• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

JURNAL

AFRIZON NIM. 12090240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2016

(2)

Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat

(Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2005-2014)

Oleh:

, ,

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

2,3) Dosen program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

Jolianis, Yulna Dewita Hia

Dosen Programstudi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gunuang pangilun No. 1 Padang Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui dan menganalisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Objek penelitian dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Kota Padang. Data yang digunakan adalah data data panel dengan nilai n=10×19=190 tahun periode anggaran 2005-2014 yang diperoleh dari BPKAD dan BPS. Hasil penelitian menjelaskan bahwa 1) Variabel PAD berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Belanja daerah Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Barat jadi besarnya PAD, Terhadap Belanaja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar: 74% dan sisanya 26% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti

Abstract

This study aims to know and analyze the factors that Affect Shopping District / City of West Sumatra Province. This type of research used in this study is the quantitative approach. The object of research conducted in the District / City of West Sumatra Province, located in the city of Padang. The data used is data panel data with a value of n = 10 × 19 = 190 years of the budget period 2005-2014 were obtained from BPKAD and BPS. The results of the study explained that 1) Variable PAD positive effect and significant to the Shopping District / City of West Sumatra province so the amount of PAD, Against Belanaja District / City of West Sumatra Province is equal: 74% and the remaining 26% is influenced by other variables not examined by researchers

(3)

PENDAHULUAN

Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat Kabupaten dan Kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangan kebijakan ini diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004. Kedua UU ini mengatur tentang Pemerintah Daerah Dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan dan peluang bagi Pemerintah Daerah (pemda) dikarenakan Pemda memiliki kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat.

Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Selain itu UU juga memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja daerah dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah yang dialokasikan dalam APBD.

Proses penyusunan anggaran pasca UU No. 22 Tahun 1999 (dan UU No. 32 Tahun 2004) melibatkan dua pihak yaitu: pihak eksekutif dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Adapun eksekutif sebagai pelaksana operasional daerah berkewajiban membuat draft/rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan kalau sudah disahkan oleh DPRD dalam

proses ratifikasi anggaran. Penyusunan APBD diawali dengan kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang kebijakan umum APBD dan Prioritas serta Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja. Eksekutif membuat rancangan APBD sesuai dengan kebijakan umum APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum diterapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda).

Anggaran sektor publik pemerintah daerah dalam APBD sebenarnya merupakan output pengalokasian sumberdaya. Adapun pengalokasian sumberdaya merupakan permasalahan dasar dalam penganggaran sektor publik (Key dalam Yovita:2011:02). Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik, dan dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal dalam public expenditure management.

Pemerintah daerah

mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja daerah dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja daerah ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Akan tetapi pemanfaatan belanja daerah hendaknya dialokasikan untuk hal-hal yang produktif, misal untuk

(4)

melakukan aktivitas pembangunan dan program-program layanan publik.

Infrastuktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara aman dan nyaman yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat, dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut. Dengan bertambahnya Belanja Daerah maka akan berdampak pada periode yang akan datang yaitu produktivitas masyarakat meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan yang diperoleh dari dalam daerah yang mana pemungutan dan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan (Darise, 2009:33).

Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik tetapi yang terjadi adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah tidak diikuti dengan kenaikan anggaran Belanja Daerah yang signifikan hal ini

disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah tersebut banyak digunakan untuk membiayai belanja lainnya.

Peneliti diharapkan utnuk menambah wawasan ke ilmuan dan memeperdalam pengetahuan dan pengalaman tentang belanja daerah di kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Barat. Karen Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatan-kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini Pemerintah mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Salah satunya yaitu dana perimbangan dari pemerintah pusat yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan (UU No. 32 Tahun 2004). Dengan adanya transfer dana dari pemerintah pusat ini diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang didapatnya untuk membiayai Belanja Daerah di daerahnya.

Dalam Permendagri Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, menerangkan bahwa penggunaan dana perimbangan untuk DAK agar dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program kegiatan pendidikan dan kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dana Alokasi khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN

(5)

yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu pembiayaan kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK mamperhatikan ketersedian dana dalam APBN, yang berarti bahwa besaran dana alokasi khusus tidak dapat dipastikan setiap tahunnya, DAK diberikan kepada daerah apabila

daerah menghadapi masalah-masalah khusus seperti:

Adapun data Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Kusus dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:

Tabel .1

Data PDRB, PAD, DAU, DAK dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Belanja Daerah PAD DAU DAK

2005 4,320,358.79 284,425.97 2,599,229.95 946,994.49 2006 5,105,350.70 403,177.67 4,651,611.00 616,272.04 2007 6,825,903.57 486,885.68 5,203,054.80 698,663.78 2008 7,972,357.24 563,288.58 5,887,374.13 881,173.00 2009 8,576,810.67 621,700.46 6,016,158.04 881,879.74 2010 8,865,928.15 524,457.12 6,275,568.84 686,289.96 2011 9,622,634.66 781,193.60 6,635,883.34 741,635.05 2012 11,507,517.57 821,709.71 8,308,023.72 787,748.57 2013 12,891,023.72 929,374.89 10,488,232.17 922,718.26 2014 12,794,920.07 815,322.22 10,476,984.91 1,021,500.98 Sumber : BPS Kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat 2016

Dari data di atas dapat dilihat bahwa Belanja Daerah (BD) dari tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar Rp.4,320,358.79 pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan pertambahan sebesar Rp.6,825,903.57 dari sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2008 sampai tahun selanjutnya yaitu tahun 2015 Belanja daerah terus mengalami pertambahan sampai

Rp.13,996,491.95 Dalam hal ini dapat diketahui bahwa BD Kabupaten/Kota Provinsi sumatera Barat dari tahun ke tahun mengalami perubahan peningkatan pertambahan.

Sedangkan kondisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak jauh berbeda dengan kondisi BD, dimana kondisi PAD juga mengalami peningkatan pertambahan dari tahun ke tahun, dimana tingkat persentase

pertambahan PAD pada tahun 2005 sebesar yaitu sebesar Rp.284,425.97. Sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 tingkat pertambahan PAD hanya mengalami sedikit pertambahan. bahkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Adapun tingkat pertambahan yang menurun yaitu terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 524,457.12. Dengan perubahan PAD mengalami perubahan dari tahun ke tahun. yang semakin kecilnya PAD dapat dikatakan bahwa kemampuan untuk membiayai belanja akan mengalami penurunan bahkan tidak akan terdanai. Dengan kondisi seperti ini bahwa PAD belum dapat diandalkan untuk membiayai program dalam BD yang terus terjadi seiring tuntutan kebutuhan dan cakupan layanan publik yang harus semakin baik.

(6)

Dengan menurunnya kemampuan PAD dalam membiayai BD, maka dibutuhkan transfer dari pemerintah pusat yang disebut dengan DAU, dimana dalam data di atas dapat dilihat bahwa DAU mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Dan pada tahun 2005 DAU sebesar Rp. 2,599,229.95 sampai dengan tahun 2015 DAU terus mengalami peningkatan sapai mencapai Rp.10,983,299.47 Dengan kondisi seperti ini dapat terlihat bahwa DAU ikut membiayai operasi dan belanja pembangunan daerah yang oleh Pemda dilaporkan diperhitungan APBD. Tujuan dari tranfers DAU ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimun diseluruh wilayah.

Dengan adanya DAU kita harus menghubungkan dengan PAD Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi

Pemerintah Daerah sangatlah penting karena PAD menunjukkan kemampuan daerah dalam menggali sumber keuangnnya sendiri yang kemudian menjadi sebuah ukuran kinerja bagi Pemerintah Daerah dalam proses pengembangan ekonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah

METODOLOGI PENELITIAN Analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel karena data yang dianalisis berupa data pooled (gabungan antara data crossection dengan time series).

HASIL PELITIAN

Berdasarkan hasil yang diteliti dalam belanja daerah kabupaten/Kota Provinsi Sumatera, dapat dilahat pada tabel di bawah ini sebagai berikut. Tabel 4.9

Uji Regresi Data Panel Dependent Variable: BD?

Method: Pooled Least Squares Date: 08/12/16 Time: 19:32 Sample: 2005 2015

Included observations: 10 Cross-sections included: 19

Total pool (balanced) observations: 190

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6685.174 22745.03 0.293918 0.7691 PAD? 2.384313 0.298301 7.992974 0.0000 DAU? 0.818205 0.062756 13.03790 0.0000 DAK? 2.367662 0.473109 5.004478 0.0000 R-squared 0.792522 Mean dependent var 471788.9 Adjusted R-squared 0.789175 S.D. dependent var 260066.4 S.E. of regression 119411.2 Akaike info criterion 26.23936 Sum squared resid 2.65E+12 Schwarz criterion 26.30772 Log likelihood -2488.739 Hannan-Quinn criter. 26.26705 F-statistic 236.8263 Durbin-Watson stat 1.980014 Prob(F-statistic) 0.000000

(7)

Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = a +

Y = 6685.174+ 2.384313X1 + 0.818205X2 + 2.367662X4 Dari model persamaan regresi berganda di atas dapat diketahui bahwa:

1. Nilai konstanta sebesar 6685.174 Menunjukkan tanpa ada pengaruh dari variabel bebas. Dapat diartikan apabila variabel Belanja daerah meningkat sebesar 6685.174. 2. Koefisien regresi variabel

pendapatan asli daerah (X1) sebesar 2.384313 yang bertanda positif. Hal ini berarati ada pengaruh positif pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah, apabila nilai pendapatan asli daerah meningkat sebesar satu satuan maka akan meningkatkan belanja daerah sebesar 2.384313 dalam setiap satu satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

3. Koefisien regresi variabel DAU (X2) sebesar 0.818205 yang bertanda positif. Hal ini berarati ada pengaruh positif DAU terhadap belanja daerah, apabila DAU meningkat sebesar satu satuan maka akan meningkatkan belanja daerah sebesar 0.818205 dalam setiap satu satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

4. Koefisien regresi variabel dana alokasi kusus (X3) sebesar 2.367662 yang bertanda positif. Hal ini berarati ada pengaruh positif dana alokasi

kusus terhadap belanja daerah, apabila dana alokasi kusus (DAK) meningkat sebesar satuan maka akan meningkatkan belanja daerah sebesar 2.367662 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan.

PENGUJIAN HIPOTESIS a. Uji Statistik t

Berdasarkan hasil yang terlihat dapt diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut : 1. Variabel pendapatan asli daerah

(X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah (Y). Hal ini dapat diketahui dari nilai thitung sebesar 7.992974 > ttabel 1,66412 dengan α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semakin tingi pendapatan asli daerah maka belanja daerah juga akan meningkat.

2. Variabel dana alokasi umum (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah (Y). Hal ini dapat diketahui dari nilai thitung sebesar 13,037> ttabel 1,66412 dengan α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semakin tinngi dana alokasi umum juga akan meningkat belanja daerah.

3. Variabel Dana Alokasi Kusus (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah (Y). Hal ini dapat diketahui dari nilai thitung sebesar 5,004 > ttabel 1,66412 dengan α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semakin tinngi DAK juga akan meningkatkan belanja daerah. b. Uji Statistik F (uji Signifikansi

Simultan)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program eviews versi 6 dapat dilihat pada

(8)

tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Fhitung 236,82> Ftabel 2,72 dan nilai signifikan 0,00< =0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat dikatakan PAD, DAU, DAK secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat tentang Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah tahun anggaran 2005-2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara Parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Kusus terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Barata. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial pola manajemen pengeluaran pemerintah daerah Kabupate/Kota provinsi Sumatera Barat, khususnya yang terkait dengan Belanja Daerah, rata-rata Pemerintah Daerah lebih bergantung pada PAD, DAU dan DAK.

2. Secara bersama terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Kusus terhadap Belanja Daerah, hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai Fhitung 236,82> Ftabel 2,72 dan nilai signifikan 0,00< =0,05.

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat dikatakan PAD, DAU, DAK secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Saran

Belanja Daerah diarahkan untuk lebih pada peningkatan proporsi belanja kepentingan publik seperti meningkatkan belanja Pembangunan. Dalam penggunaannya, Belanja Daerah harus tetap mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas yang diharapkan dapat memberikan dukungan program - program strategis daerah Kabupaten/Kota.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. (2006) Prosedur

Penelitian Pendekatan Suatu

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Askam, Tuasikal. (2008). Pengaruh

DAU, DAK, PAD dan PDRB Terhadap Belanja Modal

Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi.

Berutu, Reza Monandar. (2009). Pengaruh APBD terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Dairi. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Darise, Nurlan. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Indeks. Dwi Kurniawan, Septiawan. (2010).

Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponerogo.

Skripsi Sarjana. Fakultas

(9)

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi

Analisis Multivariat Dengan

Program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. (2007). Akuntansi

Sektor Publik-Akuntansi

Keuangan Daerah. Jakarta:

Salemba Empat.

Handayani. (2009). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah (Analisis Flypaper Effect di Kabupaten Cianjur). Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta. Nugroho, Suratno Putro. (2010).

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengelolaan anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Sarjana

(dipublikasikan). Fakultas

Ekonomi Universitas Di

Ponegoro: Semarang.

Peraturan Pemerintah Kepmendagri Nomor 13/2006 dan revisinya Kepmendagri No. 59 Tahun 2007 Tentang Belanja Daerah.

Permendagri Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009.

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Riwu Kaho, Josef. (2005). Prospek

Otonomi Daerah di Negara

Republik Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Salah Satu Sumber Pendapatan Daerah Adalah Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah dan Hasil Distribusi Daerah.

Yulia, Yustika Sari. (2007). Pengaruh PDRB, PAD dan DAU Terhadap Belanja Modal. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi.

Maimunah (2006) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Proses penerapan motif Panji- Sekartaji pada pendok keris gaya Surakarta ini diawali dengan melakukan ekplorasi: menggali konsep dan bentuk visual dengan cara berfikir,

Jika pada awalnya jaringan pipa bercabang (Gambar 1a) tidak sempurna melayani kebutuhan pelanggan, misalnya hanya mampu melayani 15 l/s dengan sisa tekanan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dari hasil simulasi nampak bahwa behavior coordination dari robot telah berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya untuk menghindari halangan dan

Di Indonesia, penelitian disclosure dan corpo- rate governance juga dilakukan, antara lain oleh Khomsiyah (2003) yang menunjukkan bahwa indeks corporate governance

Bab kedua, memuat landasan teori yang meliputi: pertama, Tinjauan tentang Pendekatan Pembelajaran berbasis masalah konsep model pembelajaran berbasis masalah

Dari tabel di bawah ini menunjukkan lapangan usaha yang paling dominan perananya dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Kulon Progo adalah

The Analysis of English Textbooks: “Active English 4” and “Grow with English 4” for Elementary School Students Based on Young Learners’ Characteristics.. Skripsi,