• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Kognitif Sosial Page 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Teori Kognitif Sosial Page 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Kognitif Sosial

Page | 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara berkelanjutan. Menurut pengertian tersebut, jelaslah bahwa kegiatan belajar dapat berlangsung sepanjang waktu dalam hidup individu. Ketika individu belajar, terjadi sebuah proses yang sangat kompleks pada dirinya. Hasil dari belajar sendiri memberi pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman selama di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya seseorang yang belajar naik sepeda, ketika selesai belajar maka ia akan memiliki keterampilan bersepeda sepanjang hidupnya. Setiap individu mempelajari berbagai macam hal, dari hal-hal kecil, seperti belajar untuk bisa naik sepeda sampai mempelajari hal-hal besar seperti belajar agar bisa menjadi seorang pilot. Individu dapat melakukan kegiatan belajar dimana saja dengan berbagai macam cara. Namun pada umumnya orang tua pasti memasukkan anak-anaknya pada lembaga-lembaga tertentu untuk menunjang pembelajaran yang efektif untuk anak mereka. Salah satu lembaga utama yang menunjang pembelajaran individu secara efektif dan yang paling umum dilakukan semua orang adalah di sekolah.

Pada dasarnya semua orang pasti setuju bahwa salah satu fungsi penting dari sekolah adalah membantu murid untuk belajar. Namun, setiap orang juga mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai cara yang dianggap efektif untuk mendidik. Tidak ada kesepakatan utama mengenai cara mendidik yang terbaik. Di dalam Psikologi pendidikan sendiri, proses pembelajaran dijadikan sebagai fokus utama. Terdapat bererapa pendekatan dalam Psikologi Pendidikan yang digunakan untuk mengetahui cara belajar yang efektif agar pembelajaran dapat mengarahkan individu kearah yang lebih baik secara optimal.

Agar suatu pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif dan memberi dampak yang baik bagi individu, maka pendidik perlu memahami

(2)

Teori Kognitif Sosial

Page | 2 teori-teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam proses pembelajaran.

Salah satu teori pembelajaran yang dapat digunakan adalah teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura.

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyebutkan bahwa faktor sosial, kognitif, dan faktor perilaku memainkan peran penting terhadap pembelajaran. Jadi, menurut teori ini keadaan sosial dimana individu tinggal, kepercayaan-kepercayaan tertentu dapat memengaruhi hasil belajar.

Selanjutnya, di bawah ini kami akan membahas lebih dalam mengenai teori kognitif sosial (social cognitive theory), sebuah teori yang mengupas perspektif yang dapat membantu kita memahami apa dan bagaimana orang belajar dengan mengamati orang lain dan bagaimana dalam proses itu, seseorang dapat mengendalikan perilakunya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa kemampuan kognitif dasar yang dimiliki manusia?

2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif sosial?

3. Jelaskan model kerangka pemikiran teori kognitif sosial dalam pembelajaran?

4. Apa yang dimaksud dengan observational learning?

5. Jelaskan sumber dan peran motivasi dalam pembelajaran menurut teori kognitif sosial!

6. Jelaskan konsep Self-Efficacy?

7. Jelaskan konsep Self-Regulation?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini akan menyajikan prinsip-prinsip teori kognitif sosial yang mencakup:

1. Lima kapabilitas kogntif dasar yang dimiliki manusia

2. Menjelaskan konsep teori kognitif social dalam pembelajaran.

3. Model kerangka pemikiran teori kognitif dalam pembelajaran 4. Memberikan penjelasan mengenai observational learning.

(3)

Teori Kognitif Sosial

Page | 3 5. Menjelaskan sumber dan peran motivasi menurut teori kognitif social 6. Menjelaskan Self-Efficacy, konsep Self-Efficacy, dan sumbernya menurut

teori kognitif sosial.

7. Menjelaskan konsep Self-Regulation dalam teori kognitif social.

(4)

Teori Kognitif Sosial

Page | 4 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Kognitif Dasar Manusia

Berikut ini adalah lima kemampuan kognitif dasar yang merupakan karakteristik manusia.

1) Symbolising capability.

Manusia memiliki kemampuan untuk mentransformasikan pengalaman- pengalamannya menjadi simbol-simbol dan kemampuan untuk memproses simbol-simbol ini. Mereka dapat menciptakan ide-ide yang melampaui pengalaman penginderaannya. Kenyataan bahwa manusia memiliki kemampuan simbolisasi tersebut tidak berarti bahwa mereka selalu rasional. Hasil pemikiran itu dapat baik ataupun buruk, tergantung pada seberapa baik keterampilan berpikir orang itu dan tergantung pada kelengkapan informasi yang dimilikinya.

2) Forethought capability.

Sebagian besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran antisipatifnya bukan oleh reaksinya terhadap lingkungannya. Orang mengantisipasi konsekuensi perbuatannya dan menentukan tujuannya sendiri.

Pemikiran ke depan ini bukan akumulasi konsekuensi-kosekuensi terdahulu, melainkan hasil pemikiran.

3) Vicarious capability.

Hampir seluruh kegiatan belajar pada manusia itu bukan melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya terhadap perilaku orang lain beserta konsekuensinya. Belajar melalui pengamatan ini memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai keterampilan. Keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbahasa, demikian kompleksnya sehingga tidak mungkin dapat dipelajari tanpa penggunaan modeling.

4) Self-regulatory capability.

Manusia mengembangkan standar internal yang dipergunakannya untuk mengevaluasi perilakunya sendiri. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri ini mempengaruhi perilaku

(5)

Teori Kognitif Sosial

Page | 5 5) Self-reflective capability.

Kemampuan refleksi diri ini hanya dimiliki oleh manusia. Orang dapat menganalisis berbagai pengalamannya dan mengevaluasi apakah proses berpikirnya sudah memadai. Jenis pemikiran yang paling sentral dan paling mendalam yang terjadi dalam refleksi diri ini adalah penilaian orang tentang kemampuannya sendiri untuk mengatasi berbagai macam realitas.

Kemampuan kognitif dasar manusia diatas merupakan factor kunci sumber tindakan manusia (human agency). Human agency yang dimiliki manusia merupakan kapasitas untuk mengarahkan diri sendiri melalui control terhadap proses berpikir, motivasi, dan tindakan diri sendiri. Lima kemampuan dasar dari kognitif manusia ini dianggap unsur yang penting dalam teori kogntif social sebab teori kognitif social didasarkan pada pengakuan peran penting pembelajaran pengamatan (observational learning dan pembelajaran mandiri).

2.2 Konsep Teori Kognitif Sosial

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Asal mulanya teori ini disebut learning, yaitu belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar pemikirannya adalah belajar dengan cara mengamati perilaku individu. Dan sebagian perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain yang disajikan sebagai model.

Menurut teori belajar social, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih

Berdasarkan pernyataan diatas konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar dengan mengamati. Semua informasi yang dipelajari dan kita peroleh berasla dari interaksi kita dengan orang lain. Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan

(6)

Teori Kognitif Sosial

Page | 6 seorang individu, misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis(Baran & Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses peniruan interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue bika dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski demikian tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak, meski contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments" -- imbalan dan hukuman- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial.

Dari penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:43).

(7)

Teori Kognitif Sosial

Page | 7 2.3 Kerangka Pemikiran Teori Kognitif Sosial dalam Pembelajaran 2.3.1 Interaksi Reciprocal (Reciprocal Determinism)

Interaksi reksiprokal menjelaskan bahwa ada tiga faktor penting yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Bandura berpendapat bahwa sesorang berperilaku tentu karena adannya interaksi antara orang, lingkungan, dan perilaku orang tersebut, menghasilkan perilaku berikutnya. Dari konsep ini bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan, atau lingkungan atau orang mempengaruhi perilaku.

Gambar 2.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan Lingkungan belajar (Learning environment) menurut Bandura.

2.3.2 Vicarious Learning dan Enactive Learning

2.3.2.1 Vicarious Learning (Belajar Melalui Pengamatan)

Belajar termotivasi oleh harapan bahwa meniru model dengan baik akan menuju reinforcement. Pelajar berperilaku karena melihat perilaku orang lain yang diberi penguat, di mana perilaku orang lain tersebut merupakan pengalaman yang dialami oleh orang lain. Hal inilah yang disebut vicarious yaitu mengamati apa yang terjadi pada orang lain.

Teknik ini diselidiki secara otomatis oleh Borden, dkk (dalam glover dkk, 1990), pada dua anak yang duduk bersebelahan, yaitu Edwin dan Grey. Guru mulai memperhatikan dan menghargai Edwin dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kelas. Perilaku Edwin bertambah baik. Ternyata perilaku Grey juga

(8)

Teori Kognitif Sosial

Page | 8 bertambah baik walaupun tidak mendapat penguatan dan guru. Nampaknya Grey belajar dari pengalaman Edwin.

1. Vicarious Reinforcement

Pembelajar yang mengamati orang lain diberi penguatan karena berperilaku tertentu kemungkinan akan menampilkan perilaku yang sama lebih sering lagi, suatu fenomena yang dikenal dengan istilah vicarious reinforcement. (Ormrod, 2008, hal.8)

2. Vicarious Punishment

Sebaliknya, ketika melihat seseorang mendapat hukuman karena perilaku tertentu, kecil kemungkinan bagi pembelajar untuk mengikuti perilaku yang sama, suatu fenomena yang dikenal dengan istilah vicarious punishment. (Ormrod, 2008, hal.8)

2.3.2.2 Enactive Learning (Belajar Melalui Perbuatan)

Terdapat banyak perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan.

Dalam banyak domain, orang perlu melampaui struktur pengetahuannya untuk mengembangkan tindakan yang terampil. Pengembangan keterampilan menuntut orang untuk memiliki konsepsi yang tepat mengenai keterampilan yang ditargetkannya, yang cocok dengan upayanya untuk ditargetkannya, untuk melaksanakan keterampilannya tersebut. Pengalaman merupakan kendaraan untuk menerjamahkan pengetahuan menjadi keterampilan. Orang menerapkan informasi yang diperolehnya dari pengalaman itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang dan waktu dari kinerjanya, hingga apa yang dikerjakannya itu mendekati kecocokan dengan konsepsi kognitifnya mengenai kinerja terampil itu.

Bandura berpendapat perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya tersebut. Dimana konsekuensi memiliki tiga fungsi:

a. efek dari tindakan

b. memotivasi perilaku kedepan.

c. memperkuat perilaku.

(9)

Teori Kognitif Sosial

Page | 9 2.3.3 Learning and Performance (Pembelajaran dan Kinerja)

Penjelasan mengenai learning and performance dalam makalah ini akan dijelaskan melalui ilustrasi eksperimen boneka bobo yang dilakukan oleh Albert Bandura. Eksperimen ini dilakukan pada tahun 1965 yang mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Eksperimen ini mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran (learning) dan kinerja (performance). Saat pembelajaran seorang anak akan mengobservasi apa yang dilihatnya, sementara itu dalam kinerjanya anak tersebut dapat menambahkan perilaku lain yang sebelumnya tidak dicontohkan. Manusia belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.

Studi Boneka Bobo Klasik

Eksperimen boneka bobo dilakukan Bandura pada tahun 1965 yang mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance). Saat pembelajaran seorang anak akan mengobservasi apa yang dilihatnya, sementara itu dalam kinerjanya anak tersebut dapat menambahkan perilaku lain yang sebelumnya tidak dicontohkan.

Eksperimen dilakukan dengan sejumlah anak TK secara acak diberikan tiga film dimana ada seseorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka bobo. Dalam film pertama penyerang diberikan permen, minuman dingin, dan dipuji karena melakukan tindakan agresif. Dalam film kedua, penyerang ditegur dan ditampar karena bertindak agresif. Dalam film ketiga, tidak ada konsekuensi atas tindakan si penyerang boneka. Kemudian, masing-masing anak dibiarkan sendiri berada di ruangan penuh mainan, termasuk boneka bobo. Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah. Anak yang menonton film dimana penyerang diperkuat atau tidak dihukum apa pun lebih sering meniru tindakan model daripada anak yang

(10)

Teori Kognitif Sosial

Page | 10 menyaksikan si penyerang dihukum dan seperti yang dipertimbangkan sebelumnya anak laki-laki lebih agresif daripada anak perempuan.

Gambar2.2 : GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURA

Poin penting pada eksperimen ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Pada studi ini difokuskan pada pembelajaran dan kinerja karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak mempelajari.

Dalam studi Bandura, saat anak diberi insentif (dengan stiker atau jus buah) untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku imitatif anak dalam tiga kondisi hilang. Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak memberikan respon atas apa yang diamati, anak itu mungkin mendapatkan respon model dalam bentuk kognitif.

2.4 Observational Learning (Belajar Pengamatan)

Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.

Referensi

Dokumen terkait

dalam Perbankan Syariah$ tercatat hingga saat ini sudah C% "at8a yang dikeluarkan .S- ,+I terkait ;embaga Keuangan Syariah ,aka$ dari "at8a?"at8a .S- dan

Administrator adalah pengguna yang dipercaya untuk mengelola data master seperti data operator, biaya kendaraan, parkir gratis, slot parkir, parkir keluar, dan

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

(5) To determine the influence of significant jointly teacher competence, certification and motivation to work on teacher performance clump of Islamic education in

Pada ordo squamata terdapat 1 famili dari viperidae yang ditemukan pada gunung Permisan pada ketinggian sekitar 100m di batang pohon mati, lalu pada famili scincidae

Kelompok bahan baku yang termasuk ke dalam kelompok sumber protein utama dan kelompok yang bukan sumber protein utama (sebut saja sebagai kelompok sumber protein

HAL-HAL BARU Perluasan Definisi Pengaangkut: Operator SarKut, Pengangkut Kontraktual dan Penyelenggara Pos Kewajiban Registrasi Kepabeanan, Kecuali Sarana Pengangkut yang

Hal ini mungkin dikarenakan tepung kontrol meskipun ada perlakuan gelatinisasi dalam analisa pati resistennya, tetapi tidak mengalami perlakuan pemanasan dalam