• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI IZIN TRAYEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

Menimbang a. bahwa pelayanan jasa angkutan penumpang umum merupakan sarana penunjang dan pendorong pembangunan bidang transportasi perlu diatur melalui pemberian izin trayek guna memenuhi kenyamanan dan keteraturan dalam pelayanan kepentingan umum ;

b. bahwa dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemberian Izin trayek yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dan untuk peningkatan pendapatan asli daerah dipandang perlu meninjau kembali Peraturan Oaerah Kota Oenpasar Nomor 5 Tahun 1999

(2)

Mengingat

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Trayek ;

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 4. Undang-Undang Nomor 18 Ta hun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik

(3)

Indonesia Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

108,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004

Nomor

126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438)

(4)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 ) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambanan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3692);

(5)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA DENPASAR dan

WALIKOTA DENPASAR MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG

RETRIBUSI IJIN TRAYEK BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kota adalah Kota Denpasar.

2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Denpasar. 3. Walikota adalah Walikota Kota Denpasar.

4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Denpasar.

(6)

5. Kartu pengawasan Izin Trayek adalah turunan Ijin Trayek yang diberikan dalam rangka pengawasan dan pengendalian melalui daftar ulang setiap tahun.

6. Ijin Trayek adalah izin yang diberikan kepada penyedia jasa angkutan penumpang umum yang beroperasi didalam wilayah Kota Denpasar.

7. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayan jasa angkutan orang yang mempunyai asal dan tujuan

perjalanan.

8. Kendaraan bermotor umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

9.

Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 10. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian Iingkungan.

11. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

(7)

12. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu tertentu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Kota.

13. Surat Setoran Retribusi daerah, yang dapat disingkat SSRD adalah surta yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi terhutang ke kas daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Walikota. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat

disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retibusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

16. SuratTagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnyadapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang - undangan retribusi Daerah.

18. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan

(8)

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

TRAYEK Pasal 2

(1)

Setiap pengoperasian kendaraan yang melayani angkutan penumpang umum diatur dan ditentukan jenis, warna cat dan trayeknya.

(2) Jaringan trayek angkutan penumpang umum ditetapkan oleh Walikota.

BAB III

PERIJINAN

Pasal 3

(1) Setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan angkutan penumpang umum dalam trayek tetap dan teratur wajib memiliki Izin Trayek yang dikeluarkan oleh Walikota.

(2) Izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam jangka paling lama waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.

(3)

Dalam rangka pengendalian dan pengawasan ijin Trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib didaftar ulang setiap tahun.

(9)

(4) Sebagai tanda telah didaftar ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan Kartu Pengawasan Izin Trayek.

BABIV

TATA CARA DAN PERSYARATAN Pasal4

(1) Permohonan Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Walikota melalui Dinas Perhubungqn.

(2) Permohonan Izin Trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melarnpirkan persyaratan sebagai berikut :

a. identitas pemohon ; b. foto copy STNK ;

c. foto copy Ijin Usaha Kendaraan Bermotor yang masih berlaku.

(3) Dalam rangka daftar ulang Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) wajib mengajukan permohonan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. izin Trayek yang masih berlaku ;

b. bukti Lunas Pajak dan atau Retribusi terkait tahun terakhir;

Pasal 5

Kepala Dinas Perhubungan meriandatangani Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) atas nama Walikota.

(10)

BABIV

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 6

Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Trayek kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu di Kota Denpasar .

Pasal 7

Obyek Retribusi adalah pemberian Izin Trayek untuk menyediakan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang seluruhnya berada di Kota Denpasar.

Pasal 8

Subjek Retribusi adalah orang atau badan hukum yang mendapat Izin Trayek.

BAB VI

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 9

Retribusi Izin Trayek digolongkan sebagai Retribusi Perijinan Tertentu.

(11)

BAB VII

DASAR PENGENAANTARIF RETRIBUSI Pasal 10

Dasar pengenaan tarif retribusi adalah setiap pemberian Ijin Trayek.

BAB VIII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN ARIF

Pasal 11

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian Ijin Trayek.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survei lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan.

BABIX

STRUKTUR DAN BESARNYATARIF RETRIBUSI Pasal 12

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis angkutan penumpang umum dan daya angkut.

(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :

a. kendaraan dengan jumlah tempat duduk sampai dengan 12 (dua be/as) sebesar Rp.

(12)

75.000,-b. kendaraan dengan jumlah tempat duduk 13 (tiga belas) sampai dengan 24 (dua puluh em pat) sebesar Rp.

125.000,-c. tanda daftar ulang Ijin Trayek sebesar Rp.

5.000,-BAB X

WlLAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13

Retribusi yang terutang dipungut di tempat pelayanan Izin Trayek diberikan.

Pasal 14

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI

SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 15

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(13)

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARANDAN PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lama 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 17

(1)

Pengeluaran surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagi awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah

7

(tujuh) hari kerja sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu

7

(tujuh) hari kerja setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal surat teguran atau surat pemungut atau surat lain yang sejenis disampaikan wajib retribusi belum membayar retribusi terutang maka ijin trayek tidak dapat diberikan.

(14)

BAB XIII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 18

(1) atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota.

(2) walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

(15)

Pasal

19

(1)

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Walikota dengan menyebutkan:

a. Nama dan ala mat wajib retribusi ; b. Masa retribusi ;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti Penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.

Pasal 20

(1)

Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ayat(

4),

pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindahan bukuan sebagai bukti pembayaran.

BAB XIV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 21

(1)

Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(16)

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi I antara lain, untuk mengangsur.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB XV

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi , kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) .Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagimana dimaksud

pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran, atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib pajak Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XVI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif oleh Walikota mulai dari teguran sampai dengan penghentian kegiatan dan / atau pencabutan ijin;

(17)

(2) Teguran tertulis sebagaimana yang dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan selang waktu masing-masing maksimall (satu) bulan;

(3) Apabila sampai dengan teguran tertulis terakhir yang bersangkutan tetap tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, dicabut dan atau dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 24

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi admnistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XVII

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 24

(1).Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan

(18)

Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan

keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan dan Retribusi; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat

bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta mela ku kan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi; g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang

seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan pemeriksaan identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah dan Retribusi; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya

(19)

J. Menghentikan penyidikan ;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab.

BAB XIX

KETENTUAN PIDANA Pasal 25

(1)

Setiap orang atau Badan Hukum yang melanggar sebagaimana dimaksud ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama

3

(tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2)

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)

Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka 1. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Denpasar Nomor 14 Tahun 1995 tentang Ijin Trayek Angkutan Penumpang Umum di Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar ( Lembaran Daerah Kotamadya Denpasar Tingkat II Denpasar Nomor 9 Tahun 1999 Seri B Nomor

4).

(20)

2. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Trayek ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar Nomor 12 Tahun 1997 Seri C Nomor 2 ). dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Denpasar

Ditetapkan di Denpasar

pada tanggal 22 September 2005 WALIKOTA DENPASAR,

PUSPAYOGA

Diundangkan di Denpasar pada tanggal 27 Juni 2006

SEKRETARIS DAERAH KOTA DENPASAR,

MADE WESTRA

(21)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI IZIN TRAYEK

1. UMUM

Memperhatikan lajunya perkembangan pembangun di Kota Denpasar, berpengaruh kepada kondisi permintaan jasa pelayanan angkutan penumpang umum yang merupakan bagian dalam rangka menunjang terwujudnya sistem penyelenggaraan lalu Iintas dan angkutan jalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Bahwa pelayanan jasa angkutan penumpang umum merupakan sarana penunjang dan pendorong pembangunan bidang transportasi perlu diatur melalui pemberian Izin Trayek guna memenuhi kenyamanan, ketertiban, keteraturan, dan kelancaran dalam pelayanan kepentingan umum.

Bahwa dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemberian Izin Trayek agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dipandang perlu untuk melaksanakan daftar ulang setiap tahun terhadap Ijin Trayek yang telah dikeluarkan dengan memberikan tanda daftar ulang dalam bentuk Kartu Pengawasan Izin Trayek.· Bahwa berhubung dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk meninjau kembali Peraturan

(22)

Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 1999, tentang Retribusi Izin Trayek yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3Pasal 4 Cukup jelasCukup jelas Pasal

5

Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7

Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9

Cukup jelas Pasal 10

Cukup jelas

(23)

Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas

(24)

Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh di dalam tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa non performing financing tidak berpengaruh signifikan terhadap kegiatan

Unduh audio pelajaran gratis di NHK

P.6/ Menhut-I I / 2007 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Pada Hutan

penggunaan metode mind writing terhadap hasil belajar menulis karangan narasi. sebesar 84.60%, sedangkan sisanya 15.40% ditentukan oleh faktor lain di

Selama proses persalinan di Rs Arofah terdapat penyulit yaitu selama kala I kontraksi tidak teratur dan lemah sehingga dilakukan Oksitosin Drip dan pada saat proses

(3) Persetujuan Prinsip dan Izin Tetap bagi Perusahaan Kawasan Industri yang penanaman modalnya dilakukan dalam rangka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Menimba Isnpirasi dan Gagasan dari Ajaran Iman Kita untuk Mengatasi Ketidakadilan yang Menyebabkan Masyarakat Kita Tidak Dapat Menikmati Situasi yang Damai

Dalam tingkatan ini, tipe sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS) atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem