• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah dan Organisasi Sosial Sebuah Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sekolah dan Organisasi Sosial Sebuah Per"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bidang praktek pekerjaan sosial adalah di bidang pendidikan atau sekolah. Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Pekerja sosial harus mampu bekerja sama dengan personil sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pekerja sosial memberikan perspektif untuk praktek di sekolah yang berfokus pada hubungan antara manusia dan lingkungan sosial mereka sebagai unit analisis utama dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi sosial (Richman, Bowen & Woolley, 2004). Perspektif ini menekankan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk ekosistem anak-anak dan interaksi mereka dengan lingkungannya sebagai tempat mereka hidup dan melakukan fungsi sosialnya.

Pekerja sosial sekolah harus memiliki pemahaman tentang poses kerja kolektif yang mempengaruhi fungsi dan hasil belajar siswa. Misalnya, jika iklim sosial sekolah tidak mendukung kehangatan dan tidak insentif, maka akan menghambat proses belajar dan mengajar di kelas. Pekerja sosial sekolah berada dalam posisi untuk melakukan intervensi secara langsung atau berkolaborasi dengan orang lain untuk mengubah kualitas lingkungan ini.

Sekolah merupakan sistem sosial yang oleh sosiolog disebut sebagai organisasi formal. Hal ini berarti sekolah merupakan sistem sosial yang telah dilembagakan dan memiliki aturan-aturan atau norma-norma tertentu yang diterapkan dan sifatnya mengatur interaksi sosial anggotanya untuk mencapai tujuan. Teori sistem umum memberikan konsep yang berguna untuk memahami dan menganalisis fungsi sekolah dan konteks yang lebih luas di mana mereka berfungsi.

1.2 Rumusan Masalah

(2)

1. Apakah yang dimaksud dengan teori sistem?

2. Bagaimana implikasi teori sistem umum dalam pekerjaan sosial sekolah?

1.3 Tujuan Penulisan

Melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam:

1. Memahami definisi teroi sistem umum

2. Memahami bagaimana imolikasi teori sistem umum dalam praktek pekerjaan sosial sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Sistem Umum

(3)

menyediakan cara yang terorganisir untuk mempelajari sekolah sebagai lingkungan yang dinamis termasuk di dalamnya interaksi antara sekolah dengan berbagai lapisan masyarakat lainnya. Selain itu, teori sistem menggunakan asumsi teori dan konsep-konsep dari paradigma sistem untuk mempelajari makhluk hidup dan hubungan mereka pada berbagai tingkatan (Barker, 1999).

Sistem pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut

1. Bagian dari sistem bersifat dinamis, berinteraksi satu sama lain, saling berhubungan, dan saling tergantung satu sama lain.

2. Suatu sistem dapat tersusun dari beberapa sub sistem, sub sistem dapat tersusun dari beberapa sub-sub sistem yang secara keseluruhan harus dilihat sebagai bagian dari sistem.

3. Setiap sistem memiliki tujuan proses, norma, perangkat peran, struktur sendiri, dan pola-pola tertentu.

4. Sistem pada dasarnya bersifat terbuka (open system) dengan ciri adanya masukan energi, keluaran, proses di dalam sistem, masukan informasi, umpan balik negatif dan sebagainya.

(4)

Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari pembentukan sebuah sistem. Organisasi sosial sebagai sistem terbuka terdiri atas:

1. Input

Input organisasi biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti bahan mentah, manusia, modal, dan informasi. Input dalam sekolah adalah anak-anak yang memiliki berbagai macam tingkah laku dan inilah yang diproses.

2. Proses

Proses merupakan cara untuk merobah input menjadi suatu output. Namun dalam situasi tertentu, proses tidak dapat diketahui secara detail karena transformasi yang dilakukan terlalu kompleks. Kombinasi input yang berbeda, atau urutan pemakaiannya yang berbeda mungkin akan menghasilkan output yang berbeda. Misalnya, banyak pimpinan organisasi tidak dapat menentukan hubungan antara berbagai komponen dari sistem sehingga dia tidak dapat mengerti faktor mana yang dominan dalam mencapai sasaran perusahaan.

3. Output

Output merupakan keluaran yang dihasilkan ke lingkungan, seperti produk, keuntungan, informasi.

4. Feedback atau umpan balik

(5)

melenceng dari rencana yang telah ditetapkan, maka perbaikan bisa segera dilakukan. Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam sistemnya yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari teori-teori sistem guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik manajerialnya

5. Penghubung Sistem

Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi satu masukan (input) bagi subsistem yang lain dan akan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.

6. Boundariess atau batasan sistem

Batasan sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipasang sebagai suatu kesatuan. Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya. Dalam sistem yang terbuka, biasanya batas tersebut fleksibel, berbeda dengan sistem tertutup, batas tersebut kaku

7. Environment

(6)

Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara.

Asumsi utama dari teori sistem umum adalah bahwa semua sistem memiliki tujuan yang terarah. Sebagai suatu sistem sosial, sekolah melakukan usaha bersama untuk mecapai tujuan tertentu.

1. Sekolah Yang Berorientasi Pada Tujuan

Sekolah merupakan sistem sosial yang terdiri atas siswa, guru, dan bagian administrasi.Contoh paling sederhana dari sebuah sekolah sebagai sistem sosial adalah sebuah sekolah yang terdiri dari siswa, guru dan sebuah administrasi. Edgar Schein (1985) menguraikan dua tujuan utama dari sistem sosial, seperti sekolah yang berinteraksi dalam keadaan yang sangat interdepent :

a. Adaptasi eksternal, yang membahas misi dan tujuan dari sistem b. Integrasi internal, yang membahas fungsi sistem internal.

Sekolah untuk mencapai misi yang telah ditetapkan perlu adanya komitmen ikatan internal dengan dukungan, kekompakan, ataupun kepedulian dari semua bagian dari sistem. Sedangkan menurut Schen, integrasi internal itu sendiri didorong oleh tingginya tingkat adaptasi eksternal atau keberhasilan kinerja. Dalam konteks penanganan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, sistem sosial mengembangkan batas-batas kelompok yang mendefinisikan orang dalam dan orang luar serta aturan atas perilaku yang mengatur tentang interaksi mereka.

Organisasi dalam lingkup sekolah merupakan sistem sosial yang berorientasi pada tujuan. Sekolah berfungsi sebagai organisasi pembelajaran yang dijalankan secara fleksibel dimana pembuatan keputusan dilakukan secara desentralisasi, menerima percobaan belajar, dan memfokuskan tujuan yang direalisasikan dalam beberapa bidang prioritas yang utama, serta tetap terbuka terhadap cara kerja baru dalam konteks tujuan organisasi.

(7)

kepentingan dalam merencanakan keberhasilan serta melaksanakan dan mengevaluasi strategi untuk mencapai tujuan kinerja. Pada intinya organisasi tidak hanya mencakup para pegawai, tetapi juga mereka yang mendapatkan pelayanan dari organisasi termasuk di dalamnya siswa, orang tua dan anggota masyarakat.

2. Subsistem

Subsistem merupakan pembagian divisi kerja dan dirancang untuk meningkatkan adaptasi eksternal dan integrasi internal sistem sosial. Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya sebagian besar tergantung pada pengaruh fasilitas beberapa subsistem, yang meliputi ruang kelas, guru dan pekerja sosial yang dirancang untuk mencapai ketertiban dan organisasi dalam menghadapi tuntutan lingkungan.

Komponen subsistem biasanya tidak semua memiliki kekuatan yang sama. Beberapa individu dan subkelompok memiliki kekuatan yang lebih besar daripada yang lain. Dengan kekuasaan, berarti kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dan untuk mempengaruhi tindakan dan perilaku orang lain. Seperti bisnis, sistem sosial sekolah sistem sosial biasanya memiliki hirarki. Kepala sekolah dan tim manajemennya adalah pemimpin pemberian sanksi di sekolah. Guru dan staf profesional lainnya, seperti pekerja sosial sekolah, beroperasi di bawah otoritas kepala sekolah dan tim manajemennya. Dan siswa berada di tingkat paling bawah dan memiliki pengaruh yang lebih dan kontrol atas keputusan dan untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang terbatas

Mengingat hampir tidak ada suatu masalah yang berdiri sendiri, maka semua pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi diharapkan perlu menggunakan pendekatan yang menyeluruh dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam menentukan tujuan, mengalokasikan sumber daya, dan membuat perencanaan. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan harus memperhatikan semua faktor yang terkait dan keputusan yang diambil harus ditekankan kepada upaya untuk mencapai kinerja dari keseluruhan (sistem) organisasi bukan hanya kinerja dari salah satu bagiannya.

(8)

sebagai suatu sistem sosial. Input dan proses, bagaimanapun, adalah terkait dengan proses operasional seluruh sekolah. Murid dan guru memasuki dan meninggalkan ruang kelas, materi dan fasilitas fisik yang disediakan, bahkan hubungan sosial diatur dalam norma-norma kelas serta produk dari sekolah yang lebih besar, kawasan sekolah dan lembaga pendidikan. Sebaliknya, sistem sosial kelas terdiri dari jaringan interaksi dan hubungan yang rumit seperti pengaturan fisik tempat duduk, status hierarki, perbedaan ras, struktur kewenangan, dan perbedaan dalam sejarah pembelajaran, kemampuan, jenis kelamin, dan usia.

3. Supra sistem

Sekolah merupakan sistem yang terbuka dan beroperasi dalam konteks yang lebih besar dimana mereka melakukan pertukaran materi, energi, dan informasi melalui proses umpan balik secara formal dan informal. Pada umumnya istilah sistem lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor fisik dan sosial yang merupakan batas luar suatu sistem dan memberikan pengaruh pada sistem. Tiga tingkat pengaruh eksternal yang dibahas di bawah ini menyediakan konteks bagi kinerja sekolah:

a. Tingkat Kabupaten

Biasanya, sekolah beroperasi di kompleks yang lebih besar dari unit sekolah dan masing-masing dengan administrator dan staf pengajar sendiri yang dibantu oleh kader sistem administrasi yang luas. Dalam sistem modern yang kompleks, kader administrasi ini terdiri dari kepala administrasi (pengawas) yang bertanggung jawab untuk semua staf langsungnya dan arah kegiatan sistem. Reformasi Sekolah di tingkat kabupaten dapat berfokus pada kebijakan tentang alokasi sumber daya yang terbatas untuk setiap sekolah, termasuk keputusan tentang perbandingan siswa dan guru serta pekerja sosial sekolah.

b. Tingkat Masyarakat Lokal

(9)

infrastruktur fisik, kualitas dan jenis sumber daya masyarakat, profil demografi dan sosial masyarakat yang bervariasi sesuai dengan kelas sosial, usia, dan komposisi rasial dan etnis, norma-norma masyarakat berpengaruh pada struktur organisasi dan fungsi sekolah (Arum, 2000; Furstenberg & Hughes, 1997). Sebaliknya, pengusaha, tempat ibadah, tetangga, keluarga, kelompok sebaya, serta lembaga masyarakat publik dan swasta termasuk sekolah merupakan bagian dari ekosistem masyarakat setempat.

Fokus dari perspektif teori sistem umum adalah efek dari fitur struktural (misalnya, ketersediaan dan akses untuk mendukung layanan dan program) dan proses kolektif (misalnya pola perilaku) pada masyarakat dan sekolah terkait dengan hasil sekolah. Reformasi Sekolah di tingkat masyarakat lokal dipusatkan pada perhatian untuk membangun dan memperkuat jaringan hubungan antar lembaga dan anggota masyarakat yang mendukung prestasi belajar siswa (Timpane & Reich, 1997).

c. Tingkat Institutional

Konteks ini lebih luas dibanding proses dan struktur masyarakat setempat. Namun lebih didefinisikan sebagai bidang organisasi. Hal ini berarti bahwa bidang ini dipengaruhi oleh praktek dan kebijakan masyarakat lokal dan juga tingkat sekolah. Reformasi Sekolah dari perspektif non istitutional membahas kekuatan-kekuatan politik, sosial dan profesional yang lebih besar. Kekuatan tersebut membentuk struktur peluang dan lingkungan normatif bagi keberhasilan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui proses dan struktur masyarakat.

2.1 Organisasi Sosial

(10)

kolektif, seperti harapan untuk tanggung jawab sosial dan saling mendukung satu sama lain, serta memperluas nilai-nilai bersama yang mendukung standar-standar dan norma-norma.

Organisasi sasial sebagai sebagai sebuah sistem memiliki bagian-bagian antara lain:

1. Individu dalam organisasi.

Adanya individu/orang dalam organisasi menyebabkan organisasi dapat beraktivtas. Individu mempunyai latar belakang, sikap, motivasi yang berlainan dan bersama-sama, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Individu dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.

2. Aspek formal dari organisasi. Setiap organisasi selalu tersusun berdasarkan prinsip, peraturan, dan prosedur tertentu untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik dan ini berkaitan dengan formalisasi organisasi.

3. Aspek informal dari organisasi Interaksi sosial antar individu dalam organisasi menghasilkan berbagai bentuk hubungan sosial yang tidak selalu formal sifatnya. Perilaku sosial yang spontan ini kemudian memiliki pola tertentu sehingga memunculkan kelompok informal dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi.

4. Status dan peran dalam organisasi Setiap organisasi memiliki sistem hirarki/sistem berjenjang yang membentuk piramida yang dapat menunjukkan posisi sosial individu dalam organisasi dan meberikan peran dan status tertentu.

(11)

Teori sistem umum mengatakan bahwa organisasi sebagai suatu set bagian-bagian yang kompleks yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah agar dapat mencapai tujuannya. Suatu perubahan atau pengaruh pada suatu komponen akan mempengaruhi kepada komponen sistem yang lainnya. Organisasi sebagai sistem terbuka adalah organisasi yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain organisasi yang menerima masukan dari suatu sistem dan melepaskannya kepada sistem yang lain. Organisasi merupakan suatu sistem terbuka karena selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisai.

Organisasi sosial memiliki tiga konsep penting. Yang pertama bahwa organisasi sosial bukan milik individu, tetapi merupakan properti yang muncul dan milik kolektif dari suatu sistem sosial yang dikaitkan dengan hasil individu maupun kolektif. Properti yang muncul dari organisasi sosial dituangkan dalam konsep yang utuh dari teori sistem umum. Kedua, konsep organisasi sosial berkaitan erat dengan konsep integrasi internal sebagai tujuan penting dari sistem sosial. Integrasi internal atau kohesi kelompok dianggap sebagai komponen organisasi sosial yang merupakan konsep yang lebih luas dan lebih menyeluruh. Ketiga, sangatlah penting untuk membedakan struktur sosial dari proses sosial.

(12)

organisasi sosial dengan proses organisasi sosial di sekolah. 1. Sekolah

`Penelitian yang dilakukan Coleman dan rekan-rekannya (1966) mengenai kesenjangan prestasi akademik di seluruh kelompok ras/etnis dan sosial ekonomi menjadi titik awal yang baik dalam membahas bagaimana proses organisasi sosial mempengaruhi hasil siswa. Mereka menemukan bahwa pendidikan dan pengalaman seorang guru dalam mengajar dan sumber daya sekolah misalnya fasilitas fisik, kurikulum, dan anggaran persiswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dari perspektif teori sistem umum, peneliti mencoba untuk mengidentifikasi throughputs yang menghubungkan input pendidikan, seperti rata-rata murid per kelas dan output pendidikan, seperti prestasi siswa (Shouse, 2002).

2. Tekanan Akademik dan Kesadaran Masyarakat

Shouse mendefinisikan tekanan akademik sebagai sejauh mana organisasi sekolah yang didorong oleh nilai-nilai berorientasi terhadap prestasi, tujuan, dan norma-norma. Menurut Shouse, sekolah dengan tekanan akademis yang tinggi memberikan siswa berbagai kursus yang beragam dan menantang, memperhatikan dan menghargai kinerja yang tinggi, mengharapkan siswa untuk menghadiri sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang lengkap, menyediakan lingkungan yang menarik dan aman bagi siswa, dan memiliki guru yang menggunakan strategi pengajaran yang inovatif, membuat tugas yang bermakna dan penuh tantangan, serta memiliki harapan yang tinggi untuk kinerja dan belajar siswa.

Definisi dari kesadaran masyarakat cukup abstrak dan sulit dipahami. Ciri yang paling utama adalah semangat kepedulian yang kuat dari masyarakat yang mengatur interaksi sosial di dalam dan di antara semua tingkat organisasi sekolah. Sedangkan ciri utama masyarakat itu adalah adanya hubungan antara guru dan siswa, misalnya sejauh mana para siswa menghormati dan menganggap guru peduli tentang mereka serta menghargai mereka sebagai individu (Bowen, Rose, & Bowen, 2005).

(13)

sosial dan berbagi kegiatan yang menawarkan kesempatan untuk interaksi sosial dan memperkuat norma-norma komunal. Di sekolah, bukti adanya kedua komponen tambahan komunalitas yaitu adanya kristalisasi dari nilai-nilai dan norma pada kalangan orang dewasa di sekolah tentang tujuan akademik dan prioritas sekolah, serta semua siswa didorong dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh pada kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Royal dan Rossi (1997) melihat penghargaan terhadap keragaman sebagai komponen tambahan pada kesadaran masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shouse (1997) menunjukkan adanya hubungan yang lebih komplek antara kedua ciri dari organisasi sosial tersebut terhadap prestasi siswa. Dari diskusi ini, kami berasumsi bahwa para siswa akan berprestasi tinggi di sekolah dengan tekanan akademik yang tinggi dan kesadaran yang tinggi dari komunitas. Di sisi lain, kita akan berasumsi bahwa prestasi siswa akan terendah di sekolah di mana tekanan akademik dan kesadaran komunitas keduanya rendah.

3. Masyarakat

Proses organisasi sosial juga dapat diteliti di masyarakat dimana sekolah itu berada. Meskipun sekolah merupakan cermin dari masyarakat yang lebih luas dimana mereka menjadi bagiannya, peneliti dan praktisi sering memperlakukan sekolah seolah-olah mereka picik. Terlepas jarak yang ditempuh dari rumah ke sekolah dan sejumlah lokasi dari mana para siswa tinggal, dari perspektif teori sistem umum, materi transportasi, informasi dan energi para siswa melintasi batas-batas dari sistem di mana mereka berpartisipasi. Peristiwa dan situasi dalam satu lingkungan berimplikasi untuk peristiwa dan situasi dalam pengaturan lainnya.

(14)

pekerjaan sosial. Pekerja sosial saat ini menyadari bahwa sekolah tidak dapat mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi oleh banyak siswa yang berhasil secara akademis di sekolah (Bowen & Richman, 2002).

4. Kontrol Sosial dan Dukungan Sosial

Kontrol sosial dan dukungan sosial merupakan proses yang saling terkait dengan organisasi sosial di lingkungan. Lingkungan didefinisikan dari perspektif geografis sebagai pengaturan tata ruang di mana anak-anak dan remaja berada. Definisi ini sejalan dengan yang diusulkan oleh Sampson, Raudenbush, dan Earls (1997) bahwa lingkungan merupakan kumpulan orang dan lembaga yang menduduki subbagian dari komunitas yang lebih besar.

Penelitian oleh Bowen, Bowen & Cook (2000) dan Brodsky (1996) menyatakan bahwa hidup di lingkungan dengan karakteristik yang membahayakan, seperti kejahatan dan kekerasan serta perilaku negatif remaja, dapat meningkatkan tingkat keterisolasian sosial antara penduduk dan mengurangi pola dukungan pertukaran dan hubungan timbal balik. Pada dasarnya, tingginya tingkat kejahatan dan kekerasan masyarakat tidak hanya meluas langsung ke sekolah dan meningkatkan kemungkinan kekerasan dan kejahatan sekolah, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap keterlibatan pendidikan dan prestasi akademik siswa yang tinggal di komunitas tersebut.

N. K. Bowen et al. (2002) melaporkan di lingkungan yang mengalami disorganisasi sosial (seperti kurangnya dukungan tetangga, perilaku rekan negatif, dan kejahatan dan kekerasan) memberi efek negatif yang kuat pada laporan pendidikan perilaku positif, termasuk nilai bagi siswa sekolah menengah dan tinggi. Lingkungan yang mengalami disorganisasi sosial tidak hanya memiliki dampak langsung pada perilaku pendidikan siswa tetapi juga memiliki dampak tidak langsung melalui pengaruh negatif terhadap perilaku keluarga yang mendukung. Darling & Steinberg (1997) menduga bahwa siswa yang berfungsi baik dengan lingkungannya mendapat manfaat lebih dari hubungan dengan rekan mereka dan cenderung menguatkan dan mendukung dalam lingkungan.

(15)

mendidik anak-anak dan remaja, memerlukan intervensi yang menargetkan beberapa lingkungan di mana siswa dan keluarga mereka tinggal dan bekerja. Pekerja sosial sekolah dapat bekerja sama sebagai mitra dengan lembaga-lembaga penegak hukum dan kelompok-kelompok lingkungan untuk mengembangkan strategi dalam meningkatkan keamanan lingkungan. Pekerja sosial sekolah dapat bekerja sebagai katalisator dalam mendukung pemangku kepentingan sekolah dan masyarakat dalam mensponsori dialog masyarakat untuk tujuan memperkuat hubungan masyarakat dan menggerakkan upaya masyarakat atas nama anak-anak dan remaja.

2.2 Implikasinya Bagi Praktik Pekerjaan Sosial Di Sekolah

Pendekatan sistem merupakan suatu metode ilmiah, dimana proses pencapaian hasilatau tujuan logis dari pemecahan masalah dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.

Sekolah dalam mencapai tujuan akademik selalu menemukan permasalahan-permasalahan seperti mahasiswa yang terlalu banyak, ketidaksiapan dan sakit dan tantangan-tantangan lain seperti mahasiswa dengan realitas ekonomi dan sosialnya. Jika pekerjaan sosial memberikan kontribusi untuk memecahkan tantangan yang dihadapi oleh sekolah bangsa kita, maka intervensi sosial perlu menargetkan poin maksimal dari organisasi sosial di sekolah dan masyarakat.

(16)

masyarakat setempat.

Sebuah tantangan khusus bagi pekerja sosial sekolah adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk bekerja secara efektif sebagai agen perubahan dalam birokrasi yang sangat terpusat dalam mengembangkan jenis dari struktur administrasi dan dukungan yang mengoptimalkan persiapan siswa untuk peran orang dewasa. Efektivitas dalam peran mereka sebagai agen perubahan juga mensyaratkan bahwa praktek pekerja sosial sekolah pada masyarakat yang lebih luas, termasuk lingkungan di mana siswa dan keluarga mereka berada. Pekerja sosial sekolah harus memahami bahwa individu dan keluarga, sekolah dan masyarakat berbeda dalam profil mereka baik demografis maupun sosial serta memiliki irama perkembangan yang harus dihargai dalam rancangan intervensinya (Grup Harwood, 1999).

Dari perspektif teori sistem umum, proses organisasi sosial di sekolah dan masyarakat tidak ada yang terjadi secara bebas dari struktural dan institusional. Pekerja sosial sekolah dapat mempengaruhi proses organisasi sosial melalui intervensi struktural, seperti advokasi untuk sekolah kecil atau untuk awal pengembangan masyarakat di lingkungan yang secara ekologis kurang beruntung. Sebagai pegawai sekolah dan sebagai advokat atas nama siswa dan keluarganya, pekerja sosial sekolah memiliki peran penting dalam perdebatan tentang reformasi sekolah dan tentang rancangan dan pelaksanaan intervensi untuk mengatasi kebutuhan dukungan dari siswa dan keluarganya.

(17)

jawab pekerja sosial sekolah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori sistem umum menawarkan pekerja sosial sekolah sebuah perspektif yang familiar. Dari perspektif ini, sekolah harus dipahami sebagai sistem dinamis yang tertanam dalam pengaturan kelembagaan dan komunitas yang lebih besar. Konsep organisasi sosial memberikan pekerja sosial sebuah langkah awal untuk praktek yang fokus pada orang dan proses kolektif. Penemuan yang disajikan dalam bab ini jelas mencatat bahwa proses kolektif di sekolah dan masyarakat dapat mengalahkan dampak yang merugikan dari lngkungan.

(18)

sekolah menghubungkan pelayanan di sekolah-sekolah pada koordinasi dan penyampaian pelayanan dukungan untuk siswa ( Jozefowich-Simbeni & Allen-Meares, 2002) juga merupakan topik penting dari diskusi ini. Tujuan dari bab ini menggambarkan mengenai penerapan teori sistem umum bukan pada komprehensif atau definitif.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa pada indikator sikap terhadap 24 responden, yang tergolong tergolong kategori setuju sebanyak 45,83%,

Pendapat lain yang mendukung hal tersebut datang dari Nurdin (2011) dalam jurnal penelitiannyanya yang menyatakan bahwa jika semakin lengkap fasilitas belajar

Neptunus memiliki jarak yang sangat jauh terhadap matahari, sehingga suhu permukaan yang sangat rendah tidak memungkinkan organisme dapat tumbuh subur5. Hukum I Keppler

DALAM USAHA MENGATISIPASI TERJADINYAKREDIT BERMASALAH (Studi Pada PT.. Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk. Kantor

Zat pewarna ini mengandung seng (Zn) tidak lebih dari 50mg/kg dan mengandung timbal (Pb) kurang dari 2mg/kg. Melalui pengeringan pada suhu 135 o C, terjadi kehilangan bahan kurang

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlindungan penyidik dalam penyidikan menggunakan Undang Undang No.3 Tahun 1997 dan Hasil penyidikan menggunakan Undang Undang No.11 Tahun

 Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir

Berikut ini adalah hasil rata-rata pada shampoo anti ketombe ekstrak kulit lemon berdasarkan uji sifat fisik yang meliputi warna, aroma, kekentalan, daya buih,