• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya. Dengan mengenal bahasa dapat diketahui budaya dan kebiasaan sehari-hari pada bangsa tersebut.

Sesuai dengan pendapat Samsuri (1980:4) bahwa bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar dari pada masyarakat manusia. Bahasa adalah tanda yang jelas dari pada kepribadian, yang baik maupun yang buruk; tanda yang jelas dari pada keluarga dan bangsa; tanda yang jelas dari pada budi kemanusiaan.

Maksudnya bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, gagasan, maksud dan tujuan dalam mencapai hasrat dan keinginannya kepada orang lain demi kelancaran hidupnya, baik dilakukan secara lisan maupun secara tertulis.

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai

(2)

komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat / media bahasa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas sirene, setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Bahasa sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa lain. Demikian halnya dengan bahasa Jepang. Untuk mengenal lebih jauh tentang masyarakat Jepang kita menggunakan bahasa Jepang sebagai alat berkomunikasi yang baik. Untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya dengan cara berkomunikasi menggunakan Bahasa Jepang. Tetapi tidak mudah memahami tatanan bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama.

Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan pendidikan diseluruh dunia, dan kuatnya kedudukan negara Jepang di dunia, baik dalam bidang ekonomi maupun ilmu pengetahuan secara tidak langsung hal ini mendukung

(3)

perkembangan pendidikan bahasa Jepang.

Perkembangan pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia secara kuantitatif sangat pesat, namun secara kualitatif masih menghadapi banyak kendala. Hal ini berkaitan dengan banyak faktor, termasuk posisi bahasa Jepang diantara bahasa ibu, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pendidikan bahasa Jepang di Indonesia, diselenggarakan pada sekolah menengah, perguruan tinggi (PT), dan pada kursus-kursus. Minat pembelajar bahasa Jepang dari tahun ke tahun terus bertambah, baik dari jumlah pembelajarnya maupun lembaga penyelenggaranya. Data Japan foundation (2004) yang mencatat perkembangan pendidikan bahasa Jepang dari tahun 1998 sampai 2003, menyatakan ditataran pendidikan menengah terdapat 432 lembaga, di PT terdapat 78 lembaga, dan di kursus-kursus tercatat 98 lembaga. Oleh karena itu, banyak masyarakat dunia yang tertarik mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa pergaulan dalam situasi dan kesempatan.

Berdasarkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan dan percakapan sehari-hari dalam berbagai situasi atau kesempatan informal, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sangat diminati dewasa ini. Bahasa Jepang memiliki penggunaan yang berbeda sekali dengan bahasa lain.

Setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing. Artinya dalam pemakaian bahasa tersebut harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seperti pengunaan kata yang memiliki arti yang sama, sehingga para pembelajar kurang memahami makna yang sebenarnya dalam kalimat yang menggunakan kata tesebut.

(4)

Seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini sama halnya apabila ingin berkomunikasi dengan masyarakat Jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut.

Dalam bahasa Jepang kita sering menggunakan atau menemukan bermacam-macam ekspresi pada sebuah kata atau kalimat bersinonim. Seperti toutou dan yatto mempunyai makna sama yaitu akhirnya (Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar edisi Bahasa Indonesia) tetapi jika digunakan dalam kalimat harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya, jika tidak maka akan terjadi kerancuan atau kesalahpahaman.

Contoh :

1. 三時間待ったがとうとう彼は来なかった。

(Kikuo Nomoto, 1988:1234)

Sudah 3 jam saya tunggu tapi akhirnya dia tidak datang.

2. 5 時間かかってやっと仕事が終わった。

(Kikuo Nomoto, 1988:1349)

Akhirnya selesai juga pekerjaan setelah makan waktu 5 jam.

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna “akhirnya” tetapi nuansa perbedaan makna “akhirnya” dapat diketahui dari kata-kata yang digunakannya. Untuk mengetahui lebih jauh perbedaan nuansa makna dari kata “toutou dan yatto” penulis akan menganalisis dalam skripsi yang

(5)

berjudul “ANALISIS PERBEDAAN NUANSA MAKNA KATA TOUTOU DAN YATTO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG”.

A. Perumusan Masalah

Dalam bahasa Jepang mengenal kata keterangan atau kata tambahan yang disebut fukushi. Dalam fukushi terdapat kata toutou dan yatto, kedua kata tersebut mempunyai makna “akhirnya”. Tetapi masing-masing kata berbeda penggunaannya dalam kalimat. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan masalah kata yang bersinonim serta perbedaan nuansa makna yang terkandung didalamnya, yang dalam kesehariannya membuat para pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam mengartikan menurut konteks kalimatnya baik lisan maupun tulisan. Sinonim adalah salah satu masalah kompleks yang ada dalam satu bahasa termasuk dalam bahasa Jepang. Terdapat banyak sekali kata yang bersinonim dalam bahasa Jepang, hal ini cukup membuat pembelajarnya kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang terutama bagi pembelajar bahasa Jepang tingkat pemula.

Untuk membahas masalah yang mempunyai makna yang sama, tetapi nuansanya berbeda dalam kalimat seperti toutou dan yatto maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Seperti apa perbedaan nuansa makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto secara umum?

2. Apakah makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dalam kalimat berbahasa Jepang dapat saling menggantikan?

(6)

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasannya penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga masalah yang akan dibahas dapat lebih terarah dalam penulisan nantinya. Pada penulisan skripsi ini penulis hanya akan membahas mengenai analisis perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto dalam kalimat bahasa Jepang. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis juga membahas tentang ruigigo/sinonim secara umum serta akan memfokuskan teori tentang toutou, dan yatto dengan tujuan memudahkan dalam pembahasannya. Adapun sebagai bahan penelitian penulis untuk menganalisis adverbia toutou, dan yatto tersebut adalah dari buku Jiji Monday no Kiso Chisiki “(basis data and information topics), Chikyu no Arukikata Indonesia (travel guide book Indonesia), Chikyu no Arukikata Bari Shima (travel guide book Bali), Chikyu no Arukikata Maresia, Burunei (travel guide book Malaysia, Brunei Darussalam) yang menggunakan adverbia/kata keterangan toutou, dan yatto. Dalam penulisannya akan dibahas 3 cuplikan kalimat yang mengandung adverbia/kata keterangan toutou dan 5 cuplikan kalimat yang mengandung adverbia/kata keterangan yatto, dan selain itu lebih jelas, maka sebagai pendukung penulis akan memaparkan mengenai pengertian adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dan jenis - jenis adverbia/kata keterangan.

(7)

C. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan pustaka

Kridalaksana (2008:216) mengemukakan dua pengertian tentang semantik : (1) bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

Semantik (imiron/意味論) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku/言語学) yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2004:111).

Kridalaksana (2008:148) menjelaskan makna adalah (1) maksud pembicara; (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Chaer (1994:59) juga mengatakan bahwa makna terbagi atas dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal.

Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus (jishoteki imi) atau makna kata (goiteki imi). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata, sedangkan makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat (bunpoteki imi) yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya (Sutedi, 2004:115).

(8)

Dalam bahasa Jepang, tata bahasa baku kata diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata. Menurut Motojiro dalam Sudjianto, (1996:27) menjelaskan bahwa terdapat 10 kelas kata dalam bahasa Jepang, yakni :

1. kata benda (meishi=名刺) 2. kata kerja (doushi=動詞)

3. kata sifat 1 ( I keiyoushi=形容詞) 4. kata sifat 2 ( Na keiyoushi=な形容詞) 5. kata keterangan (fukushi=福祉)

6. kata petunjuk (rentaisi=連体詞) 7. kata sambung(setsuzokushi=接続詞) 8. kata seru (kandoushi=感動詞) 9. kata kerja bantu (jodoshi=助動詞) 10. kata bantu/ partikel (joshi=助詞)

Menurut Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:528) disebutkan “toutou adv, an adverb that is used to express the eventual arrival of an expected situation”toutou sebagai adverbia/kata keterangan, kata keterangan toutou adalah sebuah kata keterangan yang biasanya digunakan untuk mengekspresikan situasi yang diharapkan akhirnya terjadi. Dalam Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) disebutkan pula “yatto adv, an adverb to indicate that s.t. desirable has been finally achieved or will be eventually achieved though with great difficulty”, kata keterangan yatto, sebuah adverbia/kata keterangan untuk

(9)

menunjukkan bahwa sesuatu yang diinginkan akhirnya telah tercapai atau akan akhirnya dicapai melalui dengan susah payah".

2. Kerangka Teori

Menurut Sutedi (2004:121), untuk menganalisis makna suatu kata dapat dilakukan dengan metode: (1) analisis komponen makna (seibun-bunseki); (2) analisis imitokuchou dalam isigo (semantic feature dalam semantem); (3) hubungan antar makna ( go to go no imi kankei). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang ketiga, yaitu hubungan antar makna.

Menurut Abdul Chaer (1995:60) makna gramatikal (gramatical meaning), makna fungsional (fungsional meaning; structural meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat, sedangkan menurut Djajasudarma (1999:13) makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.

Hubungan antar makna (go to go no imi kankei) terdiri dari; (1) ruigi kankei (hubungan kesinoniman); (2) han-gi kankei (antonim) dan (3) jouge kankei (hubungan hiponimi dan hipernimi). Dari ketiga hubungan antar makna tersebut, penulis menggunakan metode ruigi kankei.

Di dalam bahasa Jepang, beberapa kata memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip, disebut dengan istilah ruigigo.

Dalam bahasa Jepang sinonim disebut ruigigo. Pengertian ruigigo adalah “katachi wa chigau ga, arawasu imi ga daitai nikayotteiru tango. Tatoeba jikan tojikoku…nado” (Shirou, 1984:969). Artinya yang dimaksud dengan sinonim

(10)

adalah kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi mengandung pengertian atau makna yang hampir sama. Misalnya kata jikan, jikoku dan lain-lain.

Dalam Kikuo Nomoto (1988:1234) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia, definisi toutou adalah 1. akhirnya, kesudahannya, untuk menyatakan sesuatu baru selesai setelah berlalu waktu yang cukup lama (terutama, menyatakan apa yang sudah lama diduga akhirnya betul-betul menjadi kenyataan). Contoh: 三時間待ったがとうとう彼は来なかった. Sudah 3 jam saya tunggu tapi akhirnya dia tidak datang. 2. Akhirnya, akibatnya, untuk menyatakan meningginya taraf sesuatu sehingga mencapai batas tertentu. Contoh: 彼は勉強しすぎてとうとう病気になった. Dia belajar begitu keras sehingga akhirnya jatuh sakit. Kikuo Nomoto (1988:1349) definisi yatto 1.akhirnya, baru setelah…setelah lama dinanti-nantikan.

Contoh: 5 時間もかかってやっと仕事が終わった. Akhirnya selesai juga pekerjaan setelah makan waktu 5 jam.2.pas-pasan,baru dapat…, akhirnya keburu juga. Contoh : まだ 簡単な 計算 が やっと できる 程度だ。Tingkat kemampuannya baru dapat menghitung yang mudah-mudah saja.

Menurut Parera (2004:46), secara umum teori makna dapat dibedakan atas:

1. Teori Refrensial/Korespondensi 2. Teori Kontekstual

3. Teori Mentalisme/Konseptual 4. Teori Formalisme

(11)

Dari keempat teori tersebut yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori Kontekstual. Teori Kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata/simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks (Parera, 2004:47).

Makna kontekstual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna

keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (Chaer, 1995:81). Untuk menganalisis perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto dalam kalimat bahasa Jepang, penulis menggunakan teori makna gramatikal, makna kontekstual dan teori kesinoniman.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan nuansa makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dalam bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui makna adverbia/kata keterangan toutou dan yatto dalam kalimat berbahasa Jepang.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:

1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik khususnya mengenai adverbia/kata keterangan toutou dan yatto.

(12)

2. Menambah wawasan penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, terutama mengenai perbedaan nuansa makna kata toutou dan yatto.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Nawawi (1993:63) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiman adanya.

Digunakan juga metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan pengumpulan data-data atau berbagi informasi dengan cara pengumpulan data dari beberapa buku atau informasi atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan (Isyandi, 2003:13). Dalam hal ini, penulis mengumpulkan dan membaca buku-buku dan data-data yang berhubungan, khususnya buku-buku yang berhubungan dengan sinonim dalam bahasa Jepang dan buku-buku relevan dengan pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis perusahaan syariah dengan variabel kebijakan deviden dan struktur modal terhadap beta, serta efek masing-masing

a. Sosial, keanggotaan dalam kelompok dan pemenuhan peran, merupakan aspek utama dalam pembentukan identitas sosial remaja. Keanggotaan dalam kelompok merupakan fasilitas

Perlu dibahas element-element penting untuk mendukung implementasi rantai peringatan seperti : Back up Posko 24/7 BPBD ditingkat Provinsi, Kapasitas Staff Posko, Soft

(1) Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan

Sikap, pengetahuan dan lama kontrak mempunyai pengaruh terhadap kinerja dokter dalam pengendalian biaya, sementara rasio pendapatan kapitasi dan kepuasan dokter tidak mempunyai

Temuan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan bermain ternyata cukup efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dribble pada

Peubah yang diamati untuk rancangan acak lengkap adalah diameter zona hambat hasil uji antagonistik dari supernatan antimikroba hasil produksi bakterosin

Menurut Fengel dan Wegener (1995) sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel yaitu selulosa,