• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang jumlahnya semakin bertambah sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup (Erliana, 2008). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut (Maryam,2008)

Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami peningkatan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahnu 2009 dapat mencapai 20, 55 juta jiwa (Maryam, 2008). Peningkatan jumlah lansia juga dapat dilihat di Bali. Jumlah lansia di Bali pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 13,73% dari tahun sebelumnya yaitu mencapai 568.140 jiwa (Dinkes Provinsi Bali, 2012)

Lansia mengalami kemunduran dalam berbagai hal terutama kemunduran fisiologis. Berbagai perubahan dalam sistem-sistem tubuh akan terjadi selama proses menua. Mekanisme pertahanan tubuh lansia menurun dengan bertambahnya umur yang menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada lansia, seperti penyakit degenerative (Nugroho, 2008). Prince dan Wilson (2005)

(2)

mengatakan bahwa salah satu penyakit degenerative yang sering dialami lansia adalah rematik terutama jenis osteoarthritis.

Osteoarthritis adalah bentuk dari atritis yang paling umum dan paling banyak penderitanya. Osteoarthritis merupakan penyakit radang sendi degenerative yang berhubungan dengan proses penuaan (Srikulmontree, 2012). Menurut Price dan Wilson (2005), osteoarthritis lebih banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang berusia lebih dari 45 tahun. Pertambahan usia berhubungan secara langsung dengan proses degenerative dalam sendi, mengingat kemampuan kartilago arterikuler untuk bertahan terhadap mikro fraktur dengan beban muatan rendah yang berulang-ulang mengalami penurunan (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization), prevalensi penderita osteoartritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita (Imayati, 2013). Osteoarthritis juga menjadi salah satu penyakit teratas yang diderita lansia di Bali. Rekapitulasi tahun 2012 menempatkan rematik sebagai penyakit yang pertama diderita lansia yaitu jumlahnya mencapai 7852 dengan persentase 11,81 % yang disusul dengan ISPA sebanyak 6182 dengan persentase 9,3% (Dinkes Prov. Bali, 2012).

Gejala umum dari osteoarthritis yang sering dikeluhkan adalah nyeri dan kekakuan di pagi hari. Rasa nyeri merupakan gejala penyakit osteoarthritis yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis

(3)

(Masyhurrosyidi, 2013). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang disbanding suatu penyakit manapun (Smeltzer & Bare, 2001).

Keluhan yang disebabkan penyakit osteoarthritis sering menyebabkan kualitas hidup pasien menjadi sangat menurun. Nyeri dapat berdampak pada keadaan fisiologis, psikologis dan social ekonomi penderitanya (Meliala, 2004). Apabila rasa nyeri tidak ditangani maka muncul masalah-masalah fisiologis lainnya seperti hipertensi, gangguan tidur, dan jantung berdebar-debar (Seno, 2008). Menurut Brown, dkk (2011), dampak psikologis dari nyeri yang dirasakan lansia adalah depresi dan menjadi beban tersendiri bagi penderitanya. Kehidupan sosial lansia juga terhambat oleh rasa nyeri yang dirasakannya. Secara ekonomi, lansia juga memerlukan pengeluaran untuk membeli obat-obat analgesik yang meredakan nyerinya (Cavalieri, 2007).

Penatalaksanaan osteoarthritis bertujuan untuk mencegah atau menahan kerusakan lebih lanjut pada sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilitas. Penatalaksanaan tersebut terdiri dari terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis (Price & Wilson, 2005). Menurut Hidayat, dkk (2004), terapi farmakologis yang diberikan untuk menghilangkan nyeri osteoarthritis adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Kelemahan dari penggunaan OAINS yaitu penggunaan jangka lama akan memperparah penyakit oteoatritis (Masyhurrosyidi, 2013). Selain itu, penggunaan OAINS yang tidak efektif dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti erosi pada

(4)

lambung, gangguan saluran pencernaan, kerusakan pada ginjal sampai perdarahan lambung. Resiko ini akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia penderita dan dosis yang dipakai (Smeltzer, 2003).

Selain terapi farmakologis, berbagai terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri juga telah berkembang seperti relaksasi, distraksi, guided imagery, biofeedback, dan stimulasi transkutaneus seperti kompres hangat (Potter & Perry, 2005). Penelitian dari murshyohidi (2003) menemukan bahwa kompres hangat dapat mengurangi skala nyeri yang dirasakan 20 lansia dengan osteoarthtirits di Puskesmas Arjuna , Jawa Timur.

Beberapa intervensi telah dilakukan, namun permasalah nyeri masih menjadi penderitaan bagi lansia dengan osteoarthritis. Menurut Ambardini (2007) mengatakan bahwa latihan fisik atau exercise juga bagian penting dari penanganan osteoarthritis. Penelitian dari Kolasinski (2005) menemukan bahwa low impact exercise seperti yoga dapat mengurangi gejala nyeri dan kekakuan sendi osteoarthritis.

Yoga merupakan salah satu praktek dari terapi mind body dan spiritual yang umum dilakukan di masyarakat luas. Ada tujuh cabang yoga yang dikenal yaitu Hatha Yoga, Laya Yoga, Mantra Yoga, Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga. Yoga yang digunakan dalam penelitian ini memfokuskan pada Hatha Yoga (Wiadnyana, 2010). Hatha Yoga adalah yoga yang menggabungkan beberapa latihan gerak atau exercise yang ringan dengan latihan napas. Sehingga Hatha Yoga dapat diaplikasikan pada lansia dengan osteoarthritis (Haaz,2009).

(5)

Beberapa teknik dasar dalam yoga seperti asana, dapat menjadi bentuk dasar dari latihan untuk meningkatkan fleksibelitas dan mengurangi nyeri pada sendi-sendi yang kaku. Selain itu teknik-teknik yoga seperti relaksasi dapat membuat bagian otot-otot yang mengalami spasme menjadi rileks dan dapat mengurangi nyeri yang terjadi di otot-otot tersebut. Beberapa pose yoga juga dapat meningkatkan sirkulasi darah (Suparyanto, 2011).

Banyak kalangan masyarakat yang telah melakukan praktek yoga. Yoga juga telah banyak berkembang dan diterima penggunaannya di manca Negara (Ratnadita, 2011). Pelaksanaan yoga di Bali juga sudah mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan yoga dipandang sebagai suatu teknik yang bermanfaat untuk mencapai kebugaran dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah serta menyembuhkan berbagai penyakit tertentu (Sriadi, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Jara Mara Pati Singaraja, lansia yang dirawat disini berjumlah 67 orang. Osteoarthritis menjadi penyakit yang sering dikeluhkan lansia di PSTW Jara Mara Pati. Osteoarthritis menyerang 37,33% lansia atau sekitar 25 lansia. Lansia yang mengeluh nyeri lebih sering mengandalkan obat untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri seperti Yoga belum berkembang di PSTW Jara Mara Pati ini.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh yoga terhadap skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di PSTW Jara Mara Pati.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Adakah pengaruh hatha yoga terhadap skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di PSTW Jara Mara Pati?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan hatha yoga terhadap skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di PSTW Jara Mara Pati.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi skala nyeri lansia dengan osteoarthritis sebelum diberikan latihan hatha yoga di PSTW Jara Mara Pati.

b. Mengidentifikasi skala nyeri lansia dengan osteoarthritis setelah diberikan latihan hatha yoga di PSTW Jara Mara Pati.

c. Menganalisa skala nyeri lansia dengan osteoarthritis sebelum dan sesudah pemberian hatha yoga di PSTW Jara Mara Pati.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu acuan bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian intervensi yoga untuk nyeri osteoarthritis.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat dijadikan refrensi untuk meningkatkan wawasan mengenai intervensi–intervensi untuk mengurangi nyeri pada lansia dengan osteoarthritis.

b. Dapat memberikan informasi tambahan kepada peneliti selanjutnya.

c. Bagi instansi Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Jara Mara Pati diharapkan hasil penelititan ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi lansia dengan osteoarthritis dan menjadi acuan dalam memeberikan perawatan untuk mengurangi nyeri pada lansia dengan osteoarthritis.

Referensi

Dokumen terkait

a) Perbedaan yang pertama adalah, bahwa pendekatan tradisional berusaha memantau dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Pendekatan ini mungkin melampaui ukuran

orang akan merasa semakin rileks dan mudah terjaga. Tahap ini berlangsung 10-20 menit yang ditandai dengan fungsi tubuh terus melambat. Seseorang akan sulit untuk dibangunkan

Kenyataannya, kreativitas penyampaian materi IPS di SMPN 2 Bukit Kemuning masih perlu ditingkatkan, belum memanfaatkan potensi peserta didik untuk belajar aktif sehingga

Dari 9 ruang lingkup pelayanan yang dianalisis, terdapat 2 kriteria/unsur yang masih belum memberikan kepuasan terhadap masyarakat, pertama prosedur pelayanan

Adapun tujuan dilaksanakan adalah : (1) mengetahui apakah bahan atau zat yang terkandung dalam lem Aibon; (2) mengetahui faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada

Jenis penelitian adalah studi kasus asuhan kebidanan komprehensif di Puskesmas Silawan, dilakukan dengan menggunakan metode studi penelaahan kasus yang terdiri

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Satrisman [4] menunjukkan analisis terhadap soal ujian nasional, terdapat satu kompetensi dasar tercantum pada SKL yang tidak memiliki

Peningkatan Kemampuan Membaca Awal dengan Media Papan Flannel Siswa Kelas , ³ 3DSDQ flannel adalah adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan