• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN ORGANISASI REMAJA ISLAM (RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA SMAN 1 AMBARAWATAHUN 2015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN ORGANISASI REMAJA ISLAM (RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA SMAN 1 AMBARAWATAHUN 2015 SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI

KEGIATAN ORGANISASI REMAJA ISLAM

(RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA SMAN 1

AMBARAWATAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TAUFIK BUDI PRASTYO

NIM 11111114

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI

KEGIATAN ORGANISASI REMAJA ISLAM

(RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA SMAN 1

AMBARAWATAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TAUFIK BUDI PRASTYO

NIM 11111114

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721

Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

NOTA PEMBIMBING

Lamp : -

Hal : Naskah skripsi

Saudara Taufik Budi Prastyo

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Taufik Budi Prastyo NIM : 111 11 114

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : Hubungan keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Siswa SMAN 1 Ambarawa Tahun 2015. Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 25 Agustus 2015 Pembimbing

(5)

SKRIPSI

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN REMAJA ISLAM

(RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

ISLAMPADA SISWA SMAN 1 AMBARAWA TAHUN 2015

DISUSUN OLEH:

TAUFIK BUDI PRASTYO

NIM: 11111114

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama IslamFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Sekretaris Penguji : Dra. Hj. Maryatin, M.Pd. Penguji I :Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. Penguji II : Dra. Sri Suparwi M.A.

Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

(6)

DEKLARASI

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Taufik Budi Prastyo NIM : 111 11 114

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Judul :Hubungan Keaktifan Mengikuti Keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Siswa SMAN 1 Ambarawa Tahun 2015

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 22 September 2015 Penulis

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

هسفنل دهجي امناف دهاج نمو

Dan barang siapa bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhanya itu

adalah untuk dirinya sendiri”

(Q.S. ANKABUT:6)

PERSEMBAHAN

Teruntuk keluarga besarku tercinta,

Guru-guru yang dengan besar hati membagi ilmu,

Keluarga besar IAIN Salatiga, Keluarga besar SMAN 1

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan seluruh alam

yang telah melimpahkan nikmat dan hidaya-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-Nilai Pendidikan Islam

pada Siswa SMAN 1 Ambarawa Tahun 2015” sebagai syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam.

Sholawat salam peneliti haturkan atas rasulNya (Muhammad SAW), yang senantiasa menjadi pedoman dari setiap perbuatan dan syafaatnya yang dinantikan seluruh umat Islam di dunia.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari peran dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dihaturkan rasa terimakasih, terutama kepada :

1. Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SalatigaBapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan FTIK Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Suwardi, M.Pd.

3. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Siti Rukhayati M. Ag.

4. Dosen pembimbing Ibu Dra. Maryatin M.Pd.atas bimbingan,arahan dan motivasi yang diberikan.

5. Dosen pembimbing akademik Bapak Fatchurrohman, M.Pd.

(9)

7. Kepala sekolah SMAN 1 Ambarawa Bapak Drs. Hendro Saptanto yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

8. Bapak Satimo Alm. dan Ibu Darwati tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. 9. Adikku tercinta Ichsan Wibowo yang telah mencurahkan doa dan motivasi dari

awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan PAI C 2011 (Cyber Class), kalian telah mengajarkan arti sebuah persahabatan yang tidak akan pernah berakhir, amin. 11. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam

penulisan skripsi ini.

Tidak ada sesuatu yang sempurna didunia ini melainkan Ia yang Maha Sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga tulisa ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umunya.

Salatiga, 14 September 2015

(10)

Abstrak

Prastyo, Taufik Budi. 2015. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam

pada Siswa SMAN1Ambarawa Tahun 2015.Skripsi. Jurusan Pendidikan

Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata kunci: Hubungan keaktifan mengikuti kegiatan remaja Islam, Pengamalan nilai-nilai Pendidikan Islam

Pokok maslah dalam skripsi ini adalah Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Organisasi Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Siswa SMAN 1 Ambarawa Tahun 2015 dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam SMAN 1 Ambarawa?, 2) Bagaimanakah tingkat pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMAN 1 Ambarawa?, 3)Apakah ada hubungan keaktifan mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMAN 1 Ambarawa?.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi siswa SMAN 1 Ambarawa, dan sampelnya yaitu siswa yang aktif mengikuti kegiatan remaja Islam yang berjumlah 35 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, angket, dokumentasi serta analisis data menggunakan product moment.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G.Metodologi Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Batas Usia Remaja ... 22

(12)

C. Pengertian Sosialisasi ... 24

D. Tahap-tahap Perkembangan Sosialisasi Remaja ... 25

E. Kegiatan Rohis ... 27

F. Organisasi Rissmana ... 29

G. Pendidikan dan Pendidikan Islam ... 30

H. Ciri-ciri Pendidikan Islam ... 35

I. Nilai-nilai Pendidikan Islam... 47

J. Hubungan antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam di SMAN 1 Ambarawa ... 49

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ... 51

B. Visi,Misi dan Budaya SMAN 1 Ambarawa ... 52

C.Keadaan Lingkungan Sekolah ... 57

D.Fasilitas Sekolah ... 58

E. Data Guru dan Jabatan ... 63

F. Jumlah Seluruh Siswa/Siswi SMAN 1 Ambarawa ... 64

G. Susunan Pengurus Rissmana 2014/2015 ... 65

H. Penyajian Data... 67

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Awal ... 69

B. Analisis Lanjut ... 77

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 81

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Tabel Instrumen Penelitian TABEL 2.1 Tujuan Perkembangan Remaja TABEL 3.1 Daftar Guru dan Jabatan

TABEL 3.1 Daftar Jumlah Siswa SMAN 1 Ambarawa TABEL 3.2 Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan

Rissmana

TABEL 3.3 Jawaban Angket Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam TABEL 4.1 Keaktifan Mengikuti Kegiatan Rissmana

TABEL 4.2 Interval Keaktifan Mengikuti Kegiatan Rissmana TABEL 4.3 Prosentase Keaktifan Mengikuti Kegiatan Rissmana TABEL 4.4 Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam

TABEL 4.5 Interval Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam TABEL 4.6 Prosentase Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam TABEL 4.7 Tabel Uji Hipotesis

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Diketahui bersama bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupan antara satu dengan yang lain saling membutuhkan, adanya hubungan timbal balik yang saling memerlukan maka membuat kehidupan manusia saling berinteraksi, atau yang lebih dikenal dengan interaksi sosial.

Adanya sebutan manusia sebagai “makhluk sosial” akan sangat tampak dalam

kehidupan sehari-hari, seperti dalam hal pemenuhan kebutuhan (Idi, 2013:103).

Sepertihalnya tersirat dalam firman Allah SWT surat al-Hujurat:13.

Artinya:Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

(15)

Terlebih pendidikan difokuskan dalam pengembangan sosial peserta didik dalam rumpun pendidikan agama disekolah sehingga dapat menerapkan nilai yang ada dalam kehidupan. Karena yang sering diberikan sekolah dalam membekali peserta didik terutama dalam bidang keagamaan lebih dominan

(determinant) pada aspek kognitif.

Berkaitan dengan pendidikan Islam Muhaimin (2009:14)menyatakan sebagai berikut.

Hakikat pendidikan Islam memiliki dua inti yaitu pertama, pendidikan Islam merupakan aktifitas yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.

Pendidikan Islam memiliki dua pokok utama yaitu menggerakkan niat untuk menyelenggarakan pendidikan Islam karena niat merupakan langkah awal yang mendasari sebelum menerapkan tindakan, serta pokok yang kedua yaitu menerapkan dan menjiwai dalam bentuk pengamalan agama.

Dalam merealisasikan ajaran dan nilai-nilai agama dalam pendidikan seiring perubahan zaman hingga saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan yang berat, baik dari segi perkembangan dan kemajuan teknologi yang berdampak pada gaya hidup yang cenderung individual maupun pergeseran nilai dan norma yang ada sehingga mengalami krisis.

(16)

tingkat social-capital, inti dari social-capital adalah trust (sikap amanah). Menurut pengamatan sementara para ahli, bahwa dalam bidang social-capital bangsa indonesia ini hampir mencapai titik “zero trust society” atau masyarakat yang sulit dipercaya. Diantara indikatornya adalah hasil survey the

Political and Economic Risk Consultancy (PERC) TAHUN 2004 bahwa indeks

korupsi di Indonesia sudah mencapai 9,25 atau ranking pertama se Asia bahkan pada tahun 2005 indeknya meningkat sampai 9,4 (Muhaimin:2009: 15-16).

Di era globalisasi ini, remaja menjadi obyek yang selalu mengikuti

trend tanpa memandang apakah sesuai dengan kultur budaya dan agama,

(17)

Maka dengan membentuk organisasi remaja Islam diharapkan dapat sebagai wadah untuk membantu menyelenggarakan pengembangan pendidikan agama di sekolah, memberikan peran aktif kepada peserta didik, menyaring pengaruh globalisasi agar sesuai dengan nilai-nilai agama serta dapat memberikan pengarahan untuk membedakan mana yang perlu diadopsi menjadi tuntunan dan mana yang harus menjadi tontonan.

Relevansinya penulis mengambil objek penelitian pada organisasi remaja Islam (RISSMANA) merupakansalah satu kegiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk melatih peserta didik dalam bersosialisasi melalui kegiatan-kegiatan untuk menunjang pendidikan agama di sekolah seperti Peringatan Hari Besar Islam, kegiatan sholat berjama’ah, dan pengembangan aspek psikomotorik lainya untuk berkiprah dalam lingkungan sosial, membentuk manusia berprilaku Islami seperti halnya memanusiakan manusia dengan merealisasikan pengamalan 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun), dan senantiasa menyeru dalam kebaikan sebagaimana motto organisasi RISSMANA sendiri yaitu: “sampaikanlah walau hanya satu ayat.” Upaya ini diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik agar senantiasa mengamalkan ilmu yang dimiliki. Orientasi pengamalan inilah yang diharapkan akan membawa peserta didik untuk mengembangkan aspek psikomotoriknya.

(18)

sehingga ketika pengetahuan itu sudah diujikan dan mendapat nilai (dalam bentuk angka) diatas standar kriteria minimal maka dapat dikatakan berhasil. Oleh karenanya pendidikan agama sebagai puncak normatif bukan hanya terpaku pada aspek kognitif ataupun teoritis semata melainkanjuga tidak lepas dari aspek aspek afektif dan psikomotorik.

Sebagaimana firman Allah SWT surat as-Shoff ayat:2

Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.(Q.S.As-Shoff:2)

Pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam bila dilihat dari sudut pandang tujuan pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh, yang berinteraksi dalam dirinya, memberi pengaruh pada penampilan, sikap tingkah laku amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Sebagaimana kata mutiara Islam yang sangat populer: “Ilmu tanpa pengamalan ibarat pohon yang tidak berbuah.” Maka Organisasi Remaja Islam mengupayakan dengan memberikan kegiatan untuk membina diri serta mengembangkan diri pada peserta didik serta mampu mengamalkan nilai-nilai pendidikan.

(19)

ORGANISASI REMAJA ISLAM (RISSMANA) DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA SISWA SMAN 1 AMBARAWA TAHUN 2015.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) SMAN 1 Ambarawa tahun 2015?

2. Bagaimanakah tingkat pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMAN 1 Ambarawa tahun 2015?

3. Apakah ada hubungan keaktifan mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMAN 1 Ambarawa tahun 2015?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) pada siswa SMAN 1 Ambarawa tahun 2015. 2. Untuk mengetahui tingkat pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada

siswa SMAN 1 Ambarawa tahun 2015.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan keaktifan mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMA N 1 Ambarawa tahun 2015.

D.Hipotesis Penelitian

(20)

Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis yakni ada hubungan positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam (RISSMANA) dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa SMA Negeri 1 Tahun 2015. Dengan mengikuti kegiatan remaja Islam secara aktif, siswa dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan Islam baik di dalam lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Mengembangkan khasanah keilmuan Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam utamanya tentang Hubungan Keaktifan mengikuti Kegiatan Organisasi Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti; Menambah wawasan dan mengembangkan ide-ide terutama dalam penelitian ilmiah khusunya Hubungan Keaktifan mengikuti Kegiatan Organisasi Remaja Islam (RISSMANA) dengan Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam.

b. Bagi siswa; Memberikan motivasi bagi siswa terutama dalam mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam agar senantiasa aktif dan partisipatif dalam melaksanakan kegiatan.

c. Bagi Organisasi Rissmana

1) Sebagai acuan dalam pengembangan strategi dan pengelolaan kegiatan.

(21)

3) Sebagai acuan dalam pola pengembangan program kerja kegiatan. 4) Sebagai tolok ukur dalam membina dan mengamalkan nilai-nilai

pendidikan Islam sehingga dapat terealisasi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi Sekolah

1) Memberikan informasi tentang adanya hubungan keaktifan mengikuti kegiatan remaja Islam(RISSMANA) dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam.

2) Mendorong pendidik untuk membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan remaja Islam.

F. Definisi Oprasional

Untuk mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut:

1. Pengertian aktif mengikuti Kegiatan Organisasi Remaja Islam

Keaktifan berasal dari kata aktif, yang artinya giat (bekerja atau berusaha). Adapun keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan (Poerwadarminta, 1982:26). Sehingga keaktifan yang dimaksud ialah memberikan partisipasi dalam mengikuti kegiatan. Pengertian organisasi menurut Gibson; an organization is a coordinate unit consisiting of at least

two people who function to achieve to common goal or set of goals (Gibson,

2006:5).

(22)

tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah tersinggung perasaanya dan sebagainya (Sarwono, 1997:2). Masa remaja adalah masa yang menghubungkan antara masa anak dan masa dewasa (Daradjat, 1976:69). Remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami suatu perubahan baik dari segi fisik dan tingkah laku untuk memulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar sebagai upaya memperoleh jati diri. Yang dimaksud remaja disini ialah siswa SMAN 1 Ambarawa karena pada masa ini mereka dapat dikatakan remaja sesuai perkembanganya.

Organisasi remaja Islam (Rissmana) merupakan suatu organisasi yang berada di SMAN 1 Ambarawa dan di bawah naungan OSIS (organisasi intra sekolah) sebagai orientasi peserta didik khususnya pada jenjang sekolah menengah atas untuk melatih diri bersosialisasi dalam mengembangkan agamanya, agar terbentuk pribadi yang kaffah.

Sehingga keaktifan dalam mengikuti kegiatan Rissmana ialah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berlangsung dengan meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan serta mensosialisasikan kegiatan yang diselenggarakan.

Keaktifan mengikuti organisasi Remaja Islam (RISSMANA), dengan indikator sebagai berikut:

a. Berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. b. Tanggung jawab atas amanat yang diberikan sebagai anggota.

(23)

2. Pengertian Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam

Pengamalan berasal dari kata amal yang mendapat awal pe dan akhiran kan. Amalan berarti perbuatan baik. Sedang pengamalan berarti hal (perbuatan) (Poerwodarminto, 1982:33). Adapun pengamalan yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam siswa SMA N 1 Ambarawa.

Nilai dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1999:667). Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan prilaku (Daradjat, 1996:260). Dapat disimpulkan nilai menjadi dasar segala sesuatu yang dapat memberikan pola-pola dalam kehidupan serta ada upaya dalam memperolehnya.

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani(Daulay, 2004:31).

(24)

dengan Allah (hablu minallah) dan warga sekolah dengan sesamanya (hablu minan-nas).

Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam merupakan bentuk kegiatan dalam menjalankan potensi yang dibawa manusia dengan dasar-dasar pendidikan Islam yang menghantarkan ke dalam terbinanya iman, ibadah, dan akhlak. Adapun indikator pengamalan nilai pendidikan Islam yang akan dijadikan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pengamalan ibadah

1) Pelaksanaan sholat berjamaah 2) Pengamalan puasa sunnah

b. Penerapan akhlak dalam kehidupan sehari hari 1) Jujur dalam

2) Optimis dalam meraih tujuan yang diharapkan 3) Toleransi antar teman

4) Tenggang rasa 5) Tolong menolong

c. Aplikasi dalam sosial kemasyarakatan 1) Aktif menjadi anggota remaja masjid 2) Aktif dalam bakti sosial

G.Metodologi Penelitian

(25)

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif karena penelitian kuantitatif memiliki fokus penelitian yang terletak pada hasil atau produk dari sebuah objek penelitian, bukan dalam bentuk kategori-kategori atau dalam bentuk sebuah proses.

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket sebagai standarisasi ukuran hasil dalam penelitian, dan menggunakan metode observasi sebagai pembanding ukuran standar penelitian, serta metode dokumentasi untuk memperoleh data mengenai keadaan sekolah. Untuk mengetahui hubungan antar variabel, peneliti menggunakan sebuah analisis statistik product moment.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Ambarawa dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September yang dimulai dari pengumpulan data, pembagian kuesioner dan analisis data.

3. Populasi

Populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas (Darmawan, 2013:137). Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Ambarawa berjumlah 993 siswa.

4. Sampel

(26)

korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, untuk penelitian eksperimen 15 elemen perkelompok (Darmawan, 2013:143).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel siswa yang aktif mengikuti kegiatan Rissmana diambil 28% dengan menggunakan teknik sampling acak (random sampling) karena menurut Arikunto (2005:95) digunakan peneliti apabila populasi darimana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri yang mana tidak ada pertimbangan lain. Sehingga peneliti mengambil sampel siswayang aktif mengikuti kegiatan RISSMANA berjumlah 35 siswa.

5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Metode angket

(27)

b. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian (Rumidi, 2004:131). Penelitian ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi atau keadaan sebenarnya di SMA N 1 Ambarawa meliputi: letak geografis, keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru, karyawan dan siswa.

c. Observasi

(28)

6. Instrumen Penelitian

Tabel 1.1 Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Angket

1. Keaktifan mengikuti kegiatan organisasi remaja Islam

Meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan yang diadakan

RISSMANA

Saya memberikan gagasan dalam penyelenggaraan kegiatan yang diadakan RISSMANA

Saya memberikan saran demi kemajuan dan perkembangan RISSMANA

Saya memberikan ide kreatif dalam pengembangan kegiatan RISSMANA

Saya berperan aktif setiap peringatan hari besar Islam yang diadakan sekolah.

Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi Rissmana

Saya memberikan sebagian uang saku untuk infaq

setiap hari jum’at.

Saya tepat waktu dalam mengikuti kegiatan RISSMANA

(29)

Saya mengikuti pelatihan BTA setiap hari jumat Tanggung jawab atas apa yang

diberikan

Saya berusaha menjalankan dengan baik tugas yang diberikan.

Saya menerima dengan lapang dada ketika ditunjuk menyelesaikan laporan kegiatan.

Saya menerima dengan lapang dada ketika ditunjuk menjadi panitia kegiatan.

Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang diadakan RISSMANA

- di sekolah

Saya berupaya mensosialisasikan kegiatan yang diadakan RISSMANA dirumah dengan memberikan contoh (leader) bagi adik-adik dan keluarga.

-di rumah Sebagai anggota RISSMANA di sekolah saya juga mengikuti kegiatan Remaja Masjid di rumah - di masyarakat Saya meluangkan waktu mengikuti setiap kegiatan

(30)

2. Pengamalan Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Ibadah mahdhoh Saya berusaha untuk berpuasa sunnah senin-kamis.

Saya dan teman teman berdoa bersama sebelum memulai pembelajaran.

Saya meluangkan waktu istirahat untuk sholat dhuha

Saya berusaha untuk mengendalikan diri dari sifat tercela (mazmumah)

Saya meminta maaf terutama jika merasa berbuat salah kepada sesama.

Saya bersyukur ketika mendapatkan prestasi ataupun nikmat tertentu.

Penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

Saya berusaha menghormati guru dengan tidak menyela ketika guru menjelaskan.

Mencerminkan sikap ta’awun Saya merasa senang menolong (ta’awun) teman

(31)

teman yang belum jelas.

Mencermikan sikap tenggang rasa Saya mengingatkan teman ketika melanggar peraturan sekolah pada setiap kesempatan

Mencerminkan sikap tasamuh Saya berusaha membangun sikap toleransi (tasamuh) kepada semua warga sekolah ketika berdiskusi, kerja kelompok dll.

Mencerminkan sikap optimis Saya berusaha mencerminkan sikap optimis ketika ingin meraih sesuatu.

Mencerminkan sikap jujur Saya berusaha jujur ketika mengerjakan ulangan harian maupun tes dengan tidak menyontek

Kegiatan sosial kemasyarakatan Saya berupaya dalam merawat masjid sebagai salah satu penunjang kegiatan keagamaan.

(32)

7. Analisis awal

Untuk mengetahui frekuensi dan prosentase keaktifan mengikuti kegiatan Rissmana dan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:

F

P = x 100% N

Keterangan :

P : Presentase perolehan F : Frekuensi

N : Jumlah responden

8. Analisis Lanjut

Untuk mengetahui hubungan variabel keaktifaan mengikuti kegiatan RISSMANA dengan variabel pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam peneliti menggunakan teknik analisis data berupa rumus product moment.

N∑xy - ( ∑x ) ( ∑y ) Rxy =

{( N∑x2) – (∑x)2) ( (N∑y2) – (∑y)2 ) }

Keterangan:

Rxy = angka indeks korelasi “r” product moment

N = Number of Cases/banyak siswa

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

X = Jumlah seluruh skor x

(33)

H.Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan skripsi, maka penulis membuat susunan yang sederhana yakni terdiri dari beberapa bab dan tiap bab dibagi menjadiatas sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan pada bab ini dijelaskan gambaran umum mengenai sistematikapenulisan secara menyeluruh. Di mulai dengan penjelasan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II :Landasan teori, keaktifan mengikuti kegiatan remaja, remaja dan batasanya, deskripsi pendidikan Islam, pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam, hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan remaja Islam dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam. Adapun sumber teori-teori adalah berasal dari berbagai buku referensi, internet, dan sumber lain yang dianggap representative sebagai pengayaan teori penelitian. BAB III :Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi dan

(34)

BAB IV :Bab ini menyajikan analisis data, terdiri dari analisis deskriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan hubungan keaktifan mengikuti kegiatan organisasi Islam dengan pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam.

BAB V :Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data dan pembahasan yang ada, saran-saran.

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Batasan Usia Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari anak meNjelang dewasa. Usia remaja yang hampir disepakati ialah antara 13 dan 21 tahun (Daradjat, 1976:11). Secara lebih spesifik peneliti memaparkan pendapat Syafaat tentang usia remaja (2008:102) yaitu usia remaja dimulai dari masa pubertas dengan rentang usia 12-14 tahun, kemudian memasuki masa remaja awal rentang usia 14-16 tahun, akhir masa pubertas 17-18 tahun dan periode remaja adolesen dengan rentang usia 19-21 tahun.

Pada dasarnya masa peralihan inilah yang menjadi fokus utama dalam memaknai remaja, karena masa peralihan membawa pertumbuhan pada diri remaja baik dari segi fisik, emosi, dan sosial. Pertumbuhan fisik ditandai dengan perubahan bentuk fisiologi pada tubuh remaja, pertumbuhan emosi ditandai dengan prilaku yang sulit dikendalikan, sulit mengontrol diri dan terjadi kegoncangan emosi. Sebagaimana Zakiyah Daradjat mengemukakan

bahwa “sebenarnya yang terjadi adalah kegoncangan emosi. Kegoncangan itu

disebabkan oleh tidak mampu dan tidak mengertinya akan perubahan cepat

yang sedang dilaluinya” (Zakiyah, 1976:12). Selanjutnya pertumbuhan sosial

(36)

B.Tujuan Perkembangan Remaja

Dalam membahas tujuan perkembangan Yusuf mengambil pendapat Luella Cole (Yusuf, 2001:73-74) Mengklasifikasikanya sebagai berikut:

Tabel 2.1Tujuan Perkembangan Remaja

6. Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhanya.

1. Bersikap toleran dan merasa nyaman.

2. Luwes dalam bergaul.

3. Interpendensi dan mempunyai

self-esteem.

4. Kontrol diri sendiri.

5. Perasaan mau menerima dirinya dan orang lain.

6. Mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.

Perkembangan Hetero Seksualitas 1. Belum memiliki kesadaran tentang

perubahan seksualnya.

2. Mengidentifikasi orang lain yang sama jenis kelaminya.

3. Bergaul dengan banyak teman

1. Menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita.

2. Mepunyai perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul denganya.

3. Memilih teman-teman tertentu. Kematangan Kognitif

1. Menyenangi prinsip-prinsip umum dan jawaban yang final.

2. Menerima kebenaran dari sumber otiritas.

3. Memiliki banyak minat dan perhatian.

4. Bersifat subjektif dalam menafsirkan sesuatu.

1. Membutuhkan penjelasan tentang fakta dan teori.

2. Memerlukan bukti sebelum menerima.

3. Memiliki sedikit minat/perhatian terhadap jenis kelaminyang berbeda dan bergaul denganya.

(37)

Filsafat Hidup 1. Tingkah laku dimotifasi oleh

kesenangan belaka.

2. Acuh tak acuh terhadap prinsip-prinsip ideulogi dan etika.

3. Tingkah lakunya tergantung pada

reinforcement (dorongan dari luar)

7. Tingkah lakunya dimotifasi oleh aspirasi.

8. Melibatkan diri atau mempunyai perhatian terhadap ideologi dan etika.

9. Tingkah lakunya dibimbing oleh tanggung jawab moral .

Pertumbuhan sosial yang menjadi kajian utama penulis mengenai remaja. Seiring perkembangan usianya, remaja dihadapkan dengan dunia sosial yang akan membawa remaja ingin merasa diakui.

Zakiyah Daradjat mengutarakan bahwa “Dari sosial dan

penghargaan serta kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum sempurna, terutama dalam masyarakat maju. Dalam banyak bidang mereka belum diajak, sehingga mereka masih memerlukan perjuangan untuk itu” (Daradjat, 1976:12).

Oleh karenanya remaja perlu mempersiapkan diri untuk berkiprah dalam lingkungan sosial dengan belajar bersosialisasi agar mampu beradaptasi dan melaksanakan tuntutan dari masyarakat.Melalui bersosialisasi remaja dapat belajar menjadi makhluk sosial dan terbiasa dengan karakteristik masyarakat serta memperoleh pengalaman sehingga dapat merealisasiakan dalam kehidupan.

C.Pengertian Sosialisasi

Untuk mengetahui pemahaman tentang sosialisasi penulis memaparkan pengertian sosialisasi menurut para ahli:

(38)

mempelajari hubungan interaktif, kebutuhan sosial dan kultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat (Idi, 2013:99).

S. Nasution (2009) menuturkan bahwa sosialisasi merupakan proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia dapat menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus, sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan (Idi, 2013:100).

Pendapat para ahli mengenai pengertian soialisasi dapat disimpulkan sosialisasi merupakan bimbingan untuk belajar berinteraksi dengan budaya dan norma yang ada dalam masyarakat serta melatih diri untuk berinteraktif dalam kehidupan sosial.

D.Tahap-tahap Perkembangan Sosialisasi Remaja

Proses sosial dimasyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada usia remaja. Hal ini cukup beralasan karena remaja merupakan bagian masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses sosialisasi.

(39)

Anak selanjutnya bersosialisasi pada pendidikan formal disekolah dimana mereka menuntut ilmu pengetahuan. Anak disekolah memperoleh pendidikan formal berupa nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap mata pelajaran. Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan sebagai:

1. Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai, dan informasi melalui pengajaran secara langsung.

2. Mengadakan kumpulan sosial, mengadakan kumpulan sosial, seperti perkumpulan sekoalah, pramuka dan sebagainya yang memberi kesempatan kepada anak untuk mempraktekan ketrampilan sosial.

3. Memperkenalkan anak dengan tokoh teladan, dalam hal ini pendidik (guru) dan pemimpin sekolah memegang pernanan yang penting.

4. Menggunakan tindakan posistif seperti pujian, hadiah, dan sebagainya. Tindakan negatif berupa hukuman, celaan, dan lain-lain. Untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial. (Idi, 2013:104-107).

(40)

E.Kegiatan Rohis

Aktifitas atau kegiatan ROHIS diselaraskan dengan misi-nya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan ROHIS menurut Koesmarwati dkk, diantaranya adalah kegiatan-kegiatan dakwah di sekolah yang dapat dibagi menjadi dua sifat, yakni sifat Ammah (umum) dan bersifat Khashah (khusus). Adapun kegiatan dakwah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Dakwah Ammah (Umum)

Dakwah Ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang umum. Dakwah Ammah yang dilakukan sekolah adalah proses penyebaran Fikroh Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga memunculkan objek untuk mengikutinya (Koesmarwanti dkk, 2000:139-140) dakwah Ammah (umum) meliputi:

a. Penyambutan siswa baru

Program ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik yang menjadi siswa baru. Target program ini adalah matan dakwah mengenalkan siswa baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, para pengurus, dan alumninya.

b. Penyuluhan problem remaja

(41)

2. Dakwah Khashah (khusus)

Dakwah Khashah adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah Khashah (khusus), harus diperoleh dari proses pemilihan dan penyeleksian (Koesmarwanti dkk, 2000: 159-161). Adapun kegiatan dalam dakwah

Khashah meliputi:

a. Mabit; (Malam bina iman dan taqwa); Bermalam bersama, diawali dari

shalat magrib atau isya.

b. Diskusi atau bedah buku (mujadalah); kegiatan yang bernuansa pemikiran (fikriyah) dan wawasan (tsaqofiyah) kegiatan ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman, memperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta tarbiyah.

c. Daurah atau pelatihan; daurah atau pelatihan merupakan suatu kegiatan

yang bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada siswa, misalnya dauroh Al-Quran (bertujuan untuk membenarkan bacaan Al-Quran), dauroh Bahasa Arab (bertujuan untuk penguasaan Bahasa Arab) dan sebagainya.

(42)

F. Organisasi Rissmana

1. Pengertian Rissmana

Rissmana (Remaja Islam SMAN 1 Ambarawa) merupakan salah satu organisasi remaja Islam yang berada di SMAN 1 Ambarawa yang berfungsi sebagai lembaga dakwah serta melatih diri bersosialisasi dalam mengembangkan agamanya, agar terbentuk pribadi yang beriman. Selain itu manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri serta membutuhkan orang lain seperti halnya yang termaktub dalam kitab suci al-Quran bahwasanya Allah telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal satu sama lain, hal ini menunjukan bahwa Islam menekankan supaya saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karenanya pendidikan Islam tak lepas dari aspek sosial.

2. Kegiatan Rissmana

Adapun kegiatan Rissmana yang biasa dilaksanakan di sekolah adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Iman dan Taqwa (IMTAQ) yaitu; untuk mendidik siswa-siswi melalui dakwah untuk meningkatkan iman dan takwa serta bertujuan membentuk akhlak dan budi pekerti sesuai alquran dan Sunnah.

(43)

c. Pelatihan Kegiatan Keagamaan yaitu melatih anggota untuk mengembangkan ilmu keagamaan seperti:

a. Dakwah Jumat; melatih para siswa dalam berdakwah melalui kegiatan

khotbah jum’at yang dilaksanakan setiap sholat juma’at oleh para

anggota.

b. Muadzin; para anggota belajar menjadi seorang muadzin dalam kegiatanmingguan (sholat jumat) atau harian (sholat dhuhur

berjama’ah)yang diharapkan agar mampu mengaplikasikan dalam

lingkungan masyarakat.

c. Infaq; dilakukan siswa siswi dengan menyisihkan sebagian uang saku untuk membantu siswa siswi lain yang kurang mampu.

d. Tadarus Ramadhan; dilaksanakan pada setiap bulan Ramadahan secara bersama-sama.

e. PHBI; Mempersiapkan kegiatan peringatan hari besar Islam.

f. Kajian Fiqih Wanita; Kegiatan ceramah rutin setiap jum’at untuk siswi tentang hukum fiqih yang membahas tentang kewanitaan. d. Penyambutan anggota Rissmana baru (PARAS) bagi siswa siswi yang

bergabung dalam organisasi Rissmana.

G.Pendidikan dan Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan yang sering kali kita gunakan, dalam bahasa arabnya adalah al-Tarbiyah atau Tarbiyah dan sering tertulis serta diucapkan dengan Tarbiyah dapat dijelaskan sebagai berikut: berasal dari

بر

بري

(44)

tumbuh dan berkembang. Menurut Muhammad Munir Marisy di dalam kitab bahasanya “al-Tarbiyah al-Islamiyah” mengemukakan bahwa

Tarbiyyah berasal dari kata

ةيبرت

-

بري

-

بر

(rabba – yarubbu

tarbiyyatan) yang berarti “tumbuh dan bertambah”. Sejalan dengan

pengertian dasar “Tarbiyah” tersebut maka Ahmad Warson di dalam analisanya bahwa Tarbiyah berarti namma, wa zaada atau tumbuh dan bertambah. Dan mendidiknya berarti menumbuhkan dan mengembangkan potensi jasmani (badan), akal dan akhlaq (budi pekerti)(Djumransjah, 2007:1).

Apabila pendidikan sekarang menonjolkan pengetahuan dari pada kasih sayang, maka menurut al-Attas lebih tepat disebut ta’dib karena struktur konseptualnya telah mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Penekanan ta’dib disini sudah mencakup ilmu dan amal dalam pendidikan dan adanya amal (praktek) adalah untuk menjamin ilmu agar dipergunakan secara baik dalam masyarakat. Karena alasan inilah, maka para sarjana orang-orang bijak dan para cerdik pandai mengkombinasikan secara harmonis antara ilmu, amal (praktek) dan adab yang kemudian menamakanya dengan pendidikan.(Djumransjah, 2007:3-4).

Penggunaan istilah pendidikan sering terbaurkan pengertianya

dengan pengajaran yang dalam bahasa arabnya berasal dari kata

-

ملعي

ملع

(45)

adalah pemberian ilmu pengetahuan sehingga orang yang diajar itu menjadi berilmu pengetahuan. Sehingga pengajar berusaha mentransfer ilmu dengan memaparkan ataupun mengulas isinya.(Djumransjah, 2007:6).

Jika kita perhatikan penggunaan ta’lim dalam proses pendidikan maka perbedaanya dengan tarbiyah terletak pada penekananya. Ta’lim penekanannya pada penyampaian ilmu pengetahuan yang benar kepada seseorang atau subjek didik, sedangkan tarbiyah menekankan pada proses bimbingan agar anak atau yang didik memiliki potensi atau sifat dasar asli (fitrah) dapat tumbuh dan berkembang secara sempurna. Demikian pula ta’dib, penekananya pada penggunaan ilmu yang benar dalam diri seseorang

sehingga menimbulkan perbuatan dan tingkah laku yang baik (Djumransjah, 2007:8).

Pengertian mengenai pendidikan memang sangat luas dalam kehidupan masyarakat sebagaimana penggunaan istilah pendidikan, namun

dari pengrtian diatas yang paling relevan ialah ta’dib yang menekankan

pendidikan adab dan tingkah laku yang mana dapat dibentuk ketika seseorang berada dalam usia ketika anak masih menempuh pendidikan.

(46)

buku yang berjudul Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi (Djumransjah, 2007:12-15) yaitu sebagai berikut:

a. Herbert spencer (seorang filosof pendidikan inggris, 1320-1903) bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup sempurna. b. M.J. Adler mengartikan “pendidikan” adalah suatu proses di mana semua

kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) dapat dipengaruhi oleh pembiasaan dan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaaan yang baik melalui sarana yang artistik serta dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dengan kebiasaan yang baik. c. John Dewey mengartikan pendidikan merupakan pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam, dan sesama manusia.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran dalam mempersiapkan serta membentuk manusia dalam ranah intelektual dan emosional dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Yang menjadi pokok utama dalam pendidikan menurut para ahli ialah mengembangkan pegetahuan dan ketrampilan, pengembangan akhlak masih berada pada tataran tertentu.

2. Pengertian Pendidikan Islam

(47)

a. Dr. Muhammad S.A Ibrahimy, sarjana pendidikan Islam Bangladesh, bahwa pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah is a system of education which enable a man to lead his lie according to the

Islamic ideology,so that he may easily mould his life in accordance with

tenets of Islam. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan Islam adalah

suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan dalam kehidupanya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk kehidupanya sesusai dengan ajaran Islam.

b. Berdasarkan hasil rumusan peserta Konggres se-Dunia ke II tentang pendidikan Islam dikemukakan bahwa pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan perasaan dan panca indera. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmani, keilmiahannya, baik secara individual maupun kelompok serta mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup.

(48)

dimaksud di sini adalah yang berlandaskan nilai-nilai Islam atau berderajat tertinggi menurut ukuran Allah.

Pengertian Pendidikan Islam dari para ahli pendidikan Islam diatas mengarah pada nilai-nilai Islami sehingga peneliti menyimpulkan dari beberapa argumen, pendidikan Islam ialah usaha sadar untuk mengarahkan diri kedalam nilai-nilai Islam yang meliputi tataran aqidah (keimanan),

tataran syari’ah (ibadah muamalah), serta tataran akhlak (budi pekerti)

sehingga terbentuk pribadi yang kaffah.

H.Ciri-Ciri Pendidikan Islam

Pendidikan Islam mempunyai karakter istimewa yang menjadikanya berbeda dengan model pendidikan lain, baik pendidikan tradisional atau pendidikan modern. Sebagian karakter berkenaan dengan filsafat pendidikan Islam atau substansi pendidikan Islam atau berkenaan dengan aplikasi pendidikan Islam.

1. Filosofi Pendidikan Islam

Berkaitan dengan pendidikan Islam secara filosofi memiliki beberapa karakter menurut Hafidz (2009:45-59) dirinci sebagai berikut:

a. Makhluk yang Bertujuan

(49)

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Dzariyat:56.

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S al-Dzariyat:56).

Esensi manusia sebagai hamba Allah tidak memiliki tujuan lain kecuali supaya mereka beriman dan beribadah kepada sang Khaliq dengan memerankan tugas masing-masing. Sebagai makhluk yang memiliki tujuan manusia sepatutnya berusaha dengan melakukan tindakan yang positif sebagai momentum meraih ridhoNya.

b. Kesatuan Kompleksitas

Prinsip kesatuan dalam filsafat Islam tercermin dalam proses pendidikan dari aspek kesatuan pertumbuhan seseorang individu dalam masyarakat dan dunia luas, dan aspek kesatuan umat manusia sebagaimana firman Allah dalam surat al-Anbiya:107:



Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi semesta alam.(Q.S al-Anbiya:107).

Selanjutnya universalismenya dalam pendidikan Islam, dan aspek kesatuan pengetahuan dan kompleksitasnya dalam bidang keilmuan dan seni yang menjadi perhatian Islam.

(50)

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S at-Taubah:122).

c. Keseimbangan

Prinsip keseimbangan yang telah diisyaratkan dalam pandangan Islam, benar benar tercermin dalam pendidikan Islam, pendidikan Islam menuntut keseimbangan dalam teori dan praktik, karena keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga praktik merupakan penerapan dari teori.

Dilihat aspek teoritis dan praktik, ucapan dan perbuatan, pendidikan Islam menegaskan penerapan praktis dan mengembalikan manfaatnya bagi individu dan masyarakat dalam realitas kehidupan sebagaimana firman Allah dalam surat as-Shoff:2-3:

(51)

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Q.S as-Shof 2-3.).

Keseimbangan menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, antara teori dan praktikharus relevan agar terealisasi dalam setiap kehidupan sepertihalnya bekerja dan beribadah, belajar dan bermain keduanya harus dijalankan secara seimbang.

2. Substansi Pendidikan Islam

Standar pemilihan substansi pendidikan Islam menjadi istimewa disebabkan dengan karakter sebagai berikut: keimanan, ilmu, amal, akhlak, dan sosial. Maka pendidikan Islam adalah pendidikan keimanan, pendidikan ilmiah, pendidikan amaliah, pendidikan akhlaq, dan pendidikan sosial. Adapun rincian keteranganya menurut Hafidz (2009:70-130), masing-masing sebagai berikut:

a. Pendidikan Keimanan

(52)



keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. al-Baqoroh1-5)

Pendidikan keimanan menjadi dasar setiap muslim menjalankan aktifitas atas dasar keimanan inilah manusia akan merasa lebih dekat dengan Allah, merasa diri selalu diawasi, dan perbuatan yang dilakukan selalu berkembang kearah yang lebih baik.

b. Pendidikan Amaliyah

(53)

Sering terlupakan dari perbutan (amaliah) manusia dengan sesama ialah bagaimana menerapkan keseimbangan antara hak dan kewajiban, kebanyakan dari manusia ialah mengharapkan haknya terpenuhi dari sesamanya tanpa memikirkan apa yang menjadi kewajibannya, Sehingga manusia tidak menciptakan manfaat dari perbuatanya.

c. Pendidikan Ilmiah

Sesunggahnya diantara substansi paling penting dalam pendidikan Islam adalah berbagai macam ilmu pengetahuan, dimulai dari membaca, menulis, sebagaimana ayat pertama turun surat al-Alaq 1-5.

(54)

hakikat ilmu pengetahuan ilmiah dan metode ilmiah yang dipergunakanya, kecuali berkaitan dengan keghaiban Allah.

Aspek keilmiahan ini yang akan menambah ketaqwaan dan keimanan kepada Allah karena Islam sendiri sangat menganjurkan untuk mencari dan menerapkan ilmu agar dapat bermanfaat dalam setiap kemaslahatan umat sampai Islam memuliakan orang-orang yang berilmu hingga beberapa derajat.

d. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak menjadi bagian yang penting pula dalam substansi pendidikan Islam sehingga al Qur’an menganggapnya sebagai rujukan terpenting bagi seorang muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, dan umat manusia seluruhnya. Akhlak adalah buahnya Islam yang diperuntukkan bagi seorang individu dan umat manusia. Akhlaq merupakan salah satu yang akan membedakan manusia dengan makhluk lainya. Pendidikan akhlak dalam Islam pertama kali menegaskan pentingnya niat yang ikhlas karena Allah semata, agar akhlak itu senantiasa orisinil tidak di buat-buat, yang berubah dikarenakan perubahan jabatan, lingkungan, waktu, tempat dan seorang yang kita ajak bergaul.

(55)

prilaku seseorang kedalam dua sisi yaitu positif dan negatif. Untuk membentuk akhlak positif (akhlaqul karimah) lembaga pendidikan perlu menerapkan kurikulumyang mengarah kedalam pembentukan karakter siswa melalui mtode pembiasaan.

e. Pendidikan Sosial Kemasyarakatan

Pertama, Islam mengatur hubungan individu dengan keluarga, individu dengan masyarakat, dan memfokuskan pada pembentukan manusia yang salah dalam kehidupan yang luas ini. Kedua, pendidikan sosial dalam Islam adalah keluarga. Keluarga dalam Islam merupakan lembaga pendidikan yang terpenting yang pengaruhnya sebanding dengan sekolah. Ketiga, wilayah dalam pendidikan sosial dalam Islam selanjutnya adalah masyarakat luas yang mencakup lembaga-lembaga kecil bagi para sahabat dan teman. Keempat, ruang lingkup pendidikan akhlak dalam Islam, mencakup umat manusia seluruhnya.

Tahapan tersebut memberikan pengaruh pada kematangan ketika menjalankan tahap perkembangan, keluarga membimbing individu dalam berbagai ranah sebagai media pendidikan diluar sekolah begitu pula masyarakat memberikan pengalaman secara aplikatif pada individu.

3. Penerapan Pendidikan Islam

Menurut Hafidz (2006:134-144)Penerapan pendidikan Islam dapat dilihat melalui ciri-cirinya yang dirinci sebagai berikut:

(56)

Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi umat Islam. Dan banyak ayat, hadist dan realitas sejarah dalam kehidupan rasulullah dan ulama salaf menunjukkan kewajiban untuk menuntut ilmu dan menjadikan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama dalam menuntut ilmu, sesuai dengan wataknya dan manfaat yang akan diambil bagi dirinya dan masyarakatnya.

Belajar menjadi tuntutan bagi umat Islam baik dalam mencari ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Ilmu dunia akan membekali diri dalam mengikuti perkembangan zaman dan ilmu akhirat sebagai pedoman hidup dan mengontrol perkembangan zaman dan teknologi yang berkembang tanpa ada batasan.

b. Keberlangsungan Belajar

Karakter yang kedua ini terkait dengan dalam dan luasnya ilmu pengetahuan.dalam konteks ini, pendidikan Islam telah mendahului filsafat pendidikan lain, baik pendidikan konfensional atau pendidikan modern dan pendidikan Islam telah memerintahkan setiap muslim menuntut ilmu sebagai proses yang terus berkelanjutan.

Luasnya ilmu pengetahuan merupakan hasil dari penyelidikan dan kajian ilmiah, luas tanpa ending bagi manusia, sebab diatas ilmu ada ilmu lagi. Oleh sebab itu, sangatlah tidak mungkin bagi manusia untuk

mendalami setiap ilmu pengetahuan, syari’ah atau duniawi dalam umur

(57)

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga

dirinya(Q.S at-Tubah:122).

Sifat manusia yang dinamis selalu ingin berkembang membuat ilmu pengetahuan semakin maju. Namun pada hakikatnya semakin ilmu dicari ilmu tidak akan habis, semakin pandai seseorang semakin besar ketidak tahuanya sehingga berusaha menemukan jawaban maka sangatlah relevan bila keberlangsungan belajar tidaklah mengenal usia.

c. Terbukanya Kesempatan Belajar

Persamaan kesempatan yang terbuka untuk memperoleh pendidikan bagi setiap individu merupakan prinsip yang berdasar persamaan dalam Islam.

Sebagai firman Allah dalam surah al-Hujurat:13.

(58)

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal(Q.S al-Hujurat:13).

Belajar bukan menjadi hak prioritas golongan tertentu tetapi siapa saja yang ingin menempuhnya.Bahkan banyak upaya dalam membuka kesempatan belajar yang dilakukan pemerintah melalui bantuan operasional bagi siapapun yang ingin menempuh pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Jalan Memperoleh Pengetahuan

Dalam masalah ini pendidikan Islam mempunyai keistimewaan dengan karakter khusus dalam memperoleh ilmu pengetahuan, mendapatkan pengalaman dan mengembangkannya. Pendidikan Islam berdasar pada kewajiban yang asasi, yaitu bahwa setiap individu dilahirkan dalam keadaan fitrah, dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda antara yang satau dengan yang lain. Kemudian pada awalnya, dia belajar melalui panca inderanya dan mempergunakan sebagai jendela pengetahuannya, kemudian berangsur-angsur berpindah dari persoalan yang dapat di inderanya dilanjutkan ke persoalan yang tidak dapat di inderanya, dan dari penglihatan ke penguasaan.

Allah berfirman dalam surah an-Nahl: 78

(59)

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Q.S

an-Nahl:78).

Ilmu pengetahuan tidak hanya dapat ditempuh melalui pendidikan formal semata, melalui pengalaman serta mengembangkanya jauh lebih efektif. Karena fitrah manusia yang dibekali penglihatan, pendengaran serta hati sebagai dasar memperoleh pengetahuan.

e. Kaidah Moral dalam Mengaplikasikan Pengetahuan

Sesungguhnya keistimewaan pendidikan akhlak yang terpenting dalam Islam adalah meletakkan kaidah kaidah moral untuk menaplikasikan dan mempergunakan secara umum. Apapun pengetahuan baik ilmu syari’ah atau ilmu-ilmu yang lain, teori atau praktik, sebenarnya mempunyai dua sisi, sisi negatif dan sisi positif.

Pengetahuan yang tinggi perlu diimbangi akhlak dan pembentukan moral (moral force) agar senantiasa pengetahuan yang dimiliki memberikan manfaat bukan madhorot. Karena apapun yang terjadi dimuka bumi tidak terjadi melainkan ulah dari tangan manusia.

I. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

(60)

nilai yang dianut, tataran praktik keseharian, dan tataran simbol-simbol budaya (Muhaimin, 2009:325-327).

Pada tataran nilai yang dianut perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu dikembangkan disekolah, dan perlu adanya dukungan dan loyalitas sehingga dapat terealisasi. Adapun pada tataran nilai yang dianut terbagi menjadi dua hal pokok yaitu niali yang besifat vertikal (ibadah mahdhoh) dan nilai yang bersifat horizontal(ibadah ghoiru mahdhoh).

Dalam tataran praktik keseharian nilai-nilai keagamaan yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan prilaku keseharian oleh warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakuakan melalui tiga tahap yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan prilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh semua pihak disekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati tersebut. Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai usaha pembiasaan (habit formation) yang menjunjung sikap dan prilaku yang komitmen dan loyal terhadap ajaran nilai-nilai agama yang disepakati. Penghargaan tidak selalu berarti materi (ekonomik), melainkan juga dalam arti sosial, kultural, psikologis, ataupun lainya.

(61)

dan nilai-nilai dengan simbol budaya yang agamis. Perubahan simbol dapat dilakukan dengan mengubah model berpakaian, dengan prinsip menutup aurat, pemasangan hasil karya peserta didik, foto-foto dan motto yang mengandung pesan-pesan nilai-nilai keagamaan, dan lain-lain.

Dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai yang bersifat vertikal yang

diwujudkan dalam bentuk kegiatan shalat berjama’ah, puasa Senin dan Kamis,

doa bersama ketika akan atau telah meraih sukses tertentu, menegakkan komitmen dan loyalitas terhadap moral force di sekolah, dan lain-lain. Selain itu terdapat nilai-nilai agama yang bersifat horizontal, baik yang berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas), dan hubungan mereka dengan lingkungan alam sekitarnya.

Nilai-nilai yang berupa hubungan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas) dapat dimanifestasikan dengan cara mendudukan sekolah sebagai institusi sosial yang jika dilihat dari struktur hubungan antar manusianya, dapat diklasisfikasikan dalam tiga hubungan yaitu (1) hubungan atasan-bawahan (2) hubungan profesional (3) hubungan sederajat atau sukarela.

J. Hubungan antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Remaja dengan

Pengamalan Nilai-nilai Pendidikan Islam di SMAN 1 Ambarawa

(62)

remaja pada dua sisi yaitu posistif dan negatif. Dari sisi negatif, remaja biasanya cenderung menunjukan prilaku yang menyimpang yang dikenal dengan kenakalan remaja.

Sebaliknya, sisi positif yang ditunjukan remaja terutama prilaku, sikap yang seolah-olah remaja tengah nyaman dengan norma dan nilai sosial yang ada dalam masyarakat inilah yang dikenal dengan kematangan remaja. Tentu saja dalam membentuk kematangan remaja tidak dapat dilakukan secara

instant karena perlu pengarahan serta pembinaan bagi remaja yang tengah

mencari jati diri. Sehingga bukan hanya remaja yang perlu mengenali diri mereka sendiri melainkan lingkungan tentu perlu adaptif dalam melihat perkembangan remaja.

Dalam hal ini Zakiyah Daradjat membagi lingkungan yang dapat memberikan pengaruh prilaku remaja yaitu keluarga, sosial ekonomi, agama dan adat. Titik temu tentang masalah ini yaitu lingkungam sosial yang turut memberikan pengaruh bagi prilaku remaja, tentu perlu mengenali bahwasanya masa muda adalah masa yang energik, masa yang segala pertumbuhanya tengah pada kondisi yang maksimal sehingga lingkungan sosial dapat memberikan respon dengan memanfaatkan tenaga muda dengan baik dan terarah dalam kegiatan-kegiatan yang mampu mengarahkan kedalam prilaku yang positif.

(63)

realisasi dari psikomotorik juga dalam bentuk sosial kemsyarakatan seperti halnya kerja bakti. Bila hal ini di samarkan dengan kegiatan yang bersifat sosial-agama maka realisasinya tentu pada konten keagamaan.

Sekolah sebagai media pendidikan berupaya merealisasikan proses sosial peserta didik melalui pembentukan organisasi untuk menyiapkan diri melalui pengembangan dan pelatihan terutama dalam kegiatan keagamaan. Seperti halnya pembentukan organisasi Rissmana menjadi wadah para siswa SMAN 1 Ambarawa untuk melatih pengembangan diri dan spiritualnya, ketika telah menyelesaikan studi para siswa siswi tidak hanya mampu dalam ranah kognitif melainkan afektif dan psikomotor serta mampu beradaptasi menjadi anggota masyarakat menjalankan proses sosial secara nyata.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Identitas Sekolah

Nomor Statistik Sekolah/Madrasah (NSS/NSM) : 301032210011

2. Nama Sekolah

SMA Negeri 1 Ambarawa

3. Alamat Sekolah

a. Jalan : Jalan Yos Sudarso no.46 b. Desa/Kelurahan : Kupang

(64)

e. Kabupaten/Kota : Semarang f. Provinsi : Jawa Tengah g. Kode Pos : 50612 h. No Telpon : 0298591462

i. E-mail : sman1ambarawa@yahoo.co.id j. Website : http://sman1ambarawa.sch.id k. Sekolah dibuka tahun : 1982

l. Status Sekolah : Negeri m. Luas Tanah :18.854 m2 n. Luas bangunan :4.964 m2 o. Luas halaman dan taman: 6.650 m2 p. Luas lapangan olahraga : 2.725 m2 q. Luas kebun : 4.032 m2 r. Luas lain-lain : 483 m2

B. Visi , Misi dan Budaya SMAN 1 Ambarawa

1.

Visi

Tangguh dalam IMTAQ, unggul dalam IPTEK dan seni, beretos kerja tinggi, menuju puncak prestasi.

2.

Misi

a. Menumbuhkan penghayatan atau pengalaman ajaran agama yang dianut sehingga terbentuk pribadi dengan imtaq yang tangguh.

(65)

c. Memperdayakan sekolah dalam rangka mewujudkan pelayanan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan efisien.

d. Mengembangkan iklim sekolah yang kondusif, berwawasan global dan berasas pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia.

e. Menyediakan wahana pendidikan kecakapan hidup dibidang seni, olahraga, iptek, kewirausahaan, kesehatan, bahasa, jurnalistik, dan teknologi informatika.

3.

Budaya Sekolah SMAN 1 Ambarawa

a. Budaya 5 S; Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun

b. Budaya 5 ; TertibTertib Waktu, Belajar, mengajar, administrasi, lingkungan.

c. Budaya Baca

d. Budaya 7 K; Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan.

4.

Pilar Pendidikan; Learning to know, Lerning to do, Learning to be,

Learning how to learn, Learning to live together.

5.

Kecakapan Hidup; Personal skill, Thinking skill, Academic skill (IQ), Social skill (EQ), Vocational skill.

6.

Ekstra Kurikuler SMAN 1 Ambarawa

a. Wajib Bagi Siswa X; Ekstra kurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas X, diantaranya; Pramuka, BTA, PA/PAWAKA

Gambar

Tabel 1.1 Instrumen Penelitian
Tabel 2.1Tujuan Perkembangan Remaja
Tabel 3.1Data Guru dan Jabatan
Tabel 3.2 Jumlah Siswa/Siswi SMAN1 Ambarwa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia. NOVITA RISKIAYU SAVITRI

[r]

[r]

Prinsip olahraga senam diabetes Indonesia bagi penderita DM harus mengikuti petunjuk yang telah ditentukan, yaitu (1) Program latihan, (2) Porsi latihan, dan (3) Latihan

Tujuan dari kegiatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah merancang dan membuat sistem penjualan online ( web-store ) untuk Rodalink sebagai alternatif bagi

Artikel singkat ini mencoba untuk mendiskusikan multikulturalisme yang bertujuan agar bisa digunakan sebagai acuan identitas atau karakteristik budaya dan sebagai suatu kebutuhan

Pelaksanaan kerja yang dilakukan Praktikan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah melakukan input Persediaan Gudang di PT Perusahaan Gas Negara (Persero)

Gambar 1 Kualitas Penyusunan RPPH Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan program sekolah dalam meningkatkan penyusunan RPPH