GUBERNUR BALI
PERATURAN GUBERNUR BALI
NOMOR 23 TAHUN 2011/01-C/HK/2010 TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN ABSENSI SIDIK JARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat, Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk meningkatkan disiplin dan kinerja;
b. bahwa absensi sidik jari merupakan salah satu sarana
yang dapat membantu menjamin kepastian Pegawai Negeri Sipil masuk kerja dan mematuhi ketentuan jam kerja;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pelaksanaan Absensi Sidik Jari;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 12); 9. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2010
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2010 Nomor 6);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 2. Gubernur adalah Gubernur Bali.
3. Absensi adalah suatu daftar yang diisi dan ditandatangani untuk mengetahui kehadiran seseorang dilihat dari adanya tanda tangan yang bersangkutan.
4. Absensi sidik jari adalah suatu sistem yang terdiri dari aplikasi komputer, infrastruktur identifikasi sidik jari, sidik jari dan prosedur yang digunakan untuk mengetahui PNS masuk kerja dan mematuhi jam kerja melalui identifikasi sidik jari.
5. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut PNS adalah Pegawai Negeri Sipil termasuk Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
7. Operator adalah PNS yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mengoperasikan perangkat absensi sidik jari.
8. Perangkat absensi sidik jari adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang dipergunakan untuk pelaksanaan absensi sidik jari yang terdiri dari aplikasi komputer dan infrastruktur identifikasi sidik jari.
BAB II
PERANGKAT ABSENSI SIDIK JARI Pasal 2
(1) Perangkat absensi sidik jari dipasang pada SKPD ditempat yang mudah diakses oleh PNS.
(2) Rasio antara perangkat absensi sidik jari dengan PNS adalah 1 (satu) berbanding 60 (enam puluh).
Pasal 3
(1) Kepala SKPD yang tugas pokok dan fungsinya
berhubungan dengan e-government bertanggung jawab
atas pengadaan, pemasangan, pemeliharaan perangkat absensi sidik jari.
(2) Kepala SKPD bertanggung jawab atas pemanfaatan dan
(3) Apabila terjadi kerusakan/gangguan pada perangkat absensi sidik jari, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya agar segera melaporkan kepada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Atas laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib segera melaksanakan perbaikan perangkat absensi sidik jari.
BAB III
OPERATOR ABSENSI SIDIK JARI Pasal 4
(1) Kepala SKPD menunjuk paling sedikit 2 (dua) orang
operator.
(2) Operator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
PNS yang bisa mengoperasikan komputer. Pasal 5
Dalam menjalankan tugasnya operator bertanggung jawab kepada Kepala SKPD.
BAB IV
SIDIK JARI DAN TATA CARA ABSENSI SIDIK JARI Pasal 6
(1) Sidik jari yang digunakan untuk absensi sidik jari adalah
sidik jari dari salah satu jari tangan PNS bersangkutan. (2) PNS dibantu oleh operator merekam sidik jarinya pada
perangkat absensi sidik jari. Pasal 7
Apabila sidik jari yang sudah direkam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) mengalami perubahan akibat suatu hal seperti luka dan sebagainya sehingga tidak berfungsinya sidik jari dalam absensi sidik jari maka dilakukan perubahan rekam sidik jari dengan menggunakan sidik jari dari salah satu jari tangan yang lain.
Pasal 8
(1) Absensi sidik jari dilakukan 5 (lima) hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat, masing-masing dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.
(2) Hari Senin sampai dengan hari Kamis absensi sidik jari pertama dilakukan paling lambat pukul 07.30 Wita dan absensi sidik jari kedua dilakukan paling cepat pukul 15.30 Wita.
(3) Hari Jumat absensi sidik jari pertama dilakukan paling lambat pukul 07.30 Wita dan absensi sidik jari kedua dilakukan paling cepat pukul 13.00 Wita.
(4) Bagi PNS yang beragama Islam yang akan menunaikan Sholat Jumat diberikan dispensasi melakukan absensi sidik jari kedua pada hari Jumat paling cepat pukul 11.30 Wita.
Pasal 9
(1) SKPD yang tugasnya bersifat pemberian pelayanan
langsung secara terus menerus dan/atau mempunyai hari kerja dan jam kerja tersendiri, serta PNS yang bertugas jauh dari lingkungan SKPD pengaturan absensi diatur tersendiri secara manual oleh Kepala SKPD.
(2) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
Rumah Sakit Indera, Rumah Sakit Jiwa, Pusdalops Penanggulangan Bencana, Petugas Jagawana, Penjaga Pintu Air, dan Penjaga Jembatan Timbang.
Pasal 10
(1) PNS yang melakukan perjalanan dinas menginap, tugas
belajar, sakit, izin, cuti, tidak melakukan absensi sidik jari pada saat peristiwa tersebut berlangsung/terjadi.
(2) PNS yang izin/sakit sebelum jam kerja berakhir,
melakukan absensi sidik jari kedua pada saat akan meninggalkan tugas.
(3) PNS selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) yang sewaktu-waktu bertugas melebihi/melewati jam kerja dan jauh dari lingkungan SKPD, tidak melakukan absensi sidik jari kedua pada hari/tanggal bersangkutan.
(4) Petugas operator mengisi keterangan dinas/tugas
belajar/sakit/ijin/cuti pada aplikasi absensi sidik jari berdasarkan surat tugas/surat keterangan sakit/ persetujuan ijin/persetujuan cuti PNS bersangkutan.
BAB V PELAPORAN
Pasal 11
Operator mencetak absensi sidik jari sesuai dengan kebutuhan dalam bentuk absen harian, rekap mingguan dan rekap bulanan.
Pasal 12
(1) Setiap 1 (satu) bulan sekali Kepala SKPD menyampaikan
laporan absensi sidik jari kepada Gubernur melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah.
(2) Model dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 13
(1) PNS yang tidak melakukan absensi sidik jari kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) dan dalam Pasal 10 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dihitung sebagai pengurangan jam kerja PNS bersangkutan.
(2) Berkurangnya jam kerja bersangkutan dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14
(1) PNS tidak boleh melakukan tindakan-tindakan yang
dapat merusak dan/atau mengganggu berfungsinya perangkat absensi sidik jari.
(2) Bagi PNS yang melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 15
Selain absensi sidik jari, absensi manual masih dilakukan oleh PNS.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 16
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 10 Mei 2011 GUBERNUR BALI,
MADE MANGKU PASTIKA
Diundangkan di Denpasar pada tanggal 10 Mei 2011
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,
I MADE JENDRA