• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009 - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS YURIDIS PRAKTEK MULTI LEVEL MARKETING

VERITA SENTOSA INTERNASIONAL MENURUT

FATWA MUI NO 75/DSN/MUI/VII/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh:

Muhammad Rohman Amrulloh

NIM 21411029

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“LIVE IS CHOICE”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada :

1. KH. Zoemri RWS beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren

Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

2. Kedua Orangtuaku Muh Dhorun dan Anik Kurniati yang telah mendoakan

dan memberi kasihsayang serta semangat kepadaku selama ini.

3. Adik-adikku, Sani, Nisa, Ina yang selalu memberikan semangat dalam

menuntut ilmu.

4. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani

kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.

6. Teman-teman KOPMA FATAWA yang banyak memberikan ilmu dalam

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala

ni‟mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis

sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema‟rufan Nabi

Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis

Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI

No 75/DSN/ MUI/VII/2009” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak

yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara

material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN

Salatiga.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan

baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di

(8)

viii

5. Bapak H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Bapak KH M Zoemri

RWS beserta keluarga yang membina, mendidik, mencurahkan ilmu kepada

penulis dengan penuh tulus, ikhlas dan sabar, dalam menuntut ilmu di

pesantren.

7. Seluruh asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah

yang memberikan memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan.

8. Bapak Muh Dhorun dan Ibu Anik Kurniati yang telah berkorban dalam segala

hal demi kebahagiaan putranya, serta terima kasih atas ridho, do‟a, cinta dan

kasih sayangnya sehingga putranya bisa menyelesaikan studi S1.

9. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat dalam kuliah di IAIN

Salatiga

10. Teman-teman Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2011 IAIN Salatiga yang

telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan.

11. Seseorang yang pernah membuatku patah semangat dalam menjalani

kehidupan, tetapi dibalik itu semua, menjadikan sebagai motifasiku untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua santri PPTI Al Falah khususnya kantor putra dan putri yang

memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

(9)

ix

14. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 31 Agustus 2015

(10)

x

ABSTRAK

Amrulloh, Muhammad Rohman. 2015. Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI NO 75/DSN/ MUI/VII/2009. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,MM

Kata kunci : Multi level Marketing. Verita Sentosa Internasional (VSI), Fatwa MUI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek bisnis MLM VSI di masyarakat, selain itu juga untuk mengetahui kedudukan hukumnya ditinjau dari fatwa MUI No 75/DSN/MUI/VII/2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi, motifasi, dan tindakan dari pelaku bisnis VSI. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. data primer diperoleh dari para pelaku bisnis VSI, sedangkan data sekunder meliputi

website, dokumen resmi, buku-buku dan brosur yang berkaitan dengan VSI. Dari hasil penelitian menyatakan 1). Masyarakat sering memanfaatkan produk-produk jasa yang ada dalam VSI seperti pengisian pulsa telepon, pembayaran listrik dan air, karena produk tersebut sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di masyarakat. 2). Ditinjau dari fatwa MUI, menurut peneliti sistem bisnis yang ada dalam VSI terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara lain: a). Biaya pendaftaran sebesar Rp. 275.000,00 dengan fasilitas pemberian

softwere aplikasi untuk transaksi dan produk obat berupa habspro, kegiatan bisnis tersebut tidak sepadan dengan kuwalitas atau manfaat yang diperoleh. b). pemberian komisi atau bonus bukan berdasarkan prestasi kerja melainkan berdasarkan jumlah downline. c). Terdapat pemberian komisi atau bonus secara pasif, ketika anggota dibawahnya melakukan transaksi, tanpa ada pembinaan dan penjualan barang yang dilakukan oleh orang yang ada diatasnya, maka orang yang ada diatasnya tersebut akan mendapatkan bonus atau komisi. d). Adanya ketidak adila dalam pembagian bonus karena orang yang ada diatasnya mendapatkan bonus dari hasil jerih payah orang yang ada dibawahnya. e). VSI memberikan bonus atau komisi dari hasil perekrutan anggotanya bukan dari hasil penjualan produk, maka dapat disimpulkan bahwa praktek tersebut adalah money game.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

(12)

xii

B. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)

1. Pengertian Multi Level Marketing ...

2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ...

3. Sistem Operasional Multi Level Marketing ...

C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Multi Level Marketing 1. Pandangan kelompok yang menghalalkan Multi Level

Marketing ...

2. Pandangan kelompok yang mengharamkan Multi Level Marketing ...

INTERNASIONAL (VSI) DI MASYARAKAT

A. Sejarah Berdirinya Verita Sentosa Internasional (VSI)....

B. Produk-Produk Verita Sentosa Internasional (VSI) ...

C. Sistem Manajemen Verita Sentosa Internasional (VSI) ..

D. Perkembangan Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI)

Hingga Saat Ini ...

INTERNASIONAL (VSI) DALAM TINJAUAN FATWA

MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009

A. Analisis Verita Sentosa Internasional (VSI) Dalam

(13)

xiii

B. Analisis Yuridis Verita Sentosa Internasional (VSI)

Menurut Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 ... 56

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

66

67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini semakin maju, teknologi semakin

canggih dan sistem perdagangan pun semakin banyak. Kaum kafir memang

masih menguasai ekonomi, bisnis dan perdagangan dunia. Umat Islam masih

jauh ketinggalan, bahkan nampak semakin tercekik, tidak bisa banyak

berbuat, apalagi mengamalkan dan mempraktikkan hukum-hukum Islam.

Sejak beberapa tahun ini, muamalah MLM (Multi Level Marketing) semakin marak dan banyak diminati orang, lantaran perdagangan dan

muamalah dengan sistim MLM ini menjanjikan kekayaan yang melimpah

tanpa banyak modal dan tidak begitu sulit, Betulkah yang mereka harapkan

itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh dunia, tidak terkecuali negara

tercinta kita Indonesia.

Secara umum opersional bisnis MLM mengikuti progam piramida

dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari

anggota-anggota baru dan demikian seterusnya. Setiap anggota diwajibkan

membayar uang pada perusahaan dengan jumlah tertentu dengan iming-iming

dapat bonus. Semakin banyak anggota maka akan semakin banyak pula bonus

yang akan didapat.

Secara logika mungkinkah suatu bisnis rill dapat menjanjikan

keuntungan yang berlipat-lipat dalam waktu yang sangat singkat? Kalau kita

(15)

2

mungkin. Karena keuntungan semacam ini hanya bisa dihasilkan dari aktifitas

spekulasi yang sangat kental dengan gharar. Menjanjikan keuntungan yang berlipat lipat sehingga etos kerja kita akan menurun.

Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa MLM itu halal, tetapi

ada juga yang mengatakan haram, padahal hanya Allah, yang berhak untuk

menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, tetapi para Ulama‟ yang bijak

tidak pernah menjatuhkan sesuatu hukum sebelum mengkaji dan mempelajari

permasalahan dengan cermat.

Seorang tokoh Ulama‟ Markaz Imam Al-bani memfatwakan bahwa

MLM hukumnya haram, fatwa tersebut ditandatanganni oleh para

masyayaikh murid-muridnya, berikut ini adalah fatwanya:

“Banyak pertanyaan yang datang kepada kami dari berbagai penjuru tentang hukum bergabung dengan PT perusahaan bisnis dan perusahaan modern semisalnya yang mengguakan sistem piramid, yang mana bisnis ini secara umum dijalankan dengan cara menjual produk tertentu serta membayar uang dalam jumlah tertentu tiap tahun untuk tetap bisa menjadi anggotanya, yang mana karena dia telah mempromosikan sistem bisnis ini maka kemudian pihak perusahaan akan memberikan uang dengan jumlah tertentu yang terus bertambah sesuai dengan hasil

penjualan produk dan perekrutan anggota baru”.

Jawabanya:

Bergabung menjadi anggota PT semacam ini untuk mempromosikannya yang selalu terkait dengan pembayaran uang dengan menunggu bisa merekrut anggota baru serta masuk dalam sistem bisnis piramid ini hukumnya haram, karena seseorang anggota jelas-jelas telah membayar uang tertentu demi memperoleh uang yang masih belum jelas dalam jumlah yang lebih besar.1

Sedangkan menurut tokoh Islam Indonesia Dawam Raharja

mengemukakan, dalam Islam sistem pemasaran MLM tidak haram hukumnya

1

Markaz Imam Al-Bani. Beberapa Fatwa Ulama‟ Syalaf Pada MLM:

(16)

3

bahkan, sistem pemasaran bisnis MLM cukup bagus dan adil, karena

konsumen mengenal dan mempunyai hubungan langsung komoditinya, jadi

tidak ada pemalsuan karena konsumen bisa mengecek langsung barang yang

akan dibei, dan juga bisnis MLM ini akan membentuk hubungan sosial.2

MLM sebagai fenomena baru belum ada hukumnya dalam

kitab-kitab klasik karena pada saat kitab-kitab-kitab-kitab itu disusun, fenomena ini belum

muncul. Namun para Ulama‟ juga memahami bahwa syariat ini juga tidak

beku, kitab-kitab yang ada selalu eksis dan dapat memberikan jawaban atau

pertanyaan baru dan solusi atas problematika kontemporer. Sebagaimana hal

yang lain, sebagai fenomena baru MLM harus dapat sentuhan dan perhatian

yang adil dan proposional, agar ia tidak dihalalkan atau diharamkan tanpa

dasar yang cukup. Demikian itu karena menghalalkan sesuatu yang haram itu

dosa, dan mengharamkan sesuatu yang halal itu dosa.

Majelis Ulama‟ Indonesia (MUI) sebagai, wadah musyawarah para

ulama‟, Zu‟am dan cendekiawan muslim, yang kehadirannya berfungsi untuk

mengayomi dan menjaga umat. Selain itu, MUI juga sebagai wadah

silaturahim yang menggalang ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyyah

dan ukhuwah insaniyyah, demi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis, aman, damai, dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).3MUI sebagai wadah musyawarah para Ulama‟ Zu‟am dan

2

http://deinboss.wordpress.com/2012/04/12/pendapat-tokoh-Islam-tentang-bisnis-mlm/ diakses Selasa, 18 November 2014.

3

(17)

4

cendekiawan muslim, selalu respon terhadap kasus kasus yang berkembang

di masyarakat tentang halal atau haramnya sesuatu, yang mana hal tersebut

belum ada hukum yang jelas dalam Al Qur‟an ataupun hadis, seperti fatwa

rokok, simpan pinjam dalam perbankkan, dan yang saat ini sedang

berkembang adalah halal haramnya bisnis MLM. Dari hal tersebut maka MUI

mempelajari sistem dari MLM tersebut dengan berpedoman dari Al Qur‟an

ataupun hadits, maka dari hasil kajiannya, MUI mengeluarkan fatwa No

75/DSN/ MUI/VII/2009.

VSI adalah salah satu perusahaan yang berbasis MLM, pemilik atau

owner ini yaitu Ustad Yusuf Mansur, beliau mendirikan MLM tersebut bertujuan agar masyarakat dapat bergabung karena dalam bisnis tersebut,

banyak kemudahan yang ditawarkan. VSI merupakan perusahaan jasa yang

memberikan layanan kepada masyarakat dalam berbisnis, seperti:

1. Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV

cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).

2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA

Flash, E-Toll Card) 3. Voucher Game Online

4. Tiket Konser

5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat)

6. Keagamaan (zizwaf, infaq)

7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain)

(18)

5

Dalam prakteknya VSI banyak diminati oleh masyarakat karena

terdapat iming-iming bonus yang akan diberikan dan kerjanya pun sangat

mudah, tetapi VSI sendiri banyak melakukan pelanggaran terhadap Fatwa

yang dikeluarkan MUI tentang bisnis MLM. Seperti biaya pendaftaran yang

tidak sepadan dengan fasilitas yang diberikan, seorang upline jika tidak menjual pulsa atau produk akan tetap memperoleh komisi dari penjualan

pulsa downline di bawahnya dan juga VSI menjanjikan komisi dari hasil perekrutan anggota baru.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik

untuk meneliti lebih jauh mengenai MLM VSI dengan judul Analisis Yuridis

Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Praktek Bisnis Multi Level Marketing VSI di Masyarakat? 2. Bagaimana Multi Level Marketing VSI Menurut Fatwa MUI No

75/DSN/ MUI/VII/2009?

C. Tujuan Penelitian

Agar tidak menyimpang dari masalah-masalah yang diutarakan

tersebut di atas, dan penelitian yang dilakukan maka penulis sebutkan tujuan

penelitian. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

(19)

6

2. Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing VSI menurut fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak

yang berkepentingan terutama masyarakat luas tentang Multi Level Marketing.

2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan kususnya Multi Level Marketing. E. Penegasan Istilah

1. Praktek

Adalah suatu tindakan yang secara langsung dilakukan oleh

seseorang berdasarkan teori yang ada, sehingga akan menyebabkan suatu

tindakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktek merupakan kata

benda yang mengacu pada arti dari sebuah pelaksaaan nyata atas dasar

teori yang ada.4

2. Multi Level Marketing (MLM)

Adalah suatu cara dalam memasarkan barang dagangan dengan

sistem mengajak orang lain untuk menjualkan barang tersebut dan akan

mendapatkan bonus jika orang tersebut dapat menjualkan barang,

ataupun berhasil mengajak orang lain.

Multi Level Marketing dapat diartikan suatu metode pemasaran barang dan atau jasa dari sistem penjualan langsung melelui progam

4

(20)

7

pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjulan

barang dan jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan dalam

kelompoknya5

3. Bisnis

Bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan uang atau keuntungan dari usaha tersebut. Dalam kamus

bahasa Indonesia Bisnis mengacu pada sebuah kata benda yang berarti

sebuah usaha komersial.6

4. Verita Sentosa Internasional (VSI).

VSI adalah suatu perusahaan bisnis MLM yang menyediakan

berbagai kemudahan dalam melakukan transaksi melalui telefon seluler

seperti pembayaran pulsa GSM, CDMA All operator, penjualan token

listrik prabayar, pembayaran tagihan listrik, tagihan telefon, tagihan

internt, TV kabel, PDAM dan tiketing.

5. Fatwa

Fatwa adalah ketetapan hukum para Ulama‟ yang telah

disepakati berdasarkan Al Qur‟an atau hadis. Fatwa dapat diartikan,

menerangkan hukum-hukum Allah SWT dengan berdasarkan pada

dalil-dalil syara‟ secara umum dan menyeluruh.7

5

Muhammad Yusuf. 2006. Kumpulan Artikel Tentang MLM. Semarang: tnp. hlm.16. 6

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Op. Cit., hlm.173. 7

(21)

8

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, agar data penulis mendapatkan data yang

akurat guna menyakinkan rumusan masalah di atas, maka penulis

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pendekatan Penelitian

1) Pendektan Sosiologis

Adalah pendekatan yang dasar tujuannya

permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang berkaitan

dengan masalah Multi Level Marketing secara umum dan Verita Sentosa Internasional (VSI) secara khusus. Maka, pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui realita dari kegiatan bisnis VSI tersebut.

2) Pendekatan Yuridis

Adalah pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala

hukum yang bersifat normatif, lebih banyak bersumber pada

data kepustakaan dan fatwa MUI. Dengan pendekatan ini

diharapkan sebagai usaha untuk mempelajari ketentuan hukum

Islam maupun produk-produk dari para ulama yang berkaitan

dengan Mulit Level Marketing dan Verita Sentosa Internasional. b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

(22)

9

pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motifasi,

tindakan dan lain-lain.8

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang

sangat penting, karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan

data yang ada di lapangan. Sedangkan setatus penelitian dalam hal

pengumpulan data, diketahui oleh informan secara jelas guna

menghindari kesalah pahaman diantara peneliti dan informan. Dalam

penelitian yang dilakukan ini, peneliti hanya sekedar mengumpulkan

data melalui wawacara dan observasi tanpa terlibat langsung dalam bisnis

VSI.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Salatiga, terhadap

orang-orang yang mengikuti Bisnis VSI. Peneliti memilih lokasi ini, karena

kepesertaan orang di Salatiga yang mengikuti bisnis VSI tidak ada

perbedaan dengan daerah yang lain.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai meliputi sumber

data primer dan sumber data sekunder.

8

(23)

10

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama

yakni para pelaku bisnis VSI. Dalam hal ini yang dijadikan

responden adalah masyarakat yang mengikuti bisnis VSI.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang mencakup website, dokumen resmi, buku-buku, dan brosur yang ada kaitanya dengan VSI.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang

jelas mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan hal-hal

berikut:

a. Wawancara (Interview)

Yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri data

menggunakan wawancara dengan tetap berpijak pada catatan

mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan, sehingga masih

memungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan-pertanyaan yang

disesuaikan dengan situasi ketika wawancara dilakuka.9 Wawancara

ini dilakukan kepada anggota VSI yang mengikuti bisnis dalam VSI,

terutama orang-orang yang tinggal di Salatiga dan sekitarnya.

b. Observasi

Observasi adalah suatu bentuk penerimaan data yang

dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur

9

(24)

11

dan mencatat sesuai prosedur yang berstandar.10 Dalam penelitian

yang kami lakukan, peneliti akan mengumpulkan data dari

brosur-brosur VSI, orang yang bergabung dalam bisnis tersebut, dan

mengumpulkan data dari internet.

6. Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara

kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data

di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi

data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah

abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan

mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat memungkinkan

dianggap mendasar dan universal. Gambaran atau informasi tentang

peristiwa atas objek yang dikaji tetap mempertimbangkan derajad

koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa

faktual dan realistik. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan

observasi dan pendalaman makna, diperoleh suatu analisis data yang

terus-menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.11 Metode

berfikir yang digunakan dalam menganalisis adalah berdasarkan pada

dasar-dasar yang bersifat umum kemudian meneliti persoalan-persoalan

10

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 46.

11

(25)

12

yang bersifat khusus. Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan

yang pada hakikatnya merupakan jawaban atas permasalahan.12

Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan antara fatwa

MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009 dengan sistem bisnis VSI yang

dijalankan, apakah sudah sesuai dengan fatwa tersebut atau belum.

7. Pengecekan Keabsahaan Data

Peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber sebagai teknik

untuk mengeck keabsahan data. Menurut Moleong dalam bukunya yang

dikutip dari Patton, Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif, hal itu

dapat dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan.13

8. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa

tahapan, antara lain sebagai berikut:

a. Tahap Sebelum Lapangan

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebelum

melakukan penelitian, seperti peneliti menentukan topik penelitian,

mencari informasi tentang MLM, Fatwa MUI mengenai MLM,

penyusunan proposal, menetapkan fokus penelitian dan lain-lain.

12

Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari. 1992. Instrumen penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Prss. hlm. 213.

13Moleong

(26)

13

b. Tahap Lapangan

Yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari

data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan,

melakukan observasi dan mencari data dari website VSI. c. Tahap Analisa Data

Yaitu ketika semua data telah terkumpul dan dirasa cukup

oleh peneliti, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data

tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi

arti pada objek yang diteliti.

d. Tahap Penulisan Laporan

Yaitu setelah semua data telah terkumpul, dianalisis

kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, dan yang

terahir dilakukan penulisan hasi penelitian tersebut sesuai dengan

pedoman penulisan skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar dalam penyusunan

suatu skripsi, yang bertujuan untuk mempermudah jalan pikiran dalam

memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam skripsi ini akan dibagi

menjadi beberapa bab dan sub bab antara lain sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan, yang merupaakan abstraksi dari keseluruhan

isi skripsi, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian

(27)

14

Bab kedua menguraikan tentang tinjauan umum MLM dan teori hukum

Islam yang meliputi meliputi tiga sub bab. Sub bab yang pertama tentang

telaah pustaka. Sub bab yang kedua gambaran umum tenang MLM yang

meliputi pengertian MLM, sejarah berdirinya MLM, sistem operasional

MLM. Dan sub bab yang ketiga tinjauan hukum Islam tentang MLM yang

meliputi pandangan kelompok yang menghalalkan MLM, pandangan

kelompok yang mengharamkan MLM dan fatwa MUI No

75/DSN/MUI/VII/2009.

Bab ketiga menguraikan tentang praktek bisnis VSI di masyarakat yang

meliputi, sejarah berdirinya, produk-produk, sistem manajemen dan

perkembangan VSI hingga saat ini.

Bab keempat merupakan analisis praktek VSI dalam tinjauan fatwa MUI

No 75/DSN/VII/2009, yang meliputi analisis VSI dalam praktek dan analisis

yuridis VSI menurut fatwa MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009.

Bab kelima merupakan penutup dari penyusunan skripsi ini yang terdiri

(28)

15

BAB II

TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING

DAN TEORI HUKUM ISLAM

A. Telaah Pustaka

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ami Solihati seorang

mahasiswi fakultas syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, beliau menganalisis

hukum Islam tentang Insentif passive income di PT. K-Link International, beliau mengatakan pembeli, pemasar, promotor dan distributor bisa

mendapatkan penghasilan walaupun sudah tidak bekerja lagi (passive income), menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah) No. 75/DSN MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link

International belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh

member yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari

downline dan hasil jeri payah downline.14

Penelitian yang dilakukan oleh Surono yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada MLM Syari‟ah Di PT

Ahad Net Internasional”. Dalam skripsi tersebut beliau menjelaskan tentang

pandangan hukum Islam tentang sistem penetapan harga, secara umum

penetapan harga yang diberlakukan sesuai dengan keinginan mitra niaga dan

tidak mahal dengan kata lain, harga tersebut adalah adil dan tidak

memberatkan konsumen dan pengambilan keuntungan yang wajar. Namun

14

(29)

16

jenis produk diterjen dinilai tidak adil karena harga produk tersebut dinilai

mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan, sistem penetapan harga pada

PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak ditemukan kebijakan yang

bertentangan dengan hukum Islam.15

Dalam penelitian yang dilakukan Chusnul Chotimah mahasiswa

STAIN Salatiga, beliau meneliti MLM Tianshi di kalangan Ustad di Solo,

dalam penelitian tersebut beliau menitik beratkan pada tinjauan hukum Islam

terhadap MLM Tianshi. Dilihat dari segi legalitas, segi produk, segi

pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan peringkat, Tianshi cukup

transparan. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan akan

kebolehannya. Karena dalam prakteknya, Tianshi tidak sejalan dengan

asas-asas yang terdapat dalam muamalah, serta cenderung mengabaikan

prinsip-prinsip yang terdapat dalam syari‟at. Di antaranya adalah bahwa praktek

operasional Tianshi bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip

musyarakah, prinsip al-bir al taqwa serta di dalamnya terkandung unsur yang dilarang muamalah Islam yaitu jahalah (ketidak jelasan), unsur Dharar

(merugikan) dan unsur zulm (merugikan hak orang lain).16

Dari kajian yang telah kami lakukan bahwa karya-karya skripsi

tersebut berbeda dengan kami, karena dalam penelitian ini penulis akan

15

Surono. 2010. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penetapan Harga Pada Multi Level Marketing Syariah PT Ahad Net Internasional. Surakarta: UMS. hlm. 65.

16

Chusnul Chotimah. 2008. Praktek Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi Ditinjau Dari Hukum Islam “Studi Analisis Praktek Bisnis Tianshi di Kalangan Ustadz di Solo

(30)

17

menitik beratkan pada Analisis Yuridis Praktek Multi Level Marketing Verita Sentosa Internasional Menurut Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009.

B. Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM)

1. Pengertian Multi Level Marketing (MLM)

Multi Level Marketing (MLM) terdiri dari tiga kata yaitu Multi

berarti banyak dan Level berarti jenjang atau tingkatan, sedangkan

Marketing berarti pemasaran. Jadi ”Multi Level Marketing” adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Dalam pengertian Marketing

sebenarnya tercakup arti menjual dan selain arti menjual, dalam

Marketing banyak aspek yang berkaitan dengannya antara lain produk, harga, promosi, distribusi dan sebagainya. Jadi Marketing lebih luas maknanya dari menjual. Menjual merupakan bagian dari Marketing

karena menjual hanyalah kegiatan transaksi penukaran barang dengan

uang.17

2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing (MLM)

Awal berdirinya Multi Level Marketing (MLM) tidak bisa dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation dan produknya

Nutrilite, konsep dari Nutrilite dimulai pada awal tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada

tahun 1917-1927. Berdasarkan publikasi dari Amway, pengalamannya

ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan

yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup.

17

(31)

18

Kehidupan yang keras di Cina juga membuat Rehnborg mempelajari

banyak litelatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia

menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat

seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini

menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makan suplemen

bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh

tanpa mempedulikan kebiasaan makanan seseorang.18

Setelah melakukan eksperimen selama 7 tahun, akhirnya

Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan

hasil temuannya tersebut kepada teman-temanya untuk dicoba. Sam,

anak dari Rehnborg, yang akhirnya menjadi Presiden dan Chief Operating Officer dari Nutrilite menyatakan, ketika menjual produk tersebut kepada teman-temanya mereka menyukai, bahkan mereka juga

menginginkanya teman-teman mereka untuk mendapatkan produk

tersebut. Ketika mereka meminta ayah saya untuk menjual produk

tersebut kepada teman-teman mereka, ayah saya berkata “Kamu yang

menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan memberikan

komisi kepada kamu”.19

Bisnis makanan suplemen dari Carl Rehnborg ini diberi nama

California Vitamin Coporatian yang akhirnya diberi nama menjadi

Nutrilite Products pada tahun 1939, perusahaan ini berkembang dengan pesat pada tahun 1945 dibawah kepemimpinan Lee S. Mytinger dan

18

Benny Santoso. 2003. All About MLM “Memahami Lebih Jauh MLM dan Pernak

-Perniknya”. Yogyakarta: Andi Offset. hlm.23 19

(32)

19

William S. Ccasselberry. Pada saat itu, distribusi perusahaan ini mulai

menyebar ke beberapa negara bagian. Rehnborg berperan sebagai

penasehat bidang sains pada skema distribusi. Kepada setiap tenaga

penjual yang ada, dijelaskan bahwa makanan suplemen yang diproduksi

mengandung ramuan khusus yang merupakan jawaban bagi setiap yang

mendambakan kesehatan.20

Penjualan kotor segera meningkat menjadi $500.000 per bulan,

tetapi perusahaan mulai mempunyai masalah dengan hukum yang

berlaku saat itu. Pada tahun 1947, FDA(Jaksa Distrik) memulai

perlawanan untuk memaksa Mytinger, Casselberry, Rehnborg dan 15.000

tenaga penjual dari rumah ke rumah menghentikan pernyataan yang

berlebihan mengenai produk mereka.21

Perusahaan ini memberikan kepada calon pelanggan mereka

sebuah brosur “How to Get Well and Stay Well” yang berisi penjelasan

mengenai kemampuan produk Nutrilite. Brosur itu menyatakan bahwa produk mereka mampu mengatasi segala kasus, mulai dari jenis alergi,

asma, depresi mental, detak jantung yang tidak normal, dan sekitar 20

penyakit yang lain. Brosur ini juga berisi kesaksian yang menyatakan

bahwa kanker, kelainan hati, TBC, penyakit tulang, dan beberapa

penyakit serius lainnya akan bereaksi positif terhadap produk Nutrilite.22 Pada tahun 1951, pengadilan mengeluarkan keputusan untuk

melarang penjualan produk Nutrilitedengan menggunakan kutipan “How

20

Ibid, hlm. 24. 21

Ibid, hlm. 24. 22

(33)

20 to Get Well and Stay Well” dan lebih dari 50 bahan publikasi lain yang

melebih-lebihkan peran dari makanan suplemen. Putusan pengadilan juga

terdiri dari daftar yang panjang mengenai pernyataan yang dilarang dan

pernyataan yang diizinkan mengenai nutrisi dan produk Nutrilite.23

Rich De Vos dan Jay Van Andel adalah distributor dari produk

Nutrilite setelah mereka lulus dari SMU. Mereka adalah distributor yang sangat sukses dan mengorganisasi lebih dari 2000 distributor. Ketakutan

akan kebangkrutan dari Nutrilite Products membuat merek mendirikan perusahaan baru yang mereka beri nama American Way Assosiation yang kemudian berganti nama menjadi Amway. Mereka mulai dengan produk

biodegradeable detergen dan beberapa produk pembersih alat rumah tangga lainya. Kemudian mereka mulai mendiversifikasi produk mereka

menjadi sangat berfareasi yang meliputi alat-alat kecantikan, perhiasan,

furnitur, barang-barang elektronik, dan beberapa barang lainnya.

Penjualan kotor meningkat secara terus-menerus dari setengah juta dollar

pada tahun 1959 menjadi lebih dari 1 milyar dollar pada awal 1980.24

Dari sejarah munculnya MLM tersebut, bisa diketahui bahwa

MLM muncul dengan tujuan utama untuk menjual produk baru yang

belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman

yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut.

Seorang akan mengenalkan atau berusaha memberikan produk baru

tersebut kepada teman yang dikenal setelah merasakan kegunaanya. Jadi

23

Ibid, hlm. 25. 24

(34)

21

pada awalnya MLM tidak diperuntuhkan sebagai cara yang cepat dan

mudah untuk mendapatkan uang.25

Di Indonesia, MLM mulai tumbuh pada Maret 1986. Perusahaan

network marketing di Tanah Air, baik Direct Selling (DS) maupun MLM, tergabung dalam sebuah asosiasi, yakni Asosiasi Penjualan Langsung

Indonesia (APLI). Awal APLI didirikan tahun 1984 dengan nama

Indonesia Direct Selling Association (IDSA). IDSA kembali aktif tahun 1992 dengan nama APLI. Organisasi ini terdaftar sebagai anggota Kamar

Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan anggota World Ferderation of Direct Selling Associations (WFDS) yang bermarkas di Washington DS, Amerika Serikat. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 62 perusahaan

DS/MLM menjadi anggota APLI, salah satunya perusahaan MLM

terbesar asal Cina, Tianshi.26

Dalam waktu kurang dari dua dekade, bangsa ini telah memiliki

sekitar 40-an lebih perusahaan MLM. Sungguh merupakan fakta yang

tidak bisa dibantah. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung

Indonesia) tahun 2002, sekitar empat juta orang telah terlibat dalam

industri ini, dan diantaranya terdapat puluhan hingga ratusan ribu orang

yang terpikat hatinya pada perusahaan-perusahaan MLM berbasis

syari‟ah.27

25

Ibid, hlm. 25. 26

Yulius P Silalahi. 2006. Tianshi Mendobrak Kebohongan MLM. Jakarta: Bina Niaga Jaya. hal.14.

27

(35)

22

3. Sistem Operasional Multi Level Marketing

Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara

menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan

member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai

berikut :28

a. Mula‐mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk

menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu.

b. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli

diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.

c. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari

member‐member baru dengan cara seperti di atas, yakni membeli produk Perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.

d. Para member baru juga bertugas mencari calon member‐member

baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk

perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.

e. Jika member mampu menjaring member‐member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member

yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang

didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya

28

(36)

23

member yang sekaligus mennjadi konsumen paket produk perusahaan.

f. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet

dari perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan

adanya member‐member baru tersebut.

Perusahaan Multi Level Marketig biasanya membagi uang yang mereka terima dari para distributor mereka dengan proporsi seperti ini:

a. 50% untuk bonus

b. 25% untuk biaya produk yang diberikan

c. 25% untuk keuntungan dan biaya lain-lain

Hal ini berarti untuk setiap dollar yang diberikan oleh distributor

hanya 50% yang akan diberikan sebagai bonus. Perusahaan MLM tidak

mencetak sendiri uang yang digunakan, mereka hanya mengembalikan

sebagian uang yang mereka terima kepada para distributor mereka.

Sisanya digunakan untuk menghasilkan produk, keuntungan dan biaya

lain-lain (Overhead).29

C. Tinjauan Hukum Islam Tentang Multi Level Marketing

1. Pandangan kelompok yang menghalalkan Multi Level Marketing

Bisnis Multi Level Marketing merupakan bisnis yang kontroversial, karena ada yang berpendapat bahwa bisnis tersebut halal

29

(37)

24

dan juga ada yang berpendapat bahwa bisnis tersebut haram,

masing-masing pendapat tersebut mempunyai argumen yang kuat.

Di dalam praktek MLM ada suatu akad jual beli. Hukum jual

beli asalnya adalah boleh atau mubah, selama tidak terdapat sesuatu yang

menyalahi hukum syara‟. Ini merujuk kepada prinsip yang disepakati

mubah sehingga ada dalil yang menunjukan kepada pengharamnya.

Di samping itu juga Al-Qur‟an menegaskan bahwa proses jual

beli hendaklah dibangun atas prinsip At-Taraadhi (saling meridoi) antara pihak-pihak yang terkait. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu”.

Menurut Ulama‟ maksud At-Taraadhi yaitu pembeli meridoi

barang atau produk yang diterimanya dan penjual ridho dengan harga jualannya. Mereka tidak melakukan akad karena terpaksa atau ditipu,

namun keridhaanitu hendaklah berdasarkan hukum syara‟.

30

(38)

25

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam

bisnis dengan sistem MLM , hukumnya mubah atau boleh selama tidak

terdapat sesuatu menyalahi hukum, kemudian dalam suatu bisnis

haruslah saling meridhoi antara pihak-pihak yang terkait

Drs. H. Umar Hasan memberikan tanggapan bahwa bisnis

dengan sistem MLM sama dengan kegiatan beramal, alasanya dalam

MLM seseorang yang sudah sukses dididik untuk dapat mencetak banyak

orang lain untuk sukses seperti dirinya. Beliau berpendapat bahwa hal itu

sama dengan kegiatan beramal dengan memberikan sebuah contoh,

bahwa ketika seorang Zainuddin MZ mengajar seribu murid, kemudian

dari seribu murid tersebut banyak yang menjadi kyai, maka itu menjadi

amal bagi Zainuddin MZ. Beda dengan sistem bisnis konvensional, yang

beranggapan bahwa kesuksesan hanya milik orang-orang yang bermoral

dan berkedudukan. tapi kalau MLM, asalkan ia mempunyai semangat

mau belajar dan berusaha, maka dari satu orang sukses, bisa mencetak

ratusan orang sukses pula.31

Dari pendapat Drs H. Umar Hasan, dapat diambil kesimpulan

bahwa bisnis dengan sistem MLM sama dengan kegiatan beramal karena

orang yang sudah sukses dididik untuk mencetak orang lain untuk sukses

seperti dirinya.

31

(39)

26

2. Pandangan kelompok yang mengharamkan Multi Level Marketing

Dalam berita headline yang bertopik ”Praktik Bisnis MLM

Haram”dimuat berdasarkan wawancara dengan Sekretaris Umum Majlis

Ulama‟ Indonesia (MUI) yaitu Din Syamsuddin bahwa umat Islam

dihimbau berhati-hati supaya tidak terjebak mengikuti bisnis MLM.

Karena bisnis MLM mempunyai unsur merusak yang sangat besar dan

unsur eksploratif karena memakai sistem level. Semakin tinggi level

seseorang, semakin santai. Peserta hanya mengandalkan usaha dari

peserta pemula. Dengan kata lain level bawah menjadi sapi perahan. Hal

itu yang mendorong umat enggan bekerja. Hanya dengan membayar

Rp.90 ribu, mereka dapat fee atas usaha orang lain.32

Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa bisnis

dengan sistem MLM adalah haram, dengan alasan semakin tinggi level

seseorang maka semakin santai, karena hanya mengandalkan usaha dari

peserta pemula.

Menurut Syaikh Abu Usamah Salim Al- Hilali Hafidzahullah

bahwa model bisnis MLM adalah perjudian murni, karena beberapa

sebab, sebagai berikut: 33

a. Sebenarnya anggota MLM ini tidak menginginkan produknya, akan

tetapi tujuan utamanya adalah penghasilan dan kekayaan yang

banyak lagi cepat diproleh hanya dengan membayar sedikit uang.

32

Kuswar. 2005. Mengenal MLM Syari‟ah dari Halal Haram Kiat Berwirausaha sampai dengan Pengelolaannya. Cet.1. Tangerang: Qultum Media. hlm.79.

33

(40)

27

b. Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari uang

yang dibayarkan pada perusahaan MLM.

c. Bahwa perusahaan meminta para anggotanya untuk memperbaharui

keanggotaannya setiap tahun dengan diiming-imingi berbagai

program baru yang akan diberikan kapada mereka.

d. Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan personil secara

estafet dan berkesinambungan, yang mana ini akan menguntungkan

anggota yang berada pada level atas (upline), sedangkan level bawah

(downline) selalu memberikan nilai poin pada yang berada pada level atas mereka.

Dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Abu Usamah Salim

Al- Hilali Hafidzahullah, bisnis dengan sistem MLM adalah haram

karena termasuk perjudian, yang sebagaiman telah dijelaskan di atas.

Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. dalam buku yang berjudul

“Hukum Syara‟ Multi Level Markting” memandang bahwa sistem yang

diterapkan dalam MLM yang beroperasi saat ini adalah haram. Beliau

berpendapat demikian, dengan alasan bahwa dalam prakteknya bisnis

dengan sistem MLM tidak bisa terlepas dari dua hukum. Yang pertama

yaitu hukum dua akad dalam satu transaksi atau yang dikenal dengan

istilah bay‟atayn fi bay‟ah. Dalam praktek MLM, hukum dua akad dalam

satu transaksi dengan jelas digambarkan pada jenis akad yang terdapat di

(41)

28

pemakelaran (samsarah „ala samsarah). Di sini beliau menggambarkan

bahwa dalam MLM, seorang upline atau sponsor adalah berkedudukan sebagai samsarah (makelar), baik bagi pemilik langsung atau tidak yang kemudian memakelari downline di bawahnya, dan selanjutnya downline

di bawahnya menjadi makelar bagi downline di bawahnya lagi.34

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis MLM

adalah haram karena tidak bisa terlepas dari dua hukum. Yang pertama

hukum dua akad dalam satu transaksi atau bay‟atayn fi bay‟ah. dan yang kedua adanya hukum pemakelaran atas pemakelaran (samsarah „ala samsarah)

3. Fatwa MUI No 75/DSN/ MUI/VII/2009

FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL No : 75/DSN MUI/VII/2009

Tentang PEDOMAN

PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS)

ًملاظلإ ى شل قٌ عحل

فِمصٍْفِحلاَّسل فِ اَمصْحلاَّسل فِالله فِمصْعفِب

Dewan Syariah Nasional setelah:

Menimbang : a. bahwa metode penjualan barang dan produk jasa dengan menggunakan jejaring pemasaran (network marketing) atau pola penjualan berjenjang termasuk di dalamnya Multi Level Marketing (MLM) telah dipraktikkan oleh masyarakat;

b. bahwa praktik penjualan barang dan produk jasa seperti tersebut pada butir (a) telah berkembang

34

(42)

29

sedemikian rupa dengan inovasi dan pola yang beragam, namun belum dapat dipastikan kesesuaiannya dengan prinsip syariah;

c. bahwa praktik penjualan barang dan produk jasa seperti tersebut pada butir (a) dapat berpotensi merugikan masyarakat dan mengandung hal-hal yang diharamkan;

d. bahwa agar mendapatkan pedoman syariah yang jelas mengenai praktik penjualan langsung berjenjang syariah (PLBS), DSN-MUI perlu menetapkan Fatwa tentang Pedoman PLBS.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:

a. QS. An Nisa (4) 29:

فِ فِاااَ صْلافِب صْملُ اَ صٍْاَب صْملُ اَل اَ صْماَ صْ لُللُ صْااَجاَ صْ لُ اَماَ اَ صٌْفِرلاَّل ااَ يٌُّاَ اَاٌ

صْملُ صْ فِم ضٍا اَساَج صْ اَعةً اَزااَ فِج اَ صْ لُ اَج صْ اَالاَّ فِ

....

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu...

b. QS. Al Maidah (5):1:

فِو لُ لُعصْلافِب صْ لُ صْواَا صْ لُ اَماَا اَ صٌْفِرلاَّل ااَ يٌُّاَ ااٌَ

...

“Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu...”

“...dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan...”

(43)

30

dan tidak boleh dizalimi orang lain.”

h. QS. Al Maidah (5):90 sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan keji, perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

2. Hadits Nabi SAW, antara lain: a. Hadits Nabi

(44)

31 menghalalkan yang haram,”(HR Tirmidzi

dari‟Amr bin„Auf).

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain,” (HR. Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa‟id al -Khudri). selama satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah

(HR. Khomsah dari Abu Hurairah).

(45)

32 “Barang siapa menipu kami, maka ia tidak

termasuk golongan kami.” (Hadis Nabi riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah)

f. Hadits Nabi

dari penjualan anjing, uang hasil pelacuran dan uang yang diberikan kepada

“sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi dan patung-patung. Rasulullah ditanya, Wahai Rasulullah, tahukah anda tentang lemak bangkai, ia dipakai untuk mengecat kapal-kapal, untuk meminyaki kulit-kulit dan dipakai untuk penerangan (lampu) oleh

banyak orang?‟ Nabi SAW. Menjawab,

“Tidak! Ia adalah haram.‟ Nabi SAW. Kemudian berkata lagi, „Allah memerangi

orang-orang Yahudi karena ketika Allah mengharamkan lemak bangkai kepada mereka, mereka mencarinya dan menjualnya,

kemudian mereka memakai hasil penjualan,”

(46)

33

“Allah melaknat pembeli dan penerima risywah,”(HR.Ahmad dan al-Tirmidzi)

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah

boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

“Ujrah/kompensasi sesuai dengan tingkat kesulitan (Kerja)”

Memperhatikan: 1. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.73/MPP/Kep/3/2000 tanggal 20 Maret 2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang;

2. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 289/MPP/Kep/10/2001 BAB VIII Pasal 22 tentang Ijin Usaha Penjualan Berjenjang;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan;

(47)

34

1. Penjualan Langsung Berjenjang adalah cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut. 2. Barang adalah setiap benda berwujud, baik

bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat dimiliki, diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.

3. Produk jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan atau produk jasa dengan sistem penjualan langsung yang terdaftar menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Konsumen adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, dan tidak untuk diperdagangkan. 6. Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh

perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan

yang besaran maupun bentuknya

diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata, yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa.

(48)

35

8. Ighra‟ adalah daya tari luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka memperoleh bonus atau komisi yang dijanjikan.

9. Money Game adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

10. Excessive mark-up adalah batas marjin laba yang berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar biaya.

11. Member get member adalah strategi perekrutan keanggotaan baru PLB yang dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar sebelumnya. 12. Mitra usaha/stockist adalah pengecer/retailer

yang menjual/memasarkan produk-produk penjualan langsung.

Kedua : Ketentuan Hukum

Praktik PLBS wajib memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut:

1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjual belikan berupa barang atau produk jasa;

2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram; 3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak

mengandung unsur gharar, maysir, riba,

dharar, dzulm, maksiat;

(49)

36

dengan kualitas/manfaat yang diperoleh; 5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan

kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS;

6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan; 7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara

pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa;

8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra‟;

9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya;

10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan lain-lain;

11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut;

12. Tidak melakukan kegiatan money game. Ketiga : Ketentuan Akad

Akad-akad yang dapat digunakan dalam PLBS adalah:

(50)

37

substansi Fatwa No. 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah;

2. Akad Wakalah bil Ujrah merujuk kepada substansi Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah;

3. Akad Ju‟alah merujuk kepada substansi Fatwa

No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad

Ju‟alah;

4. Akad Ijarah merujuk kepada substansi Fatwa No. 9/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

5. Akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah setelah dikeluarkan fatwa oleh DSN-MUI.

Keempat : Ketentuan Penutup

1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai prinsip syariah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Dari fatwa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menjalankan

bisnis dengan sistem MLM harus memenuhi duabelas ketentuan hukum MUI,

(51)

38

BAB III

Praktek Bisnis Verita Sentosa Internasional (VSI) Di Masyarakat

A. Sejarah Berdirinya Verita Sentosa Internasional (VSI)

Beranjak dari penggalian potensi masyarakat yang sudah terbiasa

menggunakan “gadget” mutakhir, lahirlah gagasan cermelang seorang Yusuf

Mansur yang ingin menjebatani kemudahaan pembelanjaan dan pembayaran

semua kebutuhan masyarakat dengan menggunakan teknologi pembayaran

multi guna (All Paymen Gateway).

Sejalan dengan itu, pada tahun 2013 lahirlah Verita Sentosa

Internasional (VSI) dengan produknya Verita Pay, yang merupakan teknologi/perangkat lunak yang dijalankan disetiap handphone/smartphone

(gadget) dengan fungsi sebagai alat pembayaran multiguna (All Paymen Gateway). Seiring dengan peluncuran Verita Pay dibangunlah komunitas gotong royong (Multi Kultural) yang diberinama KOMUNITAS VSI.

Dengan perangkat lunak Verita Pay ini, semua mitra di komunitas VSI dapat melakukan pembelanjaan dan pembayaran semua kebutuhan

harian, bulanan, bahkan tahunan, baik berupa kebutuhan primer maupun

sekunder. Pada tanggal 10 Juli 2013 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan

Terbatas No. 47 oleh notaris/PPAT H. Wira Fransisca, SH., MM. Perusahaan

ini didirikan langsung oleh pemilik perusahaan Ustad Yusuf Mansur. Adapun

bukti legalitas perusahaan adalah sebagai berikut:

(52)

39

SK Menkumham : AHU-41742.AH.01.91.Tahun 2013

SIUP : 510/3-5674-BPPT

TDP : 101114619445

HO : 503/IG6417/BPPT

Notaris : H. Wira Franciska, SH. MH

Dewan Komisaris : H. Yusuf Mansur

Direktur Utama : Hari Prabowo

B. Produk-Produk Verita Sentosa Internasional (VSI)

Dalam melakukan bisnisnya, VSI mempunyai dua produk yaitu

produk berup obat dan produk jasa. Adapun produk jasanya adalah:

1. Pembayaran rutin bulanan (Listrik, Jastel, Finance/KKB, PDAM, TV cabe, Internet, asuransi, Kartu Kredit).

2. Rutin berkala (top up Voucher Pulsa, top up Smart Card Seperti: BCA

Flash, E-Toll Card)

3. Voucher Game Online

4. Tiket Konser

5. Tiket Perjalanan (tiket kereta, tiket bus, tiker Travel, tiket pesawat)

6. Keagamaan (zizwaf, infaq)

7. Pendidikan (SOP, pendaftaran kuliah dan lain lain)

8. Pajak BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)

Sedangkan produk berupa obat yaitu Habspro, yang mempunyai khasiat antara lain:

(53)

40

2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

3. Obat asma dan alergi

4. Obat kanker

5. Obat ganguan pencernaan

6. Obat peradangan

7. Meningkatkan jumlah asi

8. Sebagai anti bakteri dan virus

9. Dapat mencegah penuaan dini

10.Dapat menyembuhkan peradangan

C. Sistem Manajemen Verita Sentosa Internasional (VSI)

VSI dalam melakukan usahanya dengan menggunakan Verita Pay, yaitu portal layanan personal One Stop Service, yang mana dengan menjadi

member Verita Pay ini seseorang tidak perlu lagi keluar rumah untuk melakukan pembayaran-pembayaran secara online dengan mudah, cepat, nyaman, aman dan murah.

Seseorang yang akan bergabung dengan VSI, ia harus terlebih

dahulu mendaftarkan diri dengan membayar sesuai dengan paket yang

diambil. Pembayaran dilakukan kepada orang yang merekrut untuk

bergabung, dengan melakukan pembayaran tersebut, maka dapat melakukan

bisnis loket All PaymenVerita-Pay include softwere paymen dengan Os Java, mempunyai hak usaha pengembangan pemasaran VSI seumur hidup dan

dapat diwariskan, sehingga dapat mencari orang atau merekrut

(54)

41

Untuk mengetahui lebih mendalam sistem manajemen dalam VSI

maka kita perlu mengetahui jenis paket yang ada dalam VSI. Beriku ini

adalah jenis paket perdana:

1. Jenis Paket Basic

Seseorang yang telah membeli jenis paket Basic dengan Harga Rp. 275.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha satu artinya

hanya dapat mengembangkan usaha piramid satu di kanan dan satu

di kiri dengan kata lain mempunyai nilai dua. Nilai tersebut dapat

ditukarkan dengan satu buah buku atau dengan 1 Botol Habspro. 2. Jenis Paket Silver

Seseorang yang telah membeli jenis paket Silver dengan Harga Rp. 825.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha tiga artinya

hanya dapat mengembangkan usaha piramid tiga di kanan dan tiga

di kiri dengan kata lain mempunyai nilai enam. Nilai tersebut dapat

ditukarkan dengan 1 Botol Habspro dan 2 Buku Atau 3 Buku. Seseorang yang mengambil jenis paket Silver juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank sebesar Rp. 75.000,00 dan deposit Rp. 50.000,00.

3. Jenis Paket Gold

Seseorang yang telah membeli jenis paket Gold dengan Harga Rp. 1.925.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha tujuh

artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid tujuh di kanan dan

tujuh di kiri dengan kata lain mempunyai nilai empatbelas. Nilai tersebut

(55)

42

buku (Trilogi dan Pentalogy). Seseorang yang mengambil jenis paket

Gold juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank sebesar Rp. 225.000,00 dan deposit Rp. 170.000,00.

4. Jenis Paket Platinum

Seseorang yang telah membeli jenis paket Platinum dengan Harga Rp. 4.125.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha

limabelas artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid limabelas

di kanan dan limabelas di kiri dengan kata lain mempunyai nilai

tigapuluh. Nilai tersebut dapat ditukarkan dengan 7 Botol Habspro, tiga buku Trlogy, lima buku pentalogy. Seseorang yang mengambil jenis paket Platinum ini, juga diberikan casback yang akan ditransfer di Bank sebesar Rp. 675.000,00 dan deposit Rp. 450.000,00.

5. Jenis Paket Titanium

Seseorang yang telah membeli jenis paket Titanium dengan Harga Rp. 8.525.000,00 maka orang tersebut mempunyai hak usaha

tigapuluhsatu artinya hanya dapat mengembangkan usaha piramid

tigapuluhsatu di kanan dan tigapuluhsatu di kiri dengan kata lain

mempunyai nilai enampuluhdua. Nilai tersebut dapat ditukarkan dengan

satu set Ensiklopedia sederhana atau satu smartphone Andromax C atau

deposi Rp. 500.000,00. Seseorang yang mengambil jenis paket Platinum

(56)

43

Setelah terdaftar sebagai anggota VSI, maka untuk melakukan

transaksi penjualan jasa, seorang anggot harus melakukan deposit terlebih

dahulu, kepada orang yang mengajak atau mentransfer sejumlah nominal tertentu ke rekening Bank Mandiri atau BCA atas nama Yusuf Mansur.

Dalam bisnis VSI ini seorang anggota mempunyai kesempatan

untuk mendapatkan bonus-bonus yang ditawarkan, bonus tersebut antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Bonus Sponsor

Apabila seorang telah menjadi anggota VSI, ketika berhsil mengajak

satu orang saja untuk bergabung maka akan mendapatkan bonus sponsor

sebesar Rp. 50.000,00 dengan rincian cash Rp. 30.000,00 dan berupa deposit Verita Pay sebesar Rp. 20.000,00.

Bonus sponsor berupa cash akan dimasukan dalam rekening, ataupun dapat ditukar dalam bentuk deposit, jika sudah mencapai sebesar

Rp. 150.000,00, dan bonus berupa deposit dapat ditukar dalam bentuk

deposit pulsa jika sudah mencapai Rp. 50.000,00, pencairan bonus akan

dilakukan setiap awal bulan, pada hari senin, untuk deposit pulsa dan hari

(57)

44

Tabel 3.1 Sistem Kerja Dalam VSI

2. Bonus pasangan

Yaitu ketika terjadi satu pasangan kanan dan kiri maka akan

mendapatkan bonus sebesar Rp. 25.000,00 dengan rincian 60% cash, dan 40% deposit yaitu Rp. 15.000,00 dan Rp. 10.000,00. Pembatasan bonus

atau Flash Out yang diberikan dari VSI adalah 12 pasang per hari artinya artinya ketika seseorang mempunyai satu hak usaha maka bonus

maksimal Rp. 300.000,00, mempunyai tiga hak usaha maka bonus

maksimal Rp. 900.000,00, dan seterusnya.

3. Bonus Duplikasi Pengembangan Sampai Sepuluh Generasi

Ketika generasi satu sampai dengan generasi sepuluh dari grup yang

disponsori mendapatkan bonus pasangan, maka akan mendapatkan bonus

duplikasi pengembangan sebesar Rp. 1.000,00 dari tiap pasangan yang

Gambar

Tabel 3.1 Sistem Kerja Dalam VSI

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan teori yang diberikan diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur Pengajuan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan serangkaian langkah – langkah yang menjadi

Masalah lain ialah belum terbakukannya kadar reseptor transferin sehingga bervariasi untuk masing-masing produk kit tes reseptor transferin, sTfR bermanfaat penuh

informasi serta sarana konsultasi mengenai makanan tinggi serat untuk diet yang dikhususkan kepada wanita karir yang menginginkan bentuk tubuh yang ideal agar terlihat menarik,

DAFTAR AKTIVITAS PENGELUARAN DANA KAMPANYE Periode 27 Agustus 2015 s/d 6 Desember 2015.

Pembelajaran IPA di MTs Negeri Ngemplak Boyolali menggunakan metode pengelolaan kelas dan peserta didik yang bervariasi dengan menyesuaikan pembahasan yang dikaji; (3)

mempelajari dan mengevaluasi sifat fisis mekanis papan semen dari limbah serat tandan kosong sawit, dan dari penelitian ini diharapkan menghasilkan papan semen yang

Ditinjau dari pengaruh variabel- variabel bebas secara individual yang tergabung dalam bauran pemasaran, maka pengaruh masing-masing variabel pemasaran terhadap

Kebijakan Pembuatan E-KTP, Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU), dan lain sebagainya [5]. Tugas humas kedua adalah memberikan pelayanan kepada