• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN KLASTER INDUSTRI AGRO DI KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN KLASTER INDUSTRI AGRO DI KABUPATEN MALANG"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

PENGUATAN KLASTER INDUSTRI AGRO

DI KABUPATEN MALANG

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Peneliti/Perekayasa:

1. Drs. Bhinukti Prapto Nugroho 2. Ir. Syaeful Karim, M. Comp. 3. Drs. HM. Ansorudin Sidik

4. Dr. Socia Prihawantoro, SE, ME 5. Rizki Firmansyah, SE

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

2012

(2)

ii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

RINGKASAN

Sistem Inovasi adalah suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran. Sedangkan agenda pokok penguatan sistem inovasi adalah (1) Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis, (2) Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbangyasa dan mengembangkan kemampuan absorpsi oleh industri, khususnya UKM, (3) Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta meningkatkan pelayanan berbasis teknologi, (4) Mendorong budaya inovasi, (5) Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah dan (6) Penyelarasan dengan perkembangan global.

Dalam rangka menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah, maka dilakukan kajia penguatan klaster industri agro di Kabupaten Malang. Perencanaan klaster industri agro merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah produksi dari sub-sektor kehutanan, subsektor pertanian & perkebunan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, sub-sektor pariwisata dan subsub-sektor tradisional lainnya yang didukung oleh sarana dan prasarana yang fungsional. Konsep yang paling sesuai untuk pelaksanaan pengembangan kawasan adalah dengan menggunakan pendekatan klaster industri.

Faktor pertama penguatan klaster industri agro(wisata) di Kabupaten Malang dalam kerangka Sistem Inovasi Daerah adalah kemampuan menumbuhkan jaringan antara unsur-unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk rantai yang mengaitkan kemampuan melakukan pembaruan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan memanfaatkan kemajuan yang terjadi ke dalam barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis. Melalui jaringan itu terjadi berbagai bentuk transaksi sehingga sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir dari unsur kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif. Faktor kedua adalah kemampuan menumbuhkan iklim usaha yang kompetitif. Dan faktor ketiga adalah kemampuan menumbuhkan daya dukung.

(3)

iii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

PRAKATA

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kesediaan melaksanakan tugas pelaksanaan Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti & Perekayasa (PKPP) sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara BPPT Enjiniring dengan Satuan Kerja Sekretariat Kementerian Riset dan Teknologi, maka disusunlah Laporan Akhir Pekerjaan Penguatan Klaster Industri Agro Di Kabupaten Malang.

Laporan Akhir ini merupakan cerminan hasil pelaksanaan kegiatan kajian sampai dengan awal Bulan Oktober 2012. Harapan kami semoga Laporan Akhir ini dapat menjadi masukan bagi stakeholder terkait dalam mengiplementasikan konsep klaster industri dalam kerangka penguatan Sistem Inovasi Daerah..

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam melakukan kajian ini, oleh karena itu sumbang saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Jakarta, Oktober 2012 Tim Pelaksana Kegiatan Insentif PKPP 141

(4)

iv | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL RINGKASAN ii PRAKATA iii DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penelitian 2

1.3. Kelayakan Teknis Dan Metode 3

1.3.1. Kelayakan Teknis 3

1.3.2. Metode 3

1.3.3. Tahapan Kajian 8

1.4. Prospek 9

1.5. Keluaran Yang Diharapkan 10

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA 11

2.1. Latar Belakang 11

2.2. Konsep Pengembangan Agrowisata 12

2.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kawasan Agrowisata 15

2.4. Infrastruktur 16

2.5. Kelembagaan 17

2.6. Manajemen Pengembangan Kawasan Agrowisata 19

2.7. Arah Pengembangan 21

2.8. Pemberdayaan Masyarakat 22

2.9. Strategi Pengembangan Agrowisata 23 2.10. Perencanaan dan Pemberdayaan Kawasan Agro

wisata

25

2.10.1. Manfaat agro wisata 25

2.11. Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Agro wisata 30 2.12. Model Pengembangan Obyek dan Daya Tarik

Wisata (ODTW) Agro Wisata

34

2.12.1. Pengembangan Lanskap 34

2.12.2. Zonasi Pengembangan Kawasan 35

2.13. Fasilitas ODTW Agro 36

2.14. Pengembangan Pola Kemitraan 43

2.15. Pengembangan Model Pembinaan 44

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 46

3.1. Administrasi Dan Geografis 46

3.2. Topografi 46 3.3. Geologi 49 3.4. Jenis Tanah 49 3.5. Kemampuan Tanah 50 3.6. Klimatologi 51 3.7. Hidrologi 52

3.8. Pola Penggunaan Lahan 52

(5)

v | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB IV RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA

KABUPATEN MALANG

57

4.1. Kondisi Pariwisata di Kabupaten Malang 57 4.2. Potensi dan Masalah Kepariwisataan di Kabupaten

Malang

60 4.3. Rencana Zona Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Malang

67 4.4. Wisata Prioritas Pada Tiap Zona 72 4.5. Pintu Gerbang Daerah Tujuan Wisata Untuk

Kabupaten Malang

74 4.6. Alternatif Rute Perjalanan Wisatawan 77

4.7. Pusat Pelayanan Kawasan Wisata 80

4.8. Kalender Wisata 81

BAB V PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

KABUPATEN MALANG

82

5.1. Kebijaksanaan Terkait dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan

82 5.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan Agropolitan 84 5.3. Rencana Struktur Ruang Pengembangan

Agropolitan

86 5.4. Tipologi Kawasan Agropolitan Kabupaten Malang 88 5.4.1. Tipologi Kawasan Kecamatan Poncokusumo 88 5.4.2. Tipologi Kawasan Kecamatan Pujon 91 5.5. Ketentuan Umum Rencana Pengembangan

Kawasan Agropolitan

92 5.5.1. Rencana Penetapan Kawasan Lindung 93 5.5.1. Rencana Penetapan Kawasan Budidaya 95 5.6. Rencana Zonasi Komoditas Unggulan 96

5.6.1. Rencana Zonasi Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

96 5.6.2. Rencana Zonasi Kawasan Hortikultura 96 5.6.3. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan 96 5.7. Rencana Pengembangan Agribisnis 97 5.7.1. Rencana Sub Sistem Pra Produksi 97 5.7.2. Rencana Sub Sistem Produksi 98 5.7.3. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi 99 5.7.4. Rencana Sub Sistem Penunjang 100

5.8. Rencana Sistem Transportasi 101

5.8.1. Rencana Jaringan Jalan dan Pola Pergerakan

101 5.8.2. Rencana Sub Sistem Produksi 98 5.8.3. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi 99 5.8.4. Rencana Sub Sistem Penunjang 100

BAB VI KLASTER INDUSTRI AGROWISATA 106

6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata 106

6.1.1. Industri Inti 106

6.1.2. Industri Pemasok 106

6.1.3. Industri Terkait 107

6.1.4. Industri Pendukung 107

(6)

vi | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

6.1.6. Pemasaran 108

6.2. Analisis Lingkungan Usaha 108

6.2.1. Industri Pemasok 108

6.2.2. Industri Terkait 109

6.2.3. Industri Pendukung 110

6.2.4. Kondisi Permintaan 111

6.3. Agenda Perkuatan Lingkungan Usaha 111

6.3.1. Industri Pemasok 112

6.3.2. Industri Terkait 112

6.3.3. Industri Pendukung 113

6.3.4. Kondisi Permintaan 113

6.4. Sasaran Jangka Menengah 113

6.5. Strategi Penguatan Klaster Industri Agrowisata 114

6.6. Pokok-pokok Rencana Tindak 115

6.7. Unsur Penunjang Penguatan Klaster Industri Agrowisata

115 6.8. Rencana Tindak Penguatan Klaster Industri

Agrowisata Tahun 2012-2013

116

BAB VII PENUTUP 118

(7)

vii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Determinan Daya Saing: The Four Diamond Framework 5 Gambar 1.2. Strategi Pengembangan / Penguatan Klaster Industri 6

Gambar 1.3. Tahapan Kajian 9

Gambar 2.1. Hubungan Faktor Permintaan dan Penawaran dalam Pengembangan Kawasan Agrowisata

13 Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata 19 Gambar 3.1. Orientasi Kabupaten Malang Terhadap Provinsi Jawa Timur 48

Gambar 3.2. Administrasi Kabupaten Malang 48

Gambar 4.1. Zona Pengembangan I 68

Gambar 4.2. Zona Pengembangan II 69

Gambar 4.3. Zona Pengembangan III 70

Gambar 4.4. Zona Pengembangan IV 71

Gambar 4.5. Zona Pengembangan V 72

Gambar 4.6. Wisata Prioritas Zona I 72

Gambar 4.7. Wisata Prioritas Zona II 73

Gambar 4.8. Wisata Prioritas Zona III 73

Gambar 4.9. Wisata Prioritas Zona IV 74

Gambar 4.10. Wisata Prioritas Zona V 74

Gambar 4.11. Linkage Regional Wisata Malang Raya Dan Sekitarnya 76 Gambar 4.12. Pusat dan Sub Pusat Akomodasi Wisata Kabupaten Malang 80 Gambar 5.1. Bagan Struktural Zona Agropolitan Kabupaten Malang 86 Gambar 5.2. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan pada Zona

Poncokusumo

87 Gambar 5.3. Struktur Dragmatis Kawasan Agropolitan Pada Zona Pujon 88 Gambar 5.4. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Poncokusumo 91 Gambar 5.5. Zona Kawasan Agropolitan Kecamatan Pujon 92 Gambar 5.6. Rencana Jalur Transportasi dari Pusat Pertumbuhan Menuju

Kawasan Agropolitan

102 Gambar 5.7. Rencana Spesifikasi dan Sirkulasi di Kecamatan

Poncokusumo

103 Gambar 5.8. Paket Agropolitan pada Lintas Perdagangan 104 Gambar 5.9. Paket Agropolitan pada Lintas Wisata 105 Gambar 6.1. Peta Pelaku Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang 108

(8)

viii | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Lereng Di Kabupaten Malang

47 Tabel 3.2. Luas Daerah Berdasarkan Struktur Geologi Di Kabupaten

Malang

49

Tabel 3.3. Jenis Tanah 49

Tabel 3.4. Luas Daerah Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah di Kabupaten Malang

50 Tabel 3.5. Luas Daerah Berdasarkan Erosi Di Kabupaten Malang 51 Tabel 3.6. Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Tekstur Tanah Di

Kabupaten Malang

51 Tabel 3.7. Penggunaan Lahan di Kabupaten Malang Tahun 2005 53 Tabel 4.1. Potensi dan masalah pada Obyek Wisata Di Kabupaten

Malang

61 Tabel 5.1. Karakteristik Penentu Zonasi Kawasan Agropolitan 89 Tabel 5.2. Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan

Tanaman Pangan di Kecamatan Poncokusumo

96 Tabel 5.3. Rencana Zonasi Kawasan untuk Komoditas Unggulan

Tanaman Hortikultura di Kecamatan Poncokusumo

96 Tabel 5.4. Rencana Zonasi Kawasan Peternakan di Kecamatan

Poncokusumo

97 Tabel 5.5. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pra Produksi di

Kecamatan Poncokusumo

98 Tabel 5.6. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Produksi di

Kecamatan Poncokusumo

99 Tabel 5.7. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pasca Produksi

di Kecamatan Poncokusumo

100 Tabel 5.8. Rencana Pengembangan Agribis Sub Sistem Pendukung di

Kecamatan Poncokusumo

(9)

1 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pewilayahan yang komprehensif untuk pengembangan dan pembangunan sektor strategis sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal di suatu wilayah, seperti wilayah Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali penataan ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan sektor pembangunan strategis secara berkelanjutan. Oleh karena itu salah tujuan perencanaan kawasan ekonomi strategis (seperti KAWASAN AGRIBISNIS) di suatu wilayah, adalah memadukan penggunaan ruang dan segenap sumberdayanya secara fungsional untuk mendorong sektor strategis agar tercapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan mempunyai linkages positif dengan wilayah sekitarnya. Dalam konteks ini, kriteria “strategis” bukan hanya dari sudut pandang ekonomi produksi, melainkan juga dikaitkan dengan pertimbangan kelestarian fungsi ekologis/hidrologis.

Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara optimal dan cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi salah satunya melalui pengembangan industri pariwisata dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis pada pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam, baik alami maupun buatan, belum dikembangkan secara baik dan menjadi andalan. Banyak potensi alam yang belum tergarap secara optimal. Pengembangan kawasan wisata alam dan agro mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan hayati. Apalagi kebutuhan pasar wisata agro dan alam cukup besar dan menunjukkan peningkatan di seluruh dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya berupa sumber daya alam. Australia memiliki 55% aset wisata yang juga merupakan jenis wisata alam. Tercatat lebih dari 29 juta penduduk Amerika melakukan sejumlah 310 juta perjalanan yang dimotivasi oleh wisata alam. Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi daerah.

(10)

2 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.

Perencanaan Kawasan Industri merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah produksi dari sub-sektor kehutanan, subsektor pertanian & perkebunan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan subsektor tradisional lainnya yang didukung oleh sarana dan prasarana yang fungsional. Konsep yang paling sesuai untuk pelaksanaan pengembangan kawasan adalah dengan menggunakan pendekatan klaster industri. Yang dimaksud dengan klaster industri disini adalah kelompok industri spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis.Dimana hal ini dapat berdiri diri atau menyatu dengan Kawasan yang lebih luas, tergantung dari potensi produksi serta faktor jarak geografis dan faktor jarak aksesibilitas. Faktor jarak aksesibilitas sangat berperan dalam menentukan orientasi produktif dari suatu kawasan, terutama kawasan potensial yang jauh dari pusat pengembangannya.

Penguatan klaster industri Agro Wisata di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi investasi (investasi produksi dan investasi konservasi) bagi pemerintah maupun swasta dalam mencapai efisiensi, efektifitas dan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan sentra-sentra produksi dari sektor agrokompleks dalam arti luas.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan di Kabupaten malang ini adalah

a. Mengidentifikasi potensi-potensi dan pendukung agro wisata di Kabupaten Malang.

b. Merumuskan strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.

Sedangkan sasaran dari kajian ini adalah sebagai berikut.

a. Teridentifikasinya potensi dan pendukung agro wisata yang ada di Kabupaten Malang.

b. Terumuskannya strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.

(11)

3 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

1.3. KELAYAKAN TEKNIS DAN METODE

1.3.1. Kelayakan Teknis

Hasil kajian ini akan memberikan rekomendasi strategi dan implikasi kebijakan dalam mengembangkan dan memperkuat klaster agro wisata di Kabupaten Malang. Pengembangan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.ini dapat mengangkat dan menonjolkan banyak potensi yang belum dikembangkan secara optimal, khususnya potensi pengembangan kopi yang ada di Kabupaten Malang.

Pendekatan klaster industri yang digunakan untuk mengembangkan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.ini akan mendorong terjadinya kemitraan dan interaksi antara industri inti yang menjadi obyek utama dengan industri pendukung, lembaga pendukung, lembaga penelitian, dan pemerintah/pemerintah daerah.

Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan klaster agro wisata di Kabupaten Malang. ini antara lain:

a. Manfaat bagi negara:

o Meningkatkan perolehan devisa negara

o Meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi agro industri (kopi) o Mengentaskan kemiskinan, khususnya di Kabupaten Malang b. Manfaat bagi daerah dan penduduk setempat

o Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan penduduk setempat

o Menyerap lebih banyak tenaga kerja melalui ketersediaan lapangan kerja di klaster Eko Wisata.

1.3.2. Metode

Pengembangan klaster agro wisata di Kabupaten Malang dilakukan menggunakan pendekatan pengembangan klaster. Berikut ini akan diuraikan mengenai konsep pengembangan klaster dan tahapan pelaksanaan kajian.

I. Konsep Pengembangan Klaster Industri

a. Pengertian

Menurut Tatang A.Taufik (BPPT, 2005), klaster industri atau rumpun usaha dapat didefinisikan sebagai ”jaringan dari sehimpunan industri, lembaga penghasil teknologi, pembeli serta institusi penghubung, yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai”.

Sehimpunan industri yang dimaksud dalam definisi di atas terdiri dari industri inti yang menjadi fokus perhatian, industri pemasok, industri pendukung, serta industri terkait. Istilah inti, pemasok, pendukung, dan terkait menunjukkan peran

(12)

4 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

pelaku di dalam klaster industri. Istilah-istilah tersebut tidak ada hubungannya dengan tingkat kepentingan pelaku. Semua pelaku memiliki tingkat kepentingan yang sama.

Definisi di atas memiliki pengertian yang lebih luas dari ”sentra industri” yang lebih merupakan pengelompokan aktivitas bisnis yang serupa di suatu lokasi. Pengertian istilah-istilah yang digunakan di dalam konsep klaster industri adalah sebagai berikut :

a. Industri Inti

 Industri yang merupakan fokus perhatian dan biasanya dijadikan titik masuk kajian.

 Industri yang unggul (berpotensi unggul). b. Industri Pemasok

 Industri yang memasok industri inti dengan produk khusus, yang antara lain terdiri dari Bahan baku utama, Bahan tambahan, Aksesori

c. Pembeli

 Pasar yang menjadi konsumen produk industri inti, yang antara lain terdiri dari distributor, Pengecer, Pemakai langsung

d. Industri Pendukung

 Industri yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat mendukung industri inti, yang antara lain meliputi pembiayaan (Bank, Modal Ventura), Jasa (Angkutan, Bisnis Distribusi, Konsultan Bisnis), Infrastruktur (Jalan Raya, Telekomunikasi, Listrik), Peralatan (Permesinan, Alat Bantu), Pengemasan

e. Industri Terkait

 Industri yang menggunakan infrastruktur yang sama dengan yang digunakan industri inti.

 Industri yang menggunakan sumber daya dari sumber yang sama dengan yang digunakan industri inti (misalnya : bahan baku, tenaga ahli).

Industri terkait yang dimaksud disini tidak berhubungan bisnis secara langsung dengan industri inti. Industri terkait antara lain terdiri dari : Pesaing, Komplementer, Substitusi.

f. Lembaga/Institusi Pendukung

 Lembaga yang memberikan dukungan peningkatan industri inti, yang antara lain terdiri dari Lembaga pemerintah, Asosiasi profesi, Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat.

(13)

5 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Secara skematis, teori pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Determinan Daya Saing: The Four Diamond Framework

b. Strategi Pengembangan Klaster Industri

Pengalaman praktik pengembangan atau penguatan klaster industri negara lain maupun dalam konteks nasional cukup beragam. Beberapa pihak seperti EDA (Economic Development Agency – Amerika Serikat), EURADA (European Association of Development Agencies), prakarsa pengembangan klaster industri di Australia Selatan (Multifunction Polis/MFP dan Business Vision 2010), GTZ (Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit), KPEL (Kemitraan untuk Pengembangan Ekonomi Lokal – Bappenas), dan lainnya menyusun beberapa tahapan umum pengembangan/ penguatan klaster industri. Dokumen tersebut merupakan “panduan umum (guideline)” bagi upaya pengembangan/penguatan klaster industri.

Sebagai kerangka umum, tahapan-tahapan tersebut tentu saja perlu disesuaikan dengan konteks masing-masing kasus. Demikian halnya dengan tahapan pengembangan klaster industri yang disampaikan dalam Panduan ini, yang pada dasarnya bersifat “generik,” tetap memerlukan penyesuaian dalam implementasi praktisnya.

1). Tahapan Umum Pengembangan

Upaya dan proses pengembangan (perkuatan) klaster industri pada dasarnya terdiri atas 4 (empat) tahapan generik, yaitu:

(14)

6 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

b. Penyusunan Kerangka dan Agenda Pengembangan (Perkuatan); c. Implementasi; dan

d. Pemantauan, Evaluasi serta Perbaikan/Penyempurnaan.

Secara skematis, tahapan pengembangan klaster industri dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2. Strategi Pengembangan / Penguatan Klaster Industri

Tahapan proses tersebut sebenarnya lebih merupakan proses yang berkesinambungan, hingga batas tertentu “bertumpang-tindih (overlap)” satu dengan lainnya, dan bersifat iteratif. Detail tahapan dapat beragam dan berbeda dari suatu kasus ke kasus lain.

2). Aktivitas Awal Inisiatif Atau Prakarsa Pengembangan

a. Inisiasi artinya perlu ada concern & kepeloporan (diskusi wacana, presentasi, studi awal, dan lain-lain) untuk membangun minat dan partisipasi di antara konstituen, yang diperlukan untuk melaksanakan prakarsa.

b. Eksplorasi/Analisis melalui kajian, pemetaan, diagnosis, diskusi dan lain-lain, dengan tujuan antara lain

Mengevaluasi kinerja dan perkembangan perekonomian daerah; Mengkaji Infrastruktur ekonomi;

Mengidentifikasi isu-isu urgen;

(15)

7 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Menganalisis potensi spesifik lokal dan lainnya yang mendukung kinerja klaster industri.

c. Pengembangan Tim Prakarsa untuk mempersiapkan agenda, meliputi : Merekruit para pemimpin/pelopor dan pakar;

Mengidentifikasi prioritas dan bidang fokus; Menganalisis prioritas;

Melibatkan partisipan untuk membangun konsensus;

Mengidentifikasi upaya (misalnya kebijakan/program) khusus yang dibutuhkan; dan

Merancang mekanisme tindak lanjut.

d. Konsensus Prakarsa adalah proses partisipatif untuk mencapai konsensus dan membangun komitmen bersama, serta implementasi awal tentang prakarsa klaster industri sesuai dengan peran masing-masing.

mendorong prakarsa lokal;

mendiskusikan kerangka tahapan pengembangan; merancang instrumen kebijakan dan program; menentukan prioritas program aksi;

membangun/memperkuat kelembagaan (organisasi, mekanisme, termasuk model resource sharing untuk aktivitas yang disepakati), dan

mendorong kesepakatan rencana tindak jangka pendek, termasuk jadwal pelaksanaannya, dan rencana tindak jangka menengah. Adanya kesepakatan rencana tindak jangka pendek dinilai penting untuk melakukan operasionalisasi secara realistis dan memelihara momentum kolaborasi.

3). Penyusunan Kerangka Dan Agenda Pengembangan

a. Kelembagaan Kolaborasi dan Struktur Operasional, meliputi :

Pengembangan/penguatan kelembagaan sebagai solusi persoalan kelembagaan yang ada (diantisipasi akan muncul) eksekutif, legislatif, pelaku bisnis, LPSM, lembaga donor, dan pihak non pemerintah lain;

Menghimpun stakeholder “sisi permintaan” (misalnya seperti perusahaan dalam setiap klaster industri) dan stakeholder “sisi penawaran” (termasuk lembaga pendukung ekonomi, baik publik maupun swasta) dalam kelompok kerja untuk mengidentifikasi tantangan utama dan prakarsa aksi dalam mengatasi persoalan bersama.

(16)

8 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

b. Perumusan Strategi dan Implikasi Kebijakan Penyusunan Grand strategy;

Penyusunan kerangka dan instrumen kebijakan.

c. Perencanaan Aksi

Mengidentifikasi isu-isu urgen & spesifik;

Memberikan alternatif solusi dan prioritas rencana langkah pragmatis.

d. Konsensus Rencana

Mengembangkan proses partisipatif untuk mencapai konsensus dan membangun komitmen bersama, serta implementasi sesuai dengan prioritas dan peran masing-masing.

4). Implementasi

”Pernyataan strategis” (strategic statement) biasanya memuat harapan/impian keadaan ideal yang dicita-citakan (visi) dan peran-peran atau agenda tugas penting yang masih umum (misi). Proses pragmatisasi perlu dilakukan agar kesemuanya dapat diimplementasikan secara lebih operasional. Penjabaran tujuan, capaian, dan cara/langkah-langkah pragmatis perlu dilakukan agar setiap pihak memahami dan dapat menjalankan peran kongkrit masing-masing. Ini juga penting agar setiap pihak melaksanakan sesuai dengan kompetensinya dan bahkan terusmenerus mengembangkannya.

Prakarsa tertentu yang lebih bersifat segera sering memiliki nilai strategis terutama biasanya untuk mengawali terjadinya perubahan penting dan signifikan serta memelihara momentum proses perubahan tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah :

a. Mobilisasi sumberdaya dan pelaksanaan aktivitasnya; b. Mencapai milestone yang telah disepakati;

c. Melakukan pengelolaan yang sinergis tentang

 Penggalian atau penentuan sumberdaya manusia, sumberdaya dana dan sumberdaya lainnya;

 Pengelolaan tugas, sumberdaya manusia dan hubungan diantaranya;

 Pengelolaan keberterimaan, komitmen dan sinergi positip;

 Pengelolaan kesepakatan atau persetujuan;

(17)

9 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

5). Pemantauan, Evaluasi Dan Proses Perbaikan

Sebagaimana disampaikan berulangkali, pengembangan sistem inovasi adalah proses pembelajaran, termasuk dalam proses kebijakannya. Karena itu, sebaiknya sistem pemantauan, evaluasi dan proses perbaikan dirancang sebagai bagian integral dari strategi dan kebijakan inovasi daerah. Hal ini juga perlu mengintegrasikan pembelajaran yang dapat diperoleh dari pihak lain, dengan berbagai cara (benchmarking, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, pertukaran informasi dan praktik baik, dan lainnya).

1.3.3. Tahapan Kajian

Pelaksanaan kajian dilakukan melalui tahapan kajian seperti diagram di bawah ini.

Gambar 1.3. Tahapan Kajian

1.5. Prospek

Pendekatan klaster industri yang digunakan untuk mengembangkan klaster agro wisata di Kabupaten Malang ini sudah diterapkan di beberapa daerah lain. Rumusan rekomendasi yang disampaikan sebagai hasil dari kegiatan ini, diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan/memperkuat klaster agro wisata di Kabupaten Malang.

Klaster agro industri yang terbangun dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan klaster-klaster lain, sesuai unggulan inti Kabupaten Malang, yang dapat menumbuh kembangkan pusat-pusat perekonomian baru sesuai dengan amanat MP3EI.

Inisiasi dan Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Malang

 membahas tentang rencana pengembangan.penguatan klaster wisata  mengidentifikasi langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan

 mengumpulkan data tentang peraturan dan rencana penguatan klaster agro wisata

Eksplorasi/ Analisis

identifikasi potensi pengembangan klaster agro wisata dan mengevaluasi kinerja perekonomian daerah

Perumusan Strategi dan Implikasi Kebijakan  Pemetaan klaster agro wisata

(18)

10 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

1.5. Keluaran Yang Diharapkan

Kegiatan kajian ini diharapkan dapat memberikan keluaran:

a. Hasil analisis yang memuat potensi-potensi yang ada di Kabupaten Malang untuk mengembangkan klaster agro wisata.

b. Rumusan strategi dan implikasi kebijakan bagi pengembangan dan penguatan klaster agro wisata di Kabupaten Malang.

1.6. Manfaat Ekonomi

Bagi pemerintah pusat, terbentuknya klaster agro wisata di Kabupaten Malang ini akan menjadi sumber pendapatan daerah dan meningkatnya penghasilan para pelaku di dalam klaster agro wisata di Kabupaten Malang. Selain itu, klaster ini juga akan menyediakan banyak lapangan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.

Bagi pemerintah daerah, adanya klaster agro wisata di Kabupaten Malang ini dapat memberi dampak yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi daerah, khususnya pada pelaku usahanya. Manfaat ekonomi ini dapat terjadi karena proses-proses sebagai berikut.

a. Keterlibatan dalam dialog antar pelaku bisnis, pemasok, dan stakeholder lain.

b. Penguatan keterkaitan yang saling menguntungkan di antara elemen-elemen yang terlibat dalam klaster.

c. Kejelasan kerangka kerja, termasuk penyediaan inftastruktur dan tenaga terampil yang sesuai dengan kebutuhan klaster.

(19)

11 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

BAB II

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA

2.1. Latar Belakang

Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata sektor pariwisata diharapkan dapat berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya, seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan lain-lain. Salah satu unsur dari sektor pertanian yang saat ini belum tergarap secara optimal adalah agro wisata (agro tourism). Potensi agro wisata tersebut ditujukan dari keindahan alam pertanian dan produksi di sektor pertanian yang cukup berkembang.

Agro wisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agro wisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Disamping itu yang termasuk dalam agro wisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian. Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat pedesaan dan potensi pertanian, bilamana ditata secara baik dan ditangani secara serius dapat mengembangkan daya tarik wisata bagi satu daerah tujuan wisata. Agro wisata yang menghadirkan aneka tanaman dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, mengurangi erosi, melestarikan lingkungan, memberikan desain lingkungan yang estetis bila dikelola dan dirancang dengan baik. Dengan berkembangnya agro wisata di satu daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Dengan kata lain bahwa fungsi pariwisata dapat dilakukan dengan fungsi budi daya pertanian dan pemukiman pedesaan dan sekaligus fungsi konservasi.

Upaya pengembangan agro wisata pedesaan yang memanfaatkan potensi pertanian, dan melibatkan masyarakat pedesaan, dapat berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat selaras dengan pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata (community based tourism). Pemberdayaan masyarakat dimaksud adalah agro wisata yang dapat mengikutsertakan peran dan aspirasi masyarakat pedesaan selaras dengan pendayagunaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Persoalannya adalah bagaimana

(20)

12 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

masyarakat pedesaan dibina secara berkesinambungan, agar potensi-potensi yang dimiliki daerah digali secara optimal, sehingga dapat memberikan hasil maksimal bagi petani, masyarakat desa, pengusaha dan menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan.

Sejalan dengan itu perlu adanya pola pembinaan agro wisata agar para pelaku pariwisata dan pelaku pertanian secara sinergis dapat merencanakan, menyusun, memprogramkan agro wisata yang bermanfaat bagi masyarakat, pengusaha dan pemerintah.

2.2. Konsep Pengembangan Agrowisata

Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara optimal dan cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi salah satunya melalui pengembangan industri pariwisata dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis pada pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam, baik alami maupun buatan, belum dikembangkan secara baik dan menjadi andalan. Banyak potensi alam yang belum tergarap secara optimal. Pengembangan kawasan wisata alam dan agro mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan hayati. Apalagi kebutuhan pasar wisata agro dan alam cukup besar dan menunjukkan peningkatan di seluruh dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya berupa sumber daya alam. Australia memiliki 55% aset wisata yang juga merupakan jenis wisata alam. Tercatat lebih dari 29 juta penduduk Amerika melakukan sejumlah 310 juta perjalanan yang dimotivasi oleh wisata alam. Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi daerah.

Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.

Sebagai bagian dari pengembangan pariwisata bahwa tujuan pengembangan kawasan agrowisata adalah:

(21)

13 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

 Mendorong tumbuhnya visi jangka panjang pengembangan industri pariwisata, khususnya agrowisata, sebagai salah satu sarana peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam masa depan.

 Memberikan kerangka dasar untuk perencanaan dan pengembangan agrowisata secara umum.

 Mendorong upaya-upaya untuk pengembangan industri wisata yang terpadu berbasis kawasan dan potensi-potensi kewilayahan, sosial dan budaya daerah.

Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata berbasis kawasan ini ditujukan untuk meningkatkan kegiatan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat umum, dimana sasaran yang hendak dicapai adalah:

 Terwujudnya panduan awal bagi Pemerintah Daerah dalam perencanaan pengembangan kawasan agrowisata;

 Terwujudnya pengembangan kawasan agrowisata sebagai bahan masukan kebijakan dan pengembangan kawasan pariwisata di daerah;  Terwujudnya motivasi bagi Pemerintah Daerah dan swasta/masyarakat

untuk pengembangan kawasan agrowisata.

 Terwujudnya kawasan yang mendukung kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah;

 Terwujudnya peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan daerah/masyarakat.

Gambar 2.1

Hubungan Faktor Permintaan dan Penawaran dalam Pengembangan Kawasan Agrowisata

Supply Faktor : Aset Sumber Daya Produk, Institusi Dll.

Management Faktor : Strategi & Program, Promosi & Pemasaran, Pendidikan & Pelatihan

Litbang

Demand Faktor : Potensi Pasar Internasional & Domestik

(22)

14 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Pengembangan agrowisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum menjadi sangat relevan, sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan akan mampu mendorong berbagai sektor lain baik ekonomi, sosial maupun budaya. Dan perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus dilihat dalam bingkai hubungan faktor pemintaaan (demand) dan faktor penawaran (supply factor). Demand Factor adalah profil dan situasi pasar wisata baik internasional maupun domestik, kecenderungan pasar dan sebagainya. Sedangkan supply factor merupakan produk dan layanan wisata yang dikembangkan baik berupa kegiatan, fasilitas maupun aset wisata.

Pengembangan kawasan agrowisata harus dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Agrowisata dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan agropolitan, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perkebunan, pengembangan kawasan agrowisata pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan peternakan, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya.

Pembangunan agribisnis merupakan paradigma pembangunan pertanian yang didasarkan kepada prinsip-prinsip bisnis. Dengan demikian secara otomatis, strategi ini dibangun dengan mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan daya saing agribisnis dalam perdagangan global, upaya pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan akses para pelaku agribisnis pada pasar baik pasar domestik maupun pasar global. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan para pelaku agribisnis untuk mengidentifikasi peluang pasar dan menganalisis dinamika permintaan pasar.

Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk Wisata Agro. Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju. Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain wisata agro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.

(23)

15 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisata agro secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan.

2.3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kawasan Agrowisata

Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu yaitu:

a. Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat.

 Mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai dasar pengembangan kawasan.

 Mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter sosial budaya.

 Menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan bangunan-bangunan bersejarah maupun tradisional.

b. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat.

 Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan sektor agro.

 Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata sehingga menghidupkan ekonomi lokal.

 Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal.  Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan

sekitarnya.

 Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal.

c. Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata secara berkelanjutan.

(24)

16 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

d. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan & pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.

2.4. Infrastruktur

Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan yang antara lain meliputi: 1. Dukungan fasilitas sarana & prasarana yang menunjang kegiatan

agrowisata yang mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. Fasilitas ini dapat berupa fasilitas transportasi & akomodasi, telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan sesuai dengan jenis agrowisata yang dikembangkan.

2. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem kegiatan agribisnis primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan agribisnis primer, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:

a. Jalan

b. Sarana Transportasi.

c. Pergudangan Sarana Produksi Pertanian

d. Fasilitas Bimbingan dan Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. e. Fasilitas lain yang diperlukan

3. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan produksi dan keberlanjutan (sustainability) usaha budi-daya pertanian: tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini antara lain:

a. Jalan-jalan pertanian antar kawasan.

b. Sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian.

c. Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan, baik di danau ataupun di laut.

(25)

17 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

d. Sub terminal agribisnis & terminal agribisnis.

4. Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang dibangun baik jenis maupun bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dan menimbulkan dampak yang seminimal mungkin pada lingkungan sekitarnya. Teknologi yang digunakan dapat bervariasi dan sebaiknya jenis teknologi harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

5. Biro perjalanan wisata sebagai pemberi informasi dan sekaligus mempromosikan pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja dalam usaha menjual tiket dibandingkan memasarkan paket wisata.

2.5. Kelembagaan

a. Lingkup pedoman kelembagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi terkait atau disebut protokol

b. Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku kepentingan dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah c. Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis agrowisata yang dikembangkan, pihak-pihak stakeholders yang berkepentingan dan terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan kawasan agrowisata ini antara lain:

 Kantor Kementerian Pariwisata & Persenibud  Bappeda Kabupaten/kota

 Dinas Pariwisata dan Persenibud

 Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah  Dinas Pertanian

 Dinas Kelautan dan Perikanan

 Dinas Perdagangan dan Perindustrian  Dinas Perhubungan

 Dinas Kehutanan dan Perkebunan  Kanwil Pertanahan Nasional

 BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah)  Pemerintah Provinsi

(26)

18 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang  Dunia Usaha dan Masyarakat

 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  Perguruan Tinggi

 Dan Lain-Lain

Lembaga-lembaga tersebut diatas seharusnya bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata, berkaitan dengan penyediaan berbagai infrastruktur yang diperlukan. Pengalokasian akses seperti akses informasi, komunikasi dan transportasi menjadi tanggung jawab sektor publik. Tetapi dalam implementasinya, sektor publik berkonsentrasi pada perangkat keras, dari akses-akses tersebut, sedangkan perangkat lunak dan pengoperasiannya dapat dilakukan tidak hanya oleh sektor publik tetapi juga sektor swasta, terutama para pengusaha yang relevan dengan masing-masing akses tersebut. Pembangunan pusat-pusat informasi menjadi sangat krusial untuk memacu pengembangan agrowisata pada umumnya. Hal ini karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu produk unggulan non migas bagi penerimaan daerah. Disamping itu pemda dan sektor yang relevan bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup di lokasi. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan agrowisata harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan pemda. Untuk itu perlu ada instrumen yang jelas dan terukur agar monitoring kegiatan agrowisata dapat dilakukan secara optimal.

Swasta dalam pengembangan agrowisata (perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat) diharapkan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Swasta justru lebih berperan dalam pelaksanaan kegiatan agrowisata terutama pemasaran, penyediaan jasa dan opersional kegiatan, karena peran swasta melengkapi sektor publik. Oleh karena itu kedua stakeholder tersebut harus bekerjasama dan berkoordinasi agar kegiatan agrowisata dapat berjalan baik. Dunia usaha dan masyarakat sesuai dengan prinsip agrowisata, keterlibatan dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan. Kegiatan ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya lokal serta harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan ketrampilan melalui pendidikan latihan agar kesempatan dan kemampuan masyarakat dapat memberikan peran yang lebih besar dalam kegiatan agrowisata.

Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder terkait dalam pengusahaan agrowsisata sangat penting dan menjadi faktor kunci keberhasilan dalam pengembangan agrowisata. Kerjasama dan koordinasi antar berbagai

(27)

19 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

stakeholder dapat bervariasi, mulai dari informasi sampai dengan bentuk kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan areal kerjasama juga sangat luas meliputi semua proses pengembangan agrowisata, mulai dari perencanaan seperti penetapan lokasi kawasan, pelaksanaan kegiatan termasuk operasional sampai kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai sasaran secara berkelanjutan dengan memberikan

manfaat yang besar bagi masyarakat setempat khususnya, sebagaimana konsep pengembangan kawasan agrowisata dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata

2.6. Manajemen Pengembangan Kawasan Agrowisata

Pengembangan Agrowisata berbasis kawasan merupakan pengembangan kawasan yang tumbuh dan berkembang dengan memadukan berbagai kelebihan dan keuntungan agribisnis dengan kegiatan wisata secara berkelanjutan. Hal ini memerlukan rencana pengembangan yang menyentuh hal-hal yang paling mendasar baik dari sisi penataan wilayah dan kawasan, pengelolaan sumber daya lokal (baik alam, penduduk, ekonomi, sosial maupun budaya). Penetapan dan pengembangan kawasan agrowisata dapat dilakukan pada beberapa kawasan secara terpadu seperti kawasan sentra produksi pertanian dengan kawasan danau dan sungai. Dengan demikian kawasan agrowisata bukanlah kawasan yang secara khusus diperuntukkan bagi industri wisata, melainkan dapat saja berupa kawasan lain dengan memberikan pengembangan fasilitas, kegiatan serta promosi wisata.

Sektor Agro :

 Pertanian/Perkebunan Primer/Perikanan  Industri Pertanian Lain  Potensi Kekayaan Alam

Lainnya. Infrastruktur Manajemen Promosi Industri Wisata :  Produk/Kegiatan  Pelayanan Penunjang  Aksesibilitas  Pendidikan dan Pelatihan Kawasan Agrowisata Berkelanjutan

(28)

20 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

Strategi dan arah kebijakan pengembangan kawasan agrowisata sekurang-kurangnya dilakukan dengan beberapa tahapan berikut ini:

1. Adanya pedoman pengelolaan ruang kawasan agrowisata sebagai bagian dari RTRWN, yang berupa strategi pola pengembangan kawasan agrowisata tersebut.

2. Penetapan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan studi kelayakan yang secara mendasar mempertimbangkan kelayakan ekologis, kelayakan ekonomis, kelayakan teknis (agroklimat, kesesuaian lahan, dll), dan kelayakan sosial budaya.

3. Pengembangan Kawasan Agrowisata harus melalui tahapan-tahapan yang jelas dan terarah. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

a. Persiapan Kawasan Agrowisata

Merupakan rencana pengembangan jangka pendek antara 0 -1 tahun. Kawasan ini merupakan daerah potensi pengembangan yang diidentifikasi memiliki potensi yang layak dikembangkan karena kekayaan alamnya dan topologinya, peruntukan maupun sosial budaya. Kawasan ini dapat juga berupa kawasan yang diarahkan untuk kawasan agrowisata, misalnya kawasan bantaran sungai atau danau yang akan direhabilitasi. Melalui pengembangan fasilitas yang mendukung, daerah ini dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata.

b. Pra Kawasan Agrowisata

Merupakan rencana pengembangan jangka menengah 1 – 5 tahun, dimana kawasan mulai dikembangkan sesuai dengan arah perencanaan dan pengembangan. Pada tahap ini kawasan sudah mulai berkembang dan kegiatan agrowisata sudah mulai berjalan. Hal ini dapat dicirikan dengan adanya kesadaran yang mulai tumbuh di masyarakat tentang pengembangan kawasan agrowisata di daerahnya serta kegiatan agribisnis dan agrowisata yang berjalan bersama secara serasi. Kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan pada tahap ini harus dilakukan secara intensif, untuk mempersiapkan sebuah kawasan dengan kesadaran agrowisata.

c. Tahap Kawasan Agrowisata

Pada tahap ini kawasan sudah mapan sebagai kawasan agrowisata. Pada tahapan ini kawasan agrowisata sudah berkembang dan memiliki ciri-ciri seperti: optimalisasi sumberdaya

(29)

21 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

alam; adanya pusat-pusat kegiatan wisata terpadu dengan berbagai kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran; minimalnya dampak lingkungan yang terjadi; pemberdayaan masyarakat lokal, seni, sosial dan budaya.

4. Pengembangan kawasan agrowisata dalam jangka panjang berorientasi pada pelestarian daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini menuntut pola agribisnis yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan karakter dan kesesuaian lahan, memiliki dampak lingkungan minimal (misalnya tidak diperkenankan penggunaan pestisida secara berlebihan atau aplikasi pestisida organik yang aman secara ekologis). Berbagai kebijakan, program, prosedur dan petunjuk pelaksanaan harus dirumuskan secara lebih rinci dengan melibatkan berbagai pihak terkait. 5. Pengembangan kawasan agrowisata diharapkan mampu memelihara dan

bahkan memperbaiki daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya alam secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya-upaya pelestarian flora dan fauna yang mulai langka diharapkan dapat dilakukan dan memberikan nilai ekonomi bagi pelaku usaha agrowisata misalnya dengan mengembangkan kawasan budidaya tanaman obat atau tanaman pangan yang sudah mulai jarang dikonsumsi pada masyarakat modern. Hal ini dapat juga dilakukan pada bidang peternakan dan perikanan. 6. Manfaat Pengembangan agrowisata (warta penelitian dan pengembangan

pertanian vol 24 no, 1, 2002). Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan pendapatan petani dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat di sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumberdaya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata antara lain adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.

2.7. Arah Pengembangan

Arah & strategi pengembangan Kawasan Agrowisata harus bertumpu pada kekuatan dan potensi lokal dan berorientasi pasar. Pertumbuhan pasar agrowisata dan ekowisata cukup tinggi di seluruh dunia. Diperlukan kreativitas

(30)

22 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

dan inovasi untuk mengemas dan memasarkan produk-produk unggulan agrowisata dengan menjual keaslian, kekhasan dan ke-lokalan yang ada di kawasan agrowisata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan produk-produk yang lebih umum seperti pengembangan wisata petualangan, perkemahan, pengembangan fasilitas hiking/tracking, pemancingan, wisata boga, wisata budaya dan lain-lain sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Selain itu, harus diberikan kemudahan dan dukungan melalui penyediaan sarana & prasarana yang menunjang baik dari sisi budidaya, pengolahan pasca panen maupun infrastruktur dan fasilitas lain seperti promosi, transportasi dan akomodasi dan pemasaran yang terpadu harus dilakukan oleh pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

Arah pengembangan kawasan agrowisata harus mampu menyentuh komponen-komponen kawasan secara mendasar. Hal ini antara lain meliputi:

a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agrowisata

b. Pengembangan pusat-pusat kegiatan wisata sebagai titik pertumbuhan. c. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang.

d. Adanya keterpaduan antar kawasan yang mendukung upaya peningkatan dan pelestarian daya dukung lingkungan serta sosial dan budaya setempat.

e. Adanya keterpaduan kawasan agrowisata dengan rencana tata ruang wilayah daerah dan nasional.

2.8. Pemberdayaan Masyarakat

Pembinaan dan sosialisasi ditujukan kepada para masyarakat dan dunia usaha yang menjadi subjek dan objek dari pengembangan kawasan agrowisata, tolok ukur keberhasilannya adalah:

a. Masyarakat dan dunia usaha yang terlibat sebagai pelaku dalam program pengembangan dan pengelolaan kawasan agrowisata sepenuhnya mengerti, mentaati, mematuhi dan berperan serta aktif dalam penegakan rambu-rambu dan etika pengembangan agrowisata.

b. Meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial masyarakat di kawasan agrowisata dan sekitarnya.

c. Berkembangnya usaha berbasis agribisnis dan agroindustri, baik dalam skala kecil, menengah dan besar yang juga berorientasi pada insdustri wisata di kawasan agrowisata.

(31)

23 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

2.9. Strategi Pengembangan Agrowisata

Pembangunan agribisnis merupakan paradigma pembangunan pertanian yang didasarkan kepada prinsip-prinsip bisnis. Dengan demikian secara otomatis, strategi ini dibangun dengan mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan daya saing agribisnis dalam perdagangan global, upaya pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan akses para pelaku agribisnis pada pasar baik pasar domestik maupun pasar global. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan para pelaku agribisnis untuk mengidentifikasi peluang pasar dan menganalisis dinamika permintaan pasar.

Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk Wisata Agro. Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju. Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain wisata agro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.

Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisata agro secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana prasarana dan kelembagaan.

a. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisata agro. Kemampuan pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menntukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari obyek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.

Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pemandu wisata agro saat ini dinilai masih terbatas. Pada jenjang pendidikan formal seperti pendidikan pariwisata, mata ajaran wisata agro dinilai belum memadai sesuai dengan potensi wisata agro di Indonesia. Sebaliknya pada pendidikan pertanian,

(32)

24 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mata ajaran kepariwisataan juga praktis belum diajarkan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut pemandu wisata agro dapat dibina dari pensiunan dan atau tenaga yang masih produktif dengan latar belakang pendidikan pertanian atau pariwisata dengan tambahan kursus singkat pada bidang yang belum dikuasainya.

b. Promosi

Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata agro. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara obyek wisata agro dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan obyek wisata agro adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.

c. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha wisata agro sangat mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan tersebut mencakup sumberdaya obyek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestraian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun obyek wisata yang ditawarkan namun apabila berada ditengah masyarakat tidak menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran obyek wisata. Antara usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha wisata agro berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari.

Usaha wisata agro bersifat jangka panjang dan hampir tidak mungkin sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala usaha perlu dilakukan dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen/wisatawan

(33)

25 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

mendapatkan kesan buruknya kondisi sumberdaya wisata dan lingkungan, dapat berdampak jangka panjang untuk mengembalikannya. Dapat dikemukakan bahwa wisata agro merupakan usaha agribisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.

d. Sarana dan Prasarana

Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan-kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.

e. Kelembagaan

Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha obyek wisata agro, maupun antara obyek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan usaha agro diperlukan.

2.10. Perencanaan dan Pemberdayaan Kawasan Agro wisata 2.10.1. Manfaat agro wisata

Dalam kegiatan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin baik di tempat kerja, di rumah maupun di tempat-tempat lainnya. Kegiatan rutin kadang-kadang menimbulkan kejenuhan, bilamana seseorang mengalami kejenuhan, paling tidak berpengaruh terhadap kebugaran, kesegaran dan energi serta stamina, oleh karena kejenuhan terhadap pekerjaan yang bersifat rutinitas perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat berpengaruh kepada kesegaran rohani dan jasmani atau kegiatan selingan yang mampu memberikan hiburan dan melupakan sejenak kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan adalah rekreasi. Rekreasi adalah kegiatan yang bersifat hiburan yang disertai berbagai kegiatan baik yang berdampak kepada kesehatan jasmani maupun rohani. Melalui kegiatan rekreasi diperoleh suatu kepuasan jiwa. Kegiatan rekreasi lebih banyak dilakukan di luar (out door) oleh karena kegiatan

(34)

26 | Penguatan Klaster Industri Agrowisata Kabupaten Malang

rekreasi di luar akan dapat memberikan dorongan kepada kesehatan dan mendorong interaksi seseorang dengan alam, udara, suasana dan lain-lain. Di tempat yang bernuansa pegunungan, persawahan, perkebunan, dan pertanian. Berbagai kegiatan rekreasi yang dilakukan orang-orang telah mendorong berbagai sarana rekreasi baik yang bersifat alam, buatan manusia. Salah satu obyek dan daya tarik wisata yang memiliki keterpaduan antara alam dan buatan manusia adalah untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dengan lingkungannya. Suasana alami yang di latar belakangi kenyamanan lingkungan, adalah tempat yang banyak diminati wisatawan. Aktivitas agro wisata diharapkan dapat menarik para wisatawan untuk menikmati berbagai jenis hasil pertanian dan sekaligus memberikan dorongan kepada pengenalan berbagai jenis hasil lainnya seperti perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan holtikultura. Bilamana agro wisata dikelola secara profesional agro wisata dapat memberikan manfaat cukup luas terhadap:

a. Meningkatkan konservasi lingkungan

pengembangan dan pengelolaan agrowisata yang obyeknya benar-benar menyatu dengan lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestarian lingkungan, jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan ekosistem dan peletakan kemampuan daya dukung lingkungan dapat memberikan dorongan bagi setiap orang untuk senantiasa memperhitungkan masa depan dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Daerah agro wisata diharapkan dapat berguna bagi lingkungan.

Berdasarkan kawasan agro wisata yang memiliki areal yang sangat luas dan ditanami dengan berbagai jenis pohon, tanaman holtikultura akan mempengaruhi cuaca bahkan iklim di sekitarnya. Dengan banyaknya pohon, selain dapat menyerap kebisingan, juga dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan, pengembangan agro wisata di satu daerah, atau Negara akan mendorong popularitas Negara tersebut, yang dihasilkan dari berbagai komoditi pertanian seperti Thailand, banyak hasil pertanian holtikultura, di Negara tersebut telah membawa harum Negara tersebut, seperti durian montong, jambu, paprika, ketimun, jeruk dan lain-lain, demikian pula dengan Negara New Zealand banyak hasil pertaniannya telah membawa harum, seperti apple, buah kiwi, pear, anggur, dan lain-lain. Apa yang dihasilkan oleh Negara-negara tersebut, membuktikan bahwa produk wisata, tidak harus selalu berbentuk obyek alam, akan tetapi inovasi terhadap berbagai hasil pertanian dapat menjadi pendukung bagi peningkatan kunjungan wisatawan.

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan Hg, Cd dan Pb di dalam jaringan tulang sirip keras ikan di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak berbeda nyata dibandingkan stasiun 2,

Isolat bakteri (GGPC, GM dan NTF) terseleksi yang diperoleh dari tanah perkebunan dapat tumbuh pada media seleksi mengandung insektisida karbaril, serta herbisida diuron dan bromosil

1 Memeriksa apakah kita sudah membangun boundaries yang benar dalam hidup kita sesuai dengan firman Tuhan 2 Membangun boundaries/batas yang jelas dan benar dengan memahami

Tidak terdapat Hubungan yang bermakna antara Pengetahuan mahasiswa tentang uji kompetensi terhadap minat belajar mahasiswa kebidanan di STIKes Prima Nusantara

Menurut Luciana Spica Almilia dan Irmaya Briliantien (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kinerja Sistem Informasi, antara

LINAC menggunakan teknologi microwave (teknologi yang sama seperti yang digunakan dalam radar) untuk mempercepat electron digunakan suatu alat yang disebut sebagai

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen

Berbicara mengenai pendidikan karakter, hal yang utama dikaji adalah sasaran kita dalam menerapkan pendidikan karakter itu sendiri yang tak lain adalah peserta didik