TAHUN 2 0 1 0
S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
IAR0T ANDRI WIBISONO
NIM: 11408092
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :
Nama
NIM
Jurusan
Program Studi
Judul
: Jarot Andri Wibisono
:11408092
: Tarbiyah
: Pendidikan Agama Islam
: PENGARUH KEDISPLINAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 6 agustus 2010
Pembimbing
h
Jalan Tentara Pelajar No. 2 Telepon (0298) 323706, 323433 Salatiga Kode Pos 50721
W ebsite : w w w . stainsalatiga.ac.id e - m a i l : akadem ik@ stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi saudara JAROT ANDRI WEBISONO dengan nomor induk Mahasiswa
11408092 yang berjudul “PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari Sabtu, tanggal 28 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadlan 1431 H. dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).
Salatiga, 28 Agustus 2010 M 18 Ramadlan 1431 H Drs. Sumamo Widjadipa, M.Pd
NIP. 19570520 198601 1 001
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Judul : PENGARUH KEDISPLINAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SD NGAJARAN 03
Nama : Jarot Andri Wibisono
NIM :11408092
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode Ilmiah.
Tuntang, 6 Agustus 2010
Yang menyatakan
j j i i . tjjLuU L»J 4&Ij dla. j l ^1*11 !jJ jl jJ ill j ^Siol jlo l (jj
” ... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu keijakan.”
( Al Mujaadilah : 11 )
’’Keyakinan sendiri adalah jalan terbaik untuk maju, berbuatlah selagi ada
kesempatan, dimana ada kemauan, di situ ada jalan ...”
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang tiada pernah lelah memberikan dorongan dan doa restunya.
2. Kakak dan Adik-adikku tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan dan
pengelaman.
4. Ibu Sri Sugiami sebagai Kepala SD Negeri Ngajaran 03 dan Bapak Baud Utsiri
sebagai Kepala SD Negeri Ngajaran 02, serta Bapak Adi Susilo yang senantiasa
memberikan kesempatan dan perhatian serta banyak membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Rekan-rekan Guru SD Negeri Ngajaran 03 yang senantiasa memberi dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku, Emis Eka Aprillia, Badarudin, Runjiati, Wuryanti serta semua
sahabatku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.
7. Para pembaca yang budiman.
Tuntang, Februari 2010
Puji syukur Alhamdulillah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya besok di
yaumul qiyamah. Amin AHahumma Amin.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi sebagian syarat-syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah STAIN Salatiga.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa
mengucapkan terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah
diberikan, mendapat pahala did\sisi Allah SWT.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs.Sumamo Widjadipa, M.Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dengan kesabaran dan kebijaksanaannya dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
3. Ibu Sri Sugiami selaku Kepala SD Ngeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang yang selalu memberikan waktu kepada penulis untuk mengumpulkan data
guna menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis
Jarot Andri Wibisono, 2010, Skripsi ini berjudul : Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar PAI dengan
pendekatan kedisiplinan belajar. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam [enelitian ini
adalah : (1) Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010? (2) Bagaimana prestasi belajar
PAI siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010? (3) Adakah pengaruh antara tingkat kedisiplinan belajar terhadap
prestasi belajar PAI siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010?
Temuan penelitian ini menunjukkkan bahwa (1) Tingkat kedisiplinan belajar
siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010 terhitung baik (2) Presatasi belajar PAI siswa SD Negeri Ngajaran 03
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 terhitung baik (3)
Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar
PAI siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Sampul... ... i
Gambar berlogo... Persetujuan Pembimbing... iii
Pengesahan Kelulusan...iv
Pernyataan Keaslian Tulisan... v
Motto... vi
Persembahan... Kata Pengantar...viii
Abstrak... ix
Daftar Isi... x
Daftar Tabel...xi
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah...1
Rumusan Masalah... 2
Tujuan Penelitian... ...3
Manfaat Penelitian... 3
Penegasan Istilah... 4
Hipotesis... 6
Metodologi Penelitian... 7
Prestasi Belajar... 22
Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar...37
Bab III Laporan Penelitian Latar Belakang Masalah... 41
Tinjauan Historis... 41
Kondisi Fisik Sekolah... 42
Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan... 43
Sarana dan Prasarana... 44
Hasil Penelitian... 46
Bab IV Analisis Data Analisis Dekriptif... 50
Pengujian Hipotesis... 58
Pembahasan...62
Bab V Penutup Kesimpulan...64
Saran-saran...64
Penutup...67
Daftar Pustaka
Lampiran-lampuran
TABEL 1.1
TABEL INTERPRETASI NILAI ”r”
TABEL 3.1
DATA SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 3.2
DAFTAR NAMA GURU DAN KARYAWAN SD NEGERI NGAJARAN 03
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2009/2010
TABEL 3.3
DAFTAR BANGUNAN/RUANG KELAS SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 3.4
DAFTAR INVENTARIS SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 3.5
DATA RESPONDEN
TABEL 3.6
DAFTAR JAWABAN ANGKET KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SD NEGERI
NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2009/2010
TABEL 4.1
SKOR JAWABAN RESPONDEN TERHADAP ANGKET TENTANG KEDISIPLINAN
BELAJAR SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 4.2
NOMINASI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP ANGKET TENTANG
KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 4.3
PROSENTASE TINGKAT KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SD NEGERI
NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
TABEL 4.4
NILAI MATA PELAJARAN RESPONDEN
TABEL 4.5
INTERVAL PRESTASI BELAJAR PAI RESPONDEN
TABEL 4.6
PROSENTASE PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TABEL 4.8
TABEL KERJA PRODUCT MOMENT KOEFISIEN KORELASI PENGARUH
KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD
NEGERI NGAJARAN 03 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
B A BI
PENDAHULUAN
A. L atar Belakang Masalah
Gerakan Disiplin Nasional (GDN) dalam kapasitasnya sebagai sebuah gerakan,
berusaha untuk memobilisir segala potensi, baik yang masih tersembunyi maupun
yang tampak. Salah satu potensi yang mahal adalah kualitas sumber daya manusia
yang masih terlalu heterogen dalam menegakkan disiplin, maka jika GDN tercapai
secara serempak dan menyeluruh dalam segala kehidupan, bangsa kita tidak hanya
akan maju dalam aspek tertentu, tetapi hamper pasti aspek-aspek secara integral akan
member bukti hasil kerja keras, sehingga tercipta budaya bersih, dan budaya kerja atau
budaya belajar secara optimal.
Dalam hal ini peneliti memiliki anggapan bahwa kedisiplinan sangatlah
penting ditanamkan pada anak-anak, karena dengan adanya penanaman sikap disiplin
pada anak yang sedini mungkin akan dapat menampakkan tingkah laku yang disiplin
pula. Dengan adanya sikap yang selalu disiplin baik pada diri anak didik atau pada
guru, tentunya proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas akan lebih berjalan
lancar dan efektif sehingga akan dapat menciptakan hasil yang optimal.
Seorang siswa dapat disebut disiplin apabila ia melakukan suatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan, peraturan, norma yang berlaku
dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari siapapun.
Disiplin belajar siswa antara lain selalu mengikuti pelajaran, memperhatikan
meninggalkan kelas sebelum waktunya, selalu menyelesaikan tugas rumah tepat
waktu, rutin belajar di rumah, menghargai waktu dan sebagainya.
Berangkat dari permasalahan di atas, kedisiplinan akan sangat mempengaruhi
proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian akan sangat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, demikian juga dapat mempengaruhi mutu tidaknya pendidikan
yang ada di Indonesia.
Berdasarkan pengamatan penulis, kadang-kadang siswa yang naik kelas
dengan nilai katrolan, tidak memenuhi atau sama dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Karena banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar, kemudian
untuk semua siswa ditambah dengan nilai yang sama. Hal ini terjadi karena banyak
siswa yang kurang disiplin, baik disiplin dalam mengikuti proses belajar mengajar
khususnya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun disiplin di luar jam
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul ’’PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI NGAJARAN 03
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2009/2010”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan maslah
pokok penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan belajar siswa SD Negeri Ngajaran 03
2. Bagaimanakah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri
Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010?
3. Adakah pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran yang konkret serta arah yang jelas dalam
pelaksanaan penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1 Mengetahui tingkat kedisiplinan belajar siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010?
2 Mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Ngajaran
03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010?
3 Mengetahui pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa SD Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan sumbangan keilmuan bagi peneliti sendiri maupun para pembaca,
khususnya masalah kedisiplinan guru dan prestasi belajar siswa.
2. Menemukan masukan kepada para pengelola lembaga pendidikan dalam
meningkatkan prestasi siswa.
3. Menggambarkan kepada para pengelolal sekolah dalam peningkatan mutu
E. Penegasan Istilah
1. Pengaruh
Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, seperti orang, benda
yang turut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.1 2
2. Kedisiplinan belajar
Apa yang mesti dilakukan siswa kaitannya dengan belajar:
1. Mengerjakan tugas yang dirikan guru (membangun eufering behavior)
2. Datang di sekolah tepat waktu
3. Siap dengan kelengkapan pembelajaran
4. Memperhatikan / menyimak kegiatan pembelajaran
5. Partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
6. Berperilaku santun dalam suasana pembelajaran
7. Melakukan apa yang diperintahkan guru terkait kegiatan pembelajaran
8. Menyelesaikan tugas dari guru tepat waktu
9. Kelengkapan catatan pelajaran
10. Kerapian catatan
11. Mentaati tata tertib yang terkait dengan pembelajaran
12. Mentaati tata tertib yang terkait dengan pakaian seragam sekolah
13. Mentaati tata tertib yang terkait dengan aturan/tata cara berpakaian
14. Menggunakan kesempatan bertanya pada waktu guru mempersilakan bertanya
kepada siswa
15. Inisiatif siswa dalam memperdalam ilmu yang terkait langsung dengan
pelajaran
16. Memberdayakan buku perpustakaan
17. Memberdayakan alat laboratorium
18. Memberdayakan sarana komputer untuk sarana pembelajaran
19. Memberdayakan sarana internet untuk sarana pembelajaran
20. Tanggung jawab dalam memelihara sarana pembelajaran milik sekolah
Disipilin belajar adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.3 Merupakan
perilaku yang terkontrol karena pelatihan, ia dapat menyelesaikan pekerjaan yang
berat itu karena disiplin yang baik.
Disiplin berasal dari kata ”disciple” yang berarti belajar. Disiplin merupakan
arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih
lebik baik.4
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan, dan ketertiban dalam belajar.
Kedisiplinan belajar dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan
hanya menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi
juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa.
' Ibid, him 268
3. Prestasi Belajar PAI
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan
atau dikerjakan.5 Prestasi yang dimaksud disini adalah nilai rapor siswa.
Ahli pendidikan modem merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu, untuk memperoleh
suatu perubahan tungkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya.6
Dengan adanya pengertian tentang prestasi belajar di atas, maka yang
dimaksud prestasi adalah hasil yang dicapai dengan melalui proses perubahan-
perubahan pada diri seseorang, perubahan itu ke arah positif maju dan perbaikan.
Prestasi belajar dalam hal ini adalah nilai hasil raport siswa semester gasal tahun
ajaran 2009/2010. Parameter prestasi belajar tidak bias lepas dari standar kriteria
ketuntasan minimal ( 6,0 ).
Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi siswa
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai
perwujudan dari Pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
5 Depdiknas, op.cit, h!m, 195
* Siameto, Balajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta,! 99i, him.2
Peningkatan potensi spiritual tersebut akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yangaktualisasinya mencerminkan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
F. Hipotesis
Menurut Sutrisno Hadi, Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin
benar atau mungkin salah.7
Mengacu pada masalah penelitian yang dikaitkan dengan tinjauan pustaka,
maka dalam penelitian ini hipotesa yang penulis ajukan adalah ada pengaruh yang
signifikan antara kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri
Ngajaran 03. Artinya semakin tinggi kedisiplinan belajar siswa, maka prestasi belajar
siswa semakin baik dan sebaliknya.
G. Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian.8 Yang menjadi populasi
disini adalah Sekolah Dasar Negeri Ngajaran 03 Tahun Pelajaran 2009/2010
dari kelas I sampai dengan kelas VI. Berdasarkan pertimbangan, karena siswa
kelas III sampai dengan kelas VI sudah lebih memahami pernyataan atau
angket yang diberikan, maka diambil kelas III, IV, V.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil
sampel.9
’ Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbit Psikologi UGM Yogyakarta, 1983, hlm.63
Proportional sampling adalah suatu sampling proporsi atau perimbangan unsur-
unsur atau kategori dalam populasi diperhatikan dan diwakili dalam sampel.
Stratified sampling adalah populasi terdiri dari golongan-golongan yang
mempunyai susunan bertingkat. Random sampling adalah suatu teknik
mengambil individu untuk sampel dari populasi dengan cara random.
Kelas III = 27, IV = 25, V = 18, berjumlah 70. 50% dari 70 = 36 dengan
perincian kelas III = 14, IV = 13, V = 9.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian,
a. Kedisiplinan belajar siswa sebagai variable X, yang diteliti adalah kedisiplinan
sebagai variable bebas. Untuk mengukur kedisiplinan belajar siswa digunakan
satuan sebagai berikut:
a. Sangat disiplin
b. Disiplin
c. Cukup disiplin
d. Kurang disiplin
e. Tidak disiplin
3. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang benar dan valid yang berkaitan dengan
masalah penelitian, dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik
pengumpulan data antara lain:
a. Wawancara
Wawancara sebagai proses interaksi antara peneliti dengan informan
wawancara yang dilakukan tidak dengan struktur yang ketat, melainkan secara
longgar. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka
sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap dan mendalam. Kelonggaran
ini senantiasa memberi kesempatan kepada informan untuk dapat memberikan
jawaban yang secara bebas dan jujur bahkan tidak tersusun dengan rencana
yang baik. Menurut Palton, wawancara semacam ini dapat pula disebut sebagai
wawancara informal.10
Berhubung pelaksanaan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif
memakan waktu yang lama, maka jumlah sampael yang dipakai dalam
penelitian biasanya sangat terbatas. Dengan dilengkapi wawancara dengan
kepala sekolah dan guru mengenai kedisiplinan belajar dengan memberikan
daftar hadir siswa.
b. Observasi
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.11
Cara yang digunakan peneliti adalah datang lebih awal, mengamati secara
langsung anak mengenai kedisiplinan belajar.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis. Seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Metode dokumentasi ukurannya adalah prestasi belajar, ini digunakan untuk
mengetahui nilai siswa dari buku daftar nilai atau buku laporan pendidikan
siswa.
d. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah suatu studi korelasi, yang bertujuan menetapkan
besarnya hubungan antar variabel.12 Setelah data terkumpul maka langkah
yang penulis lakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data yang sudah
masuk tersebut. Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, sebab pada tahap ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang
telah diajukan oleh penulis sebelumnya. Karena metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif, maka teknik analisa datanya menggunakan teknik
analisa data statistik, yang mana metode statistik adalah cara-cara tertentu yang
perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun, menyajikan,
menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan
keterangan yang berupa angka agar dapat memberikan pengertian dan makna
tertentu yaitu:
Untuk mengetahui bagaimana kedisplinan belajar siswa SD Negeri Ngajaran
03 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2008/2009,
digunakan rumus:
P = —x 100% N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekwensi jawaban responden
N = Jumlah banyaknya sampel
Yang kemudian diteruskan dengan menggunakan rumus:
x = ^ x l 0 0 %
F h
Keterangan:
x = Nilai prosentase yang dicari
Fo = Nilai yang diperoleh
Fh = Nilai yang diharapkan
Dengan menggunakan standar penilaian prosentase sebagai berikut:
- 76% sampai 100% terhitung sangat baik
- 56% sampai 75% terhitung baik
- 45% sampai 55% terhitung cukup baik
- 35% sampai 45% terhitung kurang baik
- 25% sampai 35% terhitung tidak baik
Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar
siswa SD Negeri Ngajaran 03, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2009/2010, digunakan rumus statistik Product Moment yaitu:
£xy r x y = . ... —
Keterangan:
rxy = Angka indek korelasi ”r”
xy = Jumlah hasil perkalian
x 2 = Jumlah seluruh skor x setelah dikuadratkan
y 2 = Jumlah seluruh skor y setelah dikuadratkan2
Selanjutnya untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh kedisiplinan belajar
terhadap prestasi belajar siswa, maka hasil perhitungan di atas diinterpretasikan
dengan nilai r tabel yaitu:
Tabel 1.13
Besar Nilai r Interpretasi
0,80-0,100 A antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
0,60 - 0,80 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,40 - 0,60 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0 ,2 0 -0 ,4 0 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0 ,0 0 -0 ,2 0
H. Sistematika Penulisan
Skripsi yang penulis susun, terdiri dari tiga bagian yang merupakan rangkaian
dari beberapa bab :
• Bagian muka memuat: halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
• Bagian isi memuat:
Bab I adalah Pendahuluan yang berisi (a) Latar belakang masalah, (b)
Rumusan Masalah, (c) Tujuan Penelitian, (d) Manfaat Penelitian, (e) Penegasan
Istilah, (f) Hipotesis, (g) Metodologi Penelitian, dan (g) Sistematika Penulisan.
Bab II berisi Landasan Teori terdiri atas tunjauan pustaka yang membahas
tentang (a) Kedisiplinan, (b) Prestasi Belajar, dan (c) Pengaruh Kedisiplinan
terhadap Prestasi Belajar.
Bab III Laporan Penelitian membahas tentang kondisi umum SD Negeri
Ngajaran 03 meliputi (a) Tinjauan Historis, (b) Letak Geografis, (c) Keadaan
Siswa, Guru dan Karyawan, Sarana dan Prasarana, serta (d) Hasil Penelitian.
Bab IV Analisa Data yang memuat uraian tentang (a) Pengelolaan Data, (b)
Analisa Data, dan (c) Pengujian Hipotesis.
Bab V Merupakan bagian penutup yang meliputi (a) Kesimpulan, (b) Saran-
saran, dan (c) Penutup
• Bagian akhir memuat:
BAB
n
LANDASAN TEORI
A. Kedisiplinan Belajar
1. Pengertian Kedisiplinan Belajar
Secara etimologi kedisiplinan belajar diambil dari kata disiplin yang berarti
ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan di sekolah, tata tertib dan sebagainya.'
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikembangkan bahwa disiplin belajar
adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan kata lain orang dikatakan
disiplin apabila pikiran dan tindakannya selalu didasari oleh aturan-aturan yang
berlaku.
Istilah ”disiplin belajar* mengandung banyak arti. G od’s Dictionary o f Education
sebagaimana dikutip Oteng Sutrisna menjelasakan ’’disiplin belajar”1 2 sebagai
berikut:
1. Mengerjakan tugas yang dirikan guru (membangun eufering behavior)
2. Datang di sekolah tepat waktu
3. Siap dengan kelengkapan pembelajaran
4. Memperhatikan / menyimak kegiatan pembelajaran
5. Partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
6. Berperilaku santun dalam suasana pembelajaran
7. Melakukan apa yang diperintahkan guru terkait kegiatan pembelajaran
8. Menyelesaikan tugas dari guru tepat waktu
9. Kelengkapan catatan pelajaran
10. Kerapian catatan
11. Mentaati tata tertib yang terkait dengan pembelajaran
12. Mentaati tata tertib yang terkait dengan pakaian seragam sekolah
13. Mentaati tata tertib yang terkait dengan aturan/tata cara berpakaian
14. Menggunakan kesempatan bertanya pada waktu guru mempersilakan bertanya
kepada siswa
15. Inisiatif siswa dalam memperdalam ilmu yang terkait langsung dengan
pelajaran
16. Memberdayakan buku perpustakaan
17. Memberdayakan alat laboratorium
18. Memberdayakan sarana komputer untuk sarana pembelajaran
19. Memberdayakan sarana internet untuk sarana pembelajaran
20. Tanggung jawab dalam memelihara sarana pembelajaran milik sekolah (SD
Negeri Ngajaran 03)
Oleh karena itu, disiplin belajar sangat penting artinya bagi para siswa
untuk menentukan identitas dirinya. Bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan
disiplin, berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi.
Jika seseorang telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan
terencana, maka ia akan mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan
Disiplin belajar juga merupakan usaha untuk menanamkan kesadaran pada
setiap personal tentang tugas dan tanggungjawabnya agar menjadi orang yang
bersedia dan mampu memikul tanggungjawab atas semua pekerjaannya.3
Setiap pekerjaan akan berhasil dengan baik jika dikerjakan dengan teratur
dan disiplin. Lebih-lebih dalam hal belajar. Disamping teratur, siswa harus belajar
disiplin. Hanya dengan kedisiplinan siswa akan memperoleh prestasi yang baik.
Timbulnya sikap disiplin bukan peristiwa yang mendadak yang terjadi seketika.
Kedisiplinan pada seorang siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari
pendidik dan itupun dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Kebiasaan
yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam lingkungan
keluarga akan terbawa oleh anak-anak dan sekaligus akan memberikan warna
terhadap perilaku kedisiplinan anak dimana dengan disiplin akan menciptakan
kemauan dalam bekerja secara teratur.
Menurut Webster’s dalam New World Dictionary menjabarkan disiplin
menjadi dua, yaitu ”Displin Belajar Negatif dan Disiplin Belajar Positif’.4
a. Disiplin Belajar Negatif
Pendekatan negatif terhadap disiplin belajar menggunakan kekuatan
dan kekuasaan. Hukuman diberikan kepada pelanggar peraturan untuk
menjerakannya dan untuk menakuti orang lain sehingga meraka tidak akan
berbuat kesalahan yang sama.
Singkatnya, pendekatan displin belajar jenis ini menekankan penghindaran
hukuman, tidak pada keijasama yang bergairah, yang tulus ikhlas.
3
Hadari Nawawi. Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1984, him. 128 4
b. Disipilin Belajar Positif
Pendekatan positif terhadap disiplin belajar melibatkan penciptaan
suatu sikap dan iklim organisasi dimana para anggotanya mematuhi peraturan-
peraturan yang perlu dari organisasi atau kemauannya sendiri. Dalam
organisasi yang menerapkan disiplin belajar positif, beberapa individu
kadang-kadang melanggar peraturan. Maka mereka dibuat melihat kesalahan
dari tindakan mereka dan keharusan bagi pembetulan perbuatan dengan suatu
bentuk hukuman. Dibawah konsep disiplin belajar positif, hukuman itu
diberikan untuk memperbaiki dan membetulkan, bukan untuk melukai.
3. Manfaat Kedisiplinan Belajar Siswa
Berdisiplin selain akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara
belajar yang baik, juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang
baik pula.5 Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan
teratur dalam menjalankan kehidupannya, kehidupan aman dan teratur, mencegah
hidup sembarangan, menghargai kepentingan orang lain, membiasakan hidup tertib
di sekolah.
Siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi
masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan
bisa diharapkan berguna bagi semua pihak.
Dalam hal kedisiplinan dalam belajar baik itu di sekolah atau di rumah yang
terjadi diperlukan, akan tetapi anjuran yang terlalu banyak akan membuat anak
bosan pada siswa, perlu sekali adanya campur tangan dari orang dewasa terutama
dari orang tua atau guru.
Peran guru sebagai pembimbing dan pengasuh agar selalu mengarahkan
anak didik pada sikap berbudi pekerti yang baik, berilmu, dan terampil. Sedang
peran orang tua dalam menanamkan sikap disiplin belajar pada anaknya harus
ditanamkan sejak kecil. Kita harus ingat bahwa tuntunan yang berupa contoh-
contoh dari orang tua (kata-katanya) akan lebih berkesan bila disertai dengan
perbuatan. Namun bukan berarti anjuran tidak diperlukan, akan tetapi anjuran
yang terlalu banyak akan membuat anak bosan.
Untuk dapat mewujudkan harapan pada orang tua dalam mendidik anak,
peran orang tua adalah mengarahkan anak untuk belajar dengan sungguh-sungguh
dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak, maka anak
akan senang (semangat) dalam belajar.
4. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Belajar
Pendidikan umum pertama dan yang utama dilaksanakan adalah dalam
lingkungan keluarga kemudian sekolah dan masyarakat.
Dengan demikian keluarga merupakan salah satu lembaga yang
mngemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan untuk
anak. Untuk mencapai tujuan dalam mengupayakan anak menjadi pribadi yang
utuh maka tugas dan tanggung jawab orang tua adalah menciptakan situasi dan
kondisi yang memuat iklim yang dapat dipahami anak-anak untuk memperdalam
dan memperluas makna-makna hidup.
Mengembangkan disiplin diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan
acuan moral. Sehubungan dengan itu, disiplin diri dibangun dari asimilasi dan
penggabungan nilai-nilai moral untuk diinternalisasikan oleh subyek didik sebagai
Akan tetapi disiplin harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit, jika
sekaligus anak akan merasa terkekang dan akan merasa terpenjara sehingga
seorang anak akan selalu mencari jalan bagaimana keluar dari penjara tersebut.
Begitu juga dengan disiplin belajar dimana disiplin belajar ini harus dan perlu
upaya dari lingkungan keluarga yaitu orang tua untuk mengembangkan disiplin
diri anak terutama waktu anak belajar. Belajar yang dilakukan secara rutin setiap
hari dan selalu mengerjakan tugas dari guru merupakan salah satu bentuk dari
disiplin belajar.
Orang tua sangat dibutuhkan pada awal proses belajar dimana peran orang
tua sangat membantu dalam terciptanya kedisiplinan. Adapun cara yang harus
dilakukan orang tua dalam mendisiplinkan anak yaitu melaului pelatihan,
membiasakan diri berperilaku berdasarkan acuan moral, perlu adanya kontrol dari
orang tua untuk mengembangkannya. Ketiga upaya ini dinamakan sebagai kontrol
eksternal. Kontrol yang berisonansi demokrasi dan keterbukaan ini memudahkan
anak untuk membuka diri terhadap penguatan yang bermakna dalam memberikan
ganjaran orang tua dengan nilai moral yang jelas sumbernya.6 Dalam upaya
pengontrolan ini upaya orang tua bukan hanya memberi contoh akan tetapi
perilaku secara moral patut dicontoh oleh anak.
Selain itu anak-anak juga harus diajak untuk berdialog memecahkan
masalah yang berhungan dengan belajar, baik waktu di sekolah maupun di rumah
itu sendiri.
Sikap disiplin itu bukan bawaan dari lahir, namun muncul setelah anak
mengenal adanya tata tertib yang harus ditaatinya. Dari sinilah muncul sikap
muncul sikap disiplin dan tidak disiplin.
Sebelum anak mengenal adanya tata tertib maupun aturan yang harus
mereka taati, mereka belum mengenal adamya sikap kedisiplinan. Mereka tumbuh
dan berkembang secara alamiah tanpa ada aturan yang mengikatnya. Setelah
mereka mengenal adanya tata tertib maupun aturan, maka dengan sendirinya
mereka dituntut untuk memiliki sikap disiplin tersebut. Disiplin timbul dari jiwa
karena dorongan untuk mentaati tata tertib. Sehingga dapat dipahami bahwa
disiplin merupakan sikap patuh terhadap tata tertib atau aturan.
Disiplin dapat muncul karena kesadaran maupun paksaan. Disiplin yang
muncul karena kesadaran disebabkan faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya
dengan disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal, dengan
disiplinlah akan didapatkan keteraturan dalam kehidupan, dengan disiplinlah akan
dapat menghilangkan kekecewaan orang lain dan dengan disiplinlah orang lain
akan mengagumi dan sebagainya. Sedangkan kedisiplinan karena keterpaksaan
biasanya muncul karena adanya pengawasan dari pihak lain.7
Untuk dapat menegakkan kedisiplinan tidak selalu melibatkan orang lain,
bahkan hanya melibatkan diri sendiri sebenarnya bisa dilakukan. Bahkan dengan
melibatkan diri sendiri itulah yang lebih penting karena disiplin yang timbul
tersebut berasal dari kesadaran.
7
Hal ini tentu akan bersifat lebih permanen, mengingat pentingnya
kedisiplinan tidak hanya bagi anak semasa mereka sekolah saja, namun
kedisiplinan tersebut akan terus berguna bagi kehidupannya kelak.
Namun ada juga kedisiplinan yang timbul karena keterpaksaan.
Keterpaksaan tersebut muncul karena takut akan dikenakan sanksi hukuman akibat
pelanggaran tersebut. Disiplin seperti ini tidak sepenuhnya jelek, namun hasilnya
akan tidak akan membentuk seseorang yang mempunyai sikap disiplin.
Karena kedisiplinan tersebut dipaksakan dari luar dirinya. Akibat dari
kedisiplinan yang muncul karena keterpaksaan ini maka setiap anak akan berlaku
tidak disiplin dan melakukan pelanggaran terhadap aturan apabila tidak ada pihak
lain yang mengawasinya. Hal semacam ini tentu bukan sikap yang diharapkan dari
seorang siswa.
Dalam belajar disiplin belajar sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan
semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dengan
kehampaan. Setiap siswa yang mempunyai kedisiplinan akan mempunyai sikap
selalu memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada, Setiap jam bahkan setiap
detik sangat berarti bagi mereka untuk mendapatkan ilmu.
Orang yang berhasil dalam belajar disebabkan mereka selalu menempatkan
disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah
mereka susun ditaati dengan ikhlas. Mereka melaksanakan dengan penuh semangat
dan rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin pribadi.8
8
Disiplin merupakan kekuatan yang tidak tampak, namun demikian akan
mampu melahirkan tenaga pendorong dalam perwujudan kepatuhan kepada tata
tertib, dengan semangat belajar dan rela berkorban demi mencapai cita-cita.
Dorongan tersebut bagi siswa sangat diperlukan untuk ditumbuhkan,
dipupuk dan dipertahankan sehingga dimanfaatkan sebagai penggerak jiwa untuk
melakukan aktivitas belajar.9
Tanpa kedisiplinan tersebut maka akan kehilangan daya dorong untuk
melakukan aktivitas belajar, sehingga akan sulit tumbuh dari hati anak semangat
untuk maju dalam kegiatan belajar mengajar. Anak tidak lagi memiliki semangat
yang kuat. Dengan tidak adanya semangat belajar tersebut maka sulit diharapkan
siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Apabila anak tidak
dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik maka akan sulit pula
mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
Dengan demikian disiplin merupakan hal yang sangat penting
khususnya bagi anak yang masih di bangku sekolah. Dalam masalah pendidikan
kedisiplinan dalam belajar akan dapat berjalan lancar dan baik apabila tingkah laku
berpedoman pada garis yang berlandaskan pada prinsip kebebasan dan
bertanggung jawab.
Dalam hal ini kedisiplinan dalam belajar baik itu di sekolah atau di rumah,
perlu sekali adanya campur tangan dari orang dewasa terutama dari orang
tua/guru.
9
Peran guru sebagai pembimbing dan pengasuh agar selalu mengarahkan anak
didik pada sikap berbudi pekerti yang baik, berilmu, dan terampil.
Sedangkan peran orang tua dalam menanamkan sikap disiplin belajar pada
anaknya harus ditanamkan sejak kecil. Kita harus ingat bahwa tuntunan yang
berupa contoh-contoh dari orang tua (kata-katanya) akan lebih berkesan bila
disertai dengan perbuatan. Namun bukan berarti anjuran tidak diperlukan, akan
tetapi anjuran yang terlalu banyak akan membuat anak bosan.
Untuk dapat mewujudkan harapan pada orang tua maupun guru dalam
mendidik anak, peran orang tua dan guru adalah mengarahkan anak untuk belajar
dengan sungguh-sungguh dengan menciptakan suasana belajar yang menyengkan
bagi anak, maka anak akan senang (semangat) dalam belajar.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar oleh para ahli didefinisikan secara berbeda-beda. Namun
sebelumnya mungkin kita akan membicarakan arti penting belajar. Mengapa
manusia harus belajar? Perlu kita sadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Allah SWT yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam Al-Qur’an surah At
T iin : 5
jS j ^ jLuiiUt \ ‘rtl-v jal
’’Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik-baik kejadian
Lalu dimanakah letak keistimewaan manusia? Salah satunya adalah letak pada
kemampuan mengolah informasi pada manusia merupakan cirri penting yang
membedakan manusia dengan makhluk lain.10
Disinilah arti penting belajar. Belajar merupakan suatu proses yang
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar : 9
j l j l IjjS jil Lo3l ^ ( j j l ill ^ ■ > i j (Ja <J5
”Katakanlah adakah sama antara orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan
dengan orang-orang yang berilmu pengetahuan ”.
Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemapuan
seseorang secara optimal. Belajar adalah perubahan, namun bagaimana proses
perubahan tersebut terjadi? Berbeda aliran psikologis yang dipakai sebagai
landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak
sama. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah
peristiwa internal, artinya belajar baru dapat teijadi bila ada kemampuan dalam
diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang
disebut dengan istikah kognitif. Berbeda dengan konsep belajar behavioristik,
yang sangat mengandalkan pada lingkungan (stimulus), penganut aliran Kognitif
memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk
memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai
kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respori) sebagai akibat
pemahamannya itu. Perubahan dapat teijadi bila ada proses berfikir lebih dahulu
dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan."
11
Dari pendapat di atas dapat diambil penahaman bahwa proses belajar pada diri
seseorang mengandung tiga proses simultan.
Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru.
Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau
perbaikan atas pengetahuan sebelumnya.
Kedua, proses transformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan
dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu
diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, prose evaluasi. Dalam
prose ini teijadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai
dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya
adalah proses simultan dari ketiga hai tersebut.
Adapun menurut Uzer Usman belajar, belajar diartikan sebagai proses
perubahan tindak laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dan individu, individu dan lingkungannya.12 Pada umumunya belajar dapat
diartikan kegiatan-kegiatan fisik dan psikis, kedua aspek itu saling melengkapi
dan bertalian satu sama lain. Kegiatan manusia dalam pembuatannya selalu
menuntut kegiatan jasmani dan rohani. Sedangkan menurut Hilgrad belajar bukan
hanya hasil, namun juga proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,
baik dilakukan di laboratorium maupun lingkungan alamiah. Sehingga dapat
dirangkun bahwa belajar adalah:
1. Aktivitas yang dirancang dan bertujuan
2. Perubahan perilaku secara utuh.
3. Bukan hanya hasil namun proses.
4. Proses memecahkan masalah.!j>
Adapun menurut Skinner yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
Educational Psichology ’’The Teaching-Learning Process”, berpendapat bahwa:
"Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif’.
Sedangkan Hintzman dalam bukunya "The Psichology o f Learning and
Memory” berpendapat bahwa belajar adalah ”Learning is a change in organism
due to experience which can effect the organism’s behavior”, artinya adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism
tersebut.* 14
Dan Wittig dalam bukunya Psicology o f Learning mendefinisikan belajar
sebagai ’’Any relatively permanent change in an organism ’s behavioral repertoire
that occurs as a result o f experience”, belajar adalah "Perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman”.15
13 Wina Saniaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kuikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta. 2008, hlm.89-90 14. Nuhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru. Rosda Karya, Bandung, him. 90
Menurut James O. Whittaker, yang dikutip oleh Abi Ahmadi dan Widodo
Supriyono, mengemukakan definisi belajar sebagai: ”Learning may be defined as
the process by which behavior originates or is altered through training or
experience” yaitu ’’Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman”.16
Howard L Kingsley mengemukakan belajar sebagai berikut: ”Learning is the
process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed”
’’Proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan”.17 18 Menurut Hilgtad dan Brower mendefinisikan
belajar sebagai “perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan
to
pengalaman”.
Dan menurut Chaplin dalam Dictionary o f psychology menayatakan bahwa
belajar adalah prose perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai akibat adanya latihan dan pengalaman.19
Dengan kata lain, belajar bukan hanya sekedar pengalaman melinkan proses
dari belum tahu menjadi tahu, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan
hidup manusia. Dimana belajar itu membawa perubahan dan dari perubahan
tersebut mendapatkan suatu kecakapan dan ketrampilan baru dengan usaha yang
disengaja.
16 Nuhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru. Rosda Karya, Bandung, him. 90 17 Ibid, him. 90
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar itu
meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Adanya kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar.
b. Kegiatan tersebut meliputi aktivitas jasmani dan rohani.
c. Kegiatan itu mengakibatkan perubahan yang bersifay positif, baik perubahan
dari segi jasmani maupun rohani.
Dengan kata lain bahwa yang dimaksud belajar adalah proses perubahan
dalam diri seseorang yang berupa tingkah laku baru, sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan yang diusahakan secara sadar.
Hal itu termasuk mengerjakan sesuatu dan hal itu terjadi pada usaha-usaha
individu dalam memecahkan rintangan.
Menurut Soemadi Soerjabrata, bahwa nolai-nilai yang pokok dalam belajar
yaitu meliputi:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (behavior changes aktuil maupun
potensiil).
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).20
Selama perubahan belajar itu berlangsung dapat diharapkan bahwa
sekurang-kurangnya harus ada perubahan yang tetap dan dimiliki oleh anak dalam
bentuk tingkah laku.
Belajar adalah suatu proses yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Penggunaan prinsip dan atas asas dalam belajar yang baik tergantung juga oleh
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
yang maksimal atau dengan kata lain berhasil atau tidaknya belajar itu sangat
tergantung pada faktor-faktor belajar yang bervariasi.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni faktor dari dalam siswa sendiri
yang mencakup 2 faktor yakni faktor-faktor fisiologis (yang bersifat
jasmaniah) dan faktor-faktor psikologis (yang bersifat rohaniah).
Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu,
dimana faktor ini mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin
mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya.21
Untuk lebih jelasnya maka faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dapat
penulis uraikan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor Fisiologis
Kondisi umum jasmani seseorang pada umumnya dapat dikatakan
melatarbelakangi semangat dan intenstias siswa dalam mengikuti pelajaran.
Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibandingkan jasmani
yang kurang sehat.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang. Untuk itu
agar tetap sehat, maka kondisi makanan harus diperhatikan pula dan
didukung dengan kegiatan olahraga.
Dalam hal ini panca indera juga berpengaruh dalam belajar, karena
panca indera merupakan pintu masuk pertama, segala apa yang dilihat,
didengar, dan diucapkan dari hasil indera, otak dan hati baru dapat
menerima, memahami dan beraksi,
a. Faktor-faktor psikologis
Salah satu faktor psikologis yang berpengaruh dalam belajar
sesorang adalah adanya motivasi, adapun motivasi itu sebagaimana
yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah yaitu keadaan internal
organism, baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu, dalam hal ini motivasi berarti paemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah. Motivasi disini dibedakan menjadi 2
macam yaitu:
1. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Misalnya, perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan.
2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
dimana semua itu merupakan contoh motivasi ekstrinsik yang dapat
menolong siswa untuk belajar.
b. Faktor-faktor lingkungan sosial
Faktor-faktor lingkungan sosial adalah faktor manusia itu sendiri, baik
kedatangannya itu langsung maupun tidak langsung. Yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-
teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
c. Faktor-faktor lingkungan non sosial
Faktor-faktor lingkungan non sosial antara lain:
1. Gedung sekolah dan letaknya
2. Rumah tempat tinggal siswa dan letaknya
3. Sarana yang dipakai untuk belajar, misalmya: alat tulis, buku, alat-
alat peraga, dan lain sebagainya.
4. Keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.22 23
Dari beberapa keanekaragaman pendapat yang dipaparkan oleh
para ahli psikologi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dengan visi dengan sudut pandang yang berbeda, kiranya akan semakin
menambah pengertian kita tentang faktor-faktor tersebut.
Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengarunhya dalam
belajarnya anak-anak didik ialah cita-cita.
22 Nuhibbin Syah, op, cit, him. 132
Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan,
artinya kebutuhan biasanya disentralisasikan disekitar cita-cita, sehingga
dorongan tersebut mampu memobilisasikan energy psikis untuk belajar.
Perbuatan belajar dikatakan berhasil apabila isi belajar itu dapat
diulangi kata demi kata, apabila suatu pikiran baru dapat diperoleh dari
materi yang dipelajari itu dapat dipahami dan dapat mengartikan dengan
kata-kata sendiri.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Akibat terjadinya prose belajar pada diri seseorang adalah terjadinya
perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil
belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidak hanya satu macam saja,
akan tetapi ada bermacam-macam. Menurut Gegne dengan tujuan yang
bermacam-macam itu untuk mempelajarinya diperlukan kondisi belajar
tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.24
Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas
menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya.
Dengan demikian pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud
tidak keluar dari kerangka belajar.
Pembelajaran yang bersifat humanistic ini mungkin sukar
menerapkannya secara penuh, mengingat kondisi sosial dan budaya yang
tidak menunjang. Setidaknya guru yang humanistik dapat memberikan
layanan belajar yang menyenangkan bagi murid, sedangkan bahan belajar
tetap berasal dari kurikulum yang berlaku, hanya gaya-gaya mengajar
dengan penuh tekanan dan ancaman dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Secara sederhana prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, ketrampilan,
atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu.
Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semscsm itu
bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga
untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran.
Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program
pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu
cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena
pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi
tentang pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh siswa.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk
memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan
ketrampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk
mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat
berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, disamping fungsi yang
lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi
Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran,dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu
pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dirancang
dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada
tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari
kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data
untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat
dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu
harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada
tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya kegiatan pembelajaran
juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya
akan dilakukan.
Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian
standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian
kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses
pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian,
mingguan, bulanan, atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi
siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan tindak lanjut berupa program
penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
secara menyeluruh.
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar
tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.25 Menurut teori BS
Bloom mengatakan: 1. Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan
tingkat kemampuannya untuk beberapa pelajaran dan diajar sesuai dengan
karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai
ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu
menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya.
Sehingga belajar tuntas membutuhkan proses pembelajaran yang
sistematis, terstruktur berkesinambungan untuk mencapai kompetensi yang
disyaratkan.26
Dari uraian teori belajar dapatlah dimengerti bahwa banyak hal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seseorang, meliputi:
1. Faktor internal siswa, antara lain:
a. Bakat
Dasar kepandaian dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki
siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap
suatu bidang tertentu.
b. Minat
Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang
menyenamgi dan berminat terhadap matematika maka ia akan
berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses
pembelajaran, sebaliknya apabila tidak menyenangi maka ia akan
belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran
hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak
bermakna.
c. Kemauan belajar
Salahsatu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi
antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut.
Sikap mental siswa
Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalam proses
pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial
emosional siswa dan pengetahuan yang dimilikinya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
27 Faktor eksternal, antara lain:
a. Metode pembelajaran
Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan
utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar.
Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan
sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada
diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode,
menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau
mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah
bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah
taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan.
b. Kepribadian guru
Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan nasional Ki
Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri
tauladan yang baik, ditengah aktivitas dengan siswa dapat
membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan di
belakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar
lebih baik.
c. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik
maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik,
agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung, usahakan:
1. Suasana pembelajaran member kesempatan siswa untuk
melakukan penelitian.
2. Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan
jawaban yang tidak benar dari siswa.
3. Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar
Adapun menurut A Tabrani Rusyan secara ringkas menyatakan
bahwa perbedaan hasil belajar di kalangan peserta didik
disebabkan beberapa faktor alternatif, antara lain faktor
kematangan akibat kemajuan umur kronologis, latar belakang
pribadi masing-masing, sikap dan bakat terhadap suatu
pelajaran, jenis mata pelajaran yang diberikan dan
sebagainya.27
13 Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Menurut Precival dan Ellington sebagaimana dikutip oleh Sudjarwo menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi karena hubungan yang stabil antara
stimulus yang diterima oleh organism secara individual dengan respon yang
dilakukannya.28 Menurut Cronbach kegiatan belajar lebih ditekankan pada
pengalaman. Dalam bukunya Educational Psyhcology sebagaimana dikutip Tabrani
menguraikan 7 elemen belajar yaitu:
1. Situation. Termasuk dalam elemen ini adalah senua obyek, manusia dan lambang
dalam lingkungan individu.
2. Personal Characteristic. Termasuk disini adalah semua kemampuan dan semua
respon yang khas yang dibawakan individu terhadap situasi.
3. Goals. Merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar.
4. Interpretations. Merupakan proses mengarahkan perhatian kepada bagian-bagian
dari situasi menghubungkan observasi dengan pengalaman masa lalu dengan
meramalkan apa yang diharapkan akan teijadi jika berbagai tindakan dilaksanakan.
27 A. Tabrani rusyan* dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Remadja Karya, Bandung, 1989, him. 60
5. Actions. Tindakan seseorang termasuk gerakan dan pernyataan yang merupakan
respon yang dapat diamati. Seseorang tentunya akan memilih tindakan yang akan
memberikan kepuasan terhadap dirinya.
6. Comsequence; confirmation or contradiction. Beberapa kejadian yang mengikuti
tindakan yang dianggap oleh siswa sebagai konsekuensi dari tindakannya.
7. Reaction to thwarting; adaptive or nonadaptive. Yaitu kemampuan siswa dalam
mengahadapi rintangan yang ada, apakah dia mampu beradaptasi atau tidak.29
Disini jelas bahwa belajar dan perilaku siswa merupakan bagian yang tak
terpisahkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang sebenarnya adalah
perilaku siswa tersebut. Hasil belajar bergantung kepada apa yang dipelajari,
bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar (termasuk) kemampuan intelegensi dan bakat).
Sebagaimana dijelaskan pada uraian di atas banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah gabungan dari kedua faktor tersebut. Hal ini
sesuai dengan teori konvergensi.30 Meskipun demikian dalam hokum konvergensi ini
masih menyisakan pertanyaan, faktor mana yang lebih menentukan kecerdasan
manusia antara pembawaan dari lahir atau hasil perilaku manusia itu sendiri.31 Namun
demikian peranan perilaku siswa menurut hemat penulis mempunyai pengaruh yang
besar terhadap hasil atau prestasi pembelajaran, apalagi didukung oleh faktor
pembawaan yang baik. Termasuk perilaku yang baik disini tentunya adalah
kedisiplinan.______________
29 A. Tabrani rusyan, dkk, op. cit hJm. 60-61
30 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta, 1991, him. 94
Dari uraian tentang macam-macam arti disiplin, dapat diintisarikan bahwa
disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikembangkan bahwa disiplin belajar
adalah semua bentuk tindakan yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
maka kedisiplinan belajar yang dilakukan oleh setiap orang akan dilakukan dengan
kesadaran yang tinggi, Tanpa kesadaran yang tinggi maka kedisiplinan tidak terwujud.
Kedisiplinan belajar merupakan sikap mental yang sangat penting yang
sangat penting bagi seorang siswa. Meskipun dalam pendapat beberapa ahli tuntutan
kedisplinan yang berlabihan dapat menjadi kontra produktif terhadap prestasi belajar.
Karena meskipun ketertiban diperlukan untuk mencapai tujuan, namun demikian kalau
terlalu dipaksakan secara sepihak dapat menghambat proses belajar.32
Namun demikian bagi seorang siswa kedisiplinan tetap merupakan hal yang
penting. Setiap siswa terikat oleh peraturan, yang intinya menuntut kedisiplinan dari
siswa, misalnya masuk tepat waktu. Hal ini bisamendatangkan banyak keuntungan
ditinjau dari berbagai faktor seperti, dari segi kepribadian dia akan mendapat pujian,
tidak terganggu konsentrasi belajarnya. Selain ittu secara fisik juga akan lebih tenang,
jauh dari ketegangan sehingga alam pikirannya siap menerima pelajaran. Apabila ada
anak terlambat masuk sekolah misalnya, akan mengganggu proses belajar, selain guru
harus mengulang kembali materi yang sudah disampaikan. Karena itu kebiasaan tidak
disiplin dapat menjadi penyebab kegagalan studi. Dan sebaliknya kedisiplinan dapat
menjadi kunci meraih kesuksesan studi.33