2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah keteraturan kombinasi dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data yang dikumpulkan, diubah, dan
penyebaran informasi dalam sebuah organisasi. (O’Brien, 2001, p7)
Sedangkan pengertian sistem pada area sistem informasi adalah kumpulan komponen yang saling berhubungan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output melalui proses perubahan yang
sudah diatur. (O’Brien, 2001, p8)
Pendapat lain mengatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (atau mengambil kembali), mengolah, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. (Laudon dan Laudon, 2004, p8)
2.1.2 Sumber Daya Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi terdiri dari sumber daya manusia (end user dan IS specialist), perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan
prosedur), data (data dan pengetahuan), dan jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk membentuk input, pemrosesan, output, penyimpanan,
informasi. (O’Brien, 2001, p11)
Gambar 2.1
Sumber Daya Sistem Informasi (Sumber: O’Brien, 2001, p8) 2.1.3 Kegiatan Dasar Sistem Informasi
Tiga kegiatan sistem informasi menghasilkan informasi yang diperlukan organisasi untuk mengambil keputusan, pengontrolan operasi, menganalisis masalah, dan menciptakan produk baru atau pelayanan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah input, proses, dan output. (Laudon dan Laudon, 2004, p8)
• Input menangkap atau mengumpulkan data mentah dari organisasi atau dari
lingkungan eksternal.
• Proses mengubah inputan mentah tersebut menjadi bentuk yang memiliki arti.
• Output mentransfer informasi yang telah diproses kepada orang atau kegiatan
yang akan menggunakannya.
• Sistem informasi juga memerlukan feedback, yaitu output yang dikembalikan
kepada orang yang tepat di dalam organisasi untuk membantu mereka mengevaluasi atau memperbaiki tahapan input.
People Software Hardware Data Natwork Information System Resource
Gambar 2.2
Kegiatan Dasar Sistem Informasi (Sumber: Laudon dan Laudon, 2004, p9) 2.1.4 Tingkatan Dalam Sistem Informasi
Sistem informasi dibagi menjadi empat tingkat (Laudon dan Laudon, 2004, p39), antara lain :
1. Sistem Informasi Tingkat Operasional (Operational level System)
Sistem Informasi Tingkat Operasional mendukung manajer operasional dengan menjaga aktivitas dan transaksi-transaksi umum dari organisasi, seperti penjualan, pendapatan, penggajian, keputusan kredit, dan arus material dalam perusahaan.
Sistem Pemrosesan Transaksi (TPS) adalah sistem yang terkomputerisasi yang menampilkan dan merekam transaksi rutin sehari-hari yang diperlukan untuk mengendalikan bisnis. Contoh: sistem reservasi hotel, penggajian.
ENVIRONMENT
Supplier Customer ORGANIZATION
Regulatory Agency Stockholder Competitor INFORMATION SYSTEM
Feedback
Input Processing Classify Output
2. Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level System)
Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan mendukung pengetahuan organisasi dan data karyawan. Tujuan dari level sistem ini adalah untuk membantu bisnis perusahaan yang mengintegrasi pengetahuan baru ke dalam bisnis dan membantu pengendalian arus kertas kerja dalam organisasi.
Dalam level sistem ini terbagi dua tipe sistem yaitu KWS (Knowledge Work System) dan OAS (Office Automation System). Sistem KWS membantu pekerja
yang berpendidikan dalam menangani penciptaan dan pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi. Sistem OAS dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan pengolahan data dalam perusahaan seperti pengolahan data, e-mail, sistem penjadwalan.
3. Sistem Informasi Tingkat Manajemen (Management Level System)
Sistem informasi tingkat manajemen ini memantau, mengontrol, membuat keputusan dan mengadministrasikan aktivitas manajer tingkat menengah. Dalam tingkatan ini ada dua tipe, yaitu: Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini menangani dan membantu para manajer menengah untuk menjalankan fungsinya seperti perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan dengan menyediakan ringkasan rutin dan laporan pengecualian. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS) dibuat untuk mendukung manajer dalam mengidentifikasikan masalah yang terstruktur dan semi-terstruktur, pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan data dan analisis model.
4. Sistem Informasi Tingkat Strategi (Stategic Level System)
Sistem Informasi Tingkat Strategi ini mendukung aktivitas perencanaan jangka panjang yang disusun oleh manajer senior. Dalam tingkatan ini, tipe sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS) atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem informasi yang disajikan kepada tingkat strategis di dalam suatu organisasi yang lebih mengarah kepada pengambilan keputusan untuk masalah yang tidak terstruktur melalui bentuk tampilan grafik, tabel, gambar dan fasilitas untuk mengkomunikasikan keputusan yang telah diambil.
Strategic Level System
Management Level System
Knowledge Level System
Operational Level System EIS DSS MIS KWS OAS TPS
Top Managers Executives
Middle Managers Executives Knowledge Workers Operational People Gambar 2.3
Tingkatan sistem informasi dengan kelompok penggunaannya pada masing-masing level. (Sumber : Laudon dan Laudon, 2004, p39)
Dalam level perusahaan memerlukan sistem yang berbeda-beda (lihat
gambar 2.3), oleh karena itu diperlukan sistem yang tepat untuk dapat menangani setiap level (Laudon dan Laudon, 2004, p41-45) sistem tersebut antara lain :
a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem pengolahan transaksi
yang menyajikan informasi mengenai aktivitas dan kegiatan sehari-hari yang terjadi dalam organisasi.
b. Office Automation System (OAS) merupakan suatu sistem yang dirancang
untuk meningkatkan produktivitas dari pengolahan data dalam perusahaan, seperti word processing, electronic mail system, dan spreadsheet.
c. Knowledge Worker System (KWS), sistem yang membantu karyawan dalam
menangani pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi.
d. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang
menangani dan membantu para manajer tingkat menengah untuk menjalankan fungsi perencanaan skema kerja, pengontrolan, pengambilan keputusan, dan menangani masalah yang terstruktur berdasarkan informasi dan laporan sehari-hari.
e. Decision Support System (DSS), berguna untuk mendukung manajer dalam
mengidentifikasi masalah terstruktur dan semi terstruktur, pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan data dan analisis model.
f. Executive Information System (EIS), sistem yang digunakan untuk membantu
para manajer tingkat atas dalam proses pengambilan keputusan yang bersifat tidak terstruktur dengan bantuan gambar (grafik).
2.2 Sistem Informasi Eksekutif 2.2.1 Pengertian Eksekutif
Eksekutif adalah seseorang yang memiliki pengaruh kuat dalam perencanaan strategis dan menerapkan politik dalam organisasi. (McLeod dan Schell, 2001, p321)
Sedangkan dalam pengertian lain, eksekutif adalah orang yang memiliki posisi penting yang mengatur sub unit atau seluruh organisasi dengan tanggung jawab lebih dari satu area fungsi organisasi. (Watson, Houdesmel, dan Rainer, 1997, p40). Biasanya mereka adalah orang-orang pada tingkatan perencanaan strategis yang membuat rencana untuk lima tahun ke depan. Fungsi seorang eksekutif menyangkut seluruh proses manajemen yang terjadi dalam suatu organisasi.
2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Eksekutif
Sistem informasi eksekutif (SIE) adalah sistem informasi pada level strategik dari sebuah organisasi yang didesain untuk pengambilan keputusan yang tidak terstruktur melalui grafik dan komunikasi. (Laudon dan Laudon, 2004, p45)
SIE merupakan suatu sistem terkomputerisasi yang disediakan bagi eksekutif untuk lebih mudah mengakses informasi internal dan eksternal yang relavan dengan faktor penentu kesuksesan (CSF) mereka. (Watson, Houdesmel, dan Rainer, 1997, p3)
SIE juga merupakan sistem yang berbasiskan komputer yang memenuhi kebutuhan eksekutif akan informasi. Sistem ini menyediakan akses langsung dalam laporan manajemen dan juga dirancang agar memenuhi syarat user friendly
didukung oleh tampilan grafik dan menyediakan laporan pengecualian (Excepting Report) dan fasilitas drill down. (Turban dan Rainer, 2001, p329)
2.2.3 Konsep Sistem Informasi Eksekutif
Para eksekutif membangun SIE mereka di atas konsep-konsep dasar manajemen (Mcleod dan Schell, 2001, p331-333), sebagai berikut :
a. Faktor-faktor penentu keberhasilan (CSF-Critical Success Factor); eksekutif
memantau seberapa baik perusahaan berjalan dalam hal tujuannya dan faktor-faktor penentu keberhasilannya.
b. Management by Exception; tampilan layar yang digunakan eksekutif sering
menyertakan management by exception dengan membandingkan kinerja yang
dianggarkan dengan kinerja aktual.
c. Model mental; peran utama SIE adalah membuat sintesis, atau mencarikan data dan informasi berjumlah besar untuk meningkatkan kegunaannya.
2.2.4 Karakteristik Sistem Informasi Eksekutif
SIE memiliki beberapa karakteristik (Turban dan Rainer, 2003, p329-331), yaitu :
1. Drill down
Kemampuan drill down menyediakan detil-detil dibalik informasi yang
diberikan. Misalnya seorang eksekutif memperhatikan adanya kemunduran dalam penjualan perusahaan di dalam laporan mingguan. Maka untuk menemukan penyebabnya eksekutif tersebut akan melihat penjualan pada masing-masing wilayah. Jika salah satu region terlihat bermasalah, eksekutif mungkin ingin melihat lebih detil lagi (penjualan berdasarkan produk atau
karyawan).
2. Critical success factor (CSF)
Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor seperti ini ada pada level perusahaan seperti juga pada level divisi, pabrik dan departemen.
3. Status access
Dengan status akses, setiap saat seorang eksekutif dapat mengakses data atau laporan yang terakhir pada status dari faktor kunci atau faktor lainnya.
4. Trend analysis
Di dalam menganalisis data, sangat penting untuk mengidentifikasi kecenderungannya. Apakah penjualan meningkat? Apakah pangsa pasar meningkat? Eksekutif suka memeriksa kecenderungan yang diwakili oleh perubahan data.
5. Ad hoc analysis
SIE menyediakan kemampuan ad hoc analysis, yang mana eksekutif dapat
membuat permintaan spesifik untuk analisis data. 6. Exception reporting
Laporan pengecualian didasarkan pada konsep manajemen pengecualian, yang mana seorang eksekutif memberi perhatian hanya pada selisih yang signifikan dari standar (kinerja yang sangat baik atau sangat buruk).
7. Intelligent EIS
Pengembangan terhadap Intelligent EIS dilakukan guna menghemat waktu
eksekutif dalam menggunakan drill down, menemukan pengecualian dan
tidak akan kehilangan petunjuk yang penting di dalam sejumlah besar data. 8. Integration with DSSs
SIE berguna dalam mengidentifikasi masalah dan kesempatan, yang mana identifikasi semacam ini dapat difasilitasi oleh sebuah komponen intelijen. Oleh karena itu, banyak vendor software menyediakan SIE/DSS yang
terintegrasi di dalam paket bisnis intelijen mereka. 9. Web-based enterprise systems
Pada saat ini, SIE telah dikembangkan dengan analisis dan presentasi yang saling berhubungan dan multidimensi, akses data yang mudah, tampilan gambar yang mudah, kemampuan menggambar, hypertext, akses intranet.
2.2.5 Keuntungan Sistem Informasi Eksekutif
Beberapa keuntungan SIE yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi bagi eksekutif, yaitu : (Watson, Houdesmel, dan Rainer, 1997, p8-9)
• Mengurangi ketidakefisiensian dan ketidakefektifan informasi yang disajikan kepada eksekutif, baik itu berupa banyaknya kertas yang berarti biaya maupun banyaknya informasi yang terbuang sia-sia.
• Informasi yang tepat waktu dan meningkatkan komunikasi.
• Memiliki akses yang besar ke data-data operasional dan ke database.
• Masalah yang ada dapat ditangani sedini mungkin sebelum menjadi lebih parah dan juga dapat mengidentifikasi kesempatan sedini mungkin.
• Lebih memperhatikan analisis faktor sukses yang kritis untuk mencapai target yang diinginkan.
• Memberikan informasi lebih mengenai lingkungan eksternal.
• Kemampuan untuk menganalisis, membandingkan dan memperhatikan kecenderungan dapat meningkatkan kualitas analisis dan kecepatan pengambilan keputusan dari eksekutif.
• Memberikan pengendalian yang lebih baik terhadap kinerja organisasi.
• Kemampuan untuk drill down dan drill across yang memungkinkan eksekutif
menerima secara cepat tampilan dari informasi yang berhubungan pada tingkat detil yang lebih rendah.
2.2.6 Model Sistem Informasi Eksekutif
Konfigurasi EIS yang berbasiskan komputer biasanya meliputi satu komputer personal. Dalam perusahaan besar PC tersebut dihubungkan dengan
mainframe (McLeod dan Schell, 2001, p330), seperti tampak dalam model EIS
pada Gambar 2.4. Komputer personal eksekutif berfungsi sebagai executive workstation. Konfigurasi perangkat kerasnya mencakup penyimpanan sekunder,
kebanyakan dalam bentuk hard disk, yang menyimpan database eksekutif. Database eksekutif berisi data dan informasi yang telah diproses sebelumnya oleh
komputer sentral perusahaan. Eksekutif memilih dari menu untuk menghasilkan tampilan layar yang telah disusun sebelumnya (preformatted), atau untuk
melakukan sejumlah kecil pemrosesan.
Sistem ini juga memungkinkan pemakai menggunakan sistem pos elektronik perusahaan dan mengakses data dan informasi lingkungan. Dalam beberapa kasus, personil pendukung EIS memasukkan informasi terbaru.
Gambar 2.4 Model EIS
(Sumber : McLeod dan Schell, 2001, p330) Database perusahaan Koleksi perangkat lunak Kotak Surat elektronik Ke workstation eksekutif lain Ke workstation eksekutif lain Database eksekutif Komputer
Personal Permintaan Informasi
Tampilan Informasi Menyediakan informasi perusahaan Berita mutakhir, penjelasan Informasi dan data eksternal Workstation eksekutif Komputer sentral
2.2.7 Perbedaan EIS, DSS, dan MIS EIS DSS MIS Input Informasi Kumpulan data (data eksternal dan internal)
Data sederhana atau database yang besar dioptimasikan untuk analisis data; Data
global dan model analitikal
Kumpulan data transaksi, semua
data organisasi yang ada dan
model yang sederhana Pengolahan Informasi Membuat grafik dan simulasi secara interaktif Membuat analisis dan simulasi sederhana Laporan rutin menyederhanakan model dan analisis sederhana Output Informasi Proyeksi dan untuk menjawab pertanyaan (what if analysis) Laporan-laporan khusus, analisis untuk pengambilan keputusan dan untuk menjawab pertanyaan (what if analysis) Kesimpulan (summary) laporan pengecualian (exception report) User Manajemen tingkat atas Para profesional, para manajer Manajemen tingkat menengah Tabel 2.1
Perbandingan Karakteristik dari Tipe Sistem Informasi (Sumber : Laudon dan Laudon, 2004, p41)
2.3 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (OOA&D)
Merupakan metode analisis dan perancangan yang menggunakan komponen-komponen yang terbagi menjadi kelompok class dan kelompok objek. Tujuan utama
OOA&D adalah untuk merancang sebuah sistem yang berfokus pada fleksibilitas, mudah dimengerti, dan sesuai dengan kebutuhan user. (Mathiassen et al, 2000, p9)
Menurut Mathiassen, perbedaan analisis sistem dan perancangan sistem adalah analisis sistem menjelaskan sistem dari luar sedangkan perancangan sistem menjelaskan sistem dari dalam. Analisis sistem dimulai dari sistem konteks yang disediakan sebagai kebutuhan dasar sistem. Sedangkan perancangan sistem dimulai dari pihak lain yang menggunakan konsep teknik yang telah tersedia sebagai titik awal dan menentukan cara–cara sistem diimplementasikan.
OOA&D menjelaskan empat perspektif utama pada sistem dan konteksnya, yaitu : konteks sistem informasi, bagaimana sistem akan digunakan, sistem secara keseluruhan, dan komponen sistem.
2.3.1 System Definition
System definition yaitu deskripsi singkat dari sistem komputerisasi yang
diungkapkan dengan bahasa sehari-hari. System definition menggambarkan
properti fundamental untuk pengembangan dan penggunaan sistem. (Mathiassen et al, 2000, p24)
2.3.2 Rich Picture
Rich picture merupakan gambaran informal yang menggambarkan
penting akan situasi yang ditentukan oleh ilustrator. Rich picture harus mampu
memberikan gambaran umum tentang situasi yang memungkinkan beberapa alternatif interpretasi. (Mathiassen et al, 2000, p26)
2.3.3 FACTOR
Kriteria FACTOR terdiri dari enam elemen (Mathiassen et al, 2000, p39), yaitu :
• Functionality yaitu fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain.
• Application domain yaitu bagian dari organisasi yang
mengadministrasi, memantau, atau mengawasi sebuah problem domain.
• Condition yaitu kondisi sistem yang akan dikembangkan atau
digunakan.
• Technology merupakan teknologi yang digunakan untuk
mengembangkan dan untuk menjalankan sistem.
• Objects yaitu objek–objek utama pada problem domain.
• Responsibility yaitu tanggung jawab sistem secara menyeluruh dalam
relasi setiap konteks.
2.3.4 Problem Domain
Problem domain menggambarkan tujuan sistem, yaitu bagian dari konteks
yang diatur, diawasi atau dipantau oleh sistem. Analisis problem domain sangat
bahasa untuk menggambarkan kebutuhan sistem.(Mathiassen et al, 2000, p45) Analisis problem domain dibagi ke dalam tiga kegiatan (Mathiassen et al,
2000, p46), yakni:
• Pertama, memilih objek, class, dan event yang akan ditempatkan pada model problem domain.
• Kedua, membangun model yang berfokus pada hubungan struktural antara
class dan objek yang telah dipilih. Hal ini menggambarkan perpindahan dari
objek ke tingkat model.
• Terakhir adalah berfokus pada properti dinamis dari objek-objek yang ada, menggambarkan perpindahan kembali ke tingkat objek.
2.3.4.1 Class
Class didefinisikan sebagai sebuah deskripsi dari kumpulan object.
Sedangkan object itu sendiri merupakan entitas dengan identitas, state, dan behavior. Dalam satu object atau lebih terdapat event. Event merupakan
kegiatan problem domain atau proses yang dialami oleh satu atau lebih object. (Mathiassen et al, 2000, p51)
Gambar 2.5 Class
(Sumber: Mathiassen et al, 2000, p90) Customer
name address balance
2.3.4.2 Structure
• Class structure
Struktur class (Mathiassen et al, 2000, p69) terdiri dari :
- Generalitation adalah class-class umum (super class)
menjelaskan properti umum dalam suatu kelompok dari
class-class khusus (sub class). (Mathiassen et al, 2000, p69)
Class1
Class2 Class3
Gambar 2.6 Generalitation (Sumber : Mathiassen et al, 2000, p69) - Cluster
Cluster adalah kumpulan class yang berhubungan yang
membantu perancang untuk mendapatkan gambaran tentang
problem domain. (Mathiassen et al, 2000, p74) Cluster
memberikan pengertian secara keseluruhan akan problem domain yang disajikan dalam bentuk subdomain yang lebih
kecil.
Gambar 2.7 Cluster
(Sumber : Mathiassen et al, 2000, p74) <<cluster>>
People Owner
• Object Structure
Struktur objek (Mathiassen et al, 2000, p75), terdiri dari : - Aggregation (Mathiassen et al, 2000, p76) adalah objek
yang lebih besar (keseluruhan) terdiri dari sejumlah objek-objek (bagiannya).
Class1
Class2 Class3 Class4
Gambar 2.8 Aggregation
(Sumber : Mathiassen et al, 2000, p76)
- Association (Mathiassen et al, 2000, p77) adalah relasi yang
berada diantara sejumlah objek-objek.
Class1 Class2
* *
Gambar 2.9 Association
(Sumber : Mathiassen et al, 2000, p77)
2.3.5 Application Domain
Application domain adalah sebuah “organisasi” yang mengatur, memantau,
atau mengontrol problem domain. Tujuannya adalah untuk mendefinisikan
kebutuhan akan fungsi dan interface sistem. Application domain berinteraksi
penggunaannya ke depannya. (Mathiassen et al, 2000, p115)
2.3.5.1 Usage
• Actor
Actor adalah user abstraksi atau sistem lain yang berinteraksi
dengan sistem target. Dalam diagram use case, actor
diindikasikan sebagai orang tertentu atau sistem yang muncul dengan peran yang berbeda. (Mathiassen et al, 2000, p120)
• Use Case
Use case adalah pola untuk interaksi antara sistem dan actor
dalam application domain. Use case dapat diinisiasikan oleh
sebuah actor atau oleh sistem target. Use case yang lengkap
menentukan semua kegunaan akan sistem target dalam
application domain. (Mathiassen et al, 2000, p120)
2.3.5.2 Interface
Interface adalah fasilitas yang membuat model sebuah sistem dan
fungsi yang tersedia pada actor. Interface digunakan oleh actor untuk
berinteraksi dengan sebuah sistem. (Mathiassen et al, 2000, p151)
• Diagram sequence
Diagram sequence adalah alat untuk menentukan elemen user interface
dengan menggambarkan model dan fungsi untuk user dengan jelas dan
• Diagram navigasi
Diagram navigasi menggambarkan elemen dari sebuah user interface.
Elemen-elemen tersebut digambarkan secara umum dalam bentuk
prototype atau dalam bentuk lain yang lebih khusus dan detil.
Digambarkan dalam bentuk layar-layar rancangan sistem dan hubungannya. (Mathiassen et al, 2000, p159)
2.3.6 Architecture Design 2.3.6.1 Criteria
Criteria adalah properti yang lebih diinginkan dalam sebuah
arsitektur. Beberapa criteria untuk kualitas software adalah :
Criterion Measure of
Usable Kemampuan sistem dalam beradaptasi dengan
organisasi, tugas yang berhubungan, dan konteks teknikal.
Secure Pencegahan terhadap akses yang tidak dikehendaki
terhadap data dan fasilitas lainnya.
Efficient Eksploitasi ekonomi dari fasilitas technical platform.
Correct Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan.
Reliable Pemenuhan dari kecermatan atau ketelitian yang
dibutuhkan dalam eksekusi suatu fungsi.
Maintainable Biaya dari penempatan dan perbaikan sistem yang
Testable Biaya untuk memastikan sistem yang dikembangkan
akan sesuai dengan yang diharapkan.
Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem yang dikembangkan. Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mencapai pengertian
keseluruhan tentang sistem.
Reusable Potensi untuk menggunakan bagian sistem dalam
sistem lain yang berhubungan.
Portable Biaya dari pemindahan sistem ke technical platform
lainnya.
Interoperable Biaya coupling sistem terhadap sistem lainnya.
Tabel 2.2 Criteria
(Sumber : Mathiassen et al, 2000, p178) 2.3.6.2 Component Architecture
Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari
komponen yang saling berhubungan. Sebuah Component architecture yang
baik membuat sistem lebih mudah untuk dipahami, pengaturan perancangan, dan merefleksikan stabilitas konteks sistem. (Mathiassen et al, 2000, p189)
Berdasarkan definisi di atas, perancangan component architecture
harus digambarkan ke dalam bentuk bagian-bagian program yang saling berkaitan selain program yang sedang dijalankan. Pada dasarnya, terdapat empat komponen, yaitu: model, function, user interface, dan system interface. (Mathiassen et al, 2000, p190,192)
Client-Server Architecture
Arsitektur client-server pada dasarnya dikembangkan untuk
menangani distribusi sistem antara beberapa processor yang terpisah secara
geografis. Jenis arsitektur ini sangat banyak digunakan pada software-software industri. (Mathiassen et al, 2000, p197)
Client Server Architecture U U + F + M Distributed presentation
U F + M Local presentation
U + F F + M Distributed functionallity
U + F M Centralized data
U + F + M M Distributed data
Tabel 2.3 Bentuk Distribusi dalam Arsitektur Client-Server (Sumber: Mathiassen et al, 2000, p200)
2.3.6.3 Process Architecture
Process architecture adalah struktur pelaksanaan sistem yang
terdiri dari proses-proses yang saling berhubungan. Hasilnya berupa diagram deployment yang menggambarkan proses dengan komponen
program rancangan dan objek aktif. (Mathiassen et al, 2000, 209)
2.3.7 Model Component
Model component adalah bagian dari sebuah sistem yang
mengimplementasikan model problem domain. Tujuan dari model component
interface, dan akhirnya ke user dan sistem lainnya. Dalam analisis, model
digambarkan sebagai class diagram yang dikombinasikan dengan diagram statechart untuk setiap class yang ada. (Mathiassen et al, 2000, 236)
2.4 Analisis CSF
Critical success factor (CSF) adalah sejumlah kecil tujuan operasional yang
dibentuk oleh industri, perusahaan, manajer dan lingkungan yang dipercaya dapat menjamin keberhasilan dari sebuah organisasi. (Laudon dan Laudon, 2004, p380)
CSF didefinisikan sebagai salah satu kegiatan perusahaan yang memiliki pengaruh kuat terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. (McLeod dan Schell, 2001, 109)
CSF merupakan metode yang memberikan bantuan bagi manajer dalam mendefinisikan area-area bisnis yang kritis terhadap suksesnya operasi bisnis. Penerapan CSF akan membawa pengaruh pada eksekutif dalam menetapkan aktivitas yang paling penting dan membantu mereka untuk memikirkan lagi kebutuhan akan informasi. Selain itu akan membantu dalam perencanaan dan prioritas pembangunan sistem.
Ada 3 hal yang harus di perhatikan di dalam CSF yaitu : 1. Informasi yang bersifat kritis (Critical Information)
Critical Information adalah informasi yang berhubungan dengan CSF. Informasi ini
dapat diperoleh dari data internal. 2. Asumsi kritis (Critical Asumtion Set)
Critical Asumtion Set adalah anggapan yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dan CSF suatu perusahaan berkembang atau tercapai. Asumsi yang diberikan dapat berubah berdasarkan kondisi atau keadaan tertentu.
3. Keputusan kritis (Critical Decision)
Critical Decision adalah sekumpulan keputusan yang bersifat kritis di dalam
menjalankan suatu perusahaan. Kebanyakan dari keputusan kritis ini digunakan sebagai dasar untuk membangun suatu sistem pendukung keputusan.
2.5 Pemasaran
2.5.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. (Kotler, 2003, p9)
Sedangkan pengertian lain menuliskan bahwa pemasaran adalah kegiatan perorangan dan organisasi yang memudahkan dan mempercepat hubungan pertukaran yang memuaskan dalam lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, pendistribusian, promosi dan penentuan harga barang, jasa dan gagasan. (McLeod dan Schell, 2001, p343)
2.5.2 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. (Kotler, 2003, p19)
Konsep pemasaran telah diekspresikan dengan cara yang beraneka ragam, yaitu : “Penuhilah kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”, “Temukan keinginan dan penuhilah”, “Cintailah pelanggan, bukan produk”, “Lakukan dengan cara anda” (Burger King), “Andalah sang bos” (United Airlines), “Utamakan
orang-orang” (British Airways), “Bermitra untuk mendapatkan laba” (Miliken & Company).
Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen. (Kotler, 2003, p20)
Gambar 2.6 Perbedaan konsep penjualan dan pemasaran Gambar 2.10 Konsep Pemasaran & Konsep Penjualan
(Sumber : Kotler, 2003, p20)
Factory Products Selling and Profit through
promoting sales volume
Starting Point Focus Means Ends
(a) The Selling concept
Target Customer Integrated Profits through
market needs marketing customer
satisfaction
2.5.3 Perencanaan Strategi Pemasaran
Perencanaan strategi pemasaran merupakan suatu proses manajerial dalam mengembangkan dan memelihara keseimbangan antara objektif perusahaan, kemampuan atau keahlian serta sumber-sumber daya perusahaan dan mengubahnya menjadi sebuah kesempatan di dalam pasar. (Kotler, 2003, 118) Tujuan dari perencanaan strategi pemasaran adalah untuk menentukan bisnis dan produk perusahaan sehingga mereka dapat menargetkan keuntungan dan pertumbuhannya di dalam pasar.
Strategi pemasaran merincikan target pasar dan bauran pemasaran yang berkaitan. Strategi pemasaran adalah “gambar besar” yang memperlihatkan hal-hal yang akan dilakukan perusahaan dalam pasar tertentu. Ada dua bagian yang diperlukan:
• Target pasar yaitu sekelompok konsumen yang agak homogen (serupa) yang akan dihimbau perusahaan.
• Bauran pemasaran yaitu sejumlah variabel yang dapat dikendalikan yang digabungkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kelompok target.
2.5.4 Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran dikelompokkan ke dalam empat golongan besar (McLeod dan Schell, 2001, p343), yaitu:
1. Produk (Product); Berkaitan dengan upaya mengembangkan produk yang
tepat bagi target pasar. Penawaran ini dapat mencakup barang fisik, jasa, atau gabungan keduanya.
2. Tempat (Place); Berkenaan dengan upaya menyampaikan produk “yang
tepat” ke tempat pasar target.
3. Promosi (Promotion); Menyangkut kegiatan memberitahukan pasar target
tentang adanya produk yang tepat. Promosi mencakup penjualan perseorangan, penjualan massal, promosi penjualan.
4. Harga (Price); Selain menetapkan produk, tempat, dan promosi yang tepat,
para manager harus memutuskan harga yang tepat. Dalam menetapkan harga mereka harus mempertimbangkan jenis persaingan dalam pasar dan biaya bauran pemasaran secara menyeluruh. Mereka juga harus berusaha mengestimasi reaksi pelanggan terhadap tingkat harga yang mungkin akan ditetapkan. Disamping itu, mereka harus mengetahui praktek yang berlangsung sekarang mengenai imbuhan harga (markups), diskon, dan
berbagai syarat penjualan lain.
2.5.5 Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi pemasaran merupakan suatu sistem berbasis komputer yang bekerja sama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan. (McLeod dan Schell, 2001, p344)
Suatu sistem informasi pemasaran terdiri dari orang-orang, peralatan dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, mengurutkan, menganalisis, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang sesuai kebutuhan, tepat waktu, dan akurat kepada pembuat keputusan pemasaran. (Kotler, 2003, p115)
2.6 Ramalan Penjualan
2.6.1 Pengertian Ramalan Penjualan
Ramalan penjualan mengindikasikan penjualan yang diharapkan terhadap pasar dari produk yang didefinisikan selama periode waktu tertentu. (Cravens, 2003, p106)
2.6.2 Alasan Penggunaan Ramalan Penjualan
Ramalan penjualan diperlukan oleh perusahaan karena setiap kegiatan pembuatan keputusan penjualan di perusahaan memiliki dampak terhadap keadaan perusahaan di masa depan. Perusahaan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki maupun ditingkatkan dari kondisi penjualan perusahaan saat ini.
Oleh karena itu, setiap perusahaan harus merencanakan kondisi-kondisi penjualan di masa depan untuk membantu memastikan target penjualan yang ingin dicapai sehingga mampu bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. (Hanke, 2005, p2-3)
2.6.3 Langkah-langkah Ramalan Penjualan
Adapun langkah-langkah ramalan penjualan adalah: (Hanke, 2005, p5-6)
• Identifikasi masalah dan pengumpulan data
Dalam tahap ini, perusahaan perlu menemukan masalah-masalah yang terjadi pada penjualan, dan mengumpulkan data yang lengkap agar masalah dapat teridentifikasi dengan jelas.
• Manipulasi dan pemilihan data
Dalam tahap ini, data yang telah dikumpulkan diseleksi agar mendapatkan data yang benar-benar relevan dengan masalah yang dihadapi. Data kemudian dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membuat model ramalan penjualan.
• Pembangunan dan evaluasi model
Dalam tahap ini, data yang telah dikumpulkan dan dimanipulasi, diaplikasikan ke dalam model peramalan yang sesuai dengan kondisi perusahaan untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam peramalan.
• Implementasi model
Dalam tahap ini, model yang telah dipilih diimplementasikan langsung terhadap data penjualan, sehingga didapatkan target ramalan penjualan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
• Evaluasi ramalan penjualan
Dalam tahap ini, ramalan penjualan yang telah dibuat dibandingkan dengan kondisi aktual penjulan perusahaan. Dalam proses ini, perusahaan dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat implementasi, sehingga dapat memperbaiki dan menemukan model peramalan penjualanyang cocok.
2.6.4 Metode Peramalan Moving Average
Metode moving average digunakan untuk menggambarkan pendekatan
bahwa jumlah konstanta dari poin data dapat ditentukan dari awal dan rata-rata dihitung untuk observasi yang terbaru. Begitu observasi yang terbaru sudah ada, rata-rata baru dihitung dengan menambahkan nilai terbaru dan mengganti nilai yang lama. Metode moving average kemudian digunakan pada peramalan untuk
periode berikutnya. (Hanke, 2005, p107)
Metode moving average dapat dihitung dengan rumus:
Ŷt+1 = Yt + Yt-1 +... + Yt-k+1 k
Dengan: Ŷt+1 = nilai ramalan untuk periode berikutnya Yt = nilai aktual pada periode t
k = jumlah term dalam moving average
Moving average untuk periode waktu t merupakan rata-rata aritmatik dari k
observasi terbaru. Pada moving average, penjumlahan nilai diberikan pada setiap
observasi. Setiap poin data yang baru dimasukkan ke dalam rata-rata begitu data sudah tersedia, dan poin data sebelumnya ditiadakan. Tingkat respon terhadap perubahan didasarkan pada jumlah periode k, termasuk dalam moving average.
Perlu diperhatikan bahwa teknik moving average hanya digunakan pada
periode k dari data yang diketahui; jumlah dari poin data dalam setiap rata-rata
tidak berubah seperti perubahan waktu. Model moving average tidak mengatasi
tren atau sensasionalitas dengan sangat baik, namun lebih dari metode rata-rata sederhana. (Hanke, 2005, p108)