
dysplasia (94%). Hanya 1 kasus yang merupakan polyostotik. Lokasi yang paling
sering ditemukan adalah pada maksila dan mandibula (83.3%).¹,²
Di dalam skripsi ini penulis akan membahas tentang fibrous displasia,
terutama monostotik fibrous displasia yang mencakup gambaran klinis, gambaran
histopatologis, gambaran radiografi dan perawatan serta prognosis dari penyakit ini.
Pada bab 4, penulis akan membahas secara khusus mengenai gambaran radiografi
monostotik fibrous displasia yang tujuannya untuk mendapatkan ciri-ciri dari
gambaran radiografi penyakit ini yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosa
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
BAB 2
DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN KLASIFIKASI FIBROUS
DISPLASIA
2.1 Definisi dan Etiologi
Fibrous displasia merupakan salah satu penyakit jaringan tulang yang paling
rumit. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya etiologi, patologi yang tidak pasti dan
histologi yang tidak jelas dari penyakit ini.3
Fibrous displasia adalah suatu kelainan tulang yang benigna, kronis serta
berkembang secara lambat.. Fibrous displasia ditandai dengan adanya jaringan
fibrous dan woven bone pada tulang normal yang akan mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan abnormal, rasa sakit, deformitas serta resorbsi pada tulang yang
terlibat, sehingga tulang menjadi membesar dan asimetri. Pertumbuhan yang tidak
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
jaringan mesenkimal sehingga terbentuk proliferasi abnormal dari sel-sel
mesenkimal.3,4,5
Fibrous displasia dapat juga merupakan komplikasi dari fraktur yang
patologis dan oleh degenerasi malignan (jarang). Selain itu, penyakit ini juga dapat
berasosiasi dengan kista aneurysmal.6
2.2 Patofisiologi
Fibrous displasia merupakan abnormalitas tulang yang biasa timbul pada usia
pertumbuhan dan perkembangan. Displasia berarti perkembangan yang abnormal.
Kelainan ini merupakan penyakit tulang dimana lapisan terluar dari tulang menjadi
tipis dan bagian dalam sumsum tulang digantikan jaringan fibrous yang berpasir yang
terdiri atas fragmen- fragmen tulang yang tajam seperti jarum.5
Pada fibrous displasia terjadi displasia jaringan ikat fibrosa yang mengandung
trabekula tulang dengan karakteristik seperti pusaran dari sel spindel, fokal kalsifikasi
dari woven bone. Gambaran ini disebut Chinese Character. Pada tulang yang telah
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Gambar 1. Woven bone dan Lamellar bone pada fibrous displasia.7
Penyakit ini umumnya jelas kelihatan pada masa kanak-kanak, bisa muncul
hanya pada satu tulang saja (monostotik displasia) ataupun pada beberapa tulang
(poliostotik fibrous displasia). Selanjutnya sering ditemukan saat terjadinya fraktur
tulang akibat trauma minor. Sayangnya, fraktur yang diakibatkan oleh tulang yang
displasia tidak dapat sembuh secara sempurna jika jaringan fibrous ini tidak diatasi
secara operasional.5
Kelainan yang terjadi merupakan tumor tulang benigna yang akan terus
tumbuh sampai masa remaja sempurna. Setelah terjadi pertumbuhan sempurna,
perkembangan abnormalitas ini akan berhenti, tetapi penderita akan memiliki satu
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. 2.3 Klasifikasi Fibrous Displasia
Sejak istilah fibrous displasia diperkenalkan pertama kali oleh Lichtenstein
tahun 1938, banyak perkembangan klasifikasi berdasarkan kondisi dari penyakit ini,
tetapi sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman, Kelainan ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah tulang yang terlibat. Fibrous displasia bisa
muncul hanya pada satu tulang saja (monostotik displasia) ataupun pada beberapa
tulang (poliostotik fibrous displasia).8
2.3.1 Monostotik Fibrous Displasia
Kira- kira 70-80% fibrous displasia adalah monostotik. Monostotik fibrous
displasia umumnya muncul di tulang rusuk (28%), femur (23%), tibia atau tulang
kraniofacial (10-25%), humerus, dan vertebra dalam persentase yang lebih kecil.²
Penyakit ini dapat muncul dengan rasa sakit ataupun fraktur patologis pada
pasien umur 10-70 tahun, tetapi lebih sering pada pasien umur 10-30 tahun. Derajat
deformitas dari monostotik fibrous displasia lebih rendah daripada tipe polyostotik.
Biasanya monostotik fibrous displasia tidak akan menjadi polyostotik fibrous
displasia. Namun, lesi pada monostotik tidak akan bertambah besar secara terus
menerus tetapi akan menjadi inaktif pada masa pubertas.²
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Kira-kira 20-39% fibrous displasia adalah poliostotik. Poliostotik fibrous
displasia lebih sering melibatkan tulang tengkorak dan wajah, pelvis, tulang
belakang, dan sekeliling tulang bahu. Selain itu, juga bisa terdapat di femur, tibia,
tulang rusuk, ekstremitas atas, lumbar spine, klavikula, dan tulang servikal. Kelainan
dapat berupa unilateral atau bilateral, dan dapat terjadi di beberapa tulang pada satu
atau dua anggota gerak tubuh atau tanpa keterlibatan kerangka aksial.²
Poliostotik fibrous displasia biasanya terjadi pada kelompok umur yang lebih
muda dari monostotik fibrous displasia. Gejala-gejala awal dari Lesi ini adalah
berupa rasa sakit karena keterlibatan anggota gerak tubuh sehingga menjadi pincang
dan fraktur spontan ataupun karena keduanya. Diskrepansi panjang kaki muncul
sekitar 70% dari pasien dengan keterlibatan anggota gerak tubuh. Keseluruhan
struktur tulang dapat menjadi lemah, dan bagian tulang yang menahan beban menjadi
membungkuk. Lengkungan pangkal paha dan bagian proksimal kaki bertambah
disebabkan adanya lesi pada femur (shepherd’s crook deformity). Keterlibatan tulang
tengkorak akan mengakibatkan disfungsi nervus cranial dengan pelemahan
pendengaran dan visualitas.²
Poliostotik fibrous displasia dapat dibagi lagi menjadi jaffe type dan albright’s
syndrome. Jaffe type merupakan fibrous displasia yang melibatkan beberapa tulang
disertai dengan lesi pigmentasi pada kulit sedangkan Albright’s syndrome sama
dengan jaff type, yang membedakannya adalah adanya keterlibatan gangguan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
BAB 3
GAMBARAN KLINIS DAN GAMBARAN HISTOLOGIS MONOSTOTIK
FIBROUS DISPLASIA
3.1 Gambaran klinis Monostotik Fibrous Displasia
Secara klinis monostotik fibrous displasia merupakan suatu penyakit yang
asimtomatis. Monostotik fibrous displasia sering terjadi pada maksila dibandingkan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
wanita. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda yang berusia
20-30 tahun dibandingkan yang berusia lebih tua. Pada maksila terlihat pembengkakan
yang tidak sakit, yang membesar, tidak jelas, dan berbentuk bulat. Massa tersebut
dapat menjadi lebih besar sehingga dapat menggangu fungsi pengunyahan.1,8
Pada mandibula, pembengkakan dapat melibatkan daerah labial atau bukal
dan juga sering pada daerah lingual. Terkadang pada mandibula juga terjadi
penonjolan yang buruk pada bagian tepi inferior.1,4
Lesi pada maksila yang meluas dapat melibatkan sinus maksilaris, tulang
zygomatik, tulang sphenoid dan dasar orbita. Pembengkakan yang tidak stabil
membesar dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan pembengkakan unilateral
yang mengakibatkan bentuk wajah asimetris. Jika pembengkakan berada di maksila
maka terjadi penonjolan pada pipi dan perluasan lempeng kortikal.1,9
Gambar 2. pembengkakan unilateral yang mengakibatkan bentuk
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Pada beberapa kasus, dimana pertumbuhannya lebih cepat dan luas mungkin
terjadi pembengkakan yang jelas dari pipi dan terjadi exopthalmus. Pada rahang
terdapat beberapa gigi yang tidak teratur letaknya, tipping atau berpindah akibat
maloklusi dan gangguan pola erupsi.¹
Gambar 3.
Pada pemeriksaan rongga mulut tidak terlihat perubahan pada mukosa, warna
normal, tetap melekat erat pada tulang tanpa kerusakan pada periosteum. Pada
beberapa kasus permukaan tulang licin tapi pada kasus lain dijumpai permukaan yang
nodular dan ekspansi. Selain itu terlihat pembesaran tulang yang dapat berkembang
selama bertahun-tahun, tetapi ada kecenderungan untuk berhenti setelah pertumbuhan
tulang selesai.¹
3.2 Gambaran Histologis Monostotik Fibrous Displasia
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Secara mikrokospis lesi memperlihatkan penggantian tulang normal oleh
jaringan fibrous yang mengandung tulang dan trabekula yang metaplasia. Gambaran
histologis dari fibrous displasia pada rahang lebih bervariasi dari pada tulang lain.1,8
Jaringan fibrous displasia banyak mengandung sel-sel dan memperlihatkan
bentuk lingkaran yang berisi jalinan berkas kolagen yang tebal. Secara tipikal,
trabekula tulang yang baru terbentuk tidak teratur dan berisi susunan tulang berserat
kasar dan belum matang dengan jumlah osteoid yang bermacam-macam.1
Fibrous displasia terdiri dari beberapa gambaran yaitu selular, proliferasi
fibrous jaringan penyambung yang berbentuk foci dan ketidakaturan bentuk trabekula
tulang yang tidak matang. Serat kolagen yang lengkap tersusun dalam pola stratified
(bentuk bertingkat) dari jalinan berkas kolagen. Fibroblas memperlihatkan bentuk
yang sama, nukleus berbentuk spindel sampai stellate. Trabekulla tulang
menunjukkan kurangnya aktivitas oseoklas dan kurangnya osteoblas disekeliling
tulang trabekula.1,10
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
BAB 4
GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS
DISPLASIA PADA RAHANG
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Secara umum pemeriksaan foto roentgen fibrous displasia pada rahang
memberikan gambaran yang bervariasi, tergantung pada tahap dari penyakit serta
mempunyai gambaran yang radiolusen sampai massa radiopaque yang padat.¹
Pada monostotik fibrous displasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi
yang bisa dilihat. Gambaran pertama yaitu lesi biasanya berupa gambaran radiolusen
kecil yang unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Kedua bentuk ini masih
mempunyai batas yang jelas dan masih terdiri atas jaringan tulang trabekular yang
baik. Gambaran klinis pada tahap ini jarang sekali terlihat karena masih berupa tahap
permulaan terjadinya penyakit.8,9
Gambar 6.
Gambaran kedua yaitu berupa gambaran yang secara berangsur-angsur menjadi
opaque. Gambaran ini disebut juga dengan gambaran “ground glass ”, “ orange peel ” atau “
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
finger print ” dengan batas yang tidak begitu jelas. Gambaran ini terjadi karena terbentuknya
spikula tulang yang baru secara tidak teratur. Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi
opaque seiring dengan bertambahnya umur dan matangnya lesi.8,9
Gambar 7.
Gambar 8.
Radiografi panoramik menunjukkan gambaran ground glass dengan batas yang tidak jelas pada maksila.11
Gambaran axial CT menunjukkangambaran
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. Gambar 9.
Ketiga gambaran radiografi tersebut dapat terjadi di maksila dan mandibula
serta biasanya terjadi penipisan tulang kortikal akibat pembesaran dan pertumbuhan
lesi. Akar pada gigi daerah yang terlibat dapat terjadi perubahan posisi tetapi jarang
Radiografi periapikal menunjukkan gambaran finger print pada mandibula.
¹²
Radiografi periapikal menunjukkan gambaran orange peel pada maksila.12
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
terjadi resorbsi dan juga dapat terjadi hilangnya lamina dura. Pada beberapa kasus,
tulang menjadi sangat opaque sehingga akar gigi menjadi tidak jelas ataupun tidak
terlihat. Selain akar gigi, gambaran radiografi juga memperlihatkan adanya
pembesaran pada daerah bukal dan lingual tulang alveolar, hilangnya batas dari
antrum ataupun hilangnya antrum itu sendiri serta keterlibatan tulang-tulang lainnya
seperti zygoma, sphenoid, occiput, dan sampai dasar dari tulang tengkorak.8,9
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. Gambar 12.
Gambar 13.
Radiografi oklusal menunjukkan pembesaran pada daerah bukal dan lingual.9
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Gambar 15.
Radiografi pandangan oblique pada mandibula sebelah kiri menunjukkan pembesaran sklerotik pada ramus mandibula dan menyebar ke daerah prosessus coronoid.12
Gambaran coronal CT menunjukkan dinding lateral sinus menjadi lebar tetapi daerah zygomaticus masih baik.12
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
BAB 5
PERAWATAN, PROGNOSIS DAN DIAGNOSA BANDING
5.1 Perawatan dan Prognosis
Perawatan monostotik fibrous displasia dapat dilakukan dengan beberapa cara
tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan dari lesi ini. Perawatan untuk
monostoik fibrous displasia pada rahang biasanya berupa observasi dan
pembedahan.5
Perawatan secara observasi dilakukan apabila lesi berupa lesi yang
asimtomatis, tidak terlihat adanya resiko fraktur secara patologis dan resiko
terjadinya deformitas pada tulang. Dilakukan secara observasi karena mengingat
bahwa pertumbuhan lesi akan berhenti setelah masa pertumbuhan anak selesai.
Tindakan follow-up radiografi setiap 6 bulan diperlukan untuk memastikan tidak
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan lesi.14
Perawatan yang terbaik dari kasus monostotik fibrous displasia adalah dengan
pembedahan. Terhadap lesi yang melibatkan tulang rahang dan wajah maka
pembedahan harus dapat mempertahankan bentuk estetik dari wajah atau remodeling
prosessus alveolaris untuk dapat memperbaiki retensi protesa. Ini berarti perawatan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
tumor (lesi) secara pembedahan dengan mengembalikan kontur tulang seperti semula.
Pengambilan tulang mudah dilakukan karena umumnya tulang yang dikenai menjadi
lunak dan pengambilan tulang lebih banyak mungkin diperlukan untuk memperoleh
penyembuhan yang lebih baik.¹
Apabila lesi telah meluas dan pengambilan secara keseluruhan sampai
batas-batas tulang yang terlibat tidak memungkinkan, maka pembedahan secara konservatif
diperlukan untuk tujuan estetik, yaitu dengan melakukan pembedahan hanya sampai
batas-batas estetik yang dapat dicapai karena setelah masa pubertas ada
kecenderungan pertumbuhan lesi akan berhenti dan hasil operasi yag dicapai akan
lebih memuaskan.¹
Berdasarkan penelitian oleh Schwartz dan Alpert pada monostotik fibrous
displasia perawatan dengan sinar X adalah sangat dilarang karena dapat
mengakibatkan lesi ini menjadi malignan yaitu merangsang pembentukan sarcoma.
Tanner dkk juga melaporkan empat kasus tentang pembentukan sarcoma pada tulang
rahang dan wajah sebagai akibat perawatan fibrous dysplasia dengan menggunakan
sinar X.8
Prognosis pada penyakit ini adalah sangat baik karena penyakit ini tidak
termasuk penyakit yang malignan kecuali apabila diterapi dengan sinar X. Pada
monostotik fibrous displasia prognosis akan semakin baik jika kekuatan tulang yang
terkena dapat diperkuat.15
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Lesi yang paling serupa dengan fibrous displasia adalah ossifying fibroma.
Selain itu, secara klinis dan radiografi fibrous dysplasia juga dapat menyerupai
paget's disease, periapikal cemental dysplasia, ataupun brown tumor of
hyperparathyroidism. Perbedaannya dapat diketahui berdasarkan kombinasi dari
gambaran klinis, gambaran radiografi, dan gambaran histologis.16
Secara histologis, ossifying fibroma dapat dikarakteristikkan dengan adanya
penggabungan tulang lamellar yang matang dan fibrous stroma, sedangkan pada
fibrous dysplasia terdapat woven bone yang tidak matang. Pada ossifying fibroma,
komponen tulang dikelilingi oleh osteoblast sedangkan pada fibrous dysplasia
komponen tulang dikelilingi oleh osteoblas yang tidak normal.secara radiografi
ossifying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas yang lebih jelas.
16
Gambar 16. ossfying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas yang lebih jelas.13
Paget’s disease mempunyai gambaran yang menyerupai fibrous dysplasia dan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
disease menyerang pada kelompok umur yang lebih tua dan apabila mandibula
terlibat, maka keseluruhan mandibula akan terlibat, tidak seperti fibrous dysplasia
yang biasanya unilateral.17
Karakteristik pada brown tumor juga menyerupai fibrous dysplasia. Brown
tumor biasanya merupakan lesi yang memiliki gambaran radiolusen dengan batas
yang jelas serta dapat terjadi erosi pada akar gigi yang terlibat.18
Periapikal cemental dysplasia kadang-kadang memiliki gambaran yang sama
dengan fibrous dysplasia. Yang membedakannya adalah pada Periapikal cemental
dysplasia biasanya menyerang pada kelompok umur yang lebih tua dan juga muncul
secara bilateral.17
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
BAB 6
KESIMPULAN
Monostotik fibrous displasia merupakan bentuk penyakit fibrous displasia
yang hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Monostotik fibrous displasia dapat
muncul dengan rasa sakit ataupun fraktur patologis pada pasien umur 10 -70 tahun,
tetapi lebih sering pada pasien umur 10-30 tahun.Monostotik fibrous displasia sering
terjadi pada maksila dibandingkan dengan mandibula.
Gambaran klinis pada maksila terlihat pembengkakan yang tidak sakit, yang
membesar, tidak jelas, berbentuk bulat. sedangkan di mandibula, pembengkakan
dapat melibatkan daerah labial atau bukal dan juga sering pada daerah lingual.
Terkadang pada mandibula juga terjadi penonjolan yang buruk pada bagian tepi
inferior.
Pada monostotik fibrous displasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi
yang bisa dilihat. Gambaran pertama berupa gambaran radiolusen kecil yang
unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Gambaran kedua yaitu gambaran
“ground glass ”, “ orange peel ” atau “ finger print ” dengan batas yang tidak begitu
jelas. Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi opaque seiring dengan
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
Perawatan untuk monostoik fibrous displasia pada rahang biasanya berupa
observasi dan pembedahan. Jika observasi maka tindakan follow-up radiografi setiap
6 bulan diperlukan untuk memastikan tidak terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan lesi. Prognosis pada penyakit ini adalah sangat baik karena penyakit
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009. DAFTAR PUSTAKA
1. Yumizone. Fibrous displasia. 2009.
http://yumizone.wordpress.com/2009/01/07/fibrous-displasia/
2. Anand MK. Fibrous dysplasia. 2009.
(21 Aug. 2009).
3. Anonymous. Fibrous dysplasia. 2009.
4. Cummings CW. Cummings otolaryngology head & neck surgery. 4th ed. USA
: Elsevier Mosby, 2005 : 2895.
(21 Aug. 2009).
5. Oldnall N. Fibrous dysplasia. 2004.
6. Fitzpatrick KA, Taljanovic MS, Speer DP, et.al. Imaging findings of fibrous
dysplasia with histopathologic and intraoperative correlation. AJR 2004; 182
: 1389-98.
7. Anonymous. Neoplasma tulang. 2007.
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
8. Shaffer, Mine, Levy. A text book of oral pathology. 4th ed . Canada : W.B
Saunders, 1983 : 694-9.
9. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4th ed. USA :
Elsevier Mosby, 2007 : 368,441.
10. Anonymous. Case study. 2006.
11. Ramadas K, Lucas E, Thomas G, et.al. Fibrous dysplasia. 2006.
http://screening.iarc.fr
12. Imaging Consult. Fibrous dysplasia (mandible). 2009.
(6 sept. 2009).
http://imaging.consult.com/image/
13. Anonymous. Radio-opaque and mixed density. 2007.
(10 Aug.2009).
14. Dicaprio MR, Enneking WF. Fibrous dysplasia. The Journal of Bone and
Joint Surgery (American) 2005;87:1848-64.
15. Anonymous. Fibrous dysplasia. 2006.
2009).
16. Roller CA. Fibrous dysplasia. 1999.
17. Marcilan. Fibrous dysplasia. 2009.
Bunga A. R : Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang, 2009.
18. McIvor j. Dental and maxillofacial radiology. Great Britain : Churchill
Livingstone, 1989 : 58-60.
19. Watanabe P, Farlan A, et.al. Radiographic Signals Detection of Systemic
Disease. Orthopantomographic Radiography. Int. J. Morphol., 26(4) : 915-26,
2008.
LAMPIRAN
1. Woven bone : Tulang yang immature
2. Chinese character : berbentuk seperti tulisan cina
3. Stellate : bentuk menerupai bintang
4. Exopthalmus : membesarnya bola mata dari kelopaknya
5. Ground glass : gambaran berkabut yang tidak jelas, seperti
pada radiografi paru yang kelebihan air
6. Orange peel : gambaran seperti kulit jeruk