STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (BTNKJ) SEMARANG, JAWA TENGAH
PROPOSAL PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
RENI TRI SUSANTI 145080601111076
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (BTNKJ) SEMARANG, JAWA TENGAH
PROPOSAL PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Malang Oleh :
RENI TRI SUSANTI 145080601111076
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
1 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Magang yang berjudul ”Strategi
Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) Semarang, Jawa Tengah”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan Praktik Kerja Magang di Balai Taman Nasional Karimunjawa Semarang, Jawa Tengah.
Ekosistem mangrove merupakan suatu system di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang berada di wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut dan didominasi oleh pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin atau payau. Hutan mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis, mangrove juga merupakan mata rantai yang penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi pada suatu perairan sehingga diharapkan pemerintah serta masyarakat berpartisipasi dalam menjaga dan mengelola ekosistem mangrove yang mencakup perlindungan, pengawetan serta pemanfaatan berkelanjutan.
Akhir kata dalam penulisan laporan praktik kerja magang ini saya masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik serta saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan selanjutnya.
Malang, 27 April 2017
2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR GAMBAR ... 3 DAFTAR TABEL ... 4 I. PENDAHULUAN ... 5 1.1Latar Belakang ... 5 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan ... 7 1.4Kegunaan ... 7 II. METODOLOGI ... 9
2.1 Waktu dan Lokasi ... 9
2.2Alat Praktik Kerja Magang ... 10
2.3 Tahapan Kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) ... 10
2.4 Prosedur Pengabdian Masyarakat ... 11
2.5Metode Pengambilan Data ... 13
2.5.1 Data Primer ... 13 2.5.1.1 Observasi ... 13 2.5.1.2 Wawancara ... 14 2.5.1.3 Partisipasi Aktif ... 14 2.5.2 Data Sekunder ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... 16
3 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Karimunjawa... 9 Gambar 2. Tahapan Kegiatan PKM ... 11 Gambar 3. Pengabdian Masyarakat... 12
4 DAFTAR TABEL
Table 1. Jadwal Pelaksanaan PKM ... 9 Table 2. Alat Praktik Kerja Magang ... 10
5 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan memiliki wilayah pantai sepanjang 54.716 km. Wilayah pantai (pesisir) di indonesia banyak ditumbuhi oleh hutan mangrove. Luas hutan mangrove yang ada di Indonesia sekitar 4.251.011,03 ha dengan penyebaran 15,46 % di umatera; 2,35 %; 2,35% di Maluku; 9,02% di Kalimantan; 1,03% di Jawa; 0,18% di Bali dan Nusa Tenggara, dan 69,43% di Irian Jaya (FAO/UNDP, 1990 dalam Rusdianti dan satyawan, 2012). Hutan mangrove jika ditinjau dari tata bahasa terdiri dari dua kata, yaitu “hutan” dan “mangrove”. Menurut Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi dengan pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan ( Kordi, 2012 dalam Lumbessy et.,al 2015).
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang langka dan khas di dunia, karena luasnya hanya 2% di permukaan bumi. Ekosistem mangrove ini memiliki peranan dari segi ekologi, social ekonomi, dan sosial budaya yang sangat penting (Setyawan dan Kusumo, 2006). Fungsi ekologi hutan mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran berbagai jenis ikan, burung dan fauna lain, serta pembentuk daratan. Fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove meliputi bahan bangunan, kerajinan tangan, obat-obatan, serta memiliki fungsi sosial-budaya sebagai areal konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya. Ekosistem mangrove berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan, serta berperan juga sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan menangkap dan memerangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan yang kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus.
Ekosistem mangrove selain melindungi pantai dari gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, dan serangga. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di
6 sekitarnya. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial, dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem hutan mangrove bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang dsb). Banyak fauna khususnya bentos yang berkoeksistensi di hutan mangrove memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti kepiting bakau, beberapa jenis krustasea, kerang-kerangan, dan gastropoda (Talib, 2008).
Fungsi ekologis mangrove bagi biota-biota tersebut adalah sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah tempat mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Mangrove sebagai habitat tempat hidup, berlindung, memijah dan penyuplai makanan dapat menunjang kehidupan moluska. Rantai makanan yang berperan di daerah ekosistem mangrove adalah rantai makanan detritus, dimana sumber utama detritus berasal dari daun-daunan dan ranting-ranting mangrove yang gugur dan membusuk, substrat ekosistem mangrove yang relatif berubah-ubah karena adanya sedimentasi dan guguran daun yang berlangsung secara terus menerus akan membentuk lapisan sedimen, dan beberapa gastropoda dan bivalvia yang hidupnya sessil dalam substrat tersebut berperan sebagai detrivor dalam rantai makanan pada ekosistem mangrove. Apabila salah satu komponen mata rantai suatu rantai makanan mengalami perubahan maka akan merubah keadaan mata rantai yang ada pada suatu ekosistem misalnya pada ekosistem mangrove dengan moluska, perubahan ini akan berdampak terhadap ketidakstabilan ekosistem, baik dampak secara langsung maupun tidak langsung. (Hartoni dan Andi, 2013).
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan (Saparinto ,2007 dalam Lumbessy et.,al 2015). Oleh karena itu pengelolaan ekosistem mangrove perlu dilakukan agar ekosistem mangrove dapat terjaga keberadaannya. Pengelolaan ekosistem mangrove tidak dapat terlepas dan saling berkaitan dengan pembangunan dan perkembangan di wilayah pesisir. Ekosistem mangrove merupakan bagian dari ekosistem wilayah pesisir, sehingga dalam perencanaan dan pengelolaan harus berkoordinasi, berintegrasi dan bersinergi dengan sector lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga langkah utama dalam pembangunan terpadu di wilayah pesisir, yaitu: (1) perencanaan, (2) implementasi, dan (3) pemantauan dan evaluasi.
7 Pulau Karimunjawa memiliki luas 4.302,5 ha dan Pulau Kemujan memiliki luas 1.501,5 ha atau kedua pulau ini memiliki luas 81,52 % dari luas daratan di kawasan kepulauan Karimunjawa. Karimunjawa merupakan daerah wisata, dan salah satu pulau di Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove yang masih bagus ekosistem mangrove pada kawasan taman nasional karimunjawa tidak hanya dijadikan sebagai daerah konservasi dan perikanan saja, tetapi juga dikembangkan menjadi tempat wisata ( Simanjuntak et.,al 2015). Alasan penulis memilih topik ini adalah karena ekosistem mangrove di taman nasional karimunjawa cukup luas, sehingga diharapkan pemerintah maupun masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk menjaga kelestarian semua biota yang ada di ekosistem mangrove serta melindungi ekosistem laut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah?
2. Apa saja progam pemberdayaan masyarakat terkait dengan strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Kariunjawa Jepara, Jawa Tengah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui kondisi habitat serta strategi pengelolaan ekosistem mangrove di
Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah
2. Mengetahui progam pemberdayaan masyarakat terkait strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah. 1.4 Kegunaan
Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah sebagai bahan informasi bagi :
1. Lembaga Akademis (Mahasiswa dan Perguruan Tinggi)
Sebagai informasi keilmuwan untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan teknik konservasi penyu serta sebagai bahan informasi dan pedoman untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
8 2. Masyarakat
Memberikan informasi mengenai strategi penegelolaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa.
3. Instansi
Sebagai bahan informasi dalam pengembangan strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Balai Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah.
4. Pemerintah Daerah
Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam membantu memonitoring ekosistem mangrove dalam pengelolaannya dan merumuskan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan ekosistem mangrove di Balai Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah.
9 II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Lokasi
Praktik Kerja Magang (PKM) dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang ini dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan bulan agustus 2017.
Gambar 1. Peta Lokasi Karimunjawa Table 1. Jadwal Pelaksanaan PKM
No Keterangan April Mei Juni Juli Agustus September Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penentuan topik dan Tempat Pelaksanaan PKM 2. Pembuatan proposal dan Pengesahan proposal 3. Pelaksanaan Praktik Kerja Magang 4. Penyusunan Laporan 5. Ujian PKM
10 2.2 Alat Praktik Kerja Magang
Adapun alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang adalah sebagai berikut.
Table 2. Alat Praktik Kerja Magang
No Alat Fungsi
1. Kamera Digital Alat untuk dokumentasi kegiatan
2. Roll Meter Alat untuk mengukur panjang objek yang
Diamati
3. Buku dan Alat Tulis Alat untuk mencatat hasil dari objek yang
Diamati
4. Laptop Alat untuk mengolah data dari hasil PKM
2.3 Tahapan Kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM)
Kegiatan Praktik Kerja Magang dimulai dengan persiapan topik yang disesuaikan dengan kegiatan yang ada di instansi. Dilakukan survey lokasi untuk menyesuaikan topik penelitian dengan Instansi Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jepara Jawa Tengah, kemudian dilakukan pengajuan proposal Praktek Kerja Magang dan perizinan ke instansi Balai Taman Nasional Karimunjawa serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Setelah perizinan disetujui, maka pelaksanaan Praktik Kerja Magang dapat dilaksanakan. Pada saat Praktek Kerja Magang, diharapkan mahasiswa ikut terlibat untuk pergi ke lapang. Data hasil Praktek Kerja Magang di lapang ini dijadikan sebagai data primer dan kemudian Data dari instansi serta studi literatur dijadikan sebagai data sekunder. Dari data primer dan data sekunder yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisa dari hasil data yang diperoleh. Setelah itu membandingkan data primer yang telah didapat dengan data sekunder sehingga didapatkanlah hasil penelitian. Adapun tahapan kegiatan praktek kerja magang dapat dilihat pada gambar berikut.
11 2.4 Prosedur Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pengabdian masyarakat dimulai dengan persiapan agenda yang disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh instansi. Selanjutnya meminta perizinan kepada lembaga instansi untuk bekerjasama dalam mengikuti rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat. Setelah perizinan disetujui oleh kedua belah pihak, maka dilakukan kegiatan sosialisasi.
Gambar 2. Tahapan Kegiatan PKM Penentuan Topik
Pembuatan Proposal
Perizinan
Perizinan ke Instansi Balai Taman Nasional Karimunjawa
Semarang Jawa Tengah
Perizinan ke Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijawa
Pelaksanaan PKM
Data Primer Data Sekunder
Observasi Wawancara Partisipasi Aktif Data dari Instansi Studi Literatur Dokumentasi Analisis Data Hasil PKM
12 Pemberian edukasi kepada siswa siswi sekolah dasar tentang pentingnya ekosistem mangrove bagi lingkungan laut. Selanjutnya dilakukan bersih-bersih pantai dan penanaman mangrove bersama siswa siswi sekolah dasar. Selanjutnya akan dilakukan pemasangan plang berupa himbauan agar masyarakat senantiasa menjaga dan memelihara ekosistem pantai serta ikut berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang meliputi perlindungan, pengawetan serta pemanfaatan keberlanjutan dan ekosistem. Sistematika prosedur pelaksanaan pengabdian masyarakat dapat dilihat pada gambar.
Pengabdian Masyarakat
Perizinan
Membantu Warga Sekitar Sosialisasi dan Edukasi
terhadap warga sekitar tanam mangrove
bersama
Edukasi tentang mangrove kepada siswa-siswi sekolah dasar
Penanaman Mangrove Pembuatan plang berupa
himbauan untuk masyarakat agar senantiasa menjaga ekosistem pantai
Membantu warga sekitar Gotong Royong
13 2.5 Metode Pengambilan Data
Pada proses pengambilan data kegiatan Praktek Kerja Magang akan dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan data primer dan data sekunder. Data Primer diambil dengan mencatat hasil observasi, partisipasi aktif dan wawancara yang dilakukan dengan pihak instansi Balai Taman Nasional Karimunjawa serta Masyarakat setempat. Data sekunder didapatkan dari Data instansi yang sudah ada dari Balai Taman Nasional Karimunjawa, Studi Literatur dari penelitian yang sebelumnya dan dokumentasi.
2.5.1 Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli atau tidak melalui perantara. Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari suatu tempat yang akan diteliti baik melalui observasi, wawancara langsung maupun dengan cara dokumentasi. Data Primer berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian (Kartini, 2013).
Menurut Wuisman (1991), data primer adalah data yang didapatkan dari sumber pertama baik berasal dari individu ataupun perorangan. Data primer ini dapat berasal dari hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi dan lain sebagainya. Data ini merupakan data mentah yang akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan pengumpul data. Pada Praktek Kerja Magang ini data primer diperoleh dari observasi, Partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan ekosistem mangrove serta hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber pihak pengelola ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah. 2.5.1.1 Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung yang dilakukan dengan
menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sistematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati (Aedi, 2010). Dalam Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) teknik observasi ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari proses wawancara yaitu dengan melakukan pengamatan langsung
14 terhadap habitat ekosistem mangrove, pengelolaannya serta jenis-jenis fauna yang ada di Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah .
2.5.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam. Kelebihan wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis, jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya, wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden yang mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Sedangkan kelemahan wawancara yaitu wawancara memerlukan biaya yang sangat banyak untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data, wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang lebih kecil, kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden (Kartini, 2013). Metode wawancara ini dilakukan pada praktek kerja magang dengan secara langsung kepada pihak yang berkaitan dengan pengelola ekosistem mangrove, yakni segenap staff Balai Taman Nasional Karimunjawa pengelola ekosistem mangrove di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah yang sedang bertugas, mengenai teknik pemeliharaan serta manajemen pengelolaan ekosistem mangrove.
2.5.1.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat serta memahami gejala-gejala yang ada sesuai dengan maknanya dan terjadi dalam waktu yang lama atau ikut serta ditengah-tengah responden sehari-hari. Dalam Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM), partisipasi aktif yaitu kegiatan ikut serta berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam kegiatan sehari-hari dalam pelestarian ekosistem mangrove dan menjadi tenaga kerja di Taman Nasional Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah
2.5.2 Data Sekunder
Metode Sekunder merupakan suatu metode atau cara pengambilan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara baik dari literature yang berupa buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang diperoleh baik dari dokumen
15 maupun dari observasi langsung ke lapangan. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, letak dan keadaan fisik lingkungan yang telah tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Kartini, 2013).
Menurut Marzuki (1993), data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui laporan, jurnal penelitian, majalah maupun bahan kepustakaan lainnya yang menunjang. Dengan kata lain cara pengumpulan data ini bukan diusahakan sendiri secara langsung. Pada kegiatan Praktik Kerja Magang ini data sekunder diperoleh dari Studi literature, Data dari instansi serta dokumentasi.
16 DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. 2010. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Hartoni dan Andi agussalim. 2013. Komposisi dan Kelimpahan Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) di Ekosistem Mangrove Muara Sungai Musi Kabupaten Banyu asin Provinsi Sumatera Selatan. MaspariJournal. Vol 5(1).
Kartini, H., 2013. Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Macam Teknik
Pengumpulan Data.
http://harumikartini.weebly.com/2/post/2017/03/kelebihan-dan-kekurangan berbagai-macam-teknik-pengunpulan-data.html.
Lumbessy, Henriyani; J. Rengkung dan Pierre H. 2015. Strategi Konservasi Ekosistem Mangrove Desa Mangega dan Desa Bajo sebagai Destinasi Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Sula. Prodi Perencanaan Wilayah & Kota Jurusan Arsitektur-FT. UNSRAT: Manado.
Marzuki. 1993. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia (UII) : Yogyakarta.
Rusdianti, Konny dan Satyawan Sunito. 2012. Konversi Lahan Hutan Mangrove serta Upaya Penduduk Lokal dalam Merehabilitasi Ekosistem Mangrove (Mangrove Forest Conservation and The Role of Local Community in Mangrove Ecosytems Rehabilitations). Jurnal Sosiologi Pedesaan. ISSN : 1978-4333 Vol. 6(1).
Setyawan, Ahmad Dwi dan Kusumo Winarno. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret (UNS) : Surakarta.
Simanjuntak, susi watina; Agung suryanto dan Dian wijayanto. 2015. Strategi Perkembangan Pariwisata Mangrove di Pulau Kemujan Karimunjawa. Journal of Maquares. E-journal. Vol 4(1).
Talib, Muhammad Firly. 2008 Struktur Zonasi (sebaran) Mangrove serta Makrozoobenthos yang berkoeksistensi, di desa tanah merah dan obelo kecil kabupaten kupang. Skripsi. Program Studi dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB : Bogor.
Wuisman, J.J.J.M. 1991. Metoda Penelitian Ilmu Sosial. Malang : Percetakan Dwi Murni Offset.