• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi penuh gaya hidup luar negeri. Pakaian yang terbuka dan minimalis, gaya hidup yang hedonis dan konsumtif, bergaya ala sosialita, dan sebagainya. Proses pengadopsian ini tidak lepas kaitannya dengan media massa, yang menjadi agen informasi budaya global kepada pembacanya. Media turut serta dalam membantu proses masuknya nilai-nilai barat ke dalam tatanan nilai-nilai timur di Indonesia.

Media massa berperan besar dalam pembentukan citra, opini, persepsi, dan lain sebagainya dalam ruang lingkup publik. Salah satu persepsi yaitu mengenai gender. Media massa dapat membuat konstruksi citra sedemikian rupa antara pria dan wanita, yang pada akhirnya dapat menimbulkan wacana mengenai feminitas dan maskulinitas.

Salah satu fungsi media massa secara umum adalah sebagai sarana komunikasi, penanaman nilai-nilai, dan pendidikan, maka sudah seharusnya media massa memberikan informasi yang mendidik, terutama

(2)

2

kaum wanita (Ibrahim dan Suranto, 1998:107). Perkembangan industri media yang semakin meningkat, memunculkan adanya manifestasi ketimpangan atau ketidakadilan gender yang mewarnai perkembangan media massa di Indonesia. Secara sekilas, dapat dilihat bahwa media massa menjadikan perempuan hanya sebagai objek atau komoditas, sehingga tak jarang media hanya menampilkan sisi sensual wanita. Media acapkali menempatkan wanita sebagai sosok yang memiliki posisi tawar yang rendah, lemah, tidak berdaya, dan sebagainya.

Bisa disimpulkan bahwa gambaran wanita di media massa tak jarang timpang. Ibrahim dan Suranto (1998:xxxvii) mengatakan, menurut teori dari para ahli komunikasi feminis, jika antara pengalaman-pengalaman dan makna-makna maskulinitas dan feminitas mengalami konflik, maka nilai maskulinitas cenderung dimenangkan atau dikondisikan untuk menang karena kuatnya dominasi pria dalam masyarakat.

Realitas yang ditampilkan media seringkali tidak sesuai, media tidaklah independen. Wacana dalam media dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, politik, dan budaya. Sehingga, tidak jarang media massa menampilkan apa yang diinginkan dan diharapkan melalui khalayak, guna mempertahankan loyalitas khalayaknya. Jika keinginan khalayak tidak terpenuhi, maka tentunya akan memberikan kerugian pada pihak media. Sehingga media akan berusaha sekeras mungkin untuk

(3)

3

menampilkan apa yang diinginkan khalayak. Keadaan tersebut menggambarkan suatu keterkaitan atau ketergantungan yang kuat antara aspek ekonomi, budaya dan masyarakat. Masyarakat membentuk dan mengembangkan suatu budaya tertentu dan budaya tersebut akan mempengaruhi situasi, kondisi, keadaan, dan perilaku masyarakat.

Majalah merupakan bagian dari media massa. Bagi jutaan pembacanya, majalah merupakan sumber rujukan sehari-hari yang mudah. Majalah membahas berbagai masalah kehidupan mulai dari nutrisi, pengasuhan anak, aneka masalah keluarga dan keuangan, penataan rumah hingga petunjuk-petunjuk redekorasi (Rivers 2008:213). Menurut Rivers (2008:241), dalam penyajian artikel majalah, kebanyakan artikel tersebut mengirim pembaca ke suatu pendapat. Pengelola majalah menyebutnya “ekspose”, meskipun sebagian jurnalisnya sendiri tidak sependapat, karena artikel itu tidak sekedar mengekspos atau memaparkan sesuatu.

Ibrahim dan Suranto (1998:94) mengatakan, sebagai media massa, majalah melakukan penggambaran terhadap pria dan wanita, seperti penggambaran wanita di majalah khusus pria. Wanita ditampilkan sebagai alat jual dan objek jual. Sebagai “alat jual”, wanita umumnya tampil dalam iklan dan promosi pemasaran, sedangkan sebagai “objek jual”, wanita tampil sebagai objek seksual, materi pornografi, dan korban

(4)

4

kriminal. Dalam keduanya, peran wanita tiada lain adalah sebagai “lambang seksual”. Jadi singkatnya, media massa lebih cenderung memperalat daripada menyatakan solidaritas terhadap wanita, karena media massa hidup dalam budaya pria yang paternalistik.

Untuk menciptakan kesetaraan antara feminitas dan maskulinitas tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan dibuatnya majalah khusus wanita. Namun, sayangnya majalah wanita lebih banyak menampilkan gaya hidup, iklan-iklan yang mengedepankan sensualitas wanita. Dari fakta empiris yang didapat oleh Jurnal Studi Gender dan Anak Yin Yang, yang diterbitkan oleh PSG STAIN Purwokerto tahun 2008, mengungkapkan media merekontruksi gambaran wanita ideal dan cantik adalah yang berkulit putih, berambut lurus, dan bertubuh langsing. Bagi yang tidak memenuhi kriteria atau gambaran tersebut, digolongkan sebagai tidak cantik, dan untuk mereka disediakan produk-produk yang dapat mempercantik mereka.

Menurut hasil penelitian Siregar dalam Ibrahim dan Suranto (1998:132), rendahnya jumlah reportase yang berkaitan dengan politik dan ekonomi, dan tingginya reportase menyangkut dimensi sosial dan budaya, serta dimensi pribadi, menunjukkan bahwa majalah wanita yang dikaji tidak menjadikan jurnalismenya sebagai alat bagi kaum wanita dalam menghadirkan diri di kancah struktur sosial. Majalah wanita belum

(5)

5

berperan secara maksimal. Pembatasan yang dilakukannya adalah sektoral: baru menyentuh sebagian kecil kehidupan (Ibrahim dan Suranto, 1998:114).

Menurut Ibrahim dan Suranto (1998:xlvi), muatan majalah-majalah atau tabloid wanita ibukota, ditangkap semacam ideologi yang ditanamkan baik secara halus maupun terang-terangan, yakni ideologi kelas menengah konsumeristik. Di sana segala tata-cara, tata-krama, ritual-ritual pergaulan, dan pola hidup yang ideal, yang menurut apa yang dibayangkan pengelolanya, disodorkan ke hadapan pembaca. Ini tentu berkaitan dengan persoalan status sosial yang dalam masyarakat kita menjadi pertaruhan gengsi hidup. Maka, tak ayal media wanita juga bisa menjadi sarana sosialisasi seseorang untuk „membayangkan‟ dirinya menjadi bagian dari kelas sosial tertentu.

Spesifikasi pers perempuan atau media wanita kini barangkali memang dimaksudkan untuk memenuhi harapan akan penajaman segmen pembaca, namun tidak sedikit yang pada ujungnya hanya ingin merengkuh iklan dan mengkatrol tiras saja. Sehingga, kisah-kisah gebyar yang diadopsi dan diterjemahkan dari pelbagai sumber media luar negeri hanyalah bagian kecil dari berlangsungnya imperialisme budaya (Amerikanisasi, Eropanisasi). Maka, tidak heran jika media wanita bisa terjebak menjadi “dapur umum” tempat wanita-wanita kota

(6)

6

menghabiskan waktu luang dengan membicarakan kegamangan hidup, dan kecemasan mengidentifikasi diri di balik etalase kebudayaan yang menjerat wanita-wanita untuk hidup dalam ilusi dan mimpi-mimpi akan kehidupan yang secara nyata sulit bahkan mustahil untu digapai (Ibrahim dan Suranto, 1998:xlvii).

Dari sekian banyak majalah untuk perempuan di Indonesia, peneliti memilih untuk memfokuskan penelitian ini pada majalah remaja Dipilihnya majalah remaja karena masa remaja adalah masa transisi seorang individu dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja ini, proses penanaman nilai-nilai menjadi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan remaja, karena remaja sedang mencari jati diri dan membentuk konsep diri. Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri, yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Hal ini merupakan bagian penting dari kepribadian seseorang, karena berfungsi sebagai penentu bagaimana sesorang bersikap dan bertingkah laku.

Tak ubahnya dengan wanita masa kini, remaja wanita masa kini pun juga turut mengadopsi nilai-nilai kehidupan di luar negeri. Sering kita jumpai banyaknya remaja wanita Indonesia yang berpenampilan tidak sesuai usia, misalnya dengan bergaya seksi, berpergian dengan

(7)

7

menggunakan pakaian yang minimalis, hedonis dan konsumtif, dan sebagainya, di mana kondisi ini bertolak belakang dengan keadaan remaja wanita di beberapa tahun silam.

Media massa, dalam hal ini majalah, merupakan agen informasi yang memiliki pengaruh besar dan penting terhadap kondisi sosial remaja wanita saat ini, karena majalah merupakan media yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat dan mudah dijangkau. Majalah bertanggung jawab atas proses konstruksi realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya remaja wanita, sehingga majalah bisa menjadi salah satu penyebab terbentuknya fenomena remaja masa kini. Tidak hanya majalah, media massa lain pun juga demikian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis dari Norman Fairclough, hal tersebut dikarenakan Norman Fairclough melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Untuk melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologi tertentu, dibutuhkan analisis yang menyeluruh, mulai dari wacana yang didasarkan pada linguistiknya hingga pada perubahan sosialnya (Eriyanto, 2001:285-286). Teks media melibatkan praktik diskursus yang rumit dan kompleks, praktik wacana iniliah yang menentukan bagaimana teks dibentuk. Maka, jika ada teks media yang merendahkan, memarjinalkan, atau mengkomodifikasikan

(8)

8

wanita, kita harus mencari tahu bagaimana teks tersebut diproduksi dan bagaimana juga teks tersebut dikonsumsi (Eriyanto, 2001:317).

Majalah remaja Kawanku merupakan majalah remaja wanita lokal yang sudah cukup lama terbit di Indonesia dan sangat populer di kalangan remaja, dengan tiras 62.500 ekslempar dan wilayah sebaran seluruh Indonesia. Majalah dengan tagline “Unbeatable Fun Girl” ini terbit pertama kali di Indonesia pada tahun 1970 sebagai majalah sastra untuk anak-anak. Namun, seiring berkembangnya zaman, pada tahun 1990 majalah ini berubah format menjadi majalah remaja, dan memproklamirkan diri sebagai satu-satunya majalah ABG kala itu. Majalah ini terbit berkala secara dwimingguan. Pembaca Kawanku adalah remaja wanita berusia 12-18 tahun, dengan kelas sosial A, B.

Visi Kawanku secara garis besar ingin menjadikan remaja wanita sebagai sosok yang pintar, tangguh, dan aktif. Remaja wanita diajak untuk bersenang-senang, tidak melulu urusan sekolah, tapi juga aktif di luar sekolah. Meski demikian, apakah sebagai majalah remaja wanita,

Kawanku sudah benar-benar mewakili remaja wanita dengan

memperjuangkan gender? Atau Kawanku hanya berorientasi pada kepentingan pasar? Diduga Kawanku masih berkelut dan terjebak dengan kapitalisme media, sehingga belum menyajikan konten yang memperjuangkan gender. Isu-isu yang dibahas dalam Kawanku masih

(9)

9

bersifat umum, dan belum menyentuh lebih dalam isu yang berhubungan dengan perjuangan gender. Selain itu, konten Kawanku masih menempatkan nilai-nilai feminitas di dalamnya, dan sebagian besar lebih bersifat saduran dari bentuk budaya global, sehingga Kawanku cenderung semakin melanggengkan stereotip gender yang melekat pada wanita.

Berangkat dari paparan hal-hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji ideologi gender yang terdapat pada majalah remaja Kawanku.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana ideologi gender yang terdapat dalam Majalah Kawanku jika dianalisis menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ideologi gender yang terdapat dalam Majalah Kawanku jika dianalisis menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough.

(10)

10

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Akademis

1. Menambah kajian media dan gender yang terkait dengan konstruksi remaja wanita dalam pespektif analisis wacana kritis Norman Fairclough.

2. Menambah kajian ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi critical discourse analysis atau analisis wacana kritis,

khususnya mengenai ideologi gender dalam perspektif kritis Norman Fairclough.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Diharapkan secara praktis menambah pemahaman pembaca tentang ideologi gender yang terkait dengan media remaja wanita, salah satunya Majalah Kawanku. 2. Diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

pembaca bagaimana mengaplikasikan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough dalam menganalisis sebuah media remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada cawan petri I, diameter zona hambat yang terbentuk pada area kertas saring ekstrak daun binahong sebesar 10,3 mm 2 , zona hambat

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang Identifikasi Jenis Buah Apel Menggunakan Algoritma K – Nearest Neighbor (KNN) dengan Ekstraksi Fitur Histogram, dapat

Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana transportasi di dalam

bahwa ketentuan mengenai pengujian kendaraan bermotor dan perizinan angkutan penumpang umum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun

Melalui gambar, yaitu apabila seseorang akan membuat cetakan permanen, maka ia akan membutuhkan suatu gambar pedoman dari benda yang akan dibuat dalam proses pengerjaan awal.

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer

Alas dasar pertimbangan tersebut di alas, maka perlu disahkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa sebagai salah

Kandidat entitas merupakan enti- tas yang akan menjadi bagian dari perenca- naan arsitektur perusahaan, sehingga penentuannya dapat didasarkan pada kondisi fungsi bisnis