• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDIRI I TABANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDIRI I TABANAN."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN

SUAMI TERHADAP PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KEDIRI I TABANAN

OLEH :

NI MADE AYU KOMALA SARI

NIM. 1102105074

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN

SUAMI TERHADAP PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KEDIRI I TABANAN

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

NI MADE AYU KOMALA SARI

NIM. 1102105074

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Made Ayu Komala Sari

NIM : 1102105074

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, 19 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugrahaNyalah skripsi berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pelaksaaan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan”

dapat diselesaikan tanpa hambatan yang berarti.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp. OT (K), M. Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ketut Tirtayasa, MS sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ns. Ika Widi Astuti, M. Kep, Sp.Kep.Mat sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Ns. Rai Dewi Damayanthi Pande, S. Kep. sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

5. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Bali karena telah memberikan ijin penelitian.

6. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Tabanan karena telah memberikan ijin penelitian di Kabupaten Tabanan.

7. Kepala Puskesmas Kediri I Tabanan sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan penelitian ini, yang telah membantu memberikan data sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

8. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan support moril maupun materiil selama proses pengerjaan skripsi ini.

(7)

vi

10.Teman dekat saya Eggy Segel, serta sahabat saya Aniek, Candra, dan Ande yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skrips ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

(8)

vii

ABSTRAK

Sari, Ni Made Ayu Komala. 2015.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Ika Widi Astuti, M. Kep. Sp.Kep.Mat (2) Ns. Rai Dewi Damayanthi Pande, S. Kep.

Cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih berada di bawah target WHO dan Depkes RI yang hanya mencapai 42 % pada tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu kurangnya dukungan suami kepada istri menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami serta menganalisis pengaruhnya. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebesar 157 orang dengan teknik sampling simple random samping. Uji hipotesis menggunakan uji Spearman Rank Test atau Chi-square, dengan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 4 faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan dukungan suami, yaitu faktor tingkat pendidikan (pvalue = 0,000 ; r = 0,705), faktor tingkat pengetahuan (pvalue = 0,000 ; r = 0,678), faktor pendapatan (pvalue = 0,001 ; r = 0,271), serta faktor status pekerjaan (pvalue = 0,000 ). Sedangkan terdapat 2 faktor yang memiliki hubungan yang tidak signifikan yaitu, faktor harga diri (pvalue = 0,582 ; r = 0,044) dan faktor keterampilan sosial ( pvalue = 0,148).

(9)

ABSTRACT

Sari, Ni Made Ayu Komala. 2015. Factors That Affecting The Husbans Support For Exclusif Breastfeeding In Region Of Puskesmas Kediri I Tabanan. The Study of Nursing, The Faculty of Medicine of Udayana University Denpasar. Advisor (1) Ns. Ika Widi Astuti, M. Kep. Sp.Kep.Mat (2) Ns. Rai Dewi Damayanthi Pande, S. Kep.

The scope of exclusive breastfeeding in Indonesia is still below the target of WHO and/or The Ministry of Health of the Republic of Indonesia, which only reached 42% in 2013. This was caused by several factors, one of them is the lack of husband support to the wife who is breastfeeding. This study was aim to determine those factors and then to analyze its influence. The research method was descriptive correlative with cross sectional approach. The sample used for this study was 157 people which is choosen by simple random sampling technique. Hypothesis testing was using Spearman Rank test or Chi-square test, with α = 0.05. The results indicate there are four factors that have significant relation to the husband support of breastfeeding : educational level (pvalue = 0.000; r = 0.705), the level of knowledge (pvalue = 0.000; r = 0.678), income (pvalue = 0.001; r = 0.271), and employment status (pvalue = 0.000). While there are two non-significant factors : self-regard (pvalue = 0.582; r = 0.044) and social skills (pvalue = 0.148).

(10)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

2.1.4 Manfaat ASI Eksklusif ... 15

2.1.5 Cara menyimpan ASI... ... 16

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ASI eksklusif... 16

2.2Dukungan Suami ... 21

2.2.1 Pengertian Dukungan Suami ... 21

2.2.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Suami Terhadap Istri Menyusui ... 24

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1Kerangka Konseptual ... 37

3.2Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

(11)

ix

3.2.2 Variabel Dependen ... 39

3.2.3 Definisi Operasional... 39

BAB IV METODE PENELITIAN

4.4Populasi, Sampel, Teknik Sampling dan Etika Penelitian ... 44

4.4.1 Populasi Penelitian ... 44

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 52

4.6Pengolahan dan Analisa Data... 56

4.6.1 Pengolahan Data... 56

4.6.2 Analisa Data ... 59

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian ... 61

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 61

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 62

5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Responden Sesuai Variabel Penelitian ... 63

5.1.4 Hasil Analisa Data ... 67

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

5.2.1 Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 72

5.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 75

(12)

x

Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kediri I Tabanan ... 84

5.2.5 Pengaruh Faktor Pendapatan Dengan Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 86

5.2.6 Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Dengan Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 87

5.2.7 Pengaruh Faktor Status Pekerjaan Dengan Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 89

5.2.8 Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dengan Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ... 90

5.3 Hambatan Penelitian ... 92

BAB VI PENUTUP 6.1Simpulan ... 93

6.1.1 Hasil Analisa Data ... 93

6.1.2 Hasil Uji Statistik Korelasi ... 94

6.2 Saran ... 94

6.2.1 Bagi Puskesmas ... 94

6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 95

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.2.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian...38 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...62 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Harga Diri

suami...63 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Keterampilan

Sosial...64 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor

Pendapatan...64 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat

Pendidikan...65 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Status Pekerjaan...66 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat

Pengetahuan...66 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

(15)

xiii

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2 Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 3 Penjelasan Penelitian

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Kuesioner Dukungan Suami

Lampiran 6 Kuesioner Faktor-Faktor

Lampiran 7 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal Lampiran 10 Surat Ijin Badan Perijinan dan Penanaman Modal Lampiran 11 Surat Ijin Kesbang, Pol dan Linmas Kabupaten Tabanan Lampiran 12 Surat Ijin Melakukan penelitian Puskesmas Kediri I Tabanan Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak dalam kandungan dan bayi disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini. Pemberian makanan terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah menjadi rekomendasi World Health Organization (WHO) adalah memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24 bulan. Hal ini didukung dengan keberadaan Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128 yang mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan.

(18)

2

karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Hendarto & Keumala, 2008).

ASI eksklusif memiliki berbagai manfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisik maupun psikologis. ASI eksklusif dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan terutama pertumbuhan ideal dalam 6 bulan pertama serta perkembangannya. Imunitas dan tingkat kecerdasan bayi yang diberikan ASI eksklusif jauh lebih baik dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif (Kramer, et, al, 2003). Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa bayi yang tidak diberi ASI berisiko sepuluh kali lebih tinggi meninggal pada bulan pertama kehidupan dibandingkan bayi yang diberi ASI (Bahl, et al, 2005).

Terdapat beberapa penyakit yang dapat diderita bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Penyakit diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang paling umum diderita pada bayi tanpa ASI eksklusif serta yang diberikan makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan (Bachrach, Schwarz, Bachrach, 2003). Sedangkan bagi ibu, pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan risiko kanker payudara dan kanker indung telur sampai 73 persen (Roesli, 2001).

(19)

3

sebesar 62,2%, kemudian menurun menjadi 56,2% pada tahun 2008, mengalami penurunan lagi pada tahun 2010 cakupan ASI eksklusif hanya 22%. Sedangkan data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50%, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% (www.litbang.depkes.go.id).

Cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Bali juga masih belum mencapai target, tercatat dalam hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 hanya mencapai 69,3%. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali terdapat beberapa Kabupaten yang mengalami penurunan cakupan ASI Eksklusif dari tahun 2012 ke tahun 2013, yaitu Kabupaten Buleleng, Klungkung dan Tabanan. Namun yang mengalami penurunan paling tinggi adalah Kabupaten Tabanan, yaitu sebesar 3,1% hingga cakupannya hanya mencapai 61,79%, berbeda dengan kabupaten lain yang setiap tahun mengalami peningkatan rata-rata diatas 65%.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Menurut Adiningsih (2004) terdapat beberapa faktor internal yang berhubungan dengan rendahnya praktek menyusui eksklusif, diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI secara

eksklusif, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya

(20)

4

promosi susu formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, serta tingkat

pendidikan ibu.

Selain itu terdapat faktor eksternal keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya. Menurut Dirjen Gizi dan KIA keberhasilan tersebut sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, masyarakat serta lingkungan kerja (Budiharja, 2011). Hal ini didukung oleh sebuah artikel kesehatan yang menyatakan bahwa selain faktor internal dari ibu, dukungan keluarga terutama

suami dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui. Dukungan suami

akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi

ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui. Menurut

artikel tersebut, dukungan suami ini masih menjadi penyebab pertama yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif (Adiningsih, 2004 ; Setiawan, 2013).

(21)

5

menyusui, yaitu aspek emosional, instrumental, informatif serta penilaian (Suhita, 2005). Melalui ke empat aspek dukungan tersebut, suami akan mampu memberikan dukungan maksimal sehingga istri mampu memberikan ASI eksklusif pada bayi.

Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif bisa berhasil sukses dengan adanya dorongan suami kepada ibu menyusui. Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI pasti akan selalu membantu ibu mengurus bayi, termasuk menggantikan popok, memandikan bayi dan memberikan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha fokus meningkatkan kualitas ASInya, dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan melakukan pola hidup sehat (Wahyuningsih, 2012).

Suami memiliki peran terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Namun masih terdapat penelitian yang menyatakan dukungan suami tidak berhubungan secara bermakna dengan praktek pemberian ASI eksklusif. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa peran dukungan suami kepada ibu dalam praktek pemberian

ASI eksklusif masih kurang (Sartono, 2012). Hal tersebut juga didukung oleh

(22)

6

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tanggal 15 Desember 2014, angka pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2013 di Kabupaten Tabanan yaitu 61,79%. Peneliti kemudian mencari salah satu wilayah yang memiliki tingkat ASI eksklusif rendah di Kabupaten Tabanan, didapatkan di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan pencapaian ASI eksklusifnya sebesar 46,46%. Pencapaian ASI eksklusif tersebut jelas berada dibawah presentase ASI eksklusif Kabupaten Tabanan. Dari data yang didapatkan peneliti terhadap 10 ibu yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan yang datang ke posyandu 7 diantaranya tidak berhasil dalam memberikan ASI eksklusif. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dan wawancara kepada ibu-ibu tersebut, didapatkan beberapa faktor penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif, salah satunya dikarenakan kurangnya dukungan keluarga terutama suami.

(23)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut dapat diangkat rumusan masalah yaitu “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi dukungan suami terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan suami terhadap pelaksanaan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan suami terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan.

(24)

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya keperawatan maternitas mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan suami terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian selanjutnya yang berhubungan dengan dukungan suami dan pelaksanaan ASI Eksklusif.

1.4.2 Manfaat Praktis

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

2.1.1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004)

ASI Eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi berumur enam bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus buah, air gula, dan madu. Namun vitamin, mineral maupun obat dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk dalam makanan tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2007).

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam - garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004).

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat

gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang dibutuhkan oleh bayi untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama pada umur 0 sampai 6 bulan.

(26)

10

memberikan makanan pendamping ASI secara benar setelah itu sampai bayi/anak

berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007; Tedjasaputra, 2010; Fewtrell et al, 2007)

2.1.2. Komposisi ASI

Menurut Proverawati (2010), ASI merupakan sumber nutrisi bagi bayi, dimana komponennya sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik yang mempunyai peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi. Adapun komponen dalam ASI yaitu :

a. Kolostrum

Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Jumlah kolostrum tidak terlalu banyak akan tetapi kaya akan gizi serta mengandung karoten dan vitamin A.

b. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). Akan tetapi pada ASI lebih

banyak mengandung whey sehingga ASI mudah dicerna dibandingkan susu sapi yang lebih banyak mengandung casein. Untuk itu pemberian ASI Eksklusif wajib diberikan sampai bayi berumur enam bulan. c. Lemak

(27)

11

d. Laktosa

Laktosa merupakan karbohidrat paling utama pada ASI. Laktosa berfungsi untuk menghasilkan energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktose diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri dalam tubuh bayi.

e. Vitamin

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistem syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. Selain itu terkandung juga vitamin A,D,E, dan K dalam ASI.

(28)

12

dapat menambah vitamin D dari paparan sinar matahari pagi. Sehingga pemberian ASI ekslusif ditambah dengan bayi terpapar oleh sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin E dalam ASI memiliki fungsi penting yakni untuk kekebalan dinding sel darah merah. Apabila kekurangan vitamin E akan menyebabkan anemia pada bayi. Sedangkan vitamin K dalam ASI dibutuhkan sebagai salah satu gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan darah. Kadar vitamin K dalam ASI sedikit kandungannya, sehingga berisiko terjadi perdarahan, oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

f. Zat Besi

Zat besi penting untuk mencegah anemia pada bayi. Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensial untuk tumbuh-kembang otak bayi. Kandungan zat besi pada ASI sedikit yaitu 0,5 – 1,0 mg/liter sehingga mudah diserap oleh bayi g. Taurin

(29)

13

h. Lactobacillus

Lactobacillus berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

i. Laktoferin

Laktoferin yang diproduksi makrofag, neutrofil dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik, dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena merupakan glikoprotein yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri aerobik seperti stafilokokus dan E. coli. Laktoferin dapat mengikat dua molekul besi ferri yang bersaing dengan enterokelin kuman yang juga mengikat besi. Kuman yang kekurangan besi ini pembelahannya akan terhambat sehingga berhenti memperbanyak diri. Efek inhibisi ini lebih efektif terhadap kuman patogen, sedangkan terhadap kuman komensal kurang efektif. Laktoferin bersama SIgA secara sinergistik akan menghambat pertumbuhan E. coli patogen.

j. Lisozim

Lisozim adalah enzim yang mempunyai sifat bakteriolitik dan berada dalam konsentrasi tinggi di dalam ASI. Lisozim dapat memecah

(30)

14

2.1.3. Jenis – Jenis ASI

ASI diproduksi secara alami oleh ibu sebagai nutrisi dasar untuk bayi selama beberapa bulan pertama hidup bayi. Menurut pendapat Proverawati (2010), ASI dibedakan menjadi 3 tiga kelompok dan tahap secara terpisah, yaitu :

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (2-4 hari) dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum lebih kental dibandingkan dengan cairan susu berikutnya. Kandungan yang terdapat dalam kolostrum yaitu protein, vitamin, yang larut dalam lemak, mineral – mineral, serta imunoglobulin yang berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi.

b. Transitional Milk (ASI peralihan)

ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum yaitu 8 – 20 hari. ASI ini memiliki kadar lemak, laktosa dan vitamin larut air lebih tinggi dari kadar protein, serta mineral yang lebih dibandingkan dengan kolostrum.

c. Mature Milk (ASI matang)

(31)

15

90 % air dan 10 % karbohidrat, protein, dan lemak. Terdapat dua tipe ASI mature yaitu :

a. Foremik

Foremik dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin, serta protein.

b. Hind-milk

Hind-milk dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan

mengandung lemak tinggi yang sangat diperlukan untuk penambahan berat badan bayi.

2.1.4. Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Proverawati (2010), pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi, akan tetapi bermanfaat juga bagi ibu. Manfaat ASI bagi bayi yaitu :

a. Menurunkan kumpulan patogen penyebab diare.

b. Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media, meningitis bakteri, infeksi saluran kemih, diare dan necrotizing enterocolitis. c. Merangsang lima indera bayi.

d. Meningkatkan berat badan bayi.

(32)

16

Selain bermanfaat bagi bayi, menyusui juga bermanfaat bagi ibu, yaitu :

a. Dengan menyusui, ibu tidak mengalami menstruasi dalam beberapa bulan dan merupakan KB alami.

b. Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses pemulihan rahim untuk persiapan kehamilan kembali. c. Mempercepat pemulihan tubuh ke posisi semula.

d. Mengurangi kemungkinan terjadi kanker payudara, kanker ovarium, urinary tract infection dan osteoporosis pada ibu.

e. Meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dengan anak.

2.1.5. Cara Menyimpan ASI

Menurut Suradi (2008) dalam IDAI (2008), cara menyimpan ASI yang diperah adalah sebagai berikut:

a. ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya disimpan dalam lemari es.

b. ASI dapat disimpan selama 24-48 jam dalam lemari es dengan menggunakan kontainer yang bersih, misalnya plastik.

c. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa transportasi.

(33)

17

2.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mepengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dari ibu dan faktor eksternal dari keluarga dan lingkungan. a. Faktor internal

1) Pengetahuan Ibu

Penelitian yang dilakukan Nurafifah (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, pada saat yang sama mereka memiliki pengetahuan budaya lokal berupa ideologi makanan untuk bayi. Pengetahuan budaya lokal ini dapat disebut penghambat bagi praktik pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan yang rendah tentang ASI eksklusif dikarenakan tidak memperoleh penyuluhan intensif saat pemeriksaan kehamilan tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI eksklusif. Contohnya dalam fenomena yang ada, masih terdapat ibu yang memberi makanan tambahan seperti buah-buahan pada saat bayi masih berumur 0-6 bulan. Hal tersebut sudah melenceng dari pengertian ASI eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan tambahan selama 6 bulan.

2) Asupan gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan ibu.

(34)

18

diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur (Proverawati, 2010).

3) Status ibu bekerja

Menurut hasil penelitian Saleh (2011), kesulitan dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan pemberian ASI menjadi alasan utama ibu bekerja untuk berhenti memberikan ASI pada bayinya. Subyek yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja.

4) Tingkat pendapatan

(35)

19

5) Perilaku / Sikap ibu

Hasil penelitian Foo et al (2005) menunjukkan bahwa sikap ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI. Ibu yang menganggap bahwa ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan. Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi prediktor kuat dalam pemberian ASI eksklusif.

b. Faktor eksternal

1) Pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu dan anak.

(36)

20

Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif menurut Proverawati (2010), yaitu :

a) Membantu ibu untuk memberikan ASI dan menyusui kembali (relaktasi).

b) Apabila bayi yang lahir terlalu kecil (berat badan <2500 gram) atau bayi sakit, ASI diperah dan diberikan dengan cangkir atau gelas bersih.

c) Bayi yang menderita diare tetap diberikan ASI karena ASI mengandung zat – zat anti infeksi yang berguna bagi bayi.

Adapun kendala kurang berhasilnya pelaksanaan ASI eksklusif dari faktor pelayanan kesehatan menurut Hikmawati (2008) antara lain:

a) Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan petugas kesehatan yang kurang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan konsep baru tentang pemberian ASI serta hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir.

(37)

21

c) Belum semua sarana pelayanan persalinan menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) yang merupakan kriteria/persyaratan Rumah Sakit Sayang Bayi.

2) Gencarnya promosi susu formula

Promosi susu formula yang sangat gencar (bahkan sampai di RS dan klinik bersalin) memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi. Hal tersebut merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun nonkesehatan sebelum ASI-nya keluar. Diperlukannya penegakkan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan tentang batasan promosi susu formuladan sanksi bagi tenaga kesehatan yang melanggar secara tegas, sehingga ditaati oleh seluruh pihak yang terkait (Setiawan, 2013).

3) Dukungan suami

(38)

22

para suami beranggapan bayi yang diberikan ASI saja belum cukup memenuhi nutrisi bayi, sehingga suami beranggapan bayi perlu diberikan makanan tambahan serta susu formula.

2.2. Dukungan Suami

2.2.1. Pengertian Dukungan Suami

Menurut Chaplin (2006), dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi serta semangat dalam situasi pembuat keputusan. Dukungan merupakan segala fasilitas yang diberikan kepada klien yang bersumber dari keluarga, teman dan masyarakat disekitarnya (Stuart & Sunden 2003).

Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian yang ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik serta memberikan dukungan moral dan emosional (Jacinta, 2005). Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan dukungan suami dalam penelitian ini adalah dorongan dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu yang diberikan suami terhadap ibu menyusui. Dukungan suami merupakan bagian dari dukungan sosial. Terdapat 4 aspek dukungan yang merupakan bagian dari dukungan sosial, yaitu :

a. Emosional

(39)

23

menyusui adalah memberi semangat pada ibu saat menyusui, mendampingi ibu saat menyusui di malam hari, membantu mengurangi keletihan ibu dengan memijat bahu ibu, memfasilitasi suasana yang tenang untuk ibu menyusui, misalnya : tidak ribut saat ibu menyusui serta membantu menggendong bayi ke ibu untuk disusui.

b. Instrumental

Dukungan instrumental merupakan pemberian dukungan dalam bentuk seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dari dukungan ini adalah untuk memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang yang mengalami kesulitan (Friedman, 2010). Dalam hal ini dukungan instrumental yang diberikan suami adalah membantu memberikan ASI dalam botol ketika ibu sedang tidak bisa menyusui, menyediakan makanan dan minuman untuk ibu pada saat ibu sedang menyusui, membantu pekerjaan ibu saat ibu harus menyusui bayi, memberikan makanan tambahan/suplemen/susu untuk ibu selama ibu menyusui, serta ikut merawat bayi, misalnya : membantu mengganti popok.

c. Informatif

(40)

24

bisa diberikan suami terhadap istri menyusui adalah mengingatkan ibu untuk menyusui bayi, mencari informasi mengenai ASI, mengingatkan ibu untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama menyusui, memberikan bacaan tentang ASI dan menyusui, misalnya : buku, majalah, tabloid, dll serta mencari tahu mengenai pola makan bayi.

d. Penilaian

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, membimbing dan menangani masalah. Dukungan penilaian dapat dilakukan dengan memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian kepada anggota keluarga (Friedman, 2010). Dalam hal ini dukungan penilaian yang diberikan oleh suami kepada istri menyusui adalah menunjukkan sikap setuju saat ibu menyusui bayi, memberikan pujian saat ibu sedang menyusui, menyarankan ibu untuk tetap menyusui secara eksklusif dan selalu bersikap mesra selama ibu menyusui.

Berdasarkan aspek di atas, dukungan suami dapat diwujudkan dengan bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, informasi penghargaan, perhatian dan kasih sayang.

2.2.2. Bentuk – Bentuk Dukungan Suami Terhadap Istri Menyusui

(41)

25

a. Mendampingi ibu yang sedang menyusui dan memberikan semangat kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

b. Suami menunjukkan sikap setuju saat ibu sedang menyusui. c. Suami memberikan pujian saat ibu sedang menyusui. d. Suami aktif mencari informasi mengenai ASI.

e. Suami mengingatkan ibu untuk menyusui bayi.

f. Menyediakan makanan dan minuman untuk ibu pada saat ibu sedang menyusui.

g. Mendampingi ibu pada saat menyusui tengah malam.

h. Membantu mengurangi keletihan ibu dengan memijat bahu ibu. i. Membantu memberikan ASI dalam botol pada saat ibu sedang

tidak bisa menyusui.

j. Menggantikan ibu mengerjakan pekerjaan harian di rumah.

k. Memberikan suasana yang tenang pada saat istri sedang menyusui bayi.

l. Ikut serta dalam perawatan bayi.

m. Memberikan / membelikan makanan / suplemen / susu untuk ibu selama menyusui.

n. Mengingatkan ibu untuk mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui.

o. Mencari tahu mengenai pola makan bayi.

(42)

26

2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap

Istri Menyusui

Menurut Reis dalam Suhita (2005), menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi dukungan suami yaitu :

a. Keintiman

Stenberg (dalam Carrol, 2005) menyatakan bahwa keintiman melibatkan perasaan yang dekat, terikat dan saling berhubungan. Hal ini juga didukung oleh Shcale dan Wills (dalam Wismanto, 2012) keintiman adalah adalah komponen emosional dari cinta, yang termasuk didalamnya yaitu saling berbagi, saling peduli, berkomunikasi secara intim satu sama lain dan menghargai pasangannya. Menurut Myers (dalam Wismanto, 2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keintiman yaitu, attachment (gaya kelekatan), equity (kesetaraan) dan self-disclosure (keterbukaan diri). Dukungan suami lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar. Dalam hal ini suami perlu memiliki persepsi positif tentang pemberian ASI Eksklusif, karena dengan mengetahui fungsi positif dari menyusui suami dapat mendukung penuh pemberian ASI secara eksklusif.

b. Harga Diri

(43)

27

mampu berusaha. Menurut fenomena yang terjadi sering sekali masalah keluarga seseorang dicampuri oleh keluarga lain, maupun orang tua serta mertua keluarga tersebut. Sehingga terkadang suami sebagai kepala keluarga memiliki hubungan yang kurang baik terhadap keluarga lain, orang tua serta mertua. Hal tersebut dapat mempengaruhi sikap suami terhadap keluarganya dan seringkali posesif serta bersikap semena-mena terhadap keluarganya.

Harga diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga menurut keahliannya dan nilai pribadinya (Coopersmith, 1967 dalam Lubis, 2009). Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri (Suryano, 2004).

Terdapat karakteristik harga diri individu yang dibagi menjadi 3 golongan menurut Coopersmith (1967) dalam Siregar (2006) yaitu :

1) Individu dengan harga diri yang tinggi :

1.1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik

1.2) Berhasil dalam bidang akademik dan menjalin hubungan sosial 1.3) Dapat menerima kritik dengan baik

(44)

28

1.5)Tidak terpaku pada diri sendiri atau hanya memikirkan kesulitannya sendiri

1.6) Memiliki keyakinan diri, tidak didasarkan atas fantasi, karena mempunyai kemampuan, kecakapan dan kualitas diri yang tinggi 1.7) Tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain tentang kepribadiannya 1.8) Lebih mudah menyesuaikan diri dengan suasana yang menyenangkan sehingga tingkat kecemasannya rendah dan memiliki ketahanan diri yang seimbang.

2) Individu dengan harga diri yang sedang:

2.1) Karakteristik individu dengan harga diri sedang hampir sama dengan yang memiliki harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap. Pernyataan diri mereka memang positif, namun cenderung kurang moderat. Dalam hal ini seseorang dengan harga diri sedang cenderung memiliki pandangan yang cukup dan mempertimbangkan pandangannya terhadap orang lain.

3) Individu dengan harga diri yang rendah : 3.1) Memiliki perasaan inferior

3.2) Takut gagal dalam membina hubungan sosial 3.3) Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi 3.4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan

(45)

29

Terdapat pula komponen yang melatarbelakangi terbentuknya harga diri, menurut Sriati (2008) menyatakan komponen yang melatarbelakangi terbentuknya harga diri yaitu :

1) Pengalaman

Pengalaman hidup merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu. Kesan ini akan membentuk harga diri individu tersebut. Suami yang memiliki pengalaman yang cukup dalam mengasuh anak akan mengerti dan dapat mempengaruhi kesuksesan ibu saat menyusui. Pengalaman yang cukup dalam hal ini adalah suami yang memiliki anak lebih dari satu , sehingga dikatakan mampu menghadapi masalah yang terjadi termasuk pemberian ASI eksklusif kepada anaknya.

2) Pola asuh

(46)

30

ASI eksklusif senantiasa akan selalu mengingatkan istrinya menyusui serta memberikan gizi yang cukup terhadap anaknya.

3) Lingkungan

Lingkungan memberikan dampak besar melalui hubungan yang baik antara anak dengan orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Dalam hal ini lingkungan dapat mempengaruhi suami dalam bersosialisasi di keluarganya. Suami yang hidup di lingkungan sosial primer yang relatif dekat dengan anggota keluarganya akan selalu mengurus keluarga sehingga semua masalah keluarga diselesaikan bersama-sama dengan istrinya. Istripun mampu memberikan perhatian yang maksimal kepada anaknya khususnya dalam hal menyusui.

4) Sosial ekonomi

(47)

31

c. Keterampilan Sosial

Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki keterampilan sosial rendah. Dalam penelitian ini keterampilan yang dimaksud adalah dalam berinteraksi sosial, dimana interaksi sosial tersebut adalah bagaimana seseorang menempatkan diri serta berkomunikasi dalam masyarakat. Dalam fenomena yang terjadi, beberapa masyarakat yang berperan sebagai tokoh dalam bermasyarakat dituntut untuk mengetahui permasalahan dimasyarakatnya di segala bidang, salah satunya dalam bidang kesehatan mengenai pelaksanaan ASI eksklusif yang masih rendah, dll.

Selain faktor – faktor tersebut, menurut Cholil et al dalam Bobak (2004) menyimpulkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi dukungan suami, antara lain adalah:

a. Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat. Secara tata bahasa pengertian budaya cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Budaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu budaya Patrilineal dan budaya Matrilineal.

1) Budaya Patrilineal

(48)

32

patriarkhat atau patriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata, yaitu pater (bahasa Latin) yang berarti "ayah",dan linea (bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi, "patrilineal" berarti mengikuti "garis keturunan yang ditarik dari pihak ayah".

2) Budaya Matrilineal

Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu", dan linea (bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi, "matrilineal" berarti mengikuti "garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu". Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata yang lain, yaitu mater yang berarti "ibu" dan archein (bahasa Yunani) yang berarti "memerintah". Jadi, "matriarkhi" berarti "kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan”. Sedangkan Patrilineal lebih umum

digunakan kelompok masyarakat dunia dibandingkan matrilineal yang lebih jarang penganutnya.

(49)

33

dengan Dewi Sri, Dewa Siwa dengan Dewi Durga, ini adalah keadaan ideal. Itulah yang menyebabkan sebenarnya mengapa budaya patrilineal sangat kental dalam kehidupan masyarakat yang ada di Bali. (http://www.scribd.com/doc/58728320/Pengertian-budaya-patriakhi#scribd)

b. Pendapatan

Sekitar 75%-100% penghasilan masyarakat dipergunakan untuk membiayai seluruh keperluan hidupnya. Secara nyata dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga harus memperhatikan kesehatan keluarganya.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan bagi keluarga akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif.

d. Status Pekerjaan

(50)

34

dilakukan oleh manusia, dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas/kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Namun sering kali pekerjaan disalahkan hingga meninggalkan keluarga (Wales, 2009).

Masih terdapat suami yang mengambil pekerjaan sampingan lain diluar pekerjaan pokoknya. Dengan demikian intensitas pertemuan suami, istri dan anak akan semakin jarang. Ketidakhadiran suami secara fisik, apabila terlalu sering akan mengurangi waktu suami untuk memberikan dukungan kepada istrinya yang sedang menyusui (Yuliatun, 2010).

e. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca inderanya (Notoatmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya perilaku terbuka (over behaviour) dan perilaku yang didasari pengetahuan yang umumnya bersifat

(51)

35

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis

(52)

36

5) Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dengan subyek penelitian responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur daoat disesuaikan dengan tingkatan – tingkatan pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Tingkat pengetahuan baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh pertanyaan.

2) Tingkat Pengetahuan cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi, persepsi, sikap konsumen dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada

[r]

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasi ( information seeking behaviour ) guru besar IAIN Antasari Banjarmasin meliputi: bagaimana gambaran

Jabatan Fungsional Tertentu adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang pegawai negeri dalam suatu

Kesediaan Pam Swakarsa “SETIA JATI” untuk ikut serta menjaga situasi kamtibmas dan. berpatisipasi didalam mencegah dan mungrangi aksi pencuriaan

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat

Pembangunan Daerah Tertinggal membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersinergi antar lintas pelaku (sektor), karena itu diperlukan program