• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BRAIN BASED LEARNING (BBL) BERNUANSA LINGKUNGAN SEKITAR BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL BRAIN BASED LEARNING (BBL) BERNUANSA LINGKUNGAN SEKITAR BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL

BRAIN BASED LEARNING

(BBL) BERNUANSA LINGKUNGAN

SEKITAR BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

IPA SISWA KELAS V SD

Ni Wyn.Ardiani

1

,D.B.Kt.Ngr.Semara Putra

2

, I.B.Gd. Surya Abadi

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

,[email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 270 siswa.

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, dan yang diacak adalah

kelas sehingga didapatkan dua kelas yaitu kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin dengan 44 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin dengan 43 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA dengan bentuk tes pilihan ganda biasa. Data hasil belajar IPA yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (77,02 > 70,09). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 3,208 > ttab (α= 0,05, 85) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model Brain Based Learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung dari nilai N-gain yang diperoleh, yaitu N-gain

kelompok eksperimen berada pada kategori sedang, sedangkan N-gain kelompok

kontrol berada pada kategori rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.

Kata kunci: model Brain Based Learning, lingkungan sekitar, hasil belajar IPA

Abstract

This study was aimed to determining the significance difference in learning outcomes between students that learned science through models of brain based learning (BBL) with nuanced of the surrounding environment with students that learned through conventional teaching in fifth class’s students of elementary school 4th cluster of Sukawati subdistrict 2013/2014 academic year.This research was type of a quasi experimental research designed with nonequivqlent control group design. The object

(2)

of the research was fifth class students of elementary school 4th cluster subdistrict of Sukawati 2013/2014 academic year as many 270 student. Determination of the samples was done by random sampling technique, and that randomized were classes, with the result that was got two classes, the fifth grade students of SD Negeri 2 Batubulan Kangin as the experimental group with 44 students, and the fifth grade students of SD Negeri 1 Batubulan Kangin as the control group with 43 students.The results showed that the average of student’s learning outcames that learned through models of brain based learning(BBL) with nuanced of the surrounding environment gained higher score than students learned through conventional teaching method (77,02 > 70,09). The collected data were analyzed using t-test statistical analysis. Based on the result of t-test was found tobs = 3.208 >

ttab (α= 0,05, 85) =2.000, so Ho was rejected and Ha was accepted. This proves that there

were significance difference between learning outcomes through models of brain based learning (BBL) with nuanced of the surrounding environment with students that learned through conventional teaching in fifth class, students of elementary school 4th cluster of Sukawati subdistrict 2013/2014 academic year. This result was also supported by N-gain score, that was N-gain of the experimental class in medium category while N-gain of control class in low category. Thus, it can concluded that the application of the Brain Based Learning model with nuanced of the surrounding environment affects the science learning outcomes in the fifth class students of elementary school 4th cluster of Sukawati Subdistrict 2013/2014 academic year.

Keywords: Brain Based Learning model, the environment, science learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mulyasa (2011:4) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa”. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan adalah tindakan yang secara terus-menerus harus dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional agar mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat bersaing di era globalisasi.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Dalam pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan interaktif, karena guru yang berhubungan serta berinteraksi langsung dengan siswa sebagai subjek belajar. “guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan” (Roestiyah, 2008:1). Sejalan dengan pendapat tersebut, Jufri (2013:90) menyatakan bahwa “pendidik perlu

menguasai dan harus dapat merencanakan serta menerapkan berbagai model pembelajaran untuk dapat memfasilitasi peserta didik belajar dengan maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai”.

Salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan di Sekolah Dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Senada dengan pendapat tersebut, Samatowa (2011:3) juga menyatakan bahwa “IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.

Pembelajaran IPA dengan segala kajiannya memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia. Melalui pembelajaran IPA siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan

(3)

perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar dirinya.

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai alam sekitarnya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPA adalah faktor eksternal yakni pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru disamping juga dipengaruhi oleh faktor internal dari individu siswa itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran IPA, guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan sebuah pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk mau belajar.

Dalam hal ini guru harus mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karekteristik siswa dan materi pelajaran yang diajarkan. Guru juga harus mampu memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia secara maksimal dalam menunjang proses pembelajaran, maka tidak menutup kemungkinan proses dan hasil belajar yang ideal akan tercapai.

Idealnya, pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa dan guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dalam mendiskusikan ide atau gagasan dengan siswa lain, serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan sehingga siswa mampu mengkonstruk atau menemukan sendiri apa yang dipelajarinya yang pada akhirnya akan membuat proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Jufri (2013:91) juga menyatakan bahwa “Pendekatan Pembelajaran IPA hendaknya tidak lagi terlalu berpusat pada pendidik (teacher centered) melainkan harus lebih berorientasi pada peserta didik (student centered).

Namun, di SD Gugus IV Kecamatan Sukawati belum sepenuhnya guru mampu

mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam membangun atau

mengkonstruksikan sendiri

pengetahuhannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dari tujuh sekolah yang termasuk dalam gugus tersebut, ditemukan bahwa dalam proses pembelajarannya, khususnya proses pembelajaran IPA di kelas V, guru masih belum optimal dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang dapat menarik perhatian serta membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajarnya.

Selain itu, dalam pembelajaran IPA, guru-guru di sekolah juga masih kurang optimal dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa melalui pemanfaatan media pembelajaran yang variatif dalam mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, misalnya dengan kegiatan mengamati, melakukan percobaan, ataupun berdiskusi. Pembelajaran yang terbiasa dilakukan guru adalah pembelajaran konvensional dengan kecenderungan pembelajaran berpusat pada guru, yaitu guru lebih aktif menjelaskan materi pelajaran dan siswa membuat catatan.

Pembelajaran yang demikian tentu dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang menarik dan menyenangkan, serta kurang menantang kemampuan berpikir siswa serta kurang dapat mengoptimalkan fungsi otak dalam belajar, sehingga siswa cenderung cepat merasa bosan,pasif dan motivasi belajarnya rendah. Hal tersebut tentu akan membawa pengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Untuk itu perlu bagi seorang guru menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat membangkitkan minat, rasa ingin tahu, serta motivasi siswa dalam belajarnya, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan dapat melatih kemampuan berpikir

siswa dalam membangun

pengetahuannya sendiri.

Pada saat ini telah banyak berkembang berbagai strategi, model, dan media pembelajaran inovatif yang dapat

(4)

diterapkan dalam pembelajaran di SD.Pada saat ini telah banyak berkembang berbagai strategi, model, dan media pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di SD. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah model Brain Based Learning

(BBL).Sapa’at (2009) mengungkapkan bahwa BBL menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Sejalan dengan itu Jensen (2011: 6) menyatakan bahwa “BBL adalah model pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar”. Astawan (2010:129) juga menyatakan bahwa “BBL adalah model pengajaran yang mempertimbangkan bagaimana otak bekerja saat mengambil, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang telah diserap, serta bagaimana otak bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang diperoleh”.

Dalam pembelajaran IPA fungsi otak seharusnya tidak ditekankan pada kegiatan menghapal materi saja, namun juga diberikan kesempatan kepada kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik siswa, seperti misalnya kegiatan mengamati objek, melakukan percobaan, berdiskusi, dan sebagainya, sehingga mampu membuat siswa menjadi aktif dan menyelaraskan fungsi otaknya dengan baik.

Hal ini berkaitan dengan fungsi otak, dimana menurut DePorter dan Hernacki (2013:36) menjelaskan bahwa cara berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Sedangkan cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Sehingga dalam pembelajaran keseimbangan penggunaan otak kiri dan otak kanan sangatlah perlu diterapkan agar membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi BBL (Sapa’at, 2009) yaitu: 1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa; 2) menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan; dan 3) menciptakan

situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Jensen (2011:195) menyatakan bahwa “sebuah lingkungan yang menantang akan mendorong otak untuk melenturkan otot-otot pemikirannya”. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran siswa selalu berinteraksi dan tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Sehingga menyajikan pembelajaran dengan memanfaat

lingkungan sekitar dalam

mengimplementasikan model BBL, dapat memicu semangat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran,guna mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:23) “Lingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa,situasi atau kondisi) fisik atau alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu”. Sejalan dengan itu, Dalyono (2007:176) mengemukakan bahwa lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar diri individu baik yang bersifat fisilogis,psikologis maupun sosial kultural.

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di kelas dengan pengamatan langsung di alam, sehingga menjadi lebih bermakna, karena siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya di lingkungan sekitarnya.Manfaat yang diperoleh dalam pemanfaatan lingkungan dalam proses pembelajaran adalah siswa dapat dengan mudah menggunakan benda-benda yang dekat dengan dirinya dalam menunjang proses pembelajaran, siswa dapat membuktikan dan menerapkan teori atau konsep yang pernah didapat di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari, menanamkan sikap untuk mencintai lingkungan sekitar dan siswa akan diberikan kesempatan untuk merasakan suasana belajar baru yang berbeda dari suasana belajar konvensional yang selama ini dikenal.Terlebih dalam pembelajaran IPA, siswa dituntut membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait dengan pengetahuan alam sekitar, sesuai pengalamannya, dan mengaplikasikannya

(5)

kembali dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, dengan membawa lingkungan, atau apa yang terdapat di sekitar siswa, yang dekat, dikenal, dan sering dijumpainya, sebagai media ataupun sumber belajar dalam pembelajaran, akan memudahkan siswa dalam memahami konsep materi dan membangun pengetahuannya sendiri.

Dengan demikian pembelajaran yang dialami siswa akan aktif dan menyenangkan karena memberinya kesempatan untuk lebih mengeksplor atau mengenal apa yang terdapat di lingkungannya, serta bermakna karena mampu diaplikasikan kembali, sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak cepat dilupakan. Perpaduan pembelajaran yang memperhatikan keselarasan kinerja otak dengan pemanfaatan lingkungan sekitar dapat dikemas dengan penerapan model BBL bernuansa lingkungan sekitar. Pembelajaran IPA yang disajikan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media atau pun sumber belajar, tentunya akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, mengoptimalkan kinerja otak, serta memberikan pengalaman belajar bermakna yang tidak mudah dilupakan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk menerapkan model BBL bernuansa lingkungan sekitar dalam pembelajaran IPA dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Brain Based Learning

(BBL) Bernuansa Lingkungan Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eskperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi

experiment) dengan desain yang

digunakan yaitu nonequivalent control group design. Desain eksperimen yang dilakukan yaitu dengan memberikan

pretest terlebih dahulu sebelum diberikan

treatment atau perlakuan kepada kedua kelompok siswa, untuk posttest dilakukan setelah pemberian treatment atau perlakuan. Data hasil belajar IPA dalam penelitian ini diambil dari skor posttest

saja yang dilakukan pada akhir penelitian. Dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai materi telah dipelajari dapat diketahui dari normalisasi nilai pretes yang sudah diperoleh dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai posttest yang juga dilakukan oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi (normalized gain score).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014, yang terdiri dari 270 orang siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling acak (random sampling), yaitu acak kelas. Dari hasil random didapatkan dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin dan kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin. Penentuan kelas yang akan digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mengundi, setelah kedua kelas dinyatakan setara.

Selain berdasarkan informasi dari kepala sekolah yang mengemukakan bahwa kelas yang digunakan sebagai sampel telah setara, penyetaraan juga dilakukan dengan memberikan pretest. Skor pretest kemudian digunakan sebagai data dalam melakukan penyetaraan dengan menggunakan rumus uji-t kesetaraan. Hasil analisis uji-t membuktikan bahwa kedua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian telah setara. Dan setelah dilakukan pengundian, kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin terpilih sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin terpilih sebagai kelompok kontrol.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini

(6)

adalah adalah model brain based learning

(BBL) bernuansa lingkungan sekitar yang diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA, yang berkaitan dengan aspek intelektual atau ranah kognitif siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes hasil belajar yang dipergunakan yaitu bentuk tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa, yang disertai dengan empat alternatif jawaban yang dapat dipilih siswa (a,b,c,d), yang telah diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitasnya.

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik parametrik. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model

brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dan data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Statistik parametrik digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik analisis Uji-t. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan teknik analisis uji-t terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat, yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai materi telah dipelajari dapat diketahui dari nilai gain rata-rata ternormalisasi. Gain rata-rata ternormalisasi adalah selisih skor rata-rata

posttes terhadap skor rata-rata pretes.

Peningkatan skor rata-rata pretes dan

posttes dihitung menggunakan rumus gain rata-rata ternormalisasi.

Besarnya N-gain dikategorikan sebagai berikut : tinggi bila g > 0.7, sedang bila 0,3> g <0,7, dan rendah bila g < 0,3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah diberikan treatment yeng sebanyak 6 kali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, di akhir penelitian diberikan posttest untuk memperoleh data hasil belajar IPA siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning

bernuansa lingkungan sekitar dan data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil belajar IPA kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin yang dibelajarkan melalui model

brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,02; mediannya 78,50; modusnya 80,30; varians sebesar 103,46; standar deviasi sebesar 10,17; nilai maksimumnya 97 dan nilai minimumnya 50. Sedangkan Hasil belajar IPA kelompok kontrol yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,09; mediannya 68,75; modusnya 69,33; varians sebesar 103,37 standar deviasi sebesar 10,17; nilai maksimumnya 97 dan nilai minimumnya 50. Secara umum rata – rata nilai hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol (77,02>70,09).

Analisis uji hipotesis dilakukan dengan mengunakan teknik analisis uji-t rumus polled varians. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi uji normalitas untuk mengetahui distribusi sebaran data, dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas sebaran data hasil belajar IPA dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data hasil belajar IPA siswa menggunakan rumus Chi Square, dengan kriteria pengujian pada taraf signifikansi 5% dan dk = (k-1) adalah jika X2hit < X2tabel

maka data berdistribusi normal. Dari hasil analisis, diperoleh sebaran data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen

(7)

mempunyai nilai X2Hitung = 3,90, sedangkan

pada taraf signifikansi 5% dan dk = 6, nilai X2tabel = 12,592. Ini berarti X2Hitung < X2tabel ,

jadi data hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

Demikian pula dengan sebaran data hasil belajar IPA siswa kelas kontrol, berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai X2Hitung = 1,86, sedangkan pada taraf

signifikansi 5% dan dk = 6, nilai X2tabel =

12,592. Ini berarti X2Hitung < X2tabel , jadi data

hasil belajar IPA siswa kelas kontrol juga berdistribusi normal.

Setelah data hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan analisis uji homogenitas varian data antara kedua kelompok. Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempergunakan uji F dari Havley.

Dengan kriteria pengujian, jika Fhit maka sampel tidak homogen,

Fhit < maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan

untuk penyebut n2-1.

Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas diperoleh nilai FHitung =1,001,

sedangkan pada taraf signifikan 5% dan db = (43,42) nilai Ftabel = 1,68. Jadi FHitung<

Ftabel ini berarti varian data hasil belajar

IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Hipotesis diuji menggunakan teknik analisis uji-t dengan rumus polled varians.

Hasil uji prasyarat yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa data hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena telah memenuhi prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t.

Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung<ttabel, maka Ho diterima

(gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya

apabila thitung > ttabel, maka HOditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan

taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. HO menyatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha)

menyatakan terdapat terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model

brain based learning bernuansa

lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatn Sukawati ajaran 2013/2014. Dari hasil analisis uji hipotesis yang dilaksanakan diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan tabel di atas, pada taraf

signifikan 5% dan dk = 85 nilai ttabel=2,000,

sedangkan berdasarkan analisis uji-t yang dilaksanakan diperoleh nilai thitung = 3,208

Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel

(thitung > ttabel ) maka HO ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui

No Sampel N Dk S2 thitung ttabel Status

1 Kelompok eksperimen 44 85 77,02 103,46 3,208 2,000 Ho ditolak 2 Kelompok Kontrol 43 70,09 103,37

(8)

pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung dari hasil N-gain diperoleh untuk kelas eksperimen sebesar 0,43 kategori sedang, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,27 kategori rendah.

Siswa kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin merupakan kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen, yang terdiri dari 44 orang siswa. Sedangkan, siswa kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin merupakan kelas yang terpilih sebagai kelompok kontrol, dan terdiri dari 43 orang siswa. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan saat kedua sampel atau kedua kelas tersebut telah dinyatakan setara, berdasarkan skor pretest yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis uji-t.

Siswa pada kelompok eksperimen diberikan treatment berupa penerapan model Brain Based Learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar sedangkan siswa pada kelompok kontrol diberikan

treatment berupa penerapan

pembelajaran konvensional. Treatment

diberikan sabanyak 6 kali pada masing-masing kelompok, dan pada akhir

treatment diberikan posttest pada

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol untuk memperoleh data hasil belajar IPA.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model Brain Based Learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar, dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat dari nilai rerata hasil belajar IPA siswa, pada kelas eksperimen diperoleh nilai rerata hasil belajar IPA, yaitu 77,02, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rerata hasil belajar IPA, yaitu 70,09.

Selain itu, dari hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,208. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk = 44 + 43 – 2 = 85 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai ttabel = 2,000. Jadi, berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui thitung > ttabel (3,208 > 2,000)

sehingga dinyatakan bahwa perbedaan hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah signifikan. Hal ini juga diperkuat dari hasil N-gain

yang diperoleh kelompok ekseperimen yang berada pada kategori sedang dan N-gain yang diperoleh kelompok kontrol pada kategori rendah.

Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan yaitu, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh adanya perbedaan treatment yang diberikan pada kedua kelompok saat pembelajaran IPA berlangsung. Kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model Brain Based Learning bernuansa lingkungan sekitar memiliki nilai rerata

post-test lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena model Brain Based Learning bernuansa lingkungan sekitar merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dalam penerapannya, siswa diberikan kesempatan untuk mendapat pengalaman belajar bermakna yang sesuai dengan cara alamiah otak siswa untuk belajar dengan memanfatkan lingkungan sekitar yang dekat dengan siswa sebagai media ataupun sumber belajar dalam mengeksplorasi lingkungan nyata sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasinya dalam belajar. Model Brain Based Learning bernuansa lingkungan sekitar mendorong siswa untuk belajar secara aktif dalam lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, sehingga siswa dapat mengoptimalkan fungsi

otaknya dalam membangun

pengetahuannya sendiri sehingga mampu menyelaraskan kinerja otak serta mengembangkan kemampuan berpikir

(9)

siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Dalam pembelajaran, siswa terlihat antusias dalam belajar yang ditandai dengan banyaknya siswa yang aktif bertanya, aktif mencari jawaban, dan aktif berinteraksi dengan guru, siswa lainnya, ataupun sumber dan media pembelajaran yang ada, sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih efektif dan optimal.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan selama pembelajaran IPA di kelompok kontrol. Dalam pembelajaran siswa cenderung pasif karena dalam pemebelajaran hanya menekankan pada fungsi otak kiri siswa, pembelajaran hanya cenderung bersifat hafalan denagn cara menyampaikan sejumlah materi kepada siswa kemudian diselingi dengan tanya jawab, membuat catatan, dan dilanjutkan dengan pemberian tugas, sehingga kurang memberikan pengalaman belajar yang bermakna, kurang mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta kurang memberikan kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran seperti ini, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan keterampilan prosesnya, Hal ini menyebabkan siswa terlihat cepat jenuh, cenderung pasif, dan cenderung tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran, melainkan lebih tertarik untuk membahas hal lain di luar materi pembelajaran bersama temannya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut. (1) Hasil belajar IPA kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Batubulan Kangin yang dibelajarkan melalui model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,02; mediannya 78,50; modusnya 80,30; varians sebesar 103,46; standar deviasi sebesar 10,17; nilai maksimumnya 97 dan nilai minimumnya 50. (2) Hasil belajar IPA kelompok kontrol yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Batubulan Kangin dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata

sebesar 70,09; mediannya 68,75; modusnya 69,33; varians sebesar 103,37 standar deviasi sebesar 10,17; nilai maksimumnya 97 dan nilai minimumnya 50. (3) Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPA siswa menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa kelompok eskperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol (77,09 >70,02). Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh

thitung sebesar 3,208 dan ttabel dengan dk=

44 + 43 – 2 = 85 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Karena thitung>ttabel (3,028>2,000), maka HO ditolak dan Ha

diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukawati Tahun ajaran 2013/2014. Hal ini diperkuat dari hasil gain ternormalisasi kelompok eksperimen sebesar 0,43 yang berada pada kategori sedang, sedangkan hasil gain ternormalisasi kelompok kontrol sebesar 0,27 yang berada pada kategori rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. (1) Melihat pengaruh positif pada pembelajaran IPA dengan penerapan model model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan

sekitar hendaknya guru dapat

menerapakan dan mengembangkan model pembelajaran brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dalam pembelajaran IPA di SD sebagai salah satu alternative pilihan dalam menciptakan pembelajaran IPA yang aktif, menyenangkan, dan relevan dengan kebutuhan siswa. (2) Sekolah hendaknya berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga kualitas proses dan hasil belajar sekolah menjadi semakin optimal. (3) Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis lebih lanjut guna

(10)

mengembangkan ilmu pendidikan khususnya model model brain based learning (BBL) bernuansa lingkungan sekitar dalam pembelajaran IPA di SD.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, I G. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA. Dalyono.2012.Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2013.

Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Jensen, Eric. 2011. Brain Based Learning: Pembelajaran Berbasis Otak: Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jufri, Wahab.2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta

Mulyasa, E. 2011.Manajemen Berbasis

Sekolah. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: PT Indeks.

Sapa’at, Asep.2007.Brain Based Learning.(Online),

(http://matema-tika.upi.edu/artikel/brain_based.ht m,diakses tanggal 5 Desember 2013).

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2011.Perkembangan Peserta Didik: Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) Bagi Para Mahasiswa

Calon Guru di Lembaga

Kependidikan (LPTK). Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

1) Peserta yang berasal dari luar wilayah Jabodetabek, akan disediakan tempat penginapan serta akomodasi &amp; diberikan penggantian biaya transportasi (pp), setelah

Source: Bisnis Indonesia Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, realisasi belanja modal hingga akhir Februari 2021 mencapai Rp 22,8

[r]

Tujuan pembelajaran adalah memberikan ilmu dan pemahaman kepada siswa serta merangsang keingin tahuan siswa terhadap materi yang diberikan. “Tujuan pembelajaran

Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk memahami dinamika psikologis terkait dengan identitas sosial dalam ruang interaksi pasangan perkawinan beda

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Pada kajian ini kondisi rantai pasokan yang dianalisis terdiri dari berbagai hubungan kerjasama berbagai pihak dalam menjalankan berbagai macam produk pertanian