rtin
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
---
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017
PERKARA NOMOR 37/PUU-XV/2017
PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017
PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017
PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014
TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN
DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS
PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR
(III & IV)
J A K A R T A
SELASA, 29 AGUSTUS 2017
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
--- RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 37/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017 PERIHAL
Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [Pasal 79 ayat (3), Pasal 199 ayat (3), dan Pasal 201 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PEMOHON
1. Achmad Saifudin Firdaus, Bayu Segara, dkk. (Perkara Nomor 36/PUU-XV/2017)
2. Horas A. M. Naiborhu (Perkara Nomor 37/PUU-XV/2017)
3. Harun Al Rasyid, Hotman Tambunan, dkk. (Perkara Nomor 40/PUU-XV/2017)
4. Busyro Muqoddas, YLBHI, KPBI, dkk. (Perkara Nomor 47/PUU-XV/2017)
ACARA
Mendengarkan Keterangan Pemerintah dan DPR (III & IV)
Selasa, 29 Agustus 2017, Pukul 11.02 – 11.32 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat
SUSUNAN PERSIDANGAN
1) Arief Hidayat (Ketua)
2) Anwar Usman (Anggota)
3) Maria Farida Indrati (Anggota)
4) Aswanto (Anggota)
5) Wahiduddin Adams (Anggota)
6) I Dewa Gede Palguna (Anggota)
7) Manahan MP Sitompul (Anggota)
8) Suhartoyo (Anggota)
Dian Chusnul Chatimah Panitera Pengganti
Rizki Amalia Panitera Pengganti
Yunita Ramadhani Panitera Pengganti
Mardian Wibowo Panitera Pengganti
Pihak yang Hadir:
A. Pemohon Perkara Nomor 36/PUU-XV/2017:
1. Achmad Saifudin Firdaus
2. Bayu Segara
B. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 36/PUU-XV/2017:
1. Okta Heriawan
2. Kurniawan
C. Pemohon Perkara Nomor 40/PUU-XV/2017:
1. Harun Al Rasyid
2. Hotman Tambunan
3. Lakso Anindito
4. Novariza
5. Yadyn
D. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 47/PUU-XV/2017:
1. Adnan Topan Hosudo
E. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 47/PUU-XV/2017:
1. Muhamad Isnur
2. Nelson Ferdinand Saragih
3. Donal Fariz
4. Alghiffari Aqsa
F. Pemerintah:
1. Hotman Sitorus
2. Ninik Hariwanti
1. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Bismillahirrahmanirrahim. Sidang dalam Perkara Nomor 36, 37, 40, dan 47/PUU-XV/2017 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.
Saya cek kehadirannya. Pemohon 36?
2. PEMOHON PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017: OKTA
HERIAWAN
Baik, Yang Mulia. Perkara 36 yang hadir, Kuasa Pemohon dan Pemohon I dari Forum Kajian Hukum dan Konstitusi yang diwakili Achmad Saifudin Firdaus selaku Ketua dan Bayu Segara selaku Sekjen. Terima kasih, Yang Mulia.
3. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Terima kasih. Perkara 37, tidak hadir. Perkara 40, belum? Oh ada.
4. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya, Yang Mulia. Mohon izin.
5. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya.
6. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Yang kami hormati, kami dari Pegawai KPK.
7. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya.
SIDANG DIBUKA PUKUL 11.02 WIB
KETUK PALU 3X
8. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO ANINDITO
Pemohon 40. Yang hadir kelima Pemohon langsung, Yang Mulia, tanpa kuasa hukum. Ada saya, ada Dr. Yadyn, Dr. Harun Al Rasyid, Bapak Hotman Sitompul[Sic!], dan Ibu Novariza yang duduk di belakang. Terima kasih.
9. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik. Prinsipal semua, ya, yang hadir?
10. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya, Prinsipal semua, Yang Mulia.
11. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Perkara 47?
12. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Terima kasih, Yang Mulia. Hadir hari ini ada Pak Adnan Topan Hosudo (Prinsipal dari ICW). Kemudian Kuasa Hukum, sebelah kanan saya, Nelson F. Saragih, saya Muhammad Isnur. Sebelah kiri, Alghiffari Aqsa dan di belakang Donal Fariz. Terima kasih, Yang Mulia.
13. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik, terima kasih. DPR tidak hadir, ada surat tertanggal 23 Agustus yang ditandatangani oleh Pimpinan Kepala Badan Keahlian DPR. Menyatakan, “Tidak dapat menghadiri karena bertepatan dengan kegiatan rapat-rapat anggota DPR RI.”
Dari Pemerintah yang mewakili Presiden?
14. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Terima kasih, Yang Mulia. Pemerintah hadir, diwakili oleh Ibu Ninik Hariwanti, saya sendiri Hotman Sitorus, dan Wahyu Jaya. Terima kasih, Yang Mulia.
15. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik. Pada waktu kita memeriksa Perkara 36, 37, Pemerintah juga sudah memberikan keterangannya, ya?
16. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Sudah, Yang Mulia.
17. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Begitu juga DPR. Sekarang untuk perkara baru, kita digabungkan seluruhnya, Perkara 40 dan 47. Apakah Pemerintah mengajukan keterangan baru atau sama dengan yang lalu?
18. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Terima kasih, Yang Mulia. Ada penambahan sedikit, Yang Mulia.
19. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Penambahan.
20. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Dibacakan, Yang Mulia.
21. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya, supaya nanti untuk yang Perkara 40, 47 juga mengetahui bahwa ada keterangan Pemerintah yang sudah disampaikan pada persidangan dalam Perkara 36 dan 37 karena materinya sama, ya. Dan sekarang Pemerintah akan menyampaikan keterangan baru yang merupakan keterangan ditambahkan dari keterangan yang sudah dibacakan.
22. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Baik, Yang Mulia.
23. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik, silakan. Jadi tidak perlu disampaikan keseluruhan. Tambahan-tambahan saja yang disampaikan. Silakan, Bu Ninik.
24. PEMERINTAH: NINIK HARIWANTI
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia Ketua/Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Para Pemohon ... yang terhormat Para Pemohon. Berdasarkan surat kuasa substitusi Menteri Hukum dan HAM, izinkanlah kami membacakan keterangan Presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kepada Yang Mulia Ketua/Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jakarta. Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini.
1. Nama: Yasonna H. Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia).
2. Nama: Tjahjo Kumolo (Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia).
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri yang selanjutnya disebut Pemerintah.
Perkenankanlah kami menyampaikan keterangan baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Undang-Undang MD3 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut Undang-Undang Dasar 1945 yang dimohonkan oleh:
1. Dr. Harun Al Rasyid, S.H., M.Hum., dan kawan-kawan sesuai
registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-XV/2017 dan,
2. Dr. Busyro Muqoddas yang dalam hal ini diwakili oleh Muhammad
Isnur, S.H., dan kawan-kawan yang kesemuanya adalah advokat dan/atau pengabdi bantuan hukum yang tergabung dalam Tim Advokasi Selamatkanlah KPK dari Angket DPR sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor Perkara 47/PUU-XV/2017, yang selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon.
Kemudian perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan sebagai berikut.
I. Pokok permohonan Para Pemohon.
1. Para Pemohon menilai ketentuan Pasal 79 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 yang ditafsirkan oleh DPR dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga penegak hukum, khususnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah
bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pelaksanaan hak angket oleh pansus DPR berdasarkan perluasan
penafsiran terhadap Pasal 79 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 telah mengganggu kedaulatan hukum, yaitu tidak bekerjanya sistem peradilan pidana yang terintegrasi (integrated criminal justice system). Substansi persoalan yang seharusnya menjadi materi dan kewenangan peradilan untuk menemukan penyelesaian hukum telah diambil alih oleh DPR melalui proses politik dengan melakukan angket terhadap KPK. Demikian pula pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh KPK, termasuk berbagai informasi dan data-data hasil penyelidikan dan penyidikan yang seharusnya bersifat tertutup, sampai dengan dibuka sebagai bukti di pengadilan menjadi terbuka di hadapan pansus angket dan diketahui oleh umum, termasuk oleh pihak-pihak yang terindikasi terlibat dalam perkara yang sedang ditangani oleh KPK. Padahal pemeriksaan angket yang merupakan bagian dari proses politik kekuasaan tidak mungkin menguji kebenaran material maupun formil terhadap suatu perkara pidana dan melahirkan keputusan hukum yang bersifat final dan mengikat bagi tersangka, terdakwa, maupun penegak hukum yang menangani.
3. DPR telah salah memahami konsep kata alternatif kumulatif dalam
peraturan perundang-undangan atau sengaja melakukan penyalahgunaan kewenangan hak angket itu. DPR memaknai bahwa seluruh pelaksanaan undang-undang dapat dilakukan penyelidikan oleh DPR.
4. Selain hak angket untuk KPK bukanlah kewenangan DPR. Hak
angket terhadap KPK memiliki kelemahan substansial, kelemahan itu berkaitan dengan objek yang dipermasalahkan karena hak angket tersebut lebih terlihat untuk memperjuangkan kepentungan politik dan intervensi proses peradilan yang sedang berlangsung di pengadilan tindak pidana korupsi. Dengan demikian, objek yang diusung DPR untuk menyelidiki proses berperkara di KPK jauh dari yang ditentukan undang-undang.
5. Bahwa pada intinya, Pemohon menilai ketentuan Pasal 79 ayat (3)
beserta penjelasannya, Pasal 199 ayat (3), dan Pasal 201 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 … Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28C ayat (2), serta Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
II. Kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon.
Uraian tentang kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon akan dijelaskan secara lebih rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan pada persidangan berikutnya atau melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Namun demikian, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilai, apakah Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) atau tidak, sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, maupun berdasarkan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi terdahulu, yaitu Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007.
III.Penjelasan Pemerintah terhadap materi yang dimohonkan oleh Para
Pemohon.
Terhadap materi yang dimohonkan oleh Para Pemohon, Pemerintah pada pokoknya tetap pada pendiriannya, sebagaimana disampaikan pada keterangan Pemerintah untuk Perkara Nomor 36/PUU-XV/2017 dan Nomor 37/PUU-36/PUU-XV/2017, dengan beberapa penambahan sebagai berikut.
1. Bahwa Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 20A telah
memberikan kewenangan yang bersifat open legal policy kepada Pemerintah dan juga DPR untuk mengatur mengenai hak angket DPR. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak memberikan batasan atau limitasi mengenai pihak mana saja yang dapat diselidiki melalui penggunaan hak angket tersebut, sepanjang dalam rangka melaksanakan kepentingan bangsa dan negara serta sejalan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Dengan demikian, pilihan kebijakan Pemerintah dan DPR berkenaan dengan hak angket merupakan pilihan hukum atau legal policy dari Pemerintah dan DPR. Dan pilihan kebijakan yang demikian tidaklah dapat diuji, kecuali dilakukan secara sewenang-wenang dan melampaui kewenangan pembuat undang-undang atau déterminée des pouvoir.
2. Hal tersebut sejalan dengan Pasal 20A ayat (4) Undang-Undang
Dasar Tahun 1945, yang menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.
3. Dengan demikian, menurut Pemerintah pengaturan mengenai hak
angket pada dasarnya merupakan open legal policy atau kebijakan hukum terbuka bagi pembentuk undang-undang, mengingat pula selama ini dalam praktik pengujian konstitusional di Mahkamah Konstitusi, suatu norma undang-undang dapat dinilai:
2. Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 atau tiga bertentangan … maaf, kami ulangi. Dua, tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 atau bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Dalam konteks, pengaturan mengenai hak ... kami ulangi, dalam konteks pengaturan mengenai pengertian hak angket oleh karena tidak ada ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mengatur mengenai lingkup hak angket, namun lingkup hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dalam Pasal 79 Undang-Undang MD3. Setidaknya masuk kategori tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena pasal dan/atau ayat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai norma hukum yang lebih tinggi tidak mengatur atau tidak memberikan batasan jelas mengenai hal tersebut dan karenanya pengaturan mengenai hak angket adalah pilihan kebijakan dari pembentuk undang-undang dalam rangka melengkapi kekurangan pengaturan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
4. Bahwa pengaturan mengenai pelaksanaan hak DPR, dalam hal ini hak
angket DPR tidak hanya diatur dalam pasal a quo saja, tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan rangkaian pasal mengenai pelaksanaan hak angket DPR, sebagaimana diatur dalam bab III DPR bagian kesepuluh. Pelaksanaan hak DPR paragraf dua hak angket, Pasal 199 sampai dengan Pasal 209 Undang-Undang MD3 yang mana pasal-pasal a quo telah sangat jelas mengatur mengenai mekanisme pelaksanaan hak angket.
5. Lebih lanjut, dapat Pemerintah sampaikan bahwa pasal a quo
merupakan pilihan kebijakan Pemerintah dan DPR guna memberi kepastian hukum dalam pelaksanaan hak angket dalam rangka melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Bahwa Pemerintah sangat menghargai usaha-usaha yang dilakukan
oleh masyarakat dalam ikut memberikan sumbangan dan partisipasi pemikiran dalam membangun pemahaman tentang ketatanegaraan. Pemikiran-pemikiran masyarakat tersebut akan menjadi sebuah rujukan yang sangat berharga bagi Pemerintah pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Atas dasar pemikiran tersebut, Pemerintah berharap agar dialog antara masyarakat dan
Pemerintah tetap terus terjaga dengan satu tujuan bersama untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara demi masa depan Indonesia yang lebih baik dan mengembangkan dirinya dalam ke pemerintahan, dengan tujuan ikut berkontribusi positif mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
IV.Petitum.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua/Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian Pasal 79 ayat (3), Pasal 199 ayat (3), Pasal 201 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memberikan putusan sebagai berikut.
1. Menerima keterangan Pemerintah secara keseluruhan. Dan,
2. Menyatakan bahwa ketentuan Pasal 79 ayat (3), Pasal 199 ayat (3),
Pasal 201 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah berdasar dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Namun, apabila Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon kiranya dapat memberikan putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Demikian keterangan ini, atas perkenan dan perhatian Yang Mulia Ketua/Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan terima kasih. Jakarta, 29 Agustus 2017. Hormat kami, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Tjahjo Kumolo), Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia (Yasonna H. Laoly).
Demikian, Yang Mulia. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum wr. wb.
25. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Walaikumsalam wr. wb. Terima kasih, Bu Ninik. Ya, terima kasih. Pemohon ... Para Pemohon 36, 37, 40, dan 47, agenda yang akan datang kita masih menunggu keterangan DPR untuk menjawab permohonan ... memberikan keterangan permohonan 40 dan 47, tapi kita bisa mulai memeriksa saksi atau ahli yang diajukan oleh Pemohon. Saya menawarkan dulu pada permohonan Perkara 36, akan mengajukan ahli atau saksi?
26. PEMOHON PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017: ACHMAD SAIFUDIN FIRDAUS
Baik, Yang Mulia. Untuk ahli masih dikonfirmasi, Yang Mulia, untuk selanjutnya paling tidak kita akan kabarkan melalui Kepaniteraan, Yang Mulia. Masih dalam konfirmasi, Yang Mulia.
27. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Enggak. Masalahnya begini, harus sudah pasti dan makalah dari ahli itu harus dua hari sebelumnya sudah diterima di Kepaniteraan.
28. PEMOHON PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017: ACHMAD
SAIFUDIN FIRDAUS
Baik, Yang Mulia.
29. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya. Kemudian Perkara 37? Enggak hadir. Perkara 40?
30. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya, Yang Mulia. Sebelumnya kami apabila diperkenankan kepada Yang Mulia, kami memohon agar untuk dapat … terkait dengan putusan provisi, Yang Mulia. Karena kami khawatir, kami sebagai Pemohon mendapatkan kerugian yang lebih besar karena panitia angket terus berjalan. Untuk itu, Yang Mulia, untuk terkait dengan alat bukti, kami mengajukan untuk pembukaan rekaman rapat dengar pendapat dengan DPR, Yang Mulia, untuk menunjukkan kenapa putusan provisi itu diperlukan untuk segera dikeluarkan, yaitu rekaman DPR pada tanggal ... RDP dengan pimpinan KPK pada tanggal 18 sampai 19 April 2017, Yang Mulia.
31. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Rekaman?
32. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya.
33. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Sudah dianu ... leges untuk kita?
34. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Belum, Yang Mulia. Kami belum masukkan ke situ karena rekaman itu adanya di KPK dan adanya di DPR, sedangkan kami maju sebagai Pemohon individual dari pegawai KPK.
35. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Nah, itu caranya bagaimana? Anda mau mengajukan bukti, tapi buktinya malah kita disuruh cari. Itu kan enggak bisa. Anda yang harus menyampaikan buktinya ke sini.
36. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya. Kami akan coba, Yang Mulia, mohon waktu untuk mengajukan satu alat bukti lagi dan kami akan mengajukan surat, Yang Mulia, ke pimpinan KPK atas nama pegawai untuk memohon rekaman tersebut.
37. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya, nanti kalau sudah diperoleh, baru nanti kita lihat, kita sahkan, ya, bukti itu.
38. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya.
39. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Perkara 37[Sic]? Bagaimana? Masih?
40. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
41. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya.
42. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Yang kedua, kami ingin mengajukan, Yang Mulia, permohonan untuk Pihak Terkait, Yang Mulia. Yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (...)
43. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Pihak Terkait yang mengajukan bukan Pemohon, dari Pihak Terkait sendiri yang mengajukan ke sini. Enggak bisa. Pemohon mengajukan Pihak Terkait itu kan kalau itu mau mengajukan Pihak Terkait, mestinya masuk dalam ... bagian dari Pemohon, kan begitu. Ya, silakan mereka diberitahu suruh mengajukan sebagai Pihak Terkait, tapi bukan Anda yang mengajukan, begitu loh.
44. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya, Yang Mulia. Nanti kami infokan. Terima kasih, Yang Mulia.
45. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya, jadi silakan ada Pihak Terkait yang mau masuk dalam perkara ini, silakan. Tapi itu atas inisiatif mereka, bukan karena Pemohon yang mengajukan, ya. Itu jadi lucu kalau begitu, kan.
Karena apa? Pihak Terkait itu bisa yang pro dan kontra terhadap permohonan Anda, begitu loh. Kalau ini kan berarti kalau begitu, oh ini pasti Pemohon ... Pihak Terkait ini adalah yang pro dengan Anda, kan bisa juga terjadi Pemohon yang kontra, kan. Enggak mungkin Anda mengajukan Pihak Terkait yang kontra, itu kan enggak mungkin. Makanya silakan kalau memang anu, ya.
46. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Ya. Karena kami pikir cukup relevan, Yang Mulia. Karena (...)
47. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Loh, masalah relevan atau tidak nanti kita yang anu, tapi itu mereka silakan sendiri, tidak Anda yang mengajukan, gitu ya. Silakan mereka kalau mau menjadi Pihak Terkait, mengajukan surat permohonan, nanti kita Rapat Permusyawaratan Hakim akan menentukan boleh, tidak, menjadi Pihak Terkait. Itu, ya. Ada lagi?
48. PEMOHON PERKARA NOMOR 40/PUU-XV/2017: LAKSO
ANINDITO
Cukup, Yang Mulia.
49. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Cukup. Dari Perkara 47.
50. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Terima kasih, Yang Mulia. Terkait agenda berikutnya untuk saksi, kami akan menghadirkan saksi dulu, Yang Mulia, satu orang.
51. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Saksi, satu orang.
52. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Ya, jadi belum ahli.
53. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Kalau hanya satu-satu begini, nanti sidangnya selesainya kapan? Jadi harus ... semuanya harus sudah pasti dan bisa kita tentukan.
54. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Ya, kalau begitu dengan ahli dua.
55. KETUA: ARIEF HIDAYAT
56. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017: MUHAMMAD ISNUR
Saksi satu dan ahli dua.
57. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ahlinya dua, ya. Ini yang Perkara 36 belum pasti, ya. Ini, kalau begitu kita dengar supaya anu ... bisa jalan, Perkara 47 dulu kita periksa, satu saksi dan dua ahli ini didatangkan, selain kita akan mendengarkan keterangan dari DPR.
58. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Selanjutnya boleh, Yang Mulia?
59. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya.
60. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Kami memohon untuk karena keterangan DPR belum kasih keterangan, kami mohon agar … biasanya kalau keterangan hanya menyangkut pokok permohonan dan legal standing. Kami mohon agar DPR juga diperingatkan terkait Pasal 26 Peraturan MK Nomor 5 Tahun 2005[Sic].
61. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Kenapa?
62. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Bagaimana DPR menghadirkan fakta-fakta yang terjadi saat pembahasan atau risalah pembahasan undang-undang, Pasal 26 dan 25 di Peraturan MK.
63. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Itu nanti kan DPR kan kita sudah undang, mereka mau memberikan keterangan apa, kan terserah mereka, kan.
64. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017: MUHAMMAD ISNUR
Ini penting karena dokumen pembahasan ada di mereka.
65. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Nanti kita yang menentukan itu, ya.
66. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Ya.
67. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya. Jadi jangan terlalu anu dulu, ya, supaya proses persidangannya sesuai dengan peraturan. Dan juga DPR mau hadir, tidak hadir, itu kita juga enggak bisa memaksa karena menurut Pasal 54, itu kita enggak mendengar keterangan DPR pun enggak masalah sebetulnya, ya. Itu yang harus kita mengertikan bersama, jadi kita tidak bisa memaksakan. Meskipun kita selalu menghimbau, supaya kita tahu persis latar belakang disusunnya undang-undang itu dan sebagainya, kita mengharapkan keterangan dari mereka, tapi bisa saja perkara itu tidak kita Plenokan, tidak mendengar, kita putus kalau sudah yakin juga bisa sebetulnya, ya.
68. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Yang ketiga, Yang Mulia. Seperti juga Pemohon 40, kami memohon provisi kami untuk dipertimbangkan (...)
69. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Itu baru dibicarakan di RPH dan itu belum ada kata putus dalam RPH, ya.
70. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Yang terakhir, kami, Yang Mulia, mohon juga. Kami, pertimbangan kami mohon bukan hanya KPK yang terdampak akibat pasal ini.
71. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya, ya.
72. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Nah, kami juga bukan hanya ... kami dalam ... kami belum tahu ada persidangan lain apa belum, kami memohon MK mengundang mungkin lembaga-lembaga negara yang terdampak akibat pasal ini, seperti itu.
73. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Ya, kalau kita melihat ada relevansinya, pasti kita undang untuk menjadi Pihak Terkait, menjelaskan. Ya, gitu ya.
74. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 47/PUU-XV/2017:
MUHAMMAD ISNUR
Terima kasih, Yang Mulia.
75. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik. Kalau begitu nanti persidangan yang akan datang Selasa, 5 September 2017, pada pukul 11.00 WIB dengan agenda mendengarkan keterangan tambahan DPR untuk Perkara 40 dan 47. Kemudian, kita memeriksa satu saksi dan dua ahli dari dalam permohonan Perkara 47, ya. Jadi, Anda diperiksa terlebih dahulu ahli dan saksinya, sambil nanti yang lain berjalan, ya, begitu. Pemohon, sudah cukup? Pemerintah, cukup?
76. PEMERINTAH: HOTMAN SITORUS
Cukup, Yang Mulia.
77. KETUA: ARIEF HIDAYAT
Baik. Sidang selesai dan ditutup.
Jakarta, 29 Agustus 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.
Yohana Citra Permatasari
NIP. 19820529 200604 2 004
SIDANG DITUTUP PUKUL 11.32 WIB KETUK PALU 3X
Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.