• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti kebutuhan dana yang besar. Hal itu dikarenakan Industri tekstil dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diikuti kebutuhan dana yang besar. Hal itu dikarenakan Industri tekstil dan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Dunia industri telah mengalami pasang surut, perkembangan industri juga diikuti kebutuhan dana yang besar. Hal itu dikarenakan Industri tekstil dan produksi tekstil mengklaim harus menanggung rugi akibat anjloknya harga kapas dunia yang berimbas pada tidak stabilnya harga bahan baku tekstil seperti kain dan benang. Kevin Hartanto, Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, mengatakan kerugian industri tekstil hingga saat ini secara kumulatif sudah mencapai sekitar 30%–50%. Khususnya berdampak besar pada industri spinning yang bisa mencapai kerugian sekitar 50%. Kerugian ini, sudah dirasakan sejak satu bulan terakhir pasca turunnya harga kapas dunia yang memaksa produk tekstil menurunkan harga jual. Kalangan industri harus membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi dari harga sebelumnya. Pastinya, industri pertekstilan membeli bahan baku tekstil dengan jumlah besar sebelum harga turun, karena khawatir harga bahan baku akan naik menjelang Ramadan dan Idulfitri. Ternyata harga kapas anjlok dan harga jual produk tekstil di pasaran turun pada kisaran 40%. Ia mengatakan hal ini, memaksa industri teksil menurunkan harga produk tekstil sehingga membuat perusahaan merugi, akibat masalah tersebut banyak industri tekstil yang memberlakukan subsidi silang dari keuntungan bulan lalu untuk membayar gaji karyawan serta operasional perusahaan. Selain itu, beberapa industri tekstil terpaksa menghentikan kegiatan belanja bahan baku untuk

(2)

menghindari kerugian lebih besar. Menurut Kevin, selama harga kapas terus anjlok tanpa ada kepastian harga terendah, maka kalangan industri akan terus merugi, sementara ini banyak tekstil yang memilih menghentikan belanja bahan baku hingga waktu yang tidak ditentukan. Industri pertekstilan berharap pemerintah segera mengambil tindakan agar tidak terjadi kepanikan di kalangan pelaku industri tekstil dan garmen. Menurut Kevin, solusi dan kebijakan yang memihak industri tekstil dan produk tekstil (TPT) penting dilakukan di tengah persaingan dengan produk tekstil dan produk tekstil (TPT) China. Anjloknya harga kapas dunia, dipastikan menjadikan produk China dijual lebih murah. Walaupun rugi, industri pertekstilan indonesia tetap harus mengikuti tren pasar supaya produk tetap laku dan perusahaan tetap beroperasional. Kevin mengatakan, salah satu kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan mencabut penetapan bea masuk impor mesin sebesar 5%-10% yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 241/2010. Kebijakan tersebut, dapat menghambat daya saing industri TPT Indonesia karena tidak mampu mendatangkan mesin dari luar negeri. Di sisi lain, industri mesin dalam negeri belum mampu memasok kebutuhan industri TPT. Kevin menambahkan, harga produk tekstil turun pada kisaran 40% tidak secara otomatis mendongkrak kinerja sektor TPT. Dia menyebutkan hingga akhir Mei 2011, pasar TPT ternyata masih lesu. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu, dimana pasar TPT akan mengalami kenaikan beberapa bulan menjelang Ramadan dan Idul fitri. 30 Mei 2011 | 17:33 WIB

(3)

(sumber: http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/gejolak-harga-kapas-hantam-industri-tpt-jabar)

Selain anjloknya harga kapas, menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudradjat, Jumat (21 September 2012), industri tekstil akan mengalami kerugian ratusan juta dolar jika tarif dasar listrik (TDL) naik tahun depan. Dengan angka riil, sektor tekstil ini bisa rugi sampai US$ 300 juta. Ia menjelaskan, listrik menyumbang 18,5 persen dari total biaya produksi di industri pemintalan. Sedangkan untuk industri tenun, listrik memiliki peran sebesar 14,4 persen. Ia mengungkapkan, hanya industri garmen yang memiliki persentase listrik relatif kecil dalam struktur biaya produksi. Penggunaan listrik industri garmen memiliki porsi 1,3 persen dari struktur biaya produksi. Karena listrik banyak digunakan di sektor hulu, maka kenaikan tarif listrik akan mengakibatkan multiplier effect terhadap kenaikan harga jual produk jadi. Kenaikan tarif 15 persen tersebut, baik secara bertahap maupun tidak, akan menggerus pangsa pasar industri tekstil. Ini ibaratnya sama seperti dipancung, tapi memakai silet, jadi penderitaannya lebih lama. Ade Sudradjat mengusulkan, jika tarif dasar listrik memang dinaikkan, sebaiknya PT PLN (Persero) tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM), melainkan batu bara dan gas. Hal tersebut dipandang Ade lebih efisien. Dewan Perwakilan Rakyat melalui Komisi Energi telah menyetujui rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik. Dengan persetujuan DPR itu, pemerintah bisa menaikkan tarif dasar listrik per 1 Januari 2013 mendatang. Meskipun begitu, pemerintah juga menyatakan kenaikan tarif dasar listrik tersebut

(4)

tidak akan berimbas kepada pelanggan listrik 450 VA dan 900 VA. (sumber: www.solopos.com)

Dari fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa industri tekstil membutuhkan dana tambahan yang lebih besar untuk dapat melakukan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Alternatif ini merupakan altenatif yang lebih mudah dan murah jika dibandingkan sumber pendanaan lain misalnya melakukan peminjaman atau utang pada pihak lain.

Pada umumya semua perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak akan dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern). Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan penjualan barang dan jasa, maka dengan begitu laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan semakin besar. Agar dapat memaksimalkan laba yang didapat oleh perusahaan, manajer keuangan perlu mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor terhadap profitabilitas, perusahaan dapat menentukan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dan meminimalisir dampak negatif yang yang timbul.

Profitablitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba pada periode tertentu. Profitabilitas diproksikan ke dalam return on asset

(5)

(ROA). Semakin tinggi ROA maka semakin baik keadaan suatu perusahaan itu,

(Syamsuddin, 2009).

Hal ini berarti dengan meningkatkan laba yang dihasilkan dan baiknya keadaan perusahaan maka investor akan tertarik untuk berinvestasi. Untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara produktif. Hal ini dikarenakan perputaran modal kerja merupakan salah satu komponen terpenting dari aktiva yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Seperti halnya yang dinyatakan oleh (Munawir 2004), selain efisiensi dari pengelolaan modal kerja profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti jenis, skala, umur perusahaan, struktur modal dan produk yang dihasilkan atau Tingkat Penjualan atas produk tersebut. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profit (ROA) seperti yang disebutkan di atas, tetapi di dalam penelitian ini yang mempengaruhi profit atau yang menjadi variabel independennya adalah perputaran modal kerja dan tingkat penjualan. Modal kerja disini merupakan investasi suatu perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari, atau secara konsep fungsional modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat. Modal kerja yang terlalu besar dari kebutuhan nyata akan mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan dana perusahaan. Sebaliknya bila modal perusahaannya terlalu kecil juga akan mengganggu jalannya kegiatan operasional perusahaan.

(6)

Dalam kegiatannya, perusahaan sering dihadapkan pada keterbatasan modal kerja. Modal kerja haruslah memadai jumlahnya tetapi juga harus dijaga agar modal kerja ini tidak sampai kelebihan. Sebab utama dari kegagalan perusahaan adalah tidak mencukupinya modal perusahaan, sebaliknya dengan adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa terdapat dana yang tidak produktif. Modal kerja yang efektif dan efisien dapat menunjukkan rasio hutang (laverage) perusahaan baik, artinya perusahaaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Begitu pula pencapaian laba, apabila pihak manajemen perusahaan mampu menetapkan modal kerja pada tingkat yang optimal maka kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal setidaknya akan lebih baik.

Sebagai upaya dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan yaitu salah satu aspek yang harus diperhatikan setiap perusahaan adalah modal kerjanya. Kita mengetahui bahwa setiap perubahan baik kecil maupun besar tidak akan terlepas dari kebutuhan modal kerja. Dimana dengan modal kerja ini digunakan oleh perusahaan sebagai sumber pembiayaan operasionalnya. Seperti untuk membayar gaji karyawan, membayar upah buruh, membeli mesin-mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk membantu kelancaran perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas.

Selain penggunaan modal kerja yang efisien dan perputaran siklus modal kerja yang singkat, faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan adalah tingkat penjualan. Sesuai dengan tujuan utama dari perusahan yang memiliki orientasi laba atau profit oriented, yaitu dengan meningkatkan penjualan

(7)

dan menekan biaya sekecil mungkin diharapkan bisa menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin dan menghindari resiko seminimal mungkin, maka perusahaan dituntut untuk bisa melakukan perencanaan yang realistis mengenai kegiatan usaha yang akan datang.

Bila ditelaah lebih dalam modal kerja dan tingkat penjualan mempunyai peranan penting dalam pembentukan profitabilitas pada suatu perusahaan. Pada dasarnya modal kerja dan tingkat penjualan sangat menentukan besarnya tingkat profitabilitas. Perputaran modal kerja akan menciptakan penjualan dan hasil penjualan akan tercipta laba dan dari laba yang diperoleh dapat menghasilkan efisiensi perusahaan melalui perhitungan besarnya tingkat profitabilitas. Semakin cepat masa perputaran modal kerja maka semakin efisiensi penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan juga akan ikut meningkat, kemudian semakin tinggi tingat penjualan dengan menekan biaya-biaya maka profitabilitas yang diharapkan akan semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengana judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Penjualan

Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Industri Tekstil Periode 2007-2011”. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan modal kerja, tingkat penjualan dan profitabilitas perusahaan sektor tekstil periode 2007-2011

(8)

2. Bagaimana pengaruh modal kerja dan tingkat penjualan terhadap profitabilitas sektor industri tekstil secara simultan

3. Bagaimana pengaruh modal kerja dan tingkat penjualan terhadap profitabilitas sektor industri tekstil secara parsial

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Sarjana Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung.

Tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis perkembangan Tingkat Penjualan, modal kerja dan profitabilitas perusahaan sektor industri tekstil periode 2007-2011.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Penjualan dan modal kerja terhadap profitabilitas sektor industri tekstil secara simultan.

3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Penjualan dan modal kerja terhadap profitabilitas sektor industri tekstil secara parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat membawa guna dan manfaat, diantaranya:

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dan pertimbangan yang berarti dalam membuat keputusan

(9)

keuangan dimasa yang akan datang khususnya yang mempengaruhi modal kerja dan Tingkat Penjualan dalam rangka menghasilkan laba perusahaan sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2. Bagi Penulis

Penulis diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan modal kerja Tingkat Penjualan serta profitabilitas. Selain itu dapat dijadikan suatu perbandingan antara teori dalam penelitian dengan penerapannya dalam dunia usaha yang sebenarnya.

3. Bagi Investor

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pertimbangan, khususnya bagi individual investor yang tertarik untuk mengambil keputusan di perusahaan mana investor akan menanamkan investasi.

4. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh modal kerja dan Tingkat Penjualan terhadap profitabilitas pada sektor pertekstilan 2007-2011.

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas pada saat didirikan. Umumnya, tujuan tersebut terbagi kedalam dua golongan yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Menurut Gitman (2009:14), “The goal of the firm, should be to maximize the wealth of the owners for whom it is being operated or equivalently, to maximize the stock price. Maximizing a firm’s share

(10)

price is equivalent to maximizing profit.” Jadi, maksimalisasi laba dan harga saham perusahaan sebagai tujuan jangka pendek, dilakukan guna menunjang tercapainya tujuan jangka panjang yaitu nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan.

Menurut James C, Van Horne & John M, Wachowicz, JR. (2012:3), manajemen keuangan (financial management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan sebagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh asset, mendanai asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut terdapat 3 fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu keputusan investasi (Investment Decision), keputusan pendanaan (Financial Decision) dan keputusan pengelolaan aktiva atau keputusan kebijakan deviden (Devidend Policy).

Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat

(11)

berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal optimal merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal eksternal yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang tertanggung perusahaan minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal.

Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan deviden bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur utang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahakan bahwa kebijakan deviden (deviden policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden (deviden payout ratio) atau rasio antara deviden yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba yang ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran deviden. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka akan semakin besar laba yang dibagiakan untuk pembayaran deviden.

(12)

Dalam kegiatannya manajemen keuangan bertugas untuk membuat laporan keuangan perusahan yang bersangkutan. Menurut Irham Fahmi (2011:3) sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca (balance sheet), perkiraan rugi-laba (income statement), laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Namun, dua diantaranya mempunyai peranan sebagai bahan masukan bagi pimpinan perusahaan dan pihak luar (yang ingin bekerja sama), untuk menevaluasi posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan tersebut. Kedua laporan keuangan tersebut adalah neraca dan perkiraan rugi-laba.

Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Menurut Irham Fahmi (2011:29), mengemukakan bahwa neraca (balance sheet) merupakan informasi yang menggambarkan tentang kondisi dan situasi current assets, non current assets, liabilities dan shareholders equity serta bebagai item lainnya yang termasuk di sana, untuk selanjutnya informasi tersebut dijadikan sebagai alat dalam mendukung proses pengambilan keputusan (decision making). Adapun menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008)

menyatakan, “Neraca menunjukkan kondisi keuangan atau posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan ringkasan laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun secara garis besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi

(13)

(jumlah dan jenis) harta, hutang dan modal perusahaan. Maksud dari tanggal tertentu adalah neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun neraca dibuat biasanya akhir tahun atau kuartalan. Komponen atau isi yang terkandung dalam suatu aktiva dibagi kedalam tiga, yaitu aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lainnya.

Kemudian hutang atau kewajiban dibagi menjadi dua jenis, yaitu hutang jangka pendek, dan hutang jangka panjang.

Sementara itu, komponen modal sendiri terdiri dari modal disetor dan laba yang ditahan dan lainnya.

Aktiva lancar (current asset) adalah jenis asset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat. Menurut Irham Fahmi (2011:31) menyatakan bahwa current assets (asset lancar) merupakan asset yang memiliki tingkat perputaran yang tinggi dan paling cepat bisa dijadikan uang tunai, dengan penetapan periode waktu biasanya 1 (satu) tahun.

Aktiva lancar didalamnya terdiri dari kas, persediaan, piutang dan sekuritas. Sedangkan hutang lancar menurut Irham Fahmi (2011:80), menyatakan bahwa liabilities (hutang) merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya.

Hutang lancar terdiri dari hutang jangka pendek diantaranya hutang dagang, pinjaman uang jangka pendek, biaya-biaya yang masih harus dibayar, uang muka yang diterima dan kredit rekening koran. Dari neraca tersebut dapat menentukan efektif dan efisien dalam suatu perusahaan bila penggunaan atau

(14)

pengelolaan modal kerja dilakukan dengan baik, hal tersebut dapat dihitung dengan membandingkan anatara aktiva lancar dengan hutang lancar, jika aktiva lancar lebih besar dari hutang lancarnya maka perusahaan dapat dikatakan efektif, karena perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi jumlah asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan perusahaan membayar hutang lancarnya. Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar disebut current ratio. Menurut Kasmir (2010:141) mengungkapkan bahwa, “Net working capital adalah rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.”

Net working capital dapat disebut juga sebagai laba kotor (Earning Before Interest and Tax). EBIT merupakan tujuan jangka pendek dari suatu perusahaan.

Selain neraca, laporan keuangan lainnya adalah laporan rugi laba. Disamping ingin mengetahui posisi keuangan perusahaannya, para pengusaha juga ingin mengetahui jumlah keuntungan yang telah mereka peroleh selama masa tertentu. Hal itu wajar saja karena salah satu tujuan seorang pengusaha mendirikan perusahaan adalah memperoleh keuntungan. Mereka juga ingin mengetahui apakah jumlah keuntungan yang diperoleh telah sesuai dengan yang mereka harapkan. Apabila terjadi penyimpangan, pengusaha ingin tahu penyebab dari penyimpangan itu, sehingga dapat memperbaikinya. Menurut Irham Fahmi (2011:97), menyatakan bahwa, “laporan rugi laba merupakan salah satu dari

(15)

rugi laba merupakan bagian dari produk berbagai pilihan, dilaporkan, seperti halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi, dan banyak variabel yang memengaruhi hasil yang dilaporkan.”

Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan dan biaya perusahaan pada periode tertentu, biasanya untuk satu tahun atau tiap semester. Menurut Kasmir (2008:46)

menyatakan bahwa dalam prakteknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan rugi laba terdiri dari dua jenis, yaitu pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan. Dan pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari di luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan. Pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, menurut Jumingan (2009:32) penjualan merupakan penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa, dan pemakai jasa lainnya.

Sedangkan untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya juga terdiri dari dua jenis, yaitu pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama) perusahaan dan pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha sampingan) perusahaan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari laporan rugi laba yaitu untuk menentukan hasil dari kegiatan perusahaan atau untuk melihat dari tujuan utama perusahaan, perusahaan memperoleh laba bila nilai pendapatan lebih besar dari biaya-biaya, dan sebaliknya bila nilai pendapatan lebih kecil dari biaya-biaya maka perusahaan akan memperoleh rugi. Rugi atau laba merupakan

(16)

tujuan perusahaan dalam jangka pendeknya, laba hasil selisih antara pendapatan dengan pengeluaran disebut EBIT (earning before interest and tax).

Dari neraca dan laporan rugi laba dapat disusun laporan keuangan tambahan yang dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi dari mana saja perusahaan memperoleh dana dan bagaimana mereka mempergunakan dana tersebut. Laporan keuangan tambahan tersebut antara lain adalah laporan laba yang ditahan (statement of retained earning) dan laporan sumber dan penggunaan dana (statement of sources and used of funds).

Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba dan salah satu cara untuk memperlancar perolehan laba yaitu dengan meningkatnya efektivitas penggunaan dana perusahaan melalui peningkatan perputaran modal kerja. Disamping itu, keuntungan juga bisa ditingkatkan dengan cara melakukan tingkat penjualan yang baik.

Untuk meneliti apakah terdapat pengaruh dari modal kerja dan tingkat penjualan terhadap profitabilitas perusahaan, penulis menggunakan konsep kuantitatif, dimana modal kerja sebagai X1 menggunakan indikatornya berupa modal kerja bersih (net working capital) dan tingkat penjualan sebagai variabel X2 menggunakan indikatornya berupa total revenue (penjualan), sedangkan profitabilitas sebagai variabel Y menggunakan indikatornya berupa rasio-rasio profitabilitas yaitu ROA.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa jurnal atau penelitian terdahulu untuk mendukung penelitian, penelitian terdahulu telah dirangkum sebagai berikut:

(17)

Menurut penelitian terdahulu oleh Yoyon Supriadi dan Ratih Puspitasari, 2012, (Dosen STIE Kesatuan) yang berjudul Pengaruh Modal Kerja Terhadap Penjualan dan Profitabilitas Perusahaan Pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Effect of Working Capital to Sales and Profitability), menjelaskan bahwa modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tingkat penjualan dan profitabilitas (laba operasi), sedangka secara parsialnya modal kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas (laba operasi) dan tingkat penjualan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (laba operasi).

Peneliti Dikti Kusmeidi Ruwindas, 2011, yang berjudul Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya), menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tingkat keyakinan 95 % diperoleh hasil bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini menunjukan bahwa setiap terjadi peningkatan modal kerja, maka profitabilitas pun akan mengalami kenaikan pula. Berdasarkan penelitian ini pengaruh yang ditimbulkan oleh modal kerja sebesar 93,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 6,1 %.

Peneliti Andi Rukmana, 2012, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi yang berjudul Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Sensus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), menjelaskan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (EBIT). Karena t hitung nilainya positif, maka modal kerja berhubungan positif terhadap

(18)

profitabilitas. Besarnya modal kerja yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar peluang untuk mendapatkan profitabilitas yang besar. Hasil peneitian ini berarti sesuai dengan teori Bambang Riyanto yang menyatakan bahwa setiap perusahaan tidak tergantung dengan modal kerjanya saja, tetapi ada faktor lain seperti volume penjualan yang bisa mempengaruhi profitabilitas (EBIT) perusahaan.

Peneliti Lutfi Jaya Putra, 2010, (Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma) yang berjudul Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ( Studi Kasus : PT Indofood Sukses Makmur Tbk), menjelaskan bahwa profitabilitas PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dipengaruhi oleh modal kerja. Hal itu ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa elemen elemen modal kerja seperti cash turnover, receivables turnover dan inventory turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (PT. Indofood Sukses Makmur Tbk), dengan taraf signifikansi 5%. Hasil secara parsial antara beberapa elemen modal kerja seperti cash turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, receivables turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan inventory turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

(19)

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Penulis Tahun Variabel X Variabel Y Hasil Penelitian Modal Kerja Tingkat Penjualan Tingkat Penjualan Profitabilitas Yoyon Supriadi dan Ratih Puspitasari (Dosen STIE Kesatuan)

2012 √ - √ √ Modal kerja berpengaruh

yang signifikan terhadap

profitabilitas (laba

operasi) perusahaan PT.

Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. Tingkat

penjualan memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap profitabilitas

(laba operai) perusahaaan

PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk.

Dikti Kusmeidi

Ruwindas

(Tasikmalaya)

2011 √ - - √ Modal kerja berpengaruh

signifikan terhadap

Profitabilitas (ROA).

Andi Rukmana

(Universitas

Siliwangi)

2012 √ - - √ Modal kerja memiliki

pengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas

(EBIT).

Lutfi Jaya Putra

(Universitas

Gunadarma)

2010 √ - .- √ Modal kerja secara

signifikan berpengaruh

terhadap profitabilitas

(20)

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penelitian terdahulu yang terlampir di atas, maka penulis mengambil dugaan atau hipotesis sementaraa sebagai berikut:

”Modal Kerja dan Tingkat Penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan”.

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis Perusahaan Manajemen Keuangan Investment Dividend Financing Income Statement Neraca Laporan Keuangan Sales

Net Working Capital Hutang Lancar Aktiva Lancar Profitabilitas Nilai Perusahaan Operasional ROA Biaya Laba GPM NPM ROE

(21)

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan survey. Menurut Sugiyono (2007:11) metode deskripif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lain. Dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan, menguatkan hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Sedangkan metode analisis verifikatif menurut Iqbal Hasan (2008:11) adalah menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik.

Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan dan keadaan perekonomian Indonesia, kemudian diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, selajutnya dilakukan analisis. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti, yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu digunakan analisis regresi dan korelasi ganda.

(22)

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel pada industri tekstil yang telah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan pustakaloka Universitas Widyatama yang beralokasi di jalan Cikutra-sekejati, Bandung. Adapun penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan selesai.

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu  Penulis  Tahun  Variabel X  Variabel Y  Hasil Penelitian Modal  Kerja  Tingkat  Penjualan  Tingkat  Penjualan  Profitabilitas  Yoyon  Supriadi  dan  Ratih  Puspitasari  (Dosen  STIE  Kesatuan)

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif, teknik analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan kesalahan berbahasa yang

Tahap kedua yang sangat penting untuk menunjang kegiatan pelatihan kesenian gejog lesung pada pemuda pemuda di Dusun Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul adalah

Dari potensi yang ada seharusnya kecamatan pada wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng dapat berkembang dengan merata dan saling menujang antar wilayah, akan tetapi

pendidik untuk:.. a) Semakin memahami peserta didik. b) Bersedia mendampingi perkembangan peserta didik. c) Pendidik dapat menyajikan materi ajarnya dengan lebih baik. d)

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa hasil penjualan dari usaha kerak nasi ini omset yang diterima mengalami perubahan tiap tahunnya bahkan terjadi penurunan pada tahun

Dari pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan tarik dan kekuatan Impak dari komposit berpenguat serat tanaman

Hal ini dibuktikan dengan hasil Discretionary Accrual (DA) selama tiga tahun yang bernilai negatif dan positif, Discretionary Accrual (DA) yang telah dianalisis

Hasil penelitian sebagai berikut terdapat 43 leksem yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam padi; 28 leksem dikategorikan sebagai verba; 15 leksem dikategorikan