101
Transformasi Wilayah Di Koridor Purwokerto-Purbalingga Dalam Perspektif
Geospatial
Sutomo
1, Sakinah Fathrunnadi Shalihati
2 1,2Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX. 202 Purwokerto 53182 Telp. (0281) 636751
E-mail: [email protected]
ABSTRAKTujuan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi dan klasifikasi transformasi wilayah, derajat aksesibilitas dan keselarasan antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas di desa-desa sepanjang Koridor Purwokerto-Purbalingga. Metode penelitian menggunakan analisis data sekunder. Unit analisisnya berupa 4 desa sampel di Koridor Purwokerto-Purbalingga. Teknik analisis kualitatif dengan bantuan software Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk analisis peta transformasi wilayah, peta derajat aksesibilitas dan peta keselarasan antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas di Koridor Purwokerto-Purbalingga. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa desa di Koridor Purwokerto-Purbalingga mengalami transformasi wilayah yang bervariasi, 2 desa mengalami transformasi tinggi yaitu Desa Dukuh Waluh yang berada di ring road Purwokerto timur dan Desa Karangsentul yang berada di ring road Purbalingga barat, keduanya berada di zona urban fringe, kemudian 1 desa mengalami transformasi sedang yaitu Desa Padamara dan transformasi rendah yaitu Desa Kembaran, keduanya berada di zona rural. Derajat Aksesibilitas ditemukan hanya menjadi 2 kategori yaitu derajat aksesibilitas tinggi untuk Desa Dukuh Waluh dan Desa Karangsentul, derajat aksesibilitas sedang untuk Desa Kembaran dan Desa Padamara. Sedangkan tingkat keselarasan antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas terjadi selaras untuk Desa Dukuh Waluh, Desa Karangsentul dan Desa Padamara, dan terjadi ketidak selarasan di Desa Kembaran.
Kata Kunci : Transformasi Wilayah, Derajat Aksesibilitas, Geospatial
PENDAHULUAN
Perkembangan wilayah di Indonesia pada abad ke 20 saat ini merupakan bukti dari melesatnya pembangunan diberbagai kegiatan sektoral sehingga mengubah kenampakan keruangan (spasial) diberbagai wilayah, kegiatan sektoral dalam berjalan dan berkembangnya sangat didukung oleh ketersediaan aksesibilitas.
Aksesibilitas menjadi penting sebagai penyambung kemudahan manusia untuk melakukan segala aspek kegiatan, kegiatan yang awalnya sulit untuk ditempuh atau dijangkau menjadi lebih mudah dan singkat untuk di laksanakan, hal yang menarik setelah munculnya aksesibilitas adalah terjadinya perubahan fisik disisi kanan dan kiri ruang aksesibilitas, salah satunya terjadi pada perubahan fisik dari sifat pedesaan menjadi sifat kekotaan. Perubahan sifat pedesaan menjadi sifat kekotaan disebut sebagai transformasi wilayah.
Transformasi wilayah banyak terjadi akibat terbukanya ruang aksesibilitas, salah satu wilayah terpadu yang terjadi adalah di tata ruang terpadu BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen), perkembangan tata ruang terpadu ini tak luput dari ketersediaan ruang aksesibilitas yang makin sering digunakan didalam kabupaten maupun yang menghubungkan antar kabupaten-kabupaten tersebut, akibatnya nampak terjadi perubahan-perubahan fisik wilayah baik didalam maupun antar kabupaten.
Fenomena perubahan transformasi wilayah di ruang aksesibilitas BARLINGMASCAKEB memiliki keunikan tersendiri, seperti yang telah dilakukan oleh Sutomo (2001), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisikal kawasan koridor antara purwokerto-sokaraja menghasilkan penemuan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan fisikal pada kawasan yang berbatasan langsung dengan Kota Purwokerto dipengaruhi dari pendatang yang membangun permukiman, kawasan dibagian tengah koridor dipengaruhi dominasi penduduk setempat yang bercirikan perkampungan yang bernuansa kedesaan sedangkan kawasan yang berbatasan dengan Sokaraja dipengaruhi oleh sikap dan kemampuan penduduk setempat maupun pendatang.
102
Melihat kembali fenomena yang sama dari penelitian Sutomo (2001) yaitu transformasi wilayah di koridor tertentu, maka penelitian ini dilakukan mengkaji dan menganalisis Transformasi Wilayah di Koridor Purwokerto-Purbalingga, dengan asumsi Koridor Purwokerto-Purbalingga sebagai ruang aksesibilitas memiliki peran penting dalam pergerakan ekonomi maupun perkembangan industri yang banyak didirikan di sisi koridor ini, sehingga banyak menarik perhatian bagi penduduk untuk berkembang dan menetap di Koridor Purwokerto-Purbalingga.
Berdasarkan pemaparan tertulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan desa-desa di koridor Purwokerto-Purbalingga yang mengalami transformasi wilayah,
2. Mengetahui derajat aksesibilitas desa-desa di koridor Purwokerto-Purbalingga, dan
3. Mengetahui keselarasan derajat aksesibilitas dengan transformasi wilayah desa-desa di koridor Purwokerto-Purbalingga.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder yang didukung pengolahan datanya dengan menggunakan software Sistem Informasi Geografi (SIG), bertujuan untuk membuat gambaran geospatial situasi secara faktual mengenai faktor-faktor yang saling terkait berdasarkan data statistik monograph ataupun data statistik yang berhubungan dengan transformasi wilayah di Koridor Purwokerto-Purbalingga.
Lokasi dalam penelitian ini dibatasi dikarenakan pertimbangan luasnya koridor, untuk itu diputuskan mengambil 4 desa sampel yang ada di Koridor Purwokerto-Purbalingga berdasarkan area sampling yang mewakili zona urban fringe (daerah perbatasan kota desa yang memiliki sifat kekotaan) dan rural (desa), yaitu Desa Dukuhwaluh yang ada di zona urban fringe Purwokerto dan Desa Karangsentul di zona urban fringe Purbalingga, kemudian Desa Kembaran di zona rural Purwokerto dan Desa Padamara di zona rural Purbalingga.
Pada tahap pengumpulan data yang dikumpulkan berupa data proses perubahan sifat atribut wilayah dari sifat kedesaan ke sifat kekotaan yang diukur dari lima variabel menurut Giyarsih (2010) yaitu kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk non petani, luas lahan terbangun, dan ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Data ini merupakan data sekunder selang waktu 10 tahun (2011-2002) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada desa-desa sampel.
Kemudian untuk kondisi spasial Koridor Purwokerto-Purbalingga mengacu pada Peta Rupa Bumi Indonesia mlik Badan Informasi Geospasial. Data atau peta yang terkumpul digunakan untuk mengetahui keterkaitan lokasi jalan pada desa-desa sampel yang ada di Koridor Purwokerto-Purbalingga.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara interpretasi peta klasifikasi transformasi wilayah di Koridor Purwokerto-Purbalingga, peta derajat aksesibilitas sehingga diperoleh keselarasan antar transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas. Analisis ini dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografi (SIG). Klasifikasi transformasi wilayah ditentukan berdasarkan total skala dari nilai skala kepadatan penduduk, nilai skala pertumbuhan penduduk, nilai skala jumlah penduduk non petani, nilai skala luas lahan terbangun, dan nilai skala ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Kemudian dari total skala dilakukan pengkelasan menjadi 3 kelas yaitu: rendah, sedang, tinggi. Sedangkan untuk menentukan klasifikasi desa yang mewakili derajat aksesibilitas yang berbeda menggunakan acuan penelitian Giyarsih (2010) yang telah dimodifikasi sebagai berikut: derajat aksesibilitas tinggi (jika letak desa yang terbelah sama luasnya atau hampir sama luasnya oleh Jalan Purwokerto-Purbalingga (jalan arteri) dan berada di ring roud Jalan Purwokerto/Purbalingga), sedang (jika letak desa yang terbelah sebagian oleh Jalan Purwokerto-Purbalingga (jalan arteri) atau desa yang salah satu sisinya berbatasan langsung dengan Jalan Purwokerto-Purbalingga (jalan arteri) dan tidak berada di ring roud Jalan Purwokerto/Purbalingga), rendah (jika letak desa yang tidak terbelah sebagian oleh Jalan Purwokerto-Purbalingga (jalan arteri) atau desa yang salah satu sisinya bukan berbatasan langsung dengan Jalan Purwokerto-Purbalingga (jalan arteri) dan tidak berada di ring roud Jalan Purwokerto/Purbalingga).
Analisis keselarasan dilakukan untuk mengetahui hubungan lebih lanjut, apakah transformasi wilayah mempunyai hubungan dengan derajat aksesibilitas. Diasumsikan bahwa untuk desa-desa yang mempunyai hubungan selaras, jika transformasi wilayah tinggi dengan derajat aksesibilitas tinggi, transformasi wilayah sedang dengan derajat aksesibilitas sedang dan transformasi wilayah rendah dengan derajat aksesibilitas rendah. Hubungan yang tidak selaras, jika transformasi wilayah rendah dengan derajat aksesibilitas tinggi, transformasi wilayah rendah dengan derajat aksesibilitas sedang, transformasi
103
wilayah tinggi dengan derajat aksesibilitas rendah. Hubungan cukup selaras terjadi, jika transformasi wilayah sedang dengan derajat aksesibilitas tinggi, transformasi wilayah sedang dengan derajat aksesibilitas rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Transformasi Wilayah
Penelitian ini menghasilkan gambaran transformasi wilayah yang bervariasi di desa-desa sempel sepanjang Koridor Purwokerto-Purbalingga berdasarkan nilai skala lima variabel. Adapun variabel yang banyak memberi pengaruh transformasi wilayah sepanjang Koridor Purwokerto-Purbalingga adalah variabel kepadatan penduduk dan jumlah penduduk non petani. Lebih jelas ditampilkan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Penilaian Skala Lima Variabel Transformasi Wilayah Koridor Purwokerto-Purbalingga
Nama Desa
Variabel Transformasi Wilayah Total
Skala
Res-calling
Kelas
1 2 3 4 5
Dukuh Waluh 78,0 100,0 0,0 100,0 0,0 278,0 93,1 Tinggi
Kembaran 32,7 30,4 0,9 0,0 28,6 92,6 0,0 Rendah
Karangsentul 100,0 23,3 100,0 40,0 28,6 291,9 100,0 Tinggi Padamara 0,0 0,0 75,7 13,3 100,0 189,0 48,4 Sedang
Sumber: Olah Data
Untuk skala variabel transformasi wilayah lebih dari 50 menandakan pengaruh yang besar dalam terjadinya transformasi wilayah. Hasil penelitian ini memperkuat pendapat Yunus (2008) mengenai peri urban, yang merupakan daerah paling dinamis terjadinya perubahan, Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran dan Desa Karangsentul Kecamatan Padamara keduanya merupakan bagian terpinggir dari kota, atau berada di zona urban fringe secara administrasi merupakan desa, namun dari sifat fisik wilayah memiliki dominasi sifat kekotaan yang cenderung berpenduduk padat dan tingginya lahan non pertanian.
Nampak dari temuan penelitian, di kedua desa urban fringe memiliki perubahan paling dinamis dibanding desa sampel lainnya, terjadi transformasi wilayah yang tinggi di Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran, pengaruh terbesar berasal dari pertumbuhan penduduk, luas lahan terbangun dan kepadatan penduduk, perubahan dinamis di Desa Dukuh Waluh dikarenakan semakin meningkatnya alih fungsi lahan yang digunakan menjadi sarana pendidikan perguruan tinggi, paling nampak perubahan dikarenakan keberadaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang semakin maju, perkembangannya juga membutuhkan lebih luas area kampus, memenuhi hal tersebut UMP kemudian membeli lahan untuk difungsi menjadi gedung perkuliahan maupun rumah sakit UMP.
Keberadaan UMP menjadi magnet penduduk untuk tinggal sementara maupun menetap, baik banyak diantaranya kuliah, maupun membuka dan mengelola usaha yang mengakibatkan menjamurlah berbagai macam perubahan yang digunakan untuk fasilitas sosial dan ekonomi di desa ini.
Sedangkan Transformasi Wilayah Desa Karangsentul Kecamatan Padamara berbeda dengan Desa Dukuh Waluh, letak Desa Karangsentul yang berdekatan dengan Kota Purbalingga menjadikan desa ini kemudian sangat nampak kekotaan, lahan banyak didirikan sebagai penunjang fasilitas sosial dan ekonomi Kota Purbalingga, semisal keberadaan Taman Sentul Garden yang merupakan salah satu taman terbaik, dengan pengelolaan yang baik yang dimiliki Kota Purbalingga, banyak pula ditemukan pertokoan dan rumah makan, sehingga keberadaan lahan pertanian yang terbatas di desa ini tidak lagi menguntungkan untuk dijadikan sebagai mata pencaharian, maka banyak penduduk yang kemudian beralih profesi non petani. Transformasi wilayah Desa Karangsentul Kecamatan Padamara pengaruh terbesar berasal dari perubahan kepadatan penduduk dan jumlah penduduk non petani, desa ini mengalami transformasi yang tinggi.
Untuk Transformasi Wilayah di zona rural yaitu Desa Kembaran Kecamatan Padamara mengalami kedinamisan yang lebih lambat dibandingkan dengan desa yang lain, perubahan fisik Desa Kembaran lebih terkendali sehingga masih menyelamatkan lahan pertanian yang memang merupakan lahan mata pencaharian terbesar di desa ini. Pengaruh transformasi wilayah merata berasal dari kepadatan
104
penduduk, pertumbuhan penduduk dan keberadaan fasilitas sosial ekonomi, desa ini mengalami transformasi wilayah yang rendah dibandingkan dengan desa-desa sampel lainnya.
Sedangkan Desa Padamara Kecamatan Padamara yang terletak di zona rural mengalami perubahan yang terjadi lebih dinamis dibandingkan Desa Kembaran, Transformasi Wilayah Desa Padamara Kecamatan Padamara pengaruh terbesar berasal dari jumlah penduduk non petani dan keberadaan fasilitas sosial ekonomi, desa ini mengalami transformasi wilayah sedang.
Gambaran secara spasial tingkat kelas transformasi wilayah telah disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Transformasi Wilayah di Koridor Purwokerto Purbalingga
2. Derajat Akseseibilitas
Aksesibilitas merupakan bagian terpenting dalam keberlangsungan segala aktivitas manusia, aksesibilitas memberikan kemudahan disegala bidang, hal inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya banyak perubahan, tidak luput pula pada jalan di Koridor Purwokerto-Purbalingga, yang merupakan salah satu dari sekian banyak aksesibilitas di BARLINGMASCAKEB.
Penelitian ini menemukan variasi hubungan desa dengan kemudahan aksesibilitas dalam hal ini disebut derajat aksesibilitas, seperti yang telah dijabarkan dalam metode penelitian, gambaran derajat aksesibilitas desa terhadap jalan Koridor Purwokerto-Purbalingga adalah sebagai berikut :
105
Gambar 2. Derajat Aksesibilitas Desa di Koridor Purwokerto-Purbalingga
Setelah melakukan analisis derajat aksesibilitas desa sampel di sepanjang Koridor Purwokerto-Purbalingga pada Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, ditemukanlah hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 2. Derajat Aksesibilitas Desa di Koridor Purwokerto-Purbalingga
Nama Desa Derajat Aksesibilitas
Dukuh Waluh Tinggi
Kembaran Sedang
Karangsentul Tinggi
Padamara Sedang
Sumber: Olah Data
Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran memiliki derajat aksesibilitas yang tinggi dikarenakan berada di ring road bagian timur purwokerto, dan desa ini terbelah oleh jalan Koridor Purwokerto-Purbalingga, begitu juga Desa Karangsentul Kecamatan Padamara memiliki derajat aksesibilitas yang tinggi dikarenakan berada di ring road bagian barat purbalingga dan terbelah oleh jalan Koridor Purwokerto-Purbalingga. Derajat aksesibilitas yang tinggi menyebabkan kemudahan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas dan membuka terjadinya perubahan fisik maupun sosial ekonomi di desa tersebut.
Sedangkan Desa Kembaran Kecamatan Kembaran memiliki derajat aksesibilitas sedang, dikarenakan pada bagian sisi utara desa terbelah oleh jalan Koridor Purwokerto-Purbalingga, namun desa tersebut tidak terletak di ring road Purwokerto timur. Begitu pula Desa Padamara Kecamatan Padamara memiliki derajat aksesibilitas sedang, dikarenakan desa terbelah oleh jalan Koridor Purwokerto-Purbalingga, namun desa tersebut tidak terletak di ring road Purbalingga barat. Untuk lebih jelas gambaran secara spasial tingkat derajat aksesibilitas desa telah disajikan pada Gambar 3.
Tinggi
Sedang
Sedang
ISBN.
Purwokerto, 6 September 2014
106
Gambar 3. Peta Derajat Aksesibilitas Desa di Koridor Purwokerto Purbalingga
3. Tingkat Keselarasan
Tingkat keselarasan antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas desa di Koridor Purwokerto-Purbalingga diperoleh hasil yang ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Keselarasan antara Transformasi Wilayah dengan Derajat Aksesibilitas di Koridor Purwokerto-Purbalingga
Nama Desa Transformasi
Wilayah
Derajat Aksesibilitas
Tingkat Keselarasan
Dukuh Waluh Tinggi Tinggi Selaras
Kembaran Rendah Sedang Tidak Selaras
Karangsentul Tinggi Tinggi Selaras
Padamara Sedang Sedang Selaras
Sumber: Olah Data
Tingkat keselarasan di Koridor Purwokerto-Purbalingga dari beberapa desa sampel didominasi selaras, keselarasan ini menandakan hubungan yang selaras antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas, derajat aksesibilitas memberikan kontribusi yang linier terhadap perubahan fisik, sosial maupun ekonomi di suatu wilayah, dalam hal ini adalah desa. sedangkan desa yang memiliki hasil tidak selaras, antara teransformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas perlu ada penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor yang mengakibatkan ketidak selarasan tersebut.
Secara spasial distribusi tingkat keselarasan di Kabupaten Purbalingga telah disajikan pada Gambar 4.
ISBN.
Purwokerto, 6 September 2014
107
Gambar 4. Peta Keselarasan antara Kemiskinan dengan Perkembangan Wilayah tiap desa di Kabupaten Purbalingga
KESIMPULAN
1. Transformasi Wilayah di Koridor Purwokerto-Purbalingga pada desa-desa sampel terdapat 2 desa dengan transformasi tinggi dan masing-masing satu desa untuk transformasi sedang dan rendah. 2. Derajat aksesibilitas di Koridor Purwokerto-Purbalingga pada desa-desa sampel terdapat 2 desa
dengan derajat aksesibilitas tinggi dan 2 desa untuk derajat aksesibilitas sedang.
3. Tingkat Keselarasan antara transformasi wilayah dengan derajat aksesibilitas di Koridor Purwokerto-Purbalingga pada desa-desa sampel terdapat 3 desa dengan kategori selaras dan 1 desa untuk kategori tidak selaras.
UCAPAN TERIMAKASIH
Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa pihak yang ikut memberikan dukungan dan semangat, yaitu; Ahmad, M.Pd selaku Dekan FKIP, Teman-teman dosen di Prodi Pendidikan Geografi Dra. Esti Sarjanti, M.Si., Dr. Suwarno, M.Si., Dr. Sigid Sriwanto, M.Si., Drs. Mustolikh, M.Si., Suwarsito, M.Si. dan secara khusus terimakasih tim peneliti ucapkan kepada mahasiswa yang telah membantu dalam pencarian data di lapangan yaitu Devi Anggitasari dan Katini.
DAFTAR PUSTAKA
Giyarsih, Sri Rum. (2010). Pola Spasial Transformasi Wilayah Di Koridor Yogyakarta-Surakarta. Forum Geografi, Vol. 24, No. 1, Juli 2010: 28 – 38.
Sutomo. (2001). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisikal Kawwasan Koridor antara Kota Purwokerto-Sokaraja. Tesis. Universitas Gadjah Mada.
Sutomo dan Sakinah F Shalihati. (2013). Kajian Kemiskinan dan Perkembangan Wilayah Kabupaten Purbalingga dalam Perspektif Geospatial. Laporan Akhir Penelitian. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Yunus. Hadi Sabari. (2008). Dinamika Wilayah Peri Urban Determinan Masa Depan Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.