• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Prosedur

Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu kegiatan atau lebih yang disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi (Zaki Baridwan, 2000:3).

Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi (W. Gerald Cole).

Menurut Narko (2003:3) Prosedur adalah serangkaian titik rutin yang diikuti dalam melaksanakan suatu wewenang fungsi dan operasional. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa prosedur adalah suatu serangkaian kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang, guna menangani segala transaksi perusahaan yang berulang terjadi secara beragam.

B. Pengertian Aset

Menurut Scanning (1992: 22) aset merupakan jasa yang akan datang dalam bentuk jasa atau uang dimasa mendatang yang bisa ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa yang timbul dari kontrak yang belum dijalankan kedua pihak secara sebanding) yang di dalamnya terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hukum atau keadilan.

Aset demikian bahasa inggris menuliskannya, atau aset kalau ditulis dalam bahasa indonesia, artinya barang atau sesuatu barang (thing/anything = nahasa inggris) yang mempunyai nilai (value), meliputi:

1. Nilai ekonomi; 2. Nilai komersial dan;

(2)

3. Nlai tukar yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu (perorangan).

Asset (aset) adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yaitu apa saja yang dapat dijadikan hak. Di dalam pengertian benda tercakup adanya benda bergerak dan benda tidak bergerak. Disamping pengertian benda, di daalam hukum perdata juga diberikan pengertian tentang hak kebendaan, yaitu sesuatu hak yang diberikan kepada seseorang yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertaruhkan terhadap setiap orang/ badan.

Disamping itu hak kebendaan di dalam hukum perdata mengenal pula adanya pembagian benda menjadi benda berwujud dan benda tidak berwujud yang tercakup dalam aktiva/ kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu perorangan. Benda bergerak atau benda tidak tetap (roerende goederen) termasuk didalamnya ialah benda bergerak karena sifatnya, misalnya: perabotan rumah tangga, perhiasan. Sedangkan benda bergerak karena ketentuan undang-undang, misal: perabot rumah tangga, perhiasan. Sedangkan benda bergerak karena ketentuan undang-undang, misal: hak penagihan, hak atas sebuah karangan, dan hak atas suatu penemuan.

Benda tidak bergerak atau benda tetap (onroerende goederen) dapat digolongkan menjadi:

1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, seperti: tanah, tanaman yang

melekat diatasnya.

2. Benda tidak bergerak karena undang-undang, seperti: kapal laut minimal

20 m kubik, hak efrpacht, hak opstal.

Adapun pengertian Aset yang ditemui dalam Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Keuangan adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sedangkan menurut Ir. Doli D. Siregar, M.Sc dalam bukunya Manajemen Aset, membedakan berdasarkan 3 aspek pokok, seperti berikut :

(3)

1. Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia

seperti akal pikiran, seni, ketrampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.

3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan optimal, baik untuk saat ini maupun untuk kelanjutan dimasa akan datang.

Jika berbicara tentang manajemen aset secara umum, kita tidak terlepas siklus pengelolaan barang yang dimulai dari perencanaannya sampai penghapusan barang tersebut, yang kalau diurut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning), meliputi penentuan kebutuhan (requirement) dan penganggarannya (budgeting);

2. Pengadaan (Procurement), meliputi cara pelaksanaannya standard barang

dan harga atau penyususnan spesifikasi dan sebagainya; 3. Penyimpanan dan penyaluran (Storage and Distributon); 4. Pengendalian (Controlling); 5. Pemeliharaan (Maintance); 6. Pengamanan (Safety); 7. Pemanfaatan (Utilities); 8. Penghapusan (Disposal); 9. Inventarisasi (Inventarization).

Sedangkan kalau kita berpedoman kepada landasan yang terbaru yaitu Pemendagri Nomor 19 Tahun 2016 Bab 1 Ketentuan Umum menyatakan bahwa pengelolaan barang daerah meliputi :

1. Perncanaan kebutuhan dan penganggaran;

2. Pengadaan;

3. Penerimaan, penyimpanan dan penganggaran;

(4)

5. Penatausahaan; 6. Pemanfaatan;

7. Pengamanan dan pemeliharaan;

8. Penilaian;

9. Penghapusan;

10. Pemindahtanganan;

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

12. Pembiayaan;

13. Tuntutan ganti rugi;

Oleh karena itu memudahkan pembahasan dan menyamakan pandangan, maka selanjutnya yang dimaksud dengan aset adalah :

1. Semua barang inventaris yang dimiliki pemerintah daerah;

2. Semua barang hasil kegiatan proyek APBD/APBN/LOAN yang telah

diserahkan pada Pemerintah Daerah melalui Dinas/ Instansi terkait;

3. Semua barang yang secara hukum dikuasai oelh pemerintah daerah,

seperti: cagar alam, cagar budaya, objek wisata, bahan tambang/galian C, yang dapat dijadikan sumber Pendapatan asli Daerah yang berkelanjutan dan yang memerlukan pengaturan pemerintah daerah dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya.

C. Pengertian Barang Milik Daerah dan Jenisnya

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negarayang dimaksud dengan barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pembelanjaan Daerah(APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Sedang pengertian mengenai barang milik daerah menurut pasal 2 Peraturan Pemerintahan Nomor 27 tahun 2014 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Barang milik daerah, meliputi :

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; b. Barang yang berasal dari perolehan selainnya yang sah.

(5)

2. Barang sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 dan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 ayat (1) huruf b, meliputi :

a. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan atau yang sejenisnya; b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak; c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, atau;

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengendalian yang telah

memperoleh ketentuan hukum tetap.

Adapun barang milik daerah bila dilihat dari asal sumbernya, bisa bersumber dari :

1. Pembentukan Daerah Otonom berdasarkan Undang-Undang;

2. Liquidasi atau mager dari lembaga pemerintah/instansi/SKPD;

3. Pembelanjaan APBN/ APBD;

4. Sumbangan Dalam Negeri/ Luar Negeri;

5. Sumbangan pihak ketiga;

6. Penyerahan dari pemerintah pusat; 7. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial;

8. Swadaya Masyarakat;

9. Semua barang yang secara hukum dikuasai pemerintah.

D. Manajemen Barang Milik Daerah/Aset

Menurut Prof. Dr. J Panglaykin dari Encyclopedia of the Social Sciences manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari tujuan tertentu suatu instansi (SKPD) dikelola dan diawasi.

Manajemen barang milik daerah/aset sebetulnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen keuangan dan secara umum terkait dengan administrasi pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan nilai aset, pemanfaatan aset, pencatataan nilai aset dalam neraca tahunan daerah, maupun dalam penyusunan prioritas dalam pembangunan.

Untuk itu sebagai seorang pengurus barang pada suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah, dia sebetulnya adalah manajer atau pengelola terhadap

(6)

barang yang dibawah kontrolnya dan tentu saja dia sangat menghayati siklus pengelolaan barang tersebut diatas, sedangkan dalam pengertian yang umum di masyarakat Pegawai Negeri Sipil lebih dikenal dengan manajemen barang atau manajemen material yang lebih bertitik tujuan bagaimana mengelola barang inventaris sehingga terpenuhi persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya.

Pengelolaan barang daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan kebutuhan dan pengangguran, pengadaan, penerimaan penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, pembiayaan, dan tuntutan ganti rugi. (Pasal 2 Permendagri No. 17 Tahun 2007). Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan azas : 1. Azas fungsional

Yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang, dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

2. Azas kepastian hukum

Yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.

3. Azas transparansi

Yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik dareah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.

4. Azas efisiensi

Yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

5. Azas akuntabilitas

Yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

(7)

6. Azas kepastian niai

Yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketetapan jumlah dan nilai bidan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta neraca pemerintahan daerah.

Tujuan manajemen aset kedepan diarahkan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah daerah, guna meningkatkan atau mendongkrak Pendapatan Asli Daerah, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya terhadap masyarakat.

Sedangkan menurut Doli D Siregar kita sadari bahwa manajemen aset merupakan salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan popueler di lingkungan pemerintahan maupun di satuan kerja atau instansi. Manajemen aset itu sendiri kedepannya atau selanjutnya sebenarnya terdiri dari lima tahapan kerja yang satu sama lainnya saling tekait yaitu :

1. Inventaris Aset; 2. Legal Audit; 3. Penilaian Aset; 4. Optimalisasi Aset;

5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA), dalam

Pengawasan dan Pengendalian Aset.

Seperti telah diuraikan bahwa manajemen aset merupakan lanjutan dari proses manajemen barang atau manajemen material yang meliputi kegiatan-kegiatan inventaris aset, legal audit, penilaian aset, opyimalisasi aset, dan pengembangan Sistem Informasi Aset (SIMA) dalam pengawasan dan pengendalian.

Jadi, sebenarnya manajemen aset ini berbeda dengan manajemen material atau manajemen barang inventaris milik daerah, atau boleh dikatakan merupakan lanjutan dari manajemen barang atau inventaris, khusus terhadap barang yang merupakan aset (barang modal) yang dapat dikembangkan.

Referensi

Dokumen terkait

Proses diversi yang diberikan kepa da anak, dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pe laksanaan diversi. Dalam pelaksanaan di versi ada banyak

Dari Gambar 14 dan Gambar 15 dapat dilihat bahwa aplikasi dapat menggambarkan notasi balok sesuai dengan data yang terdapat pada file midi, tetapi masih terdapat

Persamaan (1) ditunjang oleh data dari kandungan oksigen dalam tabung yang sudah berisi ikan, DO fish dan kandungan oksigen terlarut dalam tabung tanpa ikan, DO control.. DO fish

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan ( Research and Development ). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Bidang Keahlian Busana Butik SMK Negeri

Pendidikan kokurikulum di SK NAMA SEKOLAH adalah suatu usaha berterusan ke arah memperkembangkan potensi individu dalam kegiatan sukan, permainan,

Berdasarkan besarnya koefisien korelasi dan kurva yang terbentuk maka kuva baku tersebut dapat dipakai untuk menghitung kadar kalium losartan dalam sampel transpor transdermal.

Kelebihan yang disukai adalah munculnya pengeta- huan lokal dan pembangunan dinamika lokal untuk menfasilitasi komunikasi antara orang dalam (penduduk setempat) dengan orang luar

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada