• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENGUJIAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengujian ini dilakukan dibeberapa tempat sebagai berikut:

a. Pengujian kecepatan untuk mendapatkan putaran mesin dilakukan di Jl. Universitas, Universitas Sumatera Utara selama 3 hari.

b. Pengujian perbandingan udara dan bahan bakar dilakukan di bengkel SEBU, Jl. Ringroad Medan selama 1 hari.

c. Pengujian torsi dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 3 hari.

3.2 Bahan Pengujian

Adapun bahan pengujian yang digunakan adalah : 1. Mesin “MESIN USU”

“MESIN USU” menggunakan mesin yang diadopsi dari mesin pabrikan Honda yaitu mesin dari Honda Revo.

(2)

Spesifikasi mesin sebagai berikut :

Tipe mesin : 4 langkah

Diameter x langkah : 50 mm x 55,6 mm

Volume langkah : 109,1 cc

Perbandingan Kompresi : 9,0 : 1

Daya Maksimum : 6,2 kW/7.500 rpm

Torsi Maksimum : 8,6 Nm/5.500 rpm

Kapasitas Minyak Pelumas Mesin : 0,8 lt pada pergantian periodic Kopling Otomatis : Ganda, otomatis, sentrifugal Gigi Transmsi : 4 kecepatan bertautan tetap Pola Pengoperan Gigi : N - 1 - 2 - 3 - 4 – N

Starter : Pedal dan Elektrik

Aki : MF 12 V - 3Ah

Busi : ND U20EPR9S, NGK CPR6EA-9S

Sistem Pengapian : DC-CDI, Battery

Tahun Pembuatan : 2011

Berat Kendaraan : 97 Kg

Setelah mendapat data pengujian dari keadaan standar, perbandingan rasio kompresi dimodifikasi menjadi 11:1 agar mendapat data pengujian dari keadaan setelah modifikasi rasio kompresi

3.3 Alat Pengujian

Adapun alat pengujian yang digunakan adalah : 1. Bahan Bakar

Adapun bahan bakar yang digunakan dalam pengujian ini adalah: a. Premium

(3)

Gambar 3.2 Bahan bakar premium

Premium merupakan nama bahan bakar bensin yang paling umum digunakan di Indonesia, spesifikasi umumnya sebagai berikut:

o Warna kuning

o RON 88

o Kandungan timbal (0,013 gr/l - 0,3 gr/l)

o Berat jenis pada suhu 150C (715 kg/m3-780 kg/m3)

o Nilai kalor (44400 kJ/kg)

o Harga Rp 4500/liter

b. Pertamax Plus

(4)

Pertamax plus merupakan nama bahan bakar bensin yang paling mahal dan paling baik yang digunakan di Indonesia, spesifikasi umumnya sebagai berikut:

o Warna merah

o RON 95

o Kandungan timbal maksimum 0,013 gr/l

o Berat jenis pada suhu 150C (715 kg/m3-770 kg/m3)

o Nilai kalor (44400 kJ/kg)

o Harga Rp 1080/liter

2. Speedometer

Digunakan untuk mengukur kecepatan kendaraan dalam pengujian

Gambar 3.4 Speedometer

Alat ukur yang digunakan adalah analog speedometer standar bawaan sepeda motor Honda Blade yang memiliki tipikal mesin yang sama dengan Honda Absolute Revo dengan spesifikasi sebagai berikut:

o Daya 12V, Aki MF 3Ah

o Sensor pada putaran roda depan

o Batas ukur 0-160 km/jam

o Tampilan analog

3. Tachometer

(5)

Gambar 3.5 Tachometer

Alat ukur yang digunakan adalah portable digital tachometer

dengan spesifikasi sebagai berikut :

o Daya 12V

o Batas ukur 0-9999 rpm dengan ketelitian ± 68 rpm

o Stainless steel

4. Hidrolik Dinamometer

Digunakan untuk mengukur torsi dari mesin “MESIN USU”.

Gambar 3.6 Hidrolik dinamometer

Alat ukur yang digunakan adalah hidrolik dinamometer dimana menggunakan rem hidrolis yang terdiri dari pompa, penampungan fluida dan pipa antara dua bagian tersebut. Katup pengatur terletak diantara dua bagian tersebut. Katup yang terletak diantara pipa dan

(6)

penampung memiliki penunjuk atau instrumen untuk menunjukkan besarnya tekanan hidrolis, fluida yang digunakan adalah air. Adapun spesifikasinya sebagai berikut:

o Buatan Tecquipment

o Batas ukur 20Nm, 6000rpm dengan ketelitian ±0.25%

o Hidrolik sistem dengan air sebagai absorber

o 1 Katup pengisian/pembebanan dan 1 katup buang

o Timbangan torsi analog

5. Timbangan

a. Digunakan untuk mengukur berat pembebanan pada dinamometer

Gambar 3.7 Timbangan digital

Timbangan heles digital tipe EK3252 dengan spesifikasi: - Super presisi dengan sensor tekanan

- Kapasitas maksimum 5kg Auto ON/OFF - Auto zero

(7)

b. Digunakan untuk mengukur berat pengendara

Gambar 3.8 Timbangan analog

Timbangan yang digunakan adalah krisbow personal scales

dengan spesifikasi sebagai berikut: - Sensor tekanan analog - Beban maksimum 120 kg

6. AFR Meter

Digunakan untuk mengukur perbandingan udara dan bahan bakar di dalam mesin.

Gambar 3.9 AFR meter

(8)

Tipe alat ukur yang digunakan adalah LM-2 AFR meter portabel buatan Innovate Motorsports Amerika.

Spesifikasi: • Daya 12V

• Ketelitian ± 0.29 setelah 500 pengukuran and ± 0,59 setelah 2000 kali pengukuran.

• Wideband O2 kompatibel dengan semua jenis bahan bakar • Single atau dual channel

• OBD-II pindai alat-membaca / DTC jelas dan log hingga 16 saluran CAN OBD-II data

• Log langsung ke SD card

• Data log Playback pada layar dan / atau dengan perangkat lunak logworks

• Layar LCD

• 2 dikonfigurasi analog output linier

• konektor kunci Positif untuk semua koneksi • Inovasi MTS seri IN dan OUT

• USB koneksi ke PC

Tabel 3.1 Standar stoikometeri beberapa bahan bakar[9] :

Bahan Bakar AFR

Gasoline 14.7 LPG (Propane) 15.5 Methanol 6.4 Ethanol 9.0 CNG 17.2 Diesel 14.6

LM-2 juga dapat dikalibrasi otomatis sesuai perubahan suhu, ketinggian, dan kondisi sensor.

(9)

7. Tools

Digunakan untuk melakukan pemasangan dan pembongkaran mesin “MESIN USU” selama pengujian.

Gambar 3.10 Toolbox

Adapun beberapa alat-alat yang digunakan selama pengujian diantaranya adalah sebagai berikut:

o Obeng

o Tang jepit, tang potong dan tang buaya

o Kunci-kunci pas dan kunci ring

3.4 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Setelah modifikasi rasio kompresi menjadi 11:1, Mesin “MESIN USU”dibongkar dan dipasang kembali ke sepeda motor

2. Tachometer dipasang pada sepeda motor

3. Sepeda motor diuji dengan variasi bahan bakar, beban dan kecepatan untuk mendapatkan data putaran mesin sebagai berikut

(10)

Tabel 3.2 Format pengujian kecepatan terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus

Jenis Beban Pengemudi Kecepatan

N

Bahan Bakar kg km/jam rpm Hasil Pengukuran Premium 60 20 2003 30 2389 40 3175 50 3924 60 4792 70 5800 70 20 2057 30 2443 40 3249 50 4069 60 4884 70 5904 90 20 2141 30 2463 40 3348 50 4186 60 4975 70 5960 Pertamax Plus 60 20 2096 30 2275 40 3168 50 3995 60 4866 70 5747 70 20 2104 30 2394 40 3243 50 4080 60 4992 70 5803 90 20 2143 30 2438 40 3280 50 4173 60 5033 70 5811

(11)

4. Pengujian perbandingan udara dan bahan bakar kendaraan sesuai dengan putaran mesin yang sudah didapatkan dari pengujian sebelumnya dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus.

5. Mesin dibuka dan dipasang pada alat uji torsi untuk melakukan pengujian torsi

6. Alat uji torsi diseimbangkan dengan pemberian beban sebesar 2692 gram 7. Torsi diukur dengan variasi rpm yang sudah didapatkan dengan variasi

bahan bakar premium dan pertamax plus.

8. Mesin dibuka dan rasio kompresi dimodifikasi menjadi 11:1, kemudian prosedur pengambilan data diulang kembali dari awal.

9. Semua data dicatat dan dianalisis 10. Selesai

(12)

3.5. Bagan Alir Pengerjaan

Adapun prosedur dari pengerjaan dan pengujian yang dilakukan dalam skripsi ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini

Gambar 3.11 Bagan alir prosedur pengerjaan Mulai

Survei Lapangan dan Studi Literatur

Pemasangan Alat

Pengadaan Alat dan Bahan Bakar

Pengujian Kendaraan

Selesai

Variasi Bahan Bakar Modifikasi Rasio

(13)

3.6. Modifikasi Rasio Kompresi

Untuk mendapatkan rasio kompresi yang diinginkan yaitu 11:1, maka mesin yang digunakan dimodifikasi dengan melakukan penggantian piston dan pengurangan packing pada cylinder block dan cylinder head.

Gambar 3.12 Piston lama dan piston baru

Perbedaan piston yang lama dengan yang baru adalah hanya pada ketinggian head pada piston dimana diameter dan tinggi pen piston adalah sama. Piston yang baru mempunyai head yang lebih tinggi daripada piston yang lama. Dengan hanya mengganti piston saja, rasio kompresi adalah bekisar 10 : 1. Oleh karena itu, dilakukan pengikisan packing pada cylinder blok dan cylinder head.

(14)

Setelah dilakukan penggantian piston dan pengikisan packing, pengukuran rasio kompresi dilakukan dengan cara manual. Mesin yang akan diukur kompresinya, diletakkan dengan posisi vertikal (tegak) dalam keadaan piston berada dalam posisi TMA (Titik Mati Atas). Kemudian, kepala silinder pada mesin dibuka agar dapat melapisi bagian celah piston dan linner pakai gemuk atau grease. Tujuannya, agar cairan di buret tidak tembus atau mengalir ke crankcase. Sehingga, cairan yang dimasukkan tetap berada di ruang bakar. Kemudian, langkah selanjutnya adalah melapisi bagian celah klep pada cylinder head pakai

grease. Kemudian memasang kembali kepala silinder seperti halnya mesin siap pakai. Selanjutnya mengalirkan atau meneteskan cairan yang ada di dalam buret melalui ulir lubang busi di kepala silinder sampai ketinggian lubang ulir busi. Setelah itu, dapat dihitung berapa cc volume cairan yang terpakai untuk mengisi ruang bakar itu. Cairan yang terpakai untuk mengisi ruang bakar adalah cairan yang dimasukkan sampai ketinggian lubang ulir busi yaitu 12,8 cc dikurangi volume ulir pada busi sebesar 0,8 cc, sehingga didapat hasil 12,0 cc. Untuk menghitung rasio kompresinya adalah cairan yang terpakai untuk mengisi ruang bakar ditambah volume silinder total kemudian dibagi volume silinder total.

𝐴𝐴

𝑁𝑁 = 10.9 𝑁𝑁𝑁𝑁+109 𝑁𝑁𝑁𝑁

10.9 𝑁𝑁𝑁𝑁 = 11,00 Maka, didapat hasil rasio kompresi yaitu 11 : 1 .

(15)
(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Performansi

Pengujian performansi ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus, beban pengemudi dan kecepatan kendaraan dengan modifikasi rasio kompresi.

Tabel 4.1 Hasil prediksi performansi mesin mobil hemat energi secara teoritis N (RPM) τ (Nm) 𝑾𝑾̇𝒃𝒃 (hp) bsfc (gm/kW-hr) t)b (%) 2000 4.138364 1.1622941 495.5170166 16.9584012 2500 4.981364 1.7488222 411.6602907 20.4128903 3000 5.747727 2.4214461 356.7722519 23.553335 3500 6.437455 3.1640229 318.5466535 26.3797352 4000 7.050545 3.9604096 290.8469445 28.8920909 4500 7.587 4.7944632 270.282009 31.0904022 5000 8.046818 5.6500409 254.8373228 32.974669 5500 8.43 6.5109995 243.2538081 34.5448913 6000 8.421181 7.0954777 243.5085583 34.5087517

(17)

4.1.1 Torsi

Berikut adalah data hasil pengujian torsi pada mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus, beban dan kecepatan dengan modifikasi rasio kompresi

Tabel 4.2 Hasil pengujian torsi terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi

Jenis Beban Pengemudi N t

Bahan Bakar Kg Rpm Nm Hasil Pengukuran Premium 60 2003 5,1 2389 5,5 3175 6,5 3974 7,1 4792 7,7 5800 8,4 70 2057 5,1 2443 5,6 3249 6,5 4069 7,2 4884 7,8 5904 8,5 90 2141 5,2 2463 5,7 3348 6,6 4186 7,3 4975 7,9 5960 8,6 Pertamax plus 60 2096 5,3 2275 5,6 3168 6,3 3995 7,4 4886 8,1 5747 8,4 70 2104 5,4 2394 5,7 3243 6,4 4080 7,5

(18)

4992 8,2 5803 8,6 90 2143 5,4 2438 5,8 3280 6,5 4173 7,6 5033 8,3 5811 8,5

Dengan ketidakpastian pengukuran torsi ±0.25% dan tachometer ±1,91% Tabel 4.3 Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar premium terhadap

kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi Premium (Kompresi 9:1) Premium (Kompresi 11:1) Galat/error 6,4 5,1 20,31% 6,8 5,5 19,12% 7,6 6,5 14,47% 7,9 7,1 10,13% 8,4 7,7 8,33% 8,5 8,4 1,18% 6,4 5,1 20,31% 6,9 5,6 18,84% 7,6 6,5 14,47% 7,9 7,2 8,86% 8,3 7,8 6,02% 8,6 8,5 1,16% 6,5 5,2 20,00% 6,9 5,7 17,39% 7,8 6,6 15,38% 8,2 7,3 10,98% 8,3 7,9 4,82% 8,5 8,6 1,18%

Tabel 4.4 Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar pertamax plus terhadap kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi

Pertamax Plus (Kompresi 9:1) Pertamax Plus (Kompresi 11:1) Galat/error 5,3 5,3 0,00% 5,5 5,6 1,82% 6,9 6,3 8,70%

(19)

7,1 7,4 4,23% 7,5 8,1 8,00% 8 8,4 5,00% 5,4 5,4 0,00% 5,5 5,7 3,64% 6,9 6,4 7,25% 7,2 7,5 4,17% 7,8 8,2 5,13% 8,2 8,6 4,88% 5,4 5,4 0,00% 5,6 5,8 3,57% 6,7 6,5 2,99% 7,3 7,6 4,11% 7,9 8,3 5,06% 8,1 8,5 4,94%

Gambar 4.1 Grafik Torsi vs putaran mesin

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya torsi untuk masing-masing pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu sebesar 6,4 Nm dan torsi tertinggi sebesar 8,6 Nm. Untuk bahan bakar premium (RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu sebesar 5,1 Nm dan torsi tertinggi sebesar 8,6 Nm.

Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi, torsi terendah terjadi pada yaitu sebesar 5,3 Nm dan torsi tertinggi terjadi pada kecepatan sebesar 8,2 Nm. Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah

(20)

modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu sebesar 5,3 Nm dan torsi tertinggi sebesar 8,6 Nm.

Selain karena dipengaruhi putaran dan beban mesin, besar kecilnya torsi dipengaruhi oleh rasio kompresi dan bahan bakar. Semakin tinggi rasio kompresi, nilai oktan bahan bakar yang harus dipakai harus tinggi agar nilai torsi yang didapat lebih besar.

4.1.2 Daya

Berikut data hasil perhitungan daya pada mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar Premium dan Pertamax plus, beban dan kecepatan dengan modifikasi rasio kompresi

Tabel 4.5 Hasil perhitungan daya terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi

Jenis Beban Pengemudi N Daya

Bahan Bakar Kg Rpm kW Hasil Pengukuran Premium 60 2003 1,07 ± 2,16% 2389 1,38 ± 2,16% 3175 2,16 ± 2,16% 3974 2,92 ± 2,16% 4792 3,87 ± 2,16% 5800 5,1 ± 2,16% 70 2057 1,1 ± 2,16% 2443 1,43 ± 2,16% 3249 2,21 ± 2,16% 4069 3,07 ± 2,16% 4884 3,99 ± 2,16% 5904 5,26 ± 2,16% 90 2141 1,17 ± 2,16% 2463 1,47 ± 2,16% 3348 2,31 ± 2,16% 4186 3,2 ± 2,16% 4975 4,12 ± 2,16% 5960 5,37 ± 2,16% Pertamax plus 60 2096 1,16 ± 2,16% 2275 1,33 ± 2,16%

(21)

3168 2,09 ± 2,16% 3995 3,1 ± 2,16% 4886 4,15 ± 2,16% 5747 5,06 ± 2,16% 70 2104 1,19 ± 2,16% 2394 1,43 ± 2,16% 3243 2,17 ± 2,16% 4080 3,21 ± 2,16% 4992 4,29 ± 2,16% 5803 5,23 ± 2,16% 90 2143 1,21 ± 2,16% 2438 1,48 ± 2,16% 3280 2,23 ± 2,16% 4173 3,32 ± 2,16% 5033 4,38 ± 2,16% 5811 5,17 ± 2,16%

Tabel 4.6 Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar premium sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi

Premium (Kompresi 9:1) Premium (Kompresi 11:1) Galat/error 1,45 1,07 26,21% 1,83 1,38 24,59% 2,68 2,16 19,40% 3,61 2,92 19,11% 4,58 3,87 15,50% 5,3 5,1 3,77% 1,46 1,1 24,66% 1,87 1,43 23,53% 2,7 2,21 18,15% 3,62 3,07 15,19% 4,67 3,99 14,56% 5,43 5,26 3,13% 1,54 1,17 24,03% 1,93 1,47 23,83% 2,86 2,31 19,23% 3,82 3,2 16,23% 4,68 4,12 11,97% 5,51 5,37 2,54%

(22)

Tabel 4.7 Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar pertamax plus sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi

Pertamax Plus (Kompresi 9:1) Pertamax Plus (Kompresi 11:1) Galat/error 1,18 1,16 1,69% 1,43 1,33 6,99% 2,54 2,09 17,72% 3,23 3,1 4,02% 3,93 4,15 5,60% 5,03 5,3 5,37% 1,26 1,19 5,56% 1,49 1,43 4,03% 2,54 2,17 14,57% 3,3 3,21 2,73% 4,26 4,29 0,70% 5,24 5,47 4,39% 1,27 1,21 4,72% 1,54 1,48 3,90% 2,45 2,23 8,98% 3,43 3,32 3,21% 4,35 4,38 0,69% 5,23 5,42 3,63%

Gambar 4.2 Grafik daya vs putaran mesin

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya daya untuk masing-masing pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu sebesar 1,45 kW dan daya terbesar sebesar 5,51 kW. Untuk bahan bakar premium

(23)

(RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu sebesar 1,07 kW dan daya terbesar adalah 5,37 kW.

Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu sebesar 1,18 kW dan daya terbesar sebesar 5,24 kW. Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu sebesar 1,16 kW dan daya terkecil sebesar 5,47 kW.

Besar kecil daya mesin bergantung pada besar kecil torsi yang didapat. Daya yang dihasilkan mesin dipengaruhi oleh putaran poros engkol yang terjadi akibat dorongan piston yang dihasilkan karena adanya pembakaran bahan bakar dengan udara. Jika konsumsi bahan bakar dan udara diperbesar maka akan semakin besar daya yang akan dihasilkan mesin.

Untuk kesemua hasil pengujian besarnya daya yang dihasilkan mengalami kecenderungan peningkatan seiring kecepatan kendaraan, pembebanan pengemudi, dan modifikasi rasio kompresi.

4.1.3 Perbandingan Udara dengan Bahan Bakar (AFR)

Berikut data hasil pengujian perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) pada mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus, beban dan kecepatan setelah modifikasi rasio kompresi.

Tabel 4.8 Hasil pengujian AFR terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi.

Jenis Beban Pengemudi N

AFR Bahan Bakar Kg rpm Hasil Pengukuran Premium 60 2003 22,5 2389 21,3 3175 17,8 3974 15,9 4792 15 5800 14,3 70 2057 21,7 2443 20,2 3249 17,3 4069 15,5

(24)

4884 14,6 5904 14,4 90 2141 21,4 2463 19,8 3348 16,5 4186 14,7 4975 14,5 5960 14,1 Pertamax plus 60 2096 20,5 2275 19,4 3168 18,4 3995 15,4 4886 13,3 5747 13,2 70 2104 19,7 2394 18,9 3243 18,3 4080 15,1 4992 13,2 5803 13 90 2143 19,5 2438 18,7 3280 17,8 4173 14,8 5033 13,1 5811 13 Dengan ketidakpastian pengukuran AFR meter ±0,59

Tabel 4.9 Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi bahan bakar premium setelah modifikasi rasio kompresi

Premium (Kompresi 9:1) Premium (Kompresi 11:1) Galat/error 21,6 22,5 4,17% 20,5 21,3 3,90% 16 17,8 11,25% 14,3 15,9 11,19% 13,3 15 12,78% 13,2 14,3 8,33% 20,8 21,7 4,33% 19,6 20,2 3,06% 15,7 17,3 10,19% 14,1 15,5 9,93%

(25)

13,2 14,6 10,61% 13,1 14,4 9,92% 20,1 21,4 6,47% 18,7 19,8 5,88% 15,3 16,5 7,84% 13,8 14,7 6,52% 13,2 14,5 9,85% 13,1 14,1 7,63%

Tabel 4.10 Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi bahan bakar pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi

Pertamax Plus (Kompresi 9:1) Pertamax Plus (Kompresi 11:1) Galat/error 19 20,5 4,17% 18,4 19,4 3,90% 16,9 18,5 11,25% 14,3 15,4 11,19% 12,6 13,3 12,78% 12,1 13,2 8,33% 18,7 19,7 4,33% 17,8 18,9 3,06% 16,9 18,3 10,19% 14,1 15,1 9,93% 12,5 13,2 10,61% 12,1 13 9,92% 18,3 19,5 6,47% 17,1 18,7 5,88% 16,9 17,8 7,84% 13,9 14,8 6,52% 12,4 13,1 9,85% 12 13 7,63%

(26)

Gambar 4.3 Grafik AFR vs putaran mesin

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya AFR untuk masing-masing pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu sebesar 13,1 dan AFR terbesar yaitu sebesar 21,6. Untuk bahan bakar premium (RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu sebesar 14,1 dan AFR terbesar yaitu sebesar 22,5.

Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu sebesar 12 dan AFR terbesar yaitu sebesar 19. Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu sebesar 13 dan AFR terbesar adalah 20,5.

Semakin tinggi putaran dan beban mesin, maka semakin kecil perbandingan udara dan bahan bakar. Ini disebabkan karena pada putaran dan beban maksimal terjadi proses pembakaran yang sangat cepat dimana diperlukan bahan bakar dengan jumlah besar, sehingga diperlukan udara yang besar pula untuk mengimbangi bahan bakar tadi pada keadaan ideal perbandingan udara dan bahan bakar adalah 14,7.

Untuk kesemua hasil pengujian besarnya nilai AFR mengalami kecenderungan penurunan seiring kecepatan kendaraan dan pembebanan pengemudinya.

(27)

4.1.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Berikut data hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) pada mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah modifikaso rasio kompresi.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan SFC terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi

Jenis Beban Pengemudi N SFC

Bahan Bakar Kg rpm gr/kWh Hasil Pengukuran Premium 60 2003 266,4 ± 0,03% 2389 260,94 ± 0,03% 3175 264,21 ± 0,03% 3974 270,79 ± 0,03% 4792 264,67 ± 0,03% 5800 254,49 ± 0,03% 70 2057 276,22 ± 0,03% 2443 270,24 ± 0,03% 3249 271,85 ± 0,03% 4069 273,92 ± 0,03% 4884 268,44 ± 0,03% 5904 249,75 ± 0,03% 90 2141 274,71 ± 0,03% 2463 270,86 ± 0,03% 3348 280,71 ± 0,03% 4186 284,87 ± 0,03% 4975 266,87 ± 0,03% 5960 252,10 ± 0,03% Pertamax plus 60 2096 281,36 ± 0,03% 2275 281,38 ± 0,03% 3168 262,29 ± 0,03% 3995 268,25 ± 0,03% 4886 283,76 ± 0,03% 5747 275,70 ± 0,03% 70 2104 287,36 ± 0,03% 2394 283,76 ± 0,03% 3243 261,01 ± 0,03% 4080 269,93 ± 0,03% 4992 282,42 ± 0,03% 5803 273,43 ± 0,03%

(28)

90 2143 290,31 ± 0,03% 2438 281,85 ± 0,03% 3280 264,21 ± 0,03% 4173 271,78 ± 0,03% 5033 281,15 ± 0,03% 5811 276,65 ± 0,03%

Tabel 4.12 Perbandingan persen galat SFC dengan variasi bahan bakar premium sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi

Premium (Kompresi 9:1) Premium (Kompresi 11:1) Galat/error 226,16 266,4 17,79% 224,28 260,94 16,35% 257,11 264,21 2,76% 276,75 270,79 2,15% 279,84 264,67 5,42% 278,65 254,49 8,67% 234,86 276,22 17,61% 231,18 270,24 16,90% 262,02 271,85 3,75% 280,67 273,92 2,40% 285,36 268,44 5,93% 277,51 249,75 10,00% 239,3 274,71 14,80% 242,3 270,86 11,79% 261,98 280,71 7,15% 276,28 284,87 3,11% 285,36 266,87 6,84% 280,77 252,1 10,21%

Tabel 4.13 Perbandingan persen galat SFC dengan variasi bahan bakar pertamax plus sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi

Pertamax Plus (Kompresi 9:1) Pertamax Plus (Kompresi 11:1) Galat/error 310,47 281,36 9,38% 308,94 281,38 8,92% 268,11 262,29 2,17% 307,93 268,25 12,89% 330,84 283,76 14,23% 322,98 275,70 14,64% 309,61 287,36 7,19% 319,35 283,76 11,14%

(29)

268,11 261,01 2,65% 307,96 269,93 12,35% 320,66 282,42 11,93% 315,1 273,43 13,22% 316,38 290,31 8,24% 326,49 281,85 13,67% 276,11 264,21 4,31% 308,11 271,78 11,79% 319,15 281,15 11,91% 321,65 276,65 13,99%

Gambar 4.4 Grafik SFC vs putaran mesin

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya SFC (Specific Fuel Consumption) untuk masing-masing pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, SFC terkecil yaitu sebesar 224,28 gr/kWh dan SFC terbesar yaitu sebesar 285,36 gr/kWh. Untuk bahan bakar premium (RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, SFC terkecil yaitu sebesar 249,75 gr/kWh dan SFC terbesar yaitu sebesar 284,67 gr/kWh.

Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi, SFC terkecil yaitu sebesar 268,11 gr/kWh dan SFC terbesar yaitu sebesar 330,84 gr/kWh. Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi rasio kompresi, SFC terkecil yaitu sebesar 261,01 gr/kWh dan SFC terbesar yaitu sebesar 290,31 gr/kWh.

(30)

4.1.5 Effisiensi Termal

Berikut data hasil perhitungan effisiensi termal pada mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus, kecepatan dan beban dengan modifikasi rasio kompresi

Tabel 4.14 Hasil perhitungan effisiensi termal terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah perubahan rasio kompresi

Jenis Beban Pengemudi N ɳtermal

Bahan Bakar kg Rpm % Premium 60 2003 31,38 ± 3% 2389 32,03 ± 3% 3175 31,64 ± 3% 3974 30,87 ± 3% 4792 31,58 ± 3% 5800 32,85 ± 3% 70 2057 30,26 ± 3% 2443 30,93 ± 3% 3249 30,75 ± 3% 4069 30,52 ± 3% 4884 31,14 ± 3% 5904 33,47 ± 3% 90 2141 30,43 ± 3% 2463 30,86 ± 3% 3348 29,78 ± 3% 4186 29,34 ± 3% 4975 31,32 ± 3% 5904 33,16 ± 3% Pertamax plus 60 2141 29,71 ± 3% 2463 29,11 ± 3% 3348 31,87 ± 3% 4186 31,16 ± 3% 4975 29,46 ± 3% 5960 30,32 ± 3% 70 2096 29,09 ± 3% 2394 29,46 ± 3% 3243 32,03 ± 3% 4080 30,97 ± 3% 4992 29,6 ± 3% 5803 30,57 ± 3%

(31)

90 2143 28,79 ± 3% 2438 29,66 ± 3% 3280 31,64 ± 3% 4173 30,76 ± 3% 5033 29,73 ± 3% 5811 30,21 ± 3%

Tabel 4.15 Perbandingan persen galat effisiensi termal terhadap kecepatan dengan variasi bahan bakar premium sebelum dan setelah modifikasi rasio

kompresi Premium (Kompresi 9:1) Premium (Kompresi 11:1) Galat/error 36,69 31,38 15,10% 37,27 32,03 14,06% 32,51 31,64 2,68% 30,20 30,87 2,22% 29,87 31,58 5,72% 30,00 32,85 9,50% 35,59 30,26 14,98% 36,16 30,93 14,46% 31,90 30,75 3,61% 29,78 30,52 2,48% 29,29 31,14 6,32% 30,12 33,47 11,12% 34,93 30,43 12,88% 34,50 30,86 10,55% 31,91 29,78 6,68% 30,25 29,34 3,01% 29,29 31,32 6,93% 29,77 33,16 11,39%

Tabel 4.16 Perbandingan persen galat effisiensi termal terhadap kecepatan dengan variasi bahan bakar pertamax plus sebelum dan setelah modifikasi rasio

kompresi Pertamax Plus (Kompresi 9:1) Pertamax Plus (Kompresi 11:1) Galat/error 26,92 29,71 10,36% 27,06 29,11 7,58%

(32)

31,18 31,87 2,21% 27,15 31,16 14,77% 25,27 29,46 16,58% 25,88 30,32 17,16% 27,00 29,09 7,74% 26,17 29,46 12,57% 31,18 32,03 2,73% 27,14 30,97 14,11% 26,07 29,6 13,54% 26,53 30,57 15,23% 26,42 28,79 8,97% 25,60 29,66 15,86% 30,27 31,64 4,53% 27,13 30,76 13,38% 26,19 29,73 13,52% 25,99 30,21 16,24%

Gambar 4.5 Grafik efisiensi termal vs putaran mesin

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya efisiensi termal untuk masing-masing pengujian sebelum dan sesudah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, efisiensi termal terkecil yaitu sebesar 29,29% dan efisiensi termal terbesar yaitu sebesar 36,96%. Untuk bahan bakar premium (RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, efisiensi termal terkecil yaitu sebesar 29,34% dan efisiensi termal terbesar yaitu sebesar 33,47%.

Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi, efisiensi termal terkecil yaitu sebesar 25,27% dan efisiensi termal terbesar yaitu sebesar 31,18%. Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi

(33)

rasio kompresi, efisiensi termal terkecil yaitu sebesar 28,79% dan efisiensi termal terbesar yaitu sebesar 32,03%.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari pengujian ini adalah :

1. Pada mesin sepeda motor satu silinder berbahan bakar premium, torsi mengalami penurunan sebesar 11,05% setelah modifikasi rasio kompresi, sedangkan torsi dan daya akan mengalami peningkatan sebesar 3,09 ketika menggunakan bahan bakar pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi.

2. Perbandingan udara bahan bakar (AFR) untuk bahan bakar premium mengalami peningkatan sebesar 7,03% setelah modifikasi rasio kompresi, AFR juga mengalami peningkatan sebesar 6,57% ketika menggunakan bahan bakar pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi

3. Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) untuk bahan bakar premium mengalami penurunan sebesar 2,52% setelah modifikasi rasio kompresi, SFC juga mengalami penurunan sebesar 11,13% ketika menggunakan bahan bakar pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi.

4. Effisiensi termal untuk untuk bahan bakar premium mengalami penurunan sebesar 3,10% setelah modifikasi rasio kompresi, sedangkan effisiensi termal mengalami peningkatan sebesar 10,81% ketika menggunakan bahan bakar premium setelah modifikasi rasio kompresi.

(35)

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut.

1. Untuk pengujian selanjutnya, nilai kalor bahan bakar perlu di uji untuk hasil yang lebih baik dan akurat.

2. Pada pengujian selanjutnya, setiap alat ukur yang dipakai untuk pengujian adalah alat ukur yang terbaru dan sesuai agar mendapat hasil yang lebih baik dan akurat.

3. Harapannya pengujian ini dapat dilanjutkan dan didalami untuk mendapatkan performansi terbaik dari mesin “MESIN USU” kedepannya.

Gambar

Gambar 3.1 Mesin “MESIN USU”
Gambar 3.3 Bahan bakar pertamax plus
Gambar 3.4 Speedometer
Gambar 3.5 Tachometer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode VIKOR pada penyeleksian penerima beasiswa bidikmisi yang dapat digunakan untuk membantu bagian kemahasiswaan dalam

Sesuai dengan contoh kasus yang telah dilakukan terhadap 2 data kasus pada basis kasus, menunjukkan bahwa system CBR yang dibangun menggunakan metode nearest neighbor mampu

dasar, anak sudah dapat meraksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas- tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung

Anggota Gugus Tugas Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c mempunyai tugas mernbantu Ketua dalam menyediakan bahan perumusan kebijakan umum Provinsi ,

Arahan penataan lingkungan permukiman petani rumput laut di Kelurahan Ela-ela dilakukan melalui pengembangan masyarakat dengan memberikan pelatihan secara menyeluruh

Dari analisis dan pembahasan data yang telah di uraikan pada bab 4 maka diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan teori Stimulus-Organism-Response yang dipakai dalam penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi humas dan tanggapan dosen tentang strategi public relations dalam mendorong keunggulan dan daya saing Institut Agama

Termodinamika Teknik Kimia 36% Teknik Reaksi Kimia 18% Pengendalian Proses 52% Perpindahan Panas 13% Prarancangan Pabrik 94%. Dahm