• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Diponegoro Salatiga yang beralamat jl kartini Salatiga. Subjek penelitian adalah siswa kelas X B dan X E. Kelas X B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 40 anak dan kelas X E sebagai kelas kontrol dengan siswa sebanyak 37 anak. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

B. Kondisi Sebelum Diberi Perlakuan 1. Hasil Belajar Matematika

a. Deskripsi Pretest

Deskripsi pretest digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan kedua kelas. Hasil belajar matematika sebelum diberi perlakuan menggunakan nilai pretest. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12

Deskripsi Hasil Belajar Matematika Sebelum Perlakuan

N Range Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

PRETEST 77 89 0 89 45.14 22.721

Valid N

(listwise) 77

Berdasarkan Tabel Descriptive Statistics pada Tabel 12 didapat nilai rata-rata kedua kelas 45,14 dengan standart deviasi 22,721. Nilai minimum kedua kelas 0 sedangkan nilai maksimumnya 89. Hasil belajar kedua kelas dapat dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut: Batas 1 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 = 45,14 + 0,5 × 22,721 = 56,500 dibulatkan menjadi 57 Batas 2 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷 = 45,14 − 0,5 × 22,721 = 33,779 dibulatkan menjadi 34

(2)

Batas interval pengkategorian hasil belajar matematika dengan batas-batas di atas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kategori Hasil Belajar No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval 1 Tinggi 57 89 57 < 𝑥 ≤ 89 2 Sedang 34 57 34 < 𝑥 ≤ 57 3 Rendah 0 34 0 < 𝑥 ≤ 34

Berdasarkan tabel 13 hasil belajar kategori tinggi jika nilainya antara 58 sampai dengan 89. Hasil belajar kategori sedang jika nilainya antara 35 sampai dengan 57. Hasil belajar kategori rendah jika nilainya antara 0 sampai dengan 34.

Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel hasil belajar matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14

Distribusi Hasil Belajar (Pretest)

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Kelas Eksperimen Tinggi 57 < 𝑥 ≤ 89 11 27,5% Sedang 34 < 𝑥 ≤ 57 15 37,5% Rendah 0 < 𝑥 ≤ 34 14 35% Kelas Kontrol Tinggi 57 < 𝑥 ≤ 100 11 30% Sedang 34 < 𝑥 ≤ 57 14 38% Rendah 13 < 𝑥 ≤ 34 15 32%

Berdasarkan Tabel 14 persentase hasil belajar kelas eksperimen didapat hasil belajar dengan kategori rendah sebanyak 14 siswa dengan persentase 27,5%. Hasil belajar dengan kategori sedang sebanyak 15 dengan persentase 37,5%. Hasil belajar dengan kategori tinggi sebanyak 11 siswa dengan persentase 35%. Hasil belajar untuk kelas kontrol didapat hasil belajar dengan kategori rendah sebanyak 15 siswa dengan presentasi 32%, untuk kategori sedang didapat sebanyak 14 siswa dengan presentasi 38% dan kategori tinggi sebanyak 11 siswa dengan presentasi 30%. Berdasarkan tabel 14 dapat dibuat diagram persentase hasil pretest yang dapat dilihat pada Gambar 2.

(3)

Gambar 2. Persentase Hasil Pretest

b. Uji Normalitas Hasil Belajar

Normalitas merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji banding dua sampel yang berguna untuk mengetahui apakah data pada variabel kontrol dan eksperimen berdistribusi normal. Uji kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas data dengan menggunakan SPSS 18.0 for windows. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan Kolmogorov-Smirnov > 0,05, sedangkan data dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai signifikan Kolmogorov-Smirnov < 0,05. Hasil olah data uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15

Uji Normalitas Sebelum Perlakuan

Berdasarkan Tabel 15 nilai Test of Normality terlihat nilai sig = 0,012 < 0,05 menunjukkan variabel berdistribusi tidak normal. Maka data nilai pretest matematika kelas X SMK Diponegoro Salatiga berdistribusi tidak normal

c. Uji Banding Dua Sampel

Uji banding dua sampel menggunalkan non parametric karena berdistribusi tidak normal. Analisis uji banding dua sampel digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan 2 tailed > 0,05 sedangkan data kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olahdata dapat dilihat pada Tabel 16.

38% 28% 35% Eksperimen SEDANG TINGGI RENDAH 30% 32% 38% Kontrol Sedang Rendah Tinggi Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. PRETEST ,116 77 ,012

(4)

Tabel 16

Uji Banding Sampel Sebelum Perlakuan

Berdasarkan Tabel 17 nilai sig 0,781 > 0,05. Hal ini menunjukan rataan kedua sampel sama. Rata-rata kelas XB adalah 46,08 dan rata-rata nilai kelas XE adalah 44,14. Perbedaan rata-rata kedua kelas tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti kelas XB dan kelas XE memiliki kemampuan yang hampir sama dalam matematika.

C. Kondisi Setelah Diberi Perlakuan 1. Hasil Belajar Matematika

a. Deskripsi Posttest

Hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat didefinisikan dengan bantuan SPSS 18.00 yang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Deskripsi Soal Posttest

Tabel 17 menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar kedua kelas adalah 61,63 dengan standar deviasi 21,044 dan diperoleh nilai minimum 13 dan nilai maksimum 100. Hasil belajar kedua kelas tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut:

Batas 1 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 = 54,62 + 0,5 × 27,273 = 68,2565 dibulatkan menjadi 68 Batas 2 = 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷 = 54,62 − 0,5 × 27,273 = 40,9835 dibulatkan menjadi 41 Nilai Mann-Whitney U 713,000 Wilcoxon W 1416,000 Z -,278

Asymp. Sig. (2-tailed) ,781

N Range Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Nilai 77 87 13 100 54,62 27,273 Valid N (listwise) 77

(5)

Batas interval pengkategorian hasil belajar matematika dengan batas-batas di atas dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Kategori Hasil Belajar No Kategori Batas Bawah Batas Atas Interval 1 Tinggi 68 100 68 < 𝑥 ≤ 100 2 Sedang 41 68 41 < 𝑥 ≤ 68 3 Rendah 13 41 13 < 𝑥 ≤ 41

Berdasarkan Tabel 18 maka hasil belajar dengan kategori tinggi memiliki interval antara 68 sampai dengan 100. Kategori sedang memiliki interval antara 41 sampai dengan 68. Kategori rendah memiliki interval antara 13 sampai dengan 41.

Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel hasil belajar matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2009) terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19

Distribusi Hasil Belajar (Posttest)

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Kelas Eksperimen Tinggi 68 < 𝑥 ≤ 100 22 55% Sedang 41 < 𝑥 ≤ 68 4 10% Rendah 13 < 𝑥 ≤ 41 14 35% Kelas Kontrol Tinggi 68 < 𝑥 ≤ 100 3 8% Sedang 41 < 𝑥 ≤ 68 3 8% Rendah 13 < 𝑥 ≤ 41 31 84%

Berdasarkan Tabel 19 persentase hasil belajar kelas eksperimen didapat hasil belajar dengan kategori rendah sebanyak 14 siswa dengan persentase 35%. Hasil belajar dengan kategori sedang sebanyak 4 dengan persentase 10%. Hasil belajar dengan kategori tinggi sebanyak 22 siswa dengan persentase 55%. Hasil belajar untuk kelas kontrol didapat hasil belajar dengan kategori rendah sebanyak 31 siswa dengan presentasi 84%, untuk kategori sedang didapat sebanyak 3 siswa dengan presentasi 8% dan kategori tinggi sebanyak 3 siswa dengan presentasi 8%. Berdasarkan tabel 20 dapat dibuat diagram persentase hasil posttest yang dapat dilihat pada Gambar 3.

(6)

Gambar 3. Persentase Hasil Posttest b. Uji Normalitas Posttest

Normalitas merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji banding dua sampel yang berguna untuk mengetahui apakah data pada variabel eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menguji normalitas data menggunakan SPSS 18.00 for windows. Data dikatakan normal jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan tidak berdistribusi normal jika nilai signifikan < 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20

Uji Normalitas Dua Sampel Hasil Belajar (Posttest)

Berdasarkan Tabel 20 di dapat nilai signifikan pada Kolmogorov-Smirnova 0,01 < 0,05 maka dapat diasumsikan bahwa data posttest SMK Diponegoro Salatiga berdistribusi tidak normal.

c. Uji Banding Dua Sampel

Analisis dua sampel digunkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan <0,05. Hasil olahdata uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 21. 10% 35% 55% Eksperimen Sedang Rendah Tinggi 8% 84% 8% Kontrol Sedang Rendah Tinggi Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. POSTTEST ,139 77 ,001

(7)

Tabel 21

Uji Banding Dua Sampel

Berdasarkan Tabel 21, nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka rataan berbeda. Nilai z hitung dengan tingkat kepercayaan 95 % di dapat ± 1,96 (Santoso, 2010). Berdasarkan Tabel di atas diperoleh nilai z hitung 4,579 > 1,96, artinya 𝐻0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar kelas

eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika kelas X.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran koopertif tipe snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X matematika SMK Diponegoro Salatiga. Penelitian dapat tercapai tujuan jika hasil belajar matematika pada kelas XB dan XE mempunyai kemampuan awal yang sama. Kelas eksperimen dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model konvensional.

Hasil analisis sebelum diberi perlakuan, didapat nilai maksimum kedua kelas yaitu 89, sedangkan nilai minimumnya yaitu 0. Nilai rata-rata kedua kelas 45,14 dengan standart deviasi 22,721. Hasil uji normalitas didapat nilai signifikan pada Kolmogorov-Smirnova yaitu 0,012 < 0,05 yang dapat diasumsikan bahwa data nilai pretest berdistribusi tidak normal, sehingga dalam uji t menggunakan non parametric. Nilai signifikan untuk hasil belajar pada non parametric didapat 0,781 > 0,05 yang artinya rataan kedua kelas sama yang dapat diasumsikan bahwa hasil belajar kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kedua kelas sebelum diberi perlakuan hampir sama yaitu pada kelas kontrol nilai rata-ratanya 52,70, sedangkan untuk kelas eksperimen nilai rata-ratanya adalah 52,75.

Hasil analisis setelah diberi perlakuan didapat nilai rata-rata kedua kelas 54,62 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai yang terendah 13. Hasil belajar kedua

nilia Mann-Whitney U 295,000

Wilcoxon W 998,000

Z -4,579

(8)

kelas dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil belajar pada kelas eksperimen kategori rendah sebanyak 14 siswa dengan persentase 35%, pada kelas sedang sebanyak 4 siswa dengan persentase 10%, dan kelas tinggi sebanyak 22 siswa dengan persentase 55%. Hasil belajar pada kelas kontrol kategori rendah sebanyak 31 siswa dengan preentase 84%, dan kategori sedang dan tinggi masing- masing sebanyak 3 siswa dengan persentase 8%. Uji normalitas didapat nilai signifikan 0,01 < 0,05 yang berarti data nilai postest berdistribusi tidak normal yang berarti dalam uji t harus menggunakan non parametric. Uji t pada non parametric didapat nilai sig untuk hasil belajar 0,000 < 0,05 yang dapat diasumsikan bahwa rataan berbeda, nilai z hitung 4,579 > 1,96, artinya 𝐻0 ditolak yang artinya model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kedua kelas setelah diberi perlakuan. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu untuk nilai rata-rata kelas eksperimen 63 sedang nilai rata-rata kelas kontrol 38,64.

Hasil belajar kedua kelas berbeda dikarenakan penggunaan model pembelajaran tipe snowball throwing. Pembelajaran ini dituntut untuk lebih siap dalam proses belajar mengajar sehingga siswa hendaknya membaca materi terlebih dahulu. Setiap siswa akan aktif dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran siswa akan aktif menjelaskan materi kepada siswa lainnya dan setiap siswa aktif membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari siswa lain. Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing mempermudah siswa memahami materi yang dipelajari karena biasanya siswa akan lebih mudah memahami penjelasan dari temannya daripada gurunya dan siswa akan saling bertukar pengetahuan dengan siswa lainnya. Hal ini sependapat dengan Asmani (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing akan melatih kesiapan siswa dalam pembelajaran dan akan saling bertukar pengetahuan.

Proses pembelajaran model kooperatif tipe snowball throwing pada kelas eksperimen terasa sangat menyenangkan bagi para siswa dibanding pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Hal ini disebabkan karena pada model kooperatif tipe snowball throwing siswa tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru tetapi siswa juga berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik dipilih guru untuk menjelaskan kepada siswa lainnya dan setiap siswa berkesempatan untuk mengeluarkan ide, kreativitas dan pendapatnya masing- masing. Siswa dalam pembelajaran snowball throwing berkesempatan mengajar teman-temannya

(9)

secara terbuka dan berkesempatan memberi pertanyaaan dan men jawab soal dari siswa lain. Proses pembelajaran snowball throwing berpengaruh dikarenakan penguasaan kelas yang baik dan selama diskusi guru memantau jalan diskusi dengan baik.

Berbeda dengan pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Awalnya pembelajaran dapat menarik perhatian siswa, namun semakin lama proses pembelajaran terasa membosankan. Hal ini dikarenakan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, kemudian hanya dituntut untuk menghafalkan rumus-rumus, dan mengerjakan soal sesuai dengan cara yang diberikan oleh guru. Siswa tidak dapat mengeluarkan ide, kreatifitas, dan ide, sehingga suasana pembelajaran terasa sangat membosankan dan siswa menjadi bersikap pasif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika kelas X SMK Diponegoro Salatiga. Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Diponegoro Salatiga diterima. Hal ini sependapat dengan Sipranata (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Gambar

Tabel 13   Kategori Hasil Belajar  No  Kategori  Batas  Bawah  Batas Atas  Interval  1  Tinggi  57  89  57 &lt;
Tabel 18  Kategori Hasil Belajar  No  Kategori  Batas  Bawah  Batas Atas  Interval  1  Tinggi  68  100  68 &lt;
Gambar 3. Persentase Hasil Posttest  b.  Uji Normalitas Posttest

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari keempat indikator kepuasan kerja pegawai pria dan wanita pada Sub Bagian

permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi masyarakat Kota Gorontalo terhadap budaya Huyula kaitannya dengan upaya pembangunan karakter bangsa?;

[r]

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian dengan skala 1:50.000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan- bahan kimia

Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan anak selaku siswa dalam kegiatan di sekolah yaitu aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, dalam kegiatan ini yang paling

Sehubungan dengan hal tersebut kami menginstruksikan kepada seluruh Tenaga Pendidik/Kependidikan dan mahasiswa untuk memperhatikan Standar Minimal Pengajuan Proses Penerbitan

Penelitian ini memetakan strategi pengembangan perusahaan dengan membandingkan beberapa aspek dari manajemen sampai pemasaran perusahaan dengan melakukan perbandingan dan

Dengan menggunakan Sistem Pendukung Keputusan dan metode Scoring System, dapat menyajikan informasi dalam bentuk angka sehingga mempersingkat waktu dalam kegiatan administrasi