• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uswatun Hasanah ( ) Universitas Bina Nusantara Drs. Gatot Imam Nugroho, Ak., MBA (D1613) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uswatun Hasanah ( ) Universitas Bina Nusantara Drs. Gatot Imam Nugroho, Ak., MBA (D1613) ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS AUDIT, FINANCIAL DISTRESS, DAN

AUDIT LAG TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010–2013

Uswatun Hasanah (1401137042)

Universitas Bina Nusantara 083877008766 uswayowei@yahoo.com

Drs. Gatot Imam Nugroho, Ak., MBA (D1613)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, financial distress dan audit lag terhadap penerimaan opini audit going concern. Hipotesis yang diajukan (1) Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, (2) Financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, (3) Audit Lag berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern . Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010 – 2013 yang telah diaudit dan dipublikasikan. Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Berdasarkan kriteria – kriteria tertentu yang ditentukan penulis, maka diperoleh 34 sampel perusahaan manufaktur . Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel adalah metode regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan financial distress dengan Revised Altman Model berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern, dan audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Kata kunci: Kualitas Audit, Financial Distress, Audit Lag, Opini Audit going concern.

PENDAHULUAN

Perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu yang hendak dicapainya. Sebagian besar perusahaan bertujuan menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dapat tercapai.Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup.Hasil pertanggung jawaban dari pengelolaan perusahaan oleh manajemen dibuat dalam bentuk laporan keuangan.Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.Tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.Agar

(2)

dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas. Kebenaran informasi dari laporan keuangan harus di audit oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang akurat bagi penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.

Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Beberapa kasus manipulasi data keuangan yang merugikan investor dan pihak lainnya, seperti kasus yang terjadi pada perusahaan Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut.Hal ini menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan.Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan.Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30 paragraf 02 (IAI, 2011: SA Seksi 341) menyatakan bahwaauditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitasdalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejaktanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Oleh karena itu, selain memperoleh informasi mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (goingconcern). Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan.

Pengeluaran opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat berdampak cukup signifikan pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen perlu memperhatikan transparansi pengungkapan informasi dalam hal ini adalah pengungkapan laporan keuangan guna mempermudah tugas auditor dalam pemberian opini.Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam memberikan opini goingconcern (Januarti, 2008).Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini dibuat oleh auditor menyangkut opini tersebut. Beberapa penyebabnya antara lain, self-fullfing propechy yang dikhawatirkan apabila auditor memberikan opini going concern akan mempercepat kebangkrutan perusahaan karena banyaknya investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya. Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat usaha penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Penyebab lain adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstuktur.

Beberapa peneliti telah menganalisis faktor yang memengaruhi opini audit going concern di antaranya Santosa dan Wedary (2007), Solikah (2007), Januarti (2009), Rudayan dan Bandera (2009), Susanto (2009), Widyantari (2010), Putra (2010), Lubis (2011), Ningtias (2011), Januarti dan praptitorini (2011), Astusi (2012), Aiisiah (2012), Savitry (2013). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten.Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dalam

(3)

penelitian ini peneliti bertujuan untuk meneliti kembali pengaruh kualitas audit, debt default, dan audit lag terhadap opini audit going concern.

Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien mengalami masalah going concern (Santoso dan Wedari, 2007). Penelitian Mutchler et. al. (1997) dalam Aiisiah (2012) menemukan bukti univariat bahwa auditor big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 6. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Kondisi kesulitan keuangan akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk dan gagal membayar hutang. Pada akhirnya, kesulitan keuangan ini akan mengarah kepada kebangkrutan sehingga going concern perusahaan diragukan.Mckeown et. al (1991) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Hal ini konsisten dengan bukti empiris yang menyatakan bahwa semakin kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk, maka akan semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Dan sebaliknya pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat, maka probabilitas untuk menerima opini audit going concern akan semakin kecil.

Audit lagdidefinisikan sebagai jumlah tanggal kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. McKeown et. al., (1991) dalam Astuti (2012) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini bisa dimungkinkan karena auditor terlalu banyak melakukan tes, manajer melakukan negosisasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan hidup atau auditor mengharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit going concern. Audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, hal tersebut seperti yang diungkapakan dalam penelitian Astuti (2010) dan Putra (2010). Namun penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

Penelitianiniakanmenggunakanperusahaan manufaktur sebagaisampel. Halinidiharapkan akan memberikan perbedaan karena penelitian ini ingin mengetahui lebih lanjut apakah kualitas audit, financial distress, dan audit lag berpengaruh terhdap penerimaan opini audit going concern. Untuk mendukung penelitian ini digunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KUALITAS AUDIT, FINANCIAL DISTRESS, DAN AUDIT LAG TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT

GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 - 2013”.

(4)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkuppenelitianiniterbataspadaperusahaanmanufaktur yangterdaftar di BEI pada tahun 2010-2013.Penelitianinidifokuskanpadapenerimaan opini audit going concern didalamlaporankeuangan perusahaan. Dalam penelitian ini diteliti kualitas audit, financial distress dan audit lag perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Selain itu, penelitian ini juga melakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh atau hubungan kualitas audit, financial distress, dan audit lag terhadap penerimaan opini audit going concernpadaperusahaan manufakturyangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

Tujuan penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kualitas Audit pada perusahaan manufaktur yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

2. Bagaimana Financial Distress yang terjadi pada perusahaan manufaktur yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

3. Bagaimana Audit Lag yang terjadi pada perusahaan manufaktur yangterdaftardiBEIperiode2010-2013.

4. Seberapa besar tingkat penerimaan Opini audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

5. Pengaruh Kualitas Audit terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 6. Pengaruh Financial Distressterhadap penerimaan Opini Audit Going Concern

pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

7. Pengaruh Audit Lagterhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif yaitu laporan keuangan (financial report) pada perusahaan manufaktur periode 2010-2013. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dengan mengunduh (download) dari website BEI (www.idx.co.id) atau website masing-masing perusahaan. Penelitian ini juga mengumpulkan data-data yang relevan dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara, literatur-literatur, jurnal, dan situs-situs internet.

Metode Pengumpulan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono: 2009). Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Purposive Sampling yang termasuk kedalam kategori Non Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2009), Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 3.1 berikut ini :

(5)

Tabel 3.1 Kriteria Sampel

Kriteria Jumlah Sampel

Perusahan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 139 Perusahaan-perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap selama periode 2010-2013 122 Perusahaan-perusahaan yang mengalami laba bersih negatif sekurang-kurangnya 1 periode selama periode 2010-2013.

34

Jumlah Sampel 34

Tahun Pengamatan 4

Jumlah pengamatan 136

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Statistik Deskriptif

2. Analisis Regresi Logistik 3. Uji Hipotesis

HASIL DAN BAHASAN

Pengujian koefisien regresi dapat diilakukan dengan regresi logistik yang hasilnya terdapat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Table 4.1 Uji Koefisien Regresi Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a AQ -.903 .461 3.844 1 .051 .405

ZScore -.695 .165 17.781 1 .000 .499 ALAG 6.710 3.107 4.664 1 .031 820.482 Constant -12.868 5.946 4.684 1 .030 .000 a. Variable(s) entered on step 1: AQ, ZScore, ALAG.

Sumber: Output SPSS

Hasil pengujian terhadap koefisien regresi yang telah dilakukan membuat model terhadap :

OGC = -12,868 - 0,903AQ - 0,695ZScore + 6,710ALAG + € Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel kualitas audit yang diproksikan dengan Kantor Akuntan Publik berafiliasi dengan big four dan yang tidak berafiliasi dengan big four menunjukkan nilai koefisien negatif sebesar 0,903 dengan signifikansi sebesar 0,051 dan lebih besar dari 0,05 (5%) artinya variabel ini memiliki arah hubungan yang berlawanan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Jadi tidak dapat dikatakan

(6)

bahwa KAP Big Four akan lebih sering memberikan pendapat going concern. Auditor akan tetap menggunakan pertimbangan serta pemikiran profesionalnya dalam menilai bagaimana potensi suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Hal ini menunjukan bahwa KAP Big Four maupun non-Big Four, akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan pendapat going concern kepada perusahaan yang mengalami keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aiisiah (2012), Ningtias (2011), Widyantari (2011), Susanto (2009), Santosa dan Wedary (2007) menemukan bukti bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan KAP berafiliasi dengan big four tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Januarti (2009) yang diproksikan dengan auditor industry specialization yang membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahawa variable financial distress yang diproksikan dengan ZScore, menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,695 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%) yang berarti H2 dapat diterima. Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z Score Altman berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern. Dalam penelitian ini kondisi keuangan perusahaan menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,695. Angka ini dapat diartikan bahwa perusahaan akan menerima opini going concern berbanding terbalik dengan ZScore Altman. Semakin tinggi nilai dari ZScore Altman ini akan semakin memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. Auditee yang tidak mempunyai permasalahan keuangan yang serius, tidak mengalami kesulitan likuiditas, mempunyai modal kerja yang cukup, serta tidak mengalami defisit equitas sudah barang tentu luput dari peneriman opini going concern. Sementara perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan, kesulitan likuiditas, kekurangan modal kerja, serta kerugian terus menerus yang mengakibatkan rasio ZScore rendah berpeluang menerima opini going concern.

Pada dasarnya rasio ZScore ini mengindikasikan kondisi keuangan suatu perusahaan yang sebenarnya serta merupakan peringatan dini bagi suatu perusahaan akan ancaman kebangkrutan usahanya. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan keadaan yang semakin baik atau tidak terdapat permasalahan. Hasil dari penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2011), Ningtias (2011), Rudayan dan Bandera (2009) yang menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman ZScore.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan variabel audit lag memiliki koefisien regresi positif sebesar 6.710 dengan tingkat signifikansi 0,031. Angka signifikansi 0,031 yang lebih kecil dari 0,05 (5%) menunjukkan bahwa variabel audit lag berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern atau dengan kata lain H3 diterima. Sedangkan tanda koefisien regresi positif menunjukkan bahwa semakin lama waktu audit lag yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan maka semakin besar pula peluang perusahaan tersebut mendapatkan opini audit going.

Hasil penelitian pun menjelaskan bahwa audit lag yang panjang mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee dan menjamin bahwa perusahaan yang memiliki audit lag yang panjang akan memperoleh opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Savitry (2013), Astuti (2012), dan Putra (2010) yang menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. Namun, hasil penelitian ini tidak

(7)

konsisten dengan hasil penelitian Widyantari (2011) dan Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2010-2013, diperoleh 34 perusahaan sampel dengan 136 unit analisis (34 x 4) yaitu dengan 53 perusahaan yang menerima opini audit going concern dan 83 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.

2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern yang didapatkan dengan nilai koefisien negatif sebesar 0,903 dengan signifikansi sebesar 0,051. Hasil penelitian mendukung penelitian Aiisiah (2012), Ningtias (2011), Widyantari (2011), Susanto (2009), Santosa dan Wedary (2007) namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Januarti (2009).

3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel financial distress berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern yang didapatkan dengan nilai koefisien negatif sebesar 0,695 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Angka ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai dari ZScore Altman ini akan semakin memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern. Hasil penelitian mendukung penelitian Lubis (2011), Ningtias (2011), Rudayan dan Bandera (2009).

4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel audit lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern yang didapatkan dengan nilai koefisien positif sebesar 6.710 dengan tingkat signifikansi 0,031. Hasil penelitian mendukung penelitian Savitry (2013), Astuti (2012), dan Putra (2010) namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Widyantari (2011) dan Januarti (2009)

Keterbatasan

Adanya keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, sehingga data diperoleh dengan cara men-download dari website www.idx.co.id.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan manufaktur dan tidak menggunakan data-data dari perusahaan lain yang terdaftar di BEI.

3. Periode penelitian hanya empat tahun yaitu 2010 sampai 2013, sehingga belum bisa melihat kecendrungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang.

4. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen, yaitu variabel kualitas audit, financial distress dan audit lag, serta satu variable dependen. 5. Hasil penelitian hanya dapat diketahui berdasarkan pengujian statistik model

(8)

Saran

Dari keterbatasan-keterbatasan penelitian ini, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk:

1. Perusahaan yang digunakan untuk penelitian berikutnya menggunakan seluruh

perusahaan yang terdaftar di BEI, agar mendapatkan data sampel yang lebih banyak dan dapat menemukan analisis yang lebih baik lagi.

2. Periode penelitian yang lebih diperpanjang yaitu lebih dari empat tahun, agar

bisa melihat kecendrungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang.

3. Agar menggunakan variabel independen lain seperti rasio non keuangan dan

rasio keuangan lainnya sehingga hasil penelitian terus berkembang dan mampu memprediksi penerimaan opini audit going concern yang lebih akurat dan lebih tepat.

4. Untuk manajemen perusahaan, dapat mengenali lebih dini tanda-tanda

kebangkrutan usahanya, sehingga dapat mengambil kebijakan sesegera mungkin guna mengatasi masalah tersebut dan terhindar dari penerimaan opini audit going concern.

5. Untuk para investor dan calon investor yang ingin melakukan investasi harus

teliti dan cermat dalam memilih perusahaan dan sebaiknya tidak berinvestasi pada perusahaan yang mendapat opini audit going concern.

6. Untuk praktisi akuntan public (auditor), agar lebih teliti dalam mengamati

sumber pendapatan dan pengeluaran perusahaan yang menjadi klien, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pemberian opini kepada klien terutama opini yang menyangkut kelangsungan usaha perusahaan.

REFERENSI

Agusti, Chalendra, P. (2013). AnalisisFaktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan Terjadinya Financial Distres.Skripsi S1 .UniversitasDiponegoro, Semarang. Aisiiah, Nurul. (2012). Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,

Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi S1. Universitas Diponegoro, Semarang.

Altman, E. I. (2000). Predicting financial distress of companies: Revisiting the Zscore and Zeta® Models. Journal of Banking & Finance, 1.

Astuti, I. R. (2012). Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concer. Skripsi S1. Universitas Diponegoro, Semarang.

Boynton, W.C., Raymond N., Johnson.,dan Walter G. Kell. Alih bahasa oleh Paul . A Rajoe, Gina Gania, IchsanSetiyo Budi (2003). Modern Auditing (Edisi 7). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Brigham, E. F., & Louis, C. G. (1997). Financial Management - Theory and Practice. The Dryden Press.

(9)

Chen, K.C. and B.K. Church. (1992). Default on Debt Obligations and The Issuance of Going-Concern Report. Auditing : Journal Practice and Theory, 30-49. DeAngelo, Linda Elizabeth. (1981). Auditor Size and Audit Quality.Journal of

Accounting and Economics. Vol. 3: 183-199.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Institut Akuntan Publik Indonesia.(2011). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta: Salemba Empat.

Januarti, Indira. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang, 4-6 November.

Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari, (2008), Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005), Jurnal MAKSI, Vol. 8,

Januarti, Indira dan Mirna Dyah Praptitorini.(2011). Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.8 - No. 1, hal 78 – 93.

Jensen, M.C., and W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of FinancialEconomics. Vol. 3, No. 4: 305-360.

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono, (2010), Faktor Non keuangan pada Opini Going Concern, Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 13-15 Oktober.

Lubis, Nuddin. (2011). Analisis Faktor-Faktor Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi S1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya. McKeown, J.R., Jane F.Mutchler, and W. Hopwood.(1991). Toward an Explanatio

of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Supplement: 1-13.

Mutchler, Jane F. (1997). Auditors’ Perception of the Going-Concern Opinion Decision.Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 3, No.2: 17-30. Putra, I Gede Cahyadi. (2010). Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan

Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen. Tesis.UniversitasUdayana, Bali.

(10)

Rudyawan, A. P., & Badera, I. D. (2009). Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi & Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia , 11(2) 141-158.

Savitry, H. A. (2013). Pengaruh Disclosure Level Dan Audit Lag TerhadapOpini Audit Going Concern ( StudiEmpirisPada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BeiTahun 2007 – 2011 ). Skripsi S1. UniversitasPasundan, Bandung.

Solikah, Badingatus. (2007). Pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini going concern.

Skripsi S1. Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-14, Alfabeta, Bandung Suprobo Ningtias N (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1. Universitas Diponegoro, Semarang.

Susanto, YuliusKurnia. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 3 Hlm 155-173.

Widyantari, Putri A.A.A. (2011). Opini Audit Going Concern Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. UniversitasUdayana, Bali.

Gambar

Tabel 3.1  Kriteria Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dinding sel bakteri gram negative mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu lapisan luar yang terdiri dari lipopolisakarida dan protein, dan lapisan

Pompa jenis ini hanya dapat digunakan untuk tekanan pada saluran kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran isap dan bila zat cair yang dipompa

Nilai Koefisisen Determinasi (Kd) sebesar 71,3% dapat diartikan bahwa peran sistem pengendalian internal pemberian kredit terhadap Non Performing Loan sebesar 71,3%,

Perangkat lunak merupakan suatu program yang berisi sejumlah instruksi yang dibuat untuk melakukan sejumlah proses dengan tujuan sebagai alat pengendalian sistem

Untuk menangani kasus carding diterapkan Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang lain walaupun

Program yang dihasilkan mencakup: struktur materi konsep dasar kimia yang diperlukan bagi mahasiswa PGSD, model perkuliahan konsep dasar kimia berbasis masalah

Berdasarkan kondisi diatas, penulis melakukan penelitian guna menganalisa permasalahan yang terjadi dan menampung kebutuhan informasi dari pihak manajemen guna

Dalam hubungannya dengan hal diatas, penulisan ilmiah ini membahas bagaimana sebuah program aplikasi sederhana yang dibuat dengan Microsoft Visual C++ 6.0 untuk