• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Alkaloid Fraksi Kloroform Batang Tantaran Gayung Asal Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Alkaloid Fraksi Kloroform Batang Tantaran Gayung Asal Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

218

Isolasi dan Identifikasi Alkaloid Fraksi Kloroform Batang

Tantaran Gayung Asal Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

(Isolation and Identification Alkaloid of Cloroform Fraction Tantaran Gayung Stem

from Kotabaru South Kalimantan)

Fadlilaturrahmah

1*

; Arnida

1

; & Azidi Irwan

2

1

Prodi Farmasi FMIPA Unlam, Jl.A.Yani Km 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

2

Prodi Kimia FMIPA Unlam, Jl.A.Yani Km 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

*Corresponding email: fadila_rahmah@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi alkaloid fraksi kloroform batang tantaran gayung (Brucea javanica Merrill). Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol, dilanjutkan dengan penambahan etanol 70% dan penambahan petroleum eter karena alkaloid tidak larut dalam petroleum eter dan dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair menggunakan kloroform. Setiap fraksi dilakukan pemantauan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak n-heksana - etil asetat (7 : 3). Fraksi kloroform dikromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 G dan fase gerak n-heksana - etil asetat (20 : 1), isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis preparatif, diperoleh empat isolat kemudian dilakukan uji kemurnian dengan KLT 2 dimensi dan 3 fase gerak yang berbeda. Identifikasi spektrofotometri ultraviolet isolat menunjukkan adanya puncak serapan pada panjang gelombang 265 nm dan 268 nm. Identifikasi spektrofotometri inframerah isolat menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang (cm-1) 3434,01 (gugus O-H dan N-H), 2922,98 dan 2852,87(gugus C-H), 1110,02 (gugus C-O) dan 1741,78, 1701,91 dan 1459,18 (gugus C=C aromatik). Isolat kemudian diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi Dragendorff menunjukkan warna jingga sehingga isolat diduga mengandung alkaloid. Alkaloid tersebut diasumsikan berupa alkaloid yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi dan atau senyawa aromatis.

Kata Kunci: isolasi, identifikasi, Brucea javanica Merrill, alkaloid, chloroform PENDAHULUAN

Kalimantan Selatan merupakan daerah yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar. Keanekaragaman hayati tersebut berpotensi untuk bidang pengobatan. Tanaman obat tersebut biasanya digunakan dalam pengobatan tradisional, tetapi untuk dapat diterima dalam pengobatan modern harus diketahui kandungan zat aktifnya. Adanya informasi kandungan zat aktif suatu tanaman

dapat membuktikan khasiat dari suatu tanaman obat dan juga tingkat keamanan dapat diprediksi dengan mudah (Faisal, 2001).

Tanaman obat yang telah digunakan sebagai antimalaria adalah kina (Cinchona ledgeriana). Sejak tahun 1863, getah kina yang mengandung senyawa alkaloid kuinina digunakan untuk mengatasi malaria tetapi sebenarnya dapat menimbulkan racun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam sel

(2)

219 darah (Ditjen PPM dan PL, 2001). Selain

tanaman kina, tumbuhan qinghaosu (Artemisia

annua L) juga digunakan untuk mengobati

malaria karena mengandung artemisinin. Hasil penelitian Bhattacharjee dan Karle (1999) mengungkapkan bahwa artemisinin tidak aman untuk manusia karena dapat menyebabkan neurotoksisitas.

Salah satu tumbuhan obat yang digunakan secara turun-temurun di Kalimantan Selatan khususnya di Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru adalah tumbuhan tantaran gayung. Penduduk setempat menggunakan tumbuhan tantaran gayung sebagai antimalaria dengan cara merebus herba tantaran gayung dengan air. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana mengisolasi dan identifikasi alkaloid fraksi kloroform batang tantaran gayung asal Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan yang digunakan secara empiris sebagai antimalarial.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Agustus 2009. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Farmakognosi-Fitokimia dan Instrumentasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.

Alat dan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat maserasi, alat destilasi, blender, Bunsen, chamber, corong pisah, plat kromatografi lapis tipis, lampu UV, neraca analitik (Ohaus explorer pro), oven (Memmert),

rotary evaporator (IKA Werke), tabung kolom

diameter 5 cm panjang 50 cm, alat-alat gelas, pipa kapiler, waterbath (Memmert),

spektofotometer UV-Vis (Varian Conc. 100), dan spektofotometer FTIR (Perkin Elmer Spectrum One).

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dalah simplisia batang tantaran gayung, akuades, asam sulfat teknis , aseton teknis , Dragendorff, etanol teknis, etil asetat p.a, kloroform teknis, n-heksana, metanol p.a, petroleum eter teknis, plat aluminum silika gel Merck Kieselgel 60 GF254, dan silika gel 60 untuk kolom.

Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani-Puslitbang Biologi LIPI Bogor .

Pengumpulan dan Persiapan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang tantaran gayung yang diperoleh dari Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari tahun 2009. Tumbuhan ini dibersihkan dari kotoran (sortasi basah), dicuci dan dipotong kecil-kecil. Sampel dikeringkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Simplisia disortasi kering, dihaluskan, dan diayak dengan ayakan nomor 18.

Pembuatan Ekstrak dan Fraksi Batang Tantaran Gayung

Serbuk batang tantaran gayung sebanyak 1,8 kg dimaserasi dengan pelarut etanol. Filtrat dimasukkan ke dalam rotary

evaporator kemudian diuapkan menggunakan

(3)

220 etanol. Setelah itu ditambahkan etanol sebanyak

50 mL. Ekstrak yang telah diencerkan tersebut diekstraksi dengan petroleum eter sebanyak 3 kali masing-masing 50 mL. Kemudian dipisahkan dengan corong pisah hingga diperoleh fraksi petroleum eter dan lapisan etanol. Lapisan etanol diekstraksi kembali dengan kloroform sebanyak 3 kali masing- masing 50 mL sehingga diperoleh fraksi kloroform.

Orientasi Fase Gerak

Orientasi fase gerak dilakukan untuk menentukan jenis dan sistem fase gerak yang akan digunakan pada kromatografi kolom. Fase gerak yang digunakan adalah fase gerak nonpolar yaitu n-heksana - etil asetat, kloroform - aseton, toluena - n-butanol dengan variasi perbandingan. Hasil orientasi menunjukkan bahwa n-heksana - etil asetat (7 : 3) menunjukkan pemisahan yang baik.

Isolasi Fraksi Kloroform Batang Tantaran Gayung

Metode isolasi yang digunakan adalah kromatokrafi kolom.

Pemurnian Senyawa dengan KLTP

Fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom dilarutkan dengan metanol p.a. Kemudian ditotolkan pada plat KLTP dan

dielusi dengan eluen n-heksana - etil asetat (9 : 1). Plat silika hasil elusi dikeruk pada bagian noda yang ingin diisolasi. Silika diekstraksi dengan metanol p.a untuk mendapatkan senyawanya.

Uji Kemurnian Senyawa

KLT pada minimal 3 sistem campuran pelarut dan KLT 2 dimensi. Jika hasil KLT senyawa tetap menunjukkan noda tunggal, maka dapat dikatakan senyawa tersebut murni. Uji Kualitatif Alkaloid

Isolat murni sebanyak 0,1 mg ditambahkan dengan 1 tetes Dragendorff. Identifikasi Senyawa Kimia

Isolat diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri Uv-visible dan

Spektrofotometri Infra Merah. HASIL DAN DISKUSI

Identifikasi dengan kromatografi lapis tipis fraksi kloroform batang tantaran gayung menggunakan eluen n-heksana - etil asetat (7 : 3). Penampak noda yang digunakan adalah

visibel, UV 254 nm, UV 366 nm, H2SO4 dan

Dragendorff. Hasil kromatogram fraksi kloroform batang tantaran gayung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil KLT fraksi kloroform

No Penampak noda Jumlah noda Noda Warna noda Rf

1 Visible 1 1 J 0,4 2 UV 366 nm 3 1 2 3 K* C H 0,1 0,4 0,4 3 H2SO4 3 1 2 3 C CM C 0,1 0,2 0,4 4 Dragendorff 1 1 J 0,4

(4)

221

Isolasi Fraksi Kloroform Batang Tantaran Gayung Fraksinasi Berganda

Fraksi yang diperoleh dari isolasi fraksi kloroform batang tantaran gayung menggunakan kromatografi kolom

menghasilkan 4 fraksi. Fraksi tersebut di KLT dengan menggunakan eluen n-heksana - etil asetat (7 : 3). Hasil nilai Rf kromatogram dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. KLT fraksi-fraksi hasil isolasi

No Fraksi Berat (g) Noda

Deteksi denganUV

366 nm

Penampak Noda

H2SO4 Dragendorff

Warna Rf Warna Rf Warna Rf

1 A 0,36 1 A 0,8 - - J 0,8 2 A 0,7 - - - - 2 B 0,41 1 H* 0,33 Ht 0,9 - - 2 K 0,17 K 0,3 - - 3 - - H 0,17 - - 3 C 0,74 1 H* 0,99 - - K 0,47 2 C 0,95 - - J 0,55 3 H* 0,55 - - - - 4 K* 10,17 - - - - 4 D 0,53 1 H 0,98 C 0,98 - - 2 H 0,9 C 0,9 - - 3 H 0,76 - - - - 4 K 0,4 C 0,4 - - 5 H 0,2 - - - -

Keterangan : A = Abu- abu K = Kuning H = Hijau C = Coklat Ht = Hitam Pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis

Preparatif (KLTP)

Pemurnian dengan kromatografi lapis tipis preparatif dilakukan pada fraksi A. Eluen yang digunakan adalah n-heksana - etil asetat (9

: 1) .Hasil kromatogram dari KLTP dapat dilihat pada Gambar 1 .

(5)

222

Gambar 1.

Kromatogram hasil KLTP

Uji kemurnian senyawa hasil KLTP dilakukan dengan KLT 2 dimensi dan menggunakan 3 macam sistem pelarut. Sistem pelarut yang

digunakan adalah n-heksana - etil asetat (7 : 3),

n-heksana - kloroform (8 : 2), dan PE - etil asetat (9 : 1). Hasil Rf dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. KLT uji kemurnian

No Eluen Warna Rf

1 n-heksana - etil asetat (7 : 3) Hijau 0,98

2 n-heksana - kloroform (8 : 2) Hijau 0,32

3 PE - etil asetat (9 : 1) Hijau 0,56

Uji Kualitatif Alkaloid

Isolat murni sebanyak 0,1 mg ditambahkan dengan Dragendorff sebanyak 1 tetes. Hasil uji kualitatif menunjukkan isolat berubah warna

dari yang berwarna putih menjadi berwarna jingga. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.

Uji Kualitatif Alkaloid

(6)

223

m

Identifikasi Senyawa Kimia Menggunakan Spektrofotometri Uv-visible

Identifikasi senyawa kimia menggunakan spektrofotometer uv-visible

menghasilkan panjang gelombang maksimumnya adalah 265 nm. Adanya absorbansi maksimum pada panjang gelombang 265 menunjukkan adanya transisi π → π* yang berarti terdapat ikatan rangkap terkonjugasi dan atau senyawa aromatis . Penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa Brucea javanica

mengandung alkaloid brucine yang memiliki panjang gelombang maksimum 263 nm (Popl dkk., 1990) yang hampir sama dengan panjang gelombang maksimum dari isolat yang diperoleh sehingga isolat juga dapat dikatakan berupa alkaloid. Spektra UV dapat dilihat pada gambar 3.

265 nm

Gambar 3.

Spektra UV

Identifikasi Senyawa Kimia Menggunakan Spektrofotometri Infra Merah

Serapan-serapan dengan bilangan gelombang 1110,02 cm-1 dan 1160,60 cm-1 diduga merupakan C-O stretching. Serapan dengan bilangan gelombang 3434,01 cm-1 diduga merupakan serapan untuk O-H dan N-H yang saling bertumpang asuh, hal ini didukung dengan adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1630,84 cm-1. Serapan pada 2922,98 cm-1 dan 2852,87 cm-1 diduga merupakan serapan untuk C-H stretching. Serapan 1741,78 cm-1, 1701,91 dan 1459,18 menunjukkan serapan khas C=C aromatic (Silverstein dkk., 1986). Data tersebut mirip dengan alkaloid yang berasal dari tanaman

Ageratum conyzoides yaitu adanya 3429.2 cm-1

diduga merupakan serapan dari N-H sekunder yang bertumpangasuh dengan serapan gugus – OH dan serapan pada 1126.4 cm-1 diduga merupakan serapan dari uluran C-O (Utami & Robara, 2008)

(7)

224

Gambar 4.

Spektra IR

KESIMPULAN

1. Eluen yang tepat untuk mengisolasi kandungan alkaloid fraksi kloroform batang tantaran gayung adalah n-heksana - etil asetat (20 : 1).

2. Hasil analisis spektra UV menunjukkan panjang gelombang maksimum 265 nm, serta spektra IR menunjukkan adanya gugus C-O, O-H, N- H, C-H dan C=C.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharjee, A.K & J. M. Karle. (1999).

Stereoelectronic Properties of Antimalarial

Artemisinin Analogues in Relation to Neurotoxicity.

Chem. Res. Toxicol, 12, 422–428.

Ditjen PPM dan PL. (2001). Malaria, Info Penyakit Menular Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

http//Infopenyakitmenular.htm. Diakses tanggal 20 Desember 2008.

Faisal, A. (2001). Tiga Senyawa Baru Cassane furano Di terpene Hasil Isolasi dari Daging Biji Bagore (Cesalpinia crista, l), Asal Sulawesi Selatan Sebagai

Bahan Dasar Obat Antimalaria. Science &

Technologi, 2 , 12-24.

Popl, M, J.Fahnrich, & V.Tatar.(1990).Chromatographic

analysis of Alkaloid. Marcel Dekker Inc, New York.

Silverstein, R. M. Clayton Bassler G. Morrill T. C. (1986).

Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi

ke-4 Terjemahan Hartomo. Erlangga, Jakarta. Utami, N & M.Robara. (2008) .Identifikasi Senyawa

Alkaloid dari Ekstrak Heksana Daun Ageratum

conyzoides Linn. Seminar Hasil Penelitian dan

Gambar

Tabel 1 . Hasil KLT fraksi kloroform
Tabel 2.  KLT fraksi-fraksi hasil isolasi
Gambar 1.  Kromatogram hasil KLTP
Gambar 3.  Spektra UV
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini stakeholder yang terlibat pengelolan hutan di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah KPH Jember, UPT PWH VII Bondowoso Wilayah Kerja Jember

Pengguna sistem ini adalah mereka yang memiliki handphone yang dapat menjalankan J2ME, bluetooth, laptop dengan OS Windows yang memiliki Bluetooth serta

Kandungan iodium yang masih rendah disebabkan oleh penyimpanan yang salah dengan tetap membiarkan dalam plastik terbuka dan cara memasak yang tidak benar yaitu

Oleh karena itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.Dalam analisis

1.Sebelum adanya wisata Hill Park, para remaja di desa ini gaya hidup yang. masih dipengaruhi nilai agama dan budaya setempat, misalnya saja dalam

[r]

Usaha dalam mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945, negara dan

Dengan menggunakan metode penelitian di atas, diperoleh data bahwa kerukunan merupakan keadaan yang baik, keadaan yang damai, tentram, saling toleransi