• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Dessler ( 2005,p2 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Dessler ( 2005,p2 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4

2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Dessler ( 2005,p2 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensais kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan.

Menurut L.Byars dan W.Rue ( 2006,p4 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu aktivitas yang di desain untuk menyediakan dan mengkoordinasi sumber daya mansia pada suatu organisasi.

Menurt L. Mathis dan H. Jakson ( 2006,p3 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan system-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional.

2.1.2 Aktivitas SDM

Manajemen SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks organisasi, berikut adalah tinjauan singkat tujuh aktivitas SDM :

1. Perencanaan dan Analisis SDM

Lewat perencanaan SDM, manajer-manajer berusaha untuk mengantisipasi kekuatasn yang akan memengaruhi persediaan dan tuntuan para karyawan di masa depan.

(2)

Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan kesempatan kerja (EEO) memengaruhi semua aktivitas SDM yang lain dan integral dengan manajemen SDM

3. Pengangkatan Pegawai

Tujuan dari pengangkatan pegawai adalah memberikan persediaan yang memadai atas individu-individu yang berkualifikasi untuk mengisi lowongan pekerjaan disebuah organisasi.

4. Pengembangan SDM

Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga meliputi pelatihan keterampilan pekerjaan

5. Kompensasi dan Tunjangan

Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan pekerjaan melalui gaji, insentif, dan tunjangan. Para pemberi kerja harus memperbaiki dan mengembangkan system upah dan gaji dasar mereka. 6. kesehatan, keselamatan, dan keamanan.

Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan dan kesehatan para karyawan adalah hal yang sangat penting.

7. Hubungan Karyawan dan Buruh/Manajemen

Hubungan antara para manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama.

2.1.3 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Mathis, terdapat 4 peran Manajemen Sumber Daya Manusia yakni : 1. Peran strategis : sebagai kontributor bisnis

(3)

2. Peran operasional : mengatur sebagain besar aktivitas SDM 3. Peran Penasehat karyawan : bertugas sebagai petugas moral

4. Peran administratif : focus pada pekerjaan administrasi secara ekstensif

2.2 Pengertian HUMAN RESOURCES SCORECARD

Menurut Nurman (2008,p1) Human Resources Scorecard adalah suatu alat untuk mengukur dan mengelola kontribusi stategik dari peran human resources dalam menciptakan nilai untuk mencapai strategi perusahaan.

Human Resource Scorecard mengukur efektivitas dan efisiensi fungsi sumber daya manusia dalam mengarahkan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan sehingga dapat membantu menunjukkan bagaimana sumber daya manusia memberikan kontribusi dalam kesuksesan keuangan dan strategi perusahaan.

Perbedaan antara Human Resource Scorecard dengan Balanced Scorecard adalah bahwa balanced scorecard lebih mengukur kinerja seluruh perusahaan berupa tangible assets sedangkan human resource scorecard lebih mengukur kinerja sumber daya manusia perusahaan yang berupa intangible assets.

Human Resources Scorecard adalah suatu sistem pengukuran sumber daya manusia yang mengaitkan orang - strategi - kinerja untuk menghasilkan perusahaan yang unggul. Human Resources Scorecard menjabarkan misi, visi, strategi menjadi aksi human resources yang dapat diukur kontribusinya. Human Resources Scorecard menjabarkan sesuatu yang tak berwujud/intangible (leading/sebab) menjadi berwujud/ltangible (lagging/akibat). Human Resources Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran yang mengaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi yang akhirnya akan mampu menimbulkan kesadaran mengenai konsekuensi keputusan investasi sumber daya manusia, sehingga investasi tersebut dapat dilakukan secara tepat arah dan tepat jumlah. Selain itu, human

(4)

resources scorecard dapat menjadi alat bantu bagi manajer sumber daya manusia untuk memastikan bahwa semua keputusan sumber daya manusia mendukung atau mempunyai kontribusi langsung pada implementasi strategi usaha.

Human Resources Scorecard merupakan bagian dari perusahaan. Human resources scorecard ibarat sebuah bangunan, yang menjadi bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi perusahaan.

Human Resources Scorecard merupakan kombinasi antara indikator lagging (akibat) dan indikator leading (sebab). Di dalam Human Resources Scorecard itu harus ada hubungan sebabnya dulu baru akibatnya apa. Dasar pemikiran HRSC adalah 'Gets Managed, Gets Done", artinya apa yang diukur itulah yang dikelola barulah bisa diimplementasi dan dinilai.

Human Resource Scorecard yang baik mencakup 4 dimensi, yaitu : Kontribusi Sumber Daya Manusia (Human Resource Deliverables), sistem SDM (High Performance Work System/HPWS), Kesesuaian sistem SDM (Human Resource System Alignment) dan efisiensi kontribusi SDM (Human Resource Efficiency).

Yang dimaksud High Performance Work System (HPWS) adalah peran SDM (sistem, proses, peraturan, kebijakan, praktik) untuk meningkatkan kualitas SDM. Human Resource System Alignment merupakan peran SDM yang berkaitan dengan Human Resource Deliverables.

Human Resource Deliverables merupakan keluaran dari fungsi SDM yang berdampak langsung pada usaha.

Human Resource Efficiency merupakan ukuran efisiensi dari sumber daya manusia. Brian. E. Becker dan kawan-kawan membedakan Human Resource Efficiency Measures (doables) ke dalam 2 kategori, yaitu : core efficiency measures dan strategic efficiency measures.

(5)

Core efficiency measures merupakan pengeluaran sumber daya manusia yang signifikan, namun tidak mempunyai kontribusi langsung terhadap implementasi strategi perusahaan.

Contohnya :

- benefit costs as a percentage of payroll - worker's compensation cost per employee

- percentage of correct entries on Human Resource Information system. Strategic efficiency measures menilai efisiensi dari aktivitas sumber daya manusia dan proses yang dirancang untuk menghasilkan kontribusi sumber daya manusia (Human Resource Deliverables).

Contohnya : - cost per hire

- cost per trainee hour

- Human Resource per employee

Pengeluaran-pengeluaran tersebut merupakan investasi yang akan menghasilkan nilai strategic (strategic value).

Brian E. Becker dan kawan-kawan menyatakan bahwa Human Resource scorecard memberikan manfaat sebagai berikut (2001, p75-76) :

1. Membantu memperjelas perbedaan antara Human Resource Doables dan Human Resource Deliverables

2. Memungkinkan untuk mengontrol biaya dan menciptakan nilai. 3. Mengukur leading indicators.

4. Memampukan profesional sumber daya manusia mengelola tanggung jawabnya yang strategis.

(6)

Menurut (T

jurnal.unikom.ac.id/ed9/05-Isniar.pdf)

Tada 4 perspektif dalam

membentuk kerangka kerja Scorecard yaitu financial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

1. Perspektif Financial

Ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas melalui pengukuran laba operasi, return on capital employed (ROCE) atau economic value added. Tujuan finansial lainnya mungkin berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas.

2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan HR Scorecard, manajemen perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran.

3. Perspektif Bisnis Internal

Dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk :

(7)

a. memberikan preposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan

b. memenuhi harapan keuntungan financial yang tinggi para pemegang saham.

Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial perusahaan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan adalah manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. Untuk mencapai tujuan perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal, maka perusahaan harus melakukan investasi dengan memberikan pelatihan kepada karyawannya, meningkatkan teknologi dan sistem informasi, serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan operasional perusahaan yang merupakan sumber utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Tabel 2.1 Measurement

Perspektif Objektif Measures

Pelanggan - Meningkatkan kepuasan pelanggan

(8)

Financial - Mengurangi biaya yang berhubungan dengan HR

- Meningkatkan nilai dan ROI HR

- Turnover rates(differented by years of service, job

classification,etc) - Absence rate

- Workers’s comp payroll rate - Lost work day rate

- Return on investment measures(D&T,FSAP) Bisnis Internal - Meningkatkan kepuasan karyawan - Meningkatkan komitmen karyawan

- Memperkuat penghargaan dan recognition program

- Memperkuat perekrutan dan penyewaan orang yang tepat, di tempat dan waktu yang tepat

- Workfoce planning

- Staff Opinion Survey Result - Turnover data

- Staff Opinion Survey Result

- Staff Opinion Surver results

- Turnover

- Customer Satisfaction Survey

(9)

- Succession Planning

- Meningkatkan informasi dan ketersediaan data

- HR Process Improvement

- A diverse workforce

- Mengurangi resiko yang

- Time to fill - Completed Action

- Key position turnover - Time to fill key positions

- Customer Satisfaction Survey results

- Completed Action

- Customer Satisfaction Survey Results

- Staff Opinion Survey Result - ROI measures

- Completed Actions

- Number of disparate and ineuitable treatment complaints resulting in finding of fault

(10)

berhubungan dengan kegagalan hukum, kebijakan dan kontrak buruh

- Memperbesar rasa tanggung jawab staff HR

- Employee’s claims

- Customer satisfaction survey scores

Pertumbuhan dan

Pembelajaran

‐ Meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan

- Meningkatkan komitmen karyawan HR

- Membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR

- HR skills learning plans completed

- Courses delivered

- Staff Opinion Survey Results - Turnover

- Staff Opinion Survey Scores

Sumber : data diolah penulis

2.3 STRATEGIC ASSET

Apa yang dimaksud dengan aset strategik (strategic asset)?. Aset strategis adalah sesuatu yang sulit untuk dipindahkan, dipertukarkan atau ditiru, langka, dan merupakan sumber daya dan kapabilitas khusus yang menentukan keunggulan bersaing (competitive advantage) perusahaan.

(11)

Perkembangan fungsi sumber daya manusia dari profesional menjadi strategic partner, secara tradisional, manajer melihat fungsi sumber daya manusia terutama sebagai administrasi dan profesional.

Staf sumber daya manusia menfokus pada pengadministrasian kompensasi, dan fungsi upah dan operasional yang lain dan tidak memikirkan peran mereka dalam berperan sebagai bagian dari strategi perusahaan secara keseluruhan.

Pengukuran peranan sumber daya manusia hanya difokus pada tingkat individual seperti seleksi, kompensasi per karyawan, pelatihan per karyawan. Praktik sumber daya manusia semacam ini didasarkan pada gagasan 'apabila kinerja sumber daya manusianya baik, maka otomatis kinerja perusahaan juga akan membaik"

Kini saatnya profesional sumber daya manusia menciptakan alat ukur yang baru digunakan untuk membuktikan kontribusi sumber daya manusia pada implementasi strategi perusahaan dan mengelola sumber daya manusia sebagai aset strategik.

Brian E. Becker dalam buku 'The Human Resources Scorecard, Linking People, Strategy, and Performance' (2001, p3-4) mengemukakan 4 perspektif tentang evolusi sumber daya manusia sebagai asset strategik.

Evolusi sumber daya manusia sebagai aset strategik sebagai berikut :

a) The personel perspective, yaitu perusahaan merekrut karyawan yang paling baik dan mengembangkannya.

b) The compensation perspectives, yaitu perusahaan menggunakan bonus, pembayaraninsentif, dan perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pembayaran untuk memberi ganjaran kepada karyawan yang berprestasi tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai orang sebagai sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage), namun perusahaan belum secara penuh mengeksploitasi manfaat dari sumber daya sebagai asset strategik.

(12)

c) The alignment perspective, yaitu manajer senior melihat karyawan sebagai aset strategic namun mereka tidak melakukan investasi dalam meningkatkan kapabititas sumber daya manusia. Sebab itu, sistem sumber daya manusia tidak dapat meningkatkan perspektif manajemen.

d) The high performance perspective, yaitu eksekutif sumber daya manusia dan yang lain memandang sumber daya sebagai suatu sistem yang melekat dalam sistem yang tebih besar dari implementasi strategi perusahaan. Perusahaan mengelola dan mengukur hubungan antara kedua sistem tersebut dengan kinerja perusahaan (linking people, srategy, and performance).

2.4 HUMAN RESOURCE ARCHITECTURE

Human Resource Architecture adalah rangkaian kesatuan dari professional sumber daya dalam fungsi sumber daya (The human resource function), sampai sistem yang berkaitan dengan kebijakan dan praktik (The human resources system), mencakup juga kompetensi, motivasi, dan perilaku yang berkaitan dari karyawan perusahaan.

Fondasi peranan sumber daya manusia datam implementasi strategi organisasi adalah human resource architecture yang terdiri atas tiga dimensi rantai nilai (value chain), yaitu fungsi sumber daya manusia, sistem sumber daya manusia, dan perilaku karyawan.

Brian E. Becker dan kawan-kawan menggambarkan Human Resources Strategic Architecture (2001, p12) sebagai berikut :

THE HR FUNCTION

HR professionals with

strategic competencies

THE HR SYSTEM

High performance,

strategically aligned

policies and

practices

EMPLOYEE

BEHAVIORS

Strategically focused

competencies,

motivations, and

associated behavior

(13)

Gambar 2.1 Human Resources Strategic Architecture

2.5 HUMAN RESOURCE FUNCTION

Fungsi sumber daya manusia adalah peran yang dijalankan para profesional dalam organisasinya.

Fungsi sumber daya manusia mencakup : a) Fungsi Teknis (Technical HRM)

Yaitu memberi jasa dasar sumber daya seperti rekrutmen, pelatihan dan, kompensasi. b) Fungsi Strategik (Strategic HRM)

Yaitu menjalankan fungsi teknis sedemikian rupa sehingga secara langsung mendukung implementasi strategi perusahaan.

2.6 HUMAN RESOURCE SYSTEM

Sistem sumber daya manusia adalah kebijakan, prosedur, dan praktik sumber daya manusia yang dibangun sejalan dengan strategi perusahaan.

2.7 HIGH PERFORMANCE WORK SYSTEM

High Performance Work System (HPWS) adalah unsur-unsur dalam sistem sumber daya manusia yang dirancang untuk memaksimalkan mutu keseluruhan modal manusia organisasi (overall quality of human capital throughout the organization). Contoh High Performance Work System :

a) Menghubungkan keputusan seleksi dan promosi dengan modet kompetensi yang telah dibangun (validated competency model) untuk mencapai tujuan strategik perusahaan. b) Mengembangkan strategi-strategi yang memberikan dukungan yang tepat waktu dan

(14)

c) Menetapkan kebijakan kompensasi dan manajemen kinerja yang dapat menarik; mempertahankan dan memotivasi karyawan berkinerja tinggi.

2.8 STRATEGIC EMPLOYEE BEHAVIOR

Perilaku karyawan adalah keluaran dari pelaksanaan fungsi sumber daya manusia dan system sumber daya manusia. Brian E. Becker dan kawan-kawan mengartikan strategic behavior sebagai "the subset of productive behavior that directly serve to implement the firm's strategy"

2.9 CORE BEHAVIORS DAN SITUATION - SPESIFIC BEHAVIORS

Perilaku inti (core behaviors) adalah perilaku yang lahir dari kompetensi inti (behavioral core competencies) karyawan.

Perilaku inti ini dipertimbangkan sangat fundamental terhadap keberhasilan perusahaan, melintasi seluruh unit dan tingkat usaha.

Perilaku berdasarkan situasi tertentu (situation - spesific behaviors) adalah perilaku yang penting dalam rantai nilai (value chain) perusahaan atau unit tertentu, misalnya keterampilan cross - selling pada cabang bank riset tertentu.

Dua langkah (two - step process) yang harus dilewati untuk mendapatkan pengukuran strategic yang seimbang (balanced performance measurement).

Proses dua langkah yang dimaksud adalah :

1. Manajer harus secara utuh memahami "jalan cerita" bagaimana nilai (value) diciptakan dalam perusahaan.

2. Setelah manajer mendapatkan pemahaman tersebut, ia kemudian dapat merancang suatu sistem pengukuran berdasarkan "cerita" tersebut.

(15)

a) Bagaimana strategi diimplementasikan dalam perusahaan. Pertanyaan ini berfokus pada dua dimensi, yaitu

1. Cakupan (breadth)

Perusahaan harus lebih memperhatikan tidak hanya sematamata pada aspek keuangan, yang merupakan hasil dari implementasi strategi (outcomes of strategy implementation). Agar dapat benar-benar memahami "cerita" tentang penciptaan nilai, organisasi harus juga memfokus pada penentu kinerja/performance drivers atau value drivers, atau critical success factors (seperti loyalitas petanggan) yang didentifikasi sebagai "key success factors (KSFS)”.

2. Jalinan sebab akibat (causal flow)

Ini merupakan kaitan antara faktor finansial dan non-finansial yang menentukan kinerja perusahaan.

b) Ukuran kinerja (performance measures) apa yang dapat menangkap proses implementasi yang telah ditetapkan ?

Pertanyaan ini mendorong manajer untuk mengembangkan suatu ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur "jalan cerita" penciptaan nilai perusahaan.

2.10 STRATEGIC HUMAN RESOURCE DELIVERABLES

Brian E Becker dan kawan-kawan mendefinisikan Strategic Human Resource Deliverables sebagai 'Those outcomes of the Human Resource Architecture that serve to execute the firm's strategy"

Untuk mengintegrasikan sumber daya manusia ke datam sistem pengukuran kinerja usaha, manajer harus mengidentifikasi. titik perpotongan (points of intersection) antara sumber daya manusia dan rencana imptementasi strategi organisasi Titik perpotongan ini dinamakan Strategic Human Resources Deliverables.

(16)

Kontribusi Sumber Daya Manusia Strategik (Strategic Human Resources Deliverables) terdiri atas 2 kategori, yaitu penentu kinerja (performance drivers) dan pendukung kinerja (enablers).

Brian E. Becker dan kawan-kawan mengartikan penentu kinerja (performance drivers) sebagai "core-people related capabilities or assets such as employee productivity or employee satisfaction"

Penentu kinerja adalah kapabilitas atau aset inti yang terkait dengan orang, seperti produktivitas dan kepuasan karyawan.

Masing-masing perusahaan biasanya mengidentifikasikan penentu kinerja (performance drivers) ini secara berbeda. Namun sering terjadi manajer sumber daya manusia memfokuskan pada penentu kinerja tertentu saja tanpa dapat menunjukkan mana yang terpenting bagi keberhasilan imptementasi strategi perusahaan. Hal ini disebabkan sulitnya mewujudkan kontribusi sesungguhnya dari sumber daya manusia pada keseluruhan misi dan strategi perusahaan.

Brian E. Becker dan kawan-kawan mengartikan pendukung kinerja (enablers) sebagai kontribusi sumber daya manusia yang berfungsi memperkuat penentu kinerja (enablers reinforce performance drivers). Misalnya perubahan khusus dalam struktur imbalan perusahaan dapat mendorong tindakan pencegahan kesalahan (preventive maintenance) daripada perbaikan kesalahan (reactive maintenance).

Penekanan pada pemeliharaan preventif dapat memperkuat (enable) penentuan kinerja "on time delivery" Setiap penentu kinerja mungkin mempunyai beberapa enablers.

2.11 HUMAN RESOURCE DOABLES

Bedakan pengertian antara Human Resource Doables dan Human Resource Deliverables.

(17)

Sistem pengukuran sumber daya manusia harus secara jelas membedakan human resource delilverables, yang mempengaruhi implementasi strategik dan human resources doables, yang tidak mempengaruhi implementasi strategik.

Human resource deliverables adalah hasil dari arsitektur sumber daya manusia yang berfungsi untuk menjalankan strategi.

Human resource doables memfokus pada human resource efficiency dan activity counts. Sebagai contoh, imptementasi kebijakan bukanlah suatu kontribusi (deliverables) sampai implementasi kebijakan tersebut menciptakan perilaku karyawan yang mendorong implementasi strategi.

2.12 LAGGING INDICATORS DENGAN LEADING INDICATORS

Lagging indicators, seperti tolok ukur finansial/financial metrics (misat EVA, ROI), biasanya menggambarkan apa yang telah terjadi di masa yang lalu (what has happened in the past). Tolok ukur demikian dapat secara akurat mengukur pengaruh dari keputusan sebelumnya, namun mereka tidak akan menolong anda untuk membuat keputusan saat sekarang, ataupun mereka dapat menjamin hasil di masa yang akan datang.

Tolok ukur generik (generik outcome measures) cenderung merupakan lag indicators, seperti kemampulabaan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, dan keterampitan karyawan. Perfomance drivers atau lead indicators adalah indikator-indikator yang cenderung unik untuk unit usaha tertentu. Performance drivers menggambarkan keunikan dari strategi unit usaha; sebagai contoh, pemicu keuangan tentang kemampulabaan (financial drivers of profitability), segmen pasar dimana unit memilih untuk bersaing, dan proses internal tertentu dan tujuan-tujuan pembelajaran dan pertumbuhan yang akan memberikan proposisi nilai (value propositions) kepada segmen dan pelanggan yang ditargetkan.

(18)

Suatu HR scorecard harus mempunyai bauran dari outcome measures dan performance drivers. Outcome measures tanpa performance drivers tidak dapat mengkomunikasikan bagaimana outcomes dicapai. Mereka tidak memberikan suatu indikasi awal mengenai apakah strategi telah diterapkan secara berhasil. Sebaliknya, performance drivers - seperti cycle times dan part per - million defects rates - tanpa outcome measures memungkinkan unit usaha mencapai perbaikan operasional jangka pendek, namun akan gagal mengungkapkan, apakah perbaikan operasional telah diterjemahkan kedalam usaha yang diperluas dengan pelanggan yang ada dan pelanggan yang baru, dan pada akhirnya, meningkatkan kinerja keuangan.

Suatu HR scorecard yang baik mempunyai bauran yang tepat; yang terdiri atas outcome (logging indicators) dan performance drivers (leading indicators) yang tetah disesuaikan (customized) dengan strategi unit usaha.

2.13 TUJUH LANGKAH UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN PERAN STRATEGIK SUMBER DAYA MANUSIA

Langkah pertama :

Mendefinisikan strategi usaha secara jelas. Definisi jangan terlalu umum/generik. misalnya : - memaksimalkan efisiensi operasi,

- meningkatkan kehadiran di pasar internasional, - memperbaiki produktivitas.

Manajer dapat mengadakan suatu diskusi tentang bagaimana mengkomunikasikan sasaran perusahaan ke seluruh organisasi. Tugas manajemen sumber daya manusia adalah

memfokuskan perhatiannya pada implementasi strategic bukan pada isi strateginya.

(19)

Menetapkan peran sumber daya manusia sebagai aset strategik. Profesional sumber daya manusia perlu mendefinisikan mengapa (why) dan bagaimana (how) sumber daya manusia dapat mendukung implementasi strategi perusahaan yang telah ditetapkan.

Langkah ketiga :

Membuat peta strategy (strategy map) untuk mendefinisikan proses penciptaan nilai (value creation) dalam organisasi.

Langkah keempat :

Mengidentifikasi kontribusi sumber daya manusia (Human Resource Deliverables) dalam peta strategi. Profesional sumber daya manusia menetapkan kontribusi sumber daya manusia (Human Resource Deliverables), baik penentu kinerja (performance drivers) ataupun pendukung kinerja (enablers), dalam peta strategi.

Langkah kelima :

Menyelaraskan arsitektur sumber daya manusia (Human Resource Architecture) dengan kontribusi sumber daya (Human Resource Deliverables). Profesional sumber daya manusia menyusun bangunan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kontribusi pada implementasi strategi.

Langkah keenam :

Merancang sistem pengukuran sumber daya manusia strategik. Profesional sumber daya manusia mengembangkan tolok ukur yang sah untuk kontribusi sumber daya manusia. Tugas ini mencakup dua dimensi yaitu :

(20)

b. tolok ukur yang jelas untuk kontribusi tersebut.

Langkah ketujuh :

Menerapkan manajemen berdasarkan pengukuran (management by measurement). Profesional sumber daya manusia menerapkan Human Resource Scorecard bukan sekedar menuliskan nilai dampak sumber daya manusia pada kinerja organisasi. Namun, hasil pengukuran ini menjadi dasar untuk mengelola sumber daya manusia sebagai asset strategik perusahaan.

(21)

2.14 Kerangka Pemikiran

Sumber : data diolah penulis

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

PT. Graha Pesonamas Abadi

Visi

Misi

HR Scorecard

Perspektif

Financial

Perspektif

Pelanggan

Perspektif

Bisnis

Internal

Perspektif

Pertumbuhan dan

pembelajaran

-

Mengurangi biaya yang berhubungan dengan HR - Meningkatkan nilai dan HR ROI

-

Meningkatkan kepuasan pelanggan

-

Meningkatkan kepuasan karyawan ‐ Meningkatkan komitmen karyawan ‐ Memperkuat penghargaan dan

recognition program

‐ Memperkuat perekrutan dan penyewaan orang yang tepat, di tempat dan waktu yang tepat

‐ Workfoce planning

‐ Succession Planning

‐ Meningkatkan informasi dan ketersediaan data

‐ HR Process Improvement

‐ A diverse workforce

‐ Mengurangi resiko yang berhubungan dengan kegagalan hukum, kebijakan dan kontrak buruh ‐ Memperbesar rasa tanggung jawab

staff HR.

-

Meningkatkan

pengetahuan dan skill staff HR ‐ Meningkatkan komitmen karyawan HR ‐ Membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR

Kontribusi HRD Terhadap Perusahaan

(22)

Keterangan:

Langkah awal dalam mengukur kontribusi sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan adalah menerjemahkan visi dan misi perusahaan kedalam 4 perspektif HR Scorecard yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Setelah menerjemahkan visi dan misi perusahaan, maka ada didapatkan tujuan strategis yang ingin dicapai oleh perusahaan. Maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui kontribusi apa saja yang bisa diberikan oleh departemen sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan tersebut.

Setelah mengetahui kontribusi yang bisa diberikan oleh departemen sumber daya manusia dalam pencapaian strategis perusahaan, langkah selanjutnya adalah mengukur kontribusi yang telah diberikan oleh sumber daya manusia PT. Graha Pesonamas Abadi. Setelah itu, langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan analisis untuk mengetahui insiatif yang bisa dilakukan oleh HRD untuk meningkatkan kontribusinya dalam pencapaiaan tujuan strategis perusahaan

Gambar

Tabel 2.1 Measurement
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan

RW/Dusun/Desa : Dusun Wonosobo II/ Banjarejo Kecamatan/Kabupaten : Tanjungsari / Gunung Kidul Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta Bentuk Kuliah Kerja Nyata : Reguler

1) Kurangnya pemahaman sebagain dari masyarakat Lampung tentang nilai- nilai budaya Piil Pesinggiri. 2) Kurangnya kesadaran bagi masyarakat akan penting akar budaya Piil

“ Kami beberapa kali, pernah menjalin hubungan baik dengan teman-teman dari Etnis Sumba, dalam kegiatan Pentas Seni Budaya Indonesia (PSBI) dan komunikasi yang terjalin

Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antar atom pusat dan ligand dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa

Teori keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) atau dikenal juga dengan keunggulan bersaing ialah kemampuan yang diperoleh sebuah perusahaan melalui karakteristik dan

Hal ini di karenakan kepuasan yang diberikan kepada karyawan cenderung kurang dan karyawan tidak memiliki kepuasan kerja, bahkan terkadang karyawan harus lembur

manajemen laboratorium serta peningkatan sarana dan prasarana yang terkait dengan pengujian Obat dan Makanan.. Penguatan Institusi melalui peningkatan sarana dan prasarana