• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Sistem JIT Purchasing pada PT Sanken Indonesia 1. Pembelian bahan Baku

PT SKI melakukan pembelian bahan baku berdasarkan kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Sistem pembelian bahan baku yang dilaksanakan oleh PT SKI adalah dengan melakukan kontrak jangka panjang dengan beberapa supplier, dimana kontrak jangka panjang tersebut meliputi kesepakatan harga, kualitas dan kuantitas bahan baku, waktu penngiriman dan tanggung jawab pengiriman bahan baku. Sebelum dilakukan transaksi pembelian (khususnya pembelian rutin), SKI mengikat kontrak dengan pemasok melalui Surat perjanjian yang berisi pasal-pasal yang mengatur transaksi (kecuali pemasok yang ditunjuk oleh SANKEN Jepang, atau pelanggan). Pengiriman bahan baku yang datang tepat pada saat bahan baku dibutuhkan untuk proses produksi dan dalam jumlah yang kecil menyebabkan laju pengeluaran barang tetap sesuai dengan pesanan. 2. Mutu Bahan baku

Jaminan kualitas tehadap barang yang dikirim oleh supplier merupakan prioritas yang utama sehingga barang yang dikirim benar-benar telah sesuai dengan persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh

(2)

penerimaan bahan baku apabila ada bahan baku yang cacat maka akan dikembalikan dan ditukar dengan bahan baku yang bagus. Dalam hal ini pemeriksaan bahan baku biasanya bagian penerimaan barang melihat Purchase Order, apakah barang yang diterima memang telah memenuhi persyaratan atau belum.

3. Supplier

Dalam proses produksinya PT SKI mendapatkan bahan baku dari beberapa supplier baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penilain supplier dilakukan dengan cara : melihat company profile perusahaan supplier, kinerja tahun lalu, hasil kunjungan / survey ke pemasok, evalusi “supplier control sheet” dan referensi dari perusahaan lain yang menggunakan supplier yang sama. Faktor utama pemilihan supplier dititikberatkan pada kemampuan supplier dalam pengiriman bahan baku tepat waktu dan tingkat kualitas yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Selain itu, bahan baku yang diminta oleh perusahaan datang tepat pada saat bahan baku tersebut dibutuhkan untuk proses produksi, sehinggan perusahaan telah melakukan zero inventory dan biaya pengiriman yang minimum.

4. Pengiriman Bahan Baku

Pengiriman bahan baku harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam Purchase Order (PO). Dengan diadakannya kontrak jangka panjang dimana didalamnya terdapat perjanjian mengenai konsinyasi persediaan bahan baku, dimana bahan baku selama belum diperlukan disimpan

(3)

digudang pemasok dan baru ditarik setelah perusahaan membutuhkan barang tersebut dan masalah kewajiban bagi pemasok menyerahkan barang yang dipesan tepat waktu sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat sehingga barang yang dipesan datang pada saat produksi akan dimulai.

Namun, ada kalanya perusahaan mengalami keterlambatan dalam pengiriman bahan baku. Hal ini dapat mempengaruhi kegiatan proses produksi yang pada akhirnya akan mengalami keterlambatan dalam pengiriman barang jadi kepada konsumen, sementara perusahaan dituntut untuk melakukan pengiriman barang jadi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang jadi kepada konsumen, maka perusahaan akan dikenakan biaya tambahan. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, perusahaan berusaha untuk tetap mengirimnya sesuai dengan batas akhir jadwal pengiriman barang jadi kepada konsumen dengan konsekuensi biaya pengirimannya ditanggung oleh supplier dengan harus menggunakan alat transportasi udara yaitu mengirim melalui pesawat pengangkut barang. Biasannya dalam pengiriman barang jadi kepada konsumen, perusahaan lebih banyak menggunakan jasa transportasi laut, karena biaya yang dikeluarkan relative lebih murah daripada menggunakan pesawat.

Operasi pembelian pada PT SKI merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk dapat menyediakan bahan baku untuk proses

(4)

produksi. Prosedur pembelian yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Permintaan Pembelian

Prosedur permintaan pembelian pada PT SKI dilakukan dengan cara Internal Production Departemen mengajukan “Forecast” pengadaan sub untuk periode 1 bulan berdasarkan “Forecast” produksi dari departemen PPC. Pengajuan permintaan ke departemen Purchasing dilakukan per minggu berdasarkan pengajuan internal periode 1 bulan.

Departemen Produksi melakukan permintaan pembelian sub material dengan memperhatikan “material Safety Data Sheet” (MSDS) jika diharuskan dan ditujukan kepada departemen purchasing, dimana hal yang harus diperhatikan antara lain : spec material, jumlah material, harga dan batas waktu pengiriman, dan pengajuan permintaan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Manager dan disetujui oleh Senior Manager.

Departemen Purchasing kemudian mengeluarkan Purchase Order (PO) sesuai dengan permintaan departemen Produksi dan memberikan informasi kepada departemen produksi bahwa pengorderan bahan baku telah dilakukan.

2. Good Receipt

Sub Material yang masuk di SKI diterima oleh Departemen Purchasing, kemudian dilakukan pengecekan oleh petugas penerima

(5)

barang dengan memperhatikan dokumen-dokumen seperti : Invoice, packing List, Material Safety Data Sheet, jika ditemukan ketidaksesuaian maka diserahkan kembali kebagian purchasing untuk ditindak lanjuti.

Untuk semua sub material perlu dilakukan pengecekan kandungan Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb) yang akan diperiksa dengan menggunakan mesin EDX oleh departemen QA. Selain itu diperlukan juga Copy Sertifikat hasil pemeriksaan ICP dari departemen Engineering dan Copy Sertifikat ICP akan disimpan oleh bagian produksi bersama MSDS data. Sub material akan diperiksa ulang ICP datanya setiap 1 tahun, pengajuan pemriksaan ulang ICP data sub material diajukan oleh departemen produksi ke departemen engineering selambat-lambatnya 2 bulan sebelum masa periksa ulang dan pengecekan EDX pun dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Setelah proses diatas selesai dilakukan dan hasilnya “OK” maka material tersebut diserahkan ke bagian produksi, dan departemen produksi akan mencatat datangnya sub material yang diterima pada lembaran isian F.Prod.060 R.00 Dan pada tiap boxes atau kemasan sub material harus dituliskan tanggal kedatangan material tersebut (SKI in…) untuk pengontrolan First In- First-Out kemudian disimpan sesuai ketentuan dengan memperhatikan identifikasi dan melakukan pemisahan antara material RoHS dan non-RoHS yang kemudian akan didistribusikan ke line produksi.

(6)

Dokumen- dokumen yang digunakan PT SKI dalam proses pembelian bahan baku antara lain :

1. Purchase requisition (PR)

Adalah dokumen yang menyatakan keperluan atau kebutuhan akan suatu barang atau jasa.

2. Purchase Order (PO)

Adalah dokumen permintaan formal kepada supplier untuk menyediakan barang atau jasa tertentu dengan kondisi tertentu pula.

3. Good receipt (GR)

Adalah bukti permintaan barang yang dikeluarkan oleh bagian penerimaan barang untuk barang-barang yang diterima dalam keadaan baik.

4. Supplier invoice

Adalah dokumen yang digunakan sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh customer.

5. Packing List

Rincian delivery kedatangan, yang berisi item material dan beratnya.

6. Delivery order (DO)

Adalah surat jalan atau bukti pengiriman barang yang di pesan PT SKI.

(7)

Pelaksanaan JIT purchasing telah memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, antara lain :

1. Dengan diadakannya kontrak jangka panjang oleh perusahaan dengan supplier, maka supplier dapat memberikan jaminan kuantitas dan kualitas bahan baku, pengiriman dan prosedur pembayaran yang telah disepakati, perusahaan akan menghemat waktu dan biaya yang dicurahkan dalam proses negoisasi setiap ingin melakukan pembelian dan juga penghematan kertas kerja dapat terlaksana karena nantinya proses pemesanan dapat dilakukan melalui telepon / fax. Selain itu kedua belah pihak dapat saling menjaga hubungan yang saling menguntungkan dalam jangka panjang dan item harga dapat menghasilkan keuntungan wajar bagi keduanya.

2. Karena perusahaan tidak mengadakan stock, maka persediaan sangat minimum dan biaya penyimpanan hampir tidak ada dikarenakan bahan baku yang dipesan langsung di produksi.

3. Tingkat produktivitas dapat meningkat karena jumlah stock yang hampir tidak ada, pengendalian mutu yang sangat baik, jumlah pengerjaan ulang lebih sedikit. Peningkatan ini juga disebabkan oleh sistem yang dilakukan oleh pekerja. Biaya administrasi rendah dan para manager lebih leluasa menangani masalah strategis.

Sistem pembelian tepat waktu dari pihak perusahaan sudah dapat ditetapkan, sehingga bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi sudah dapat ditentukan dan akan mendukung terciptanya pembelian tepat

(8)

waktu. Dari pihak pemasok juga mendukung terciptanya pembelian tepat waktu, dikarenakan perusahaan mempunnyai hubungan dengan pemasok bahan baku yang mempunyai kapasitas produksi yang besar sehingga memungkinkan hubungan perusahaan dan pemasok dapat saling mengisi, membantu serta saling membutuhkan satu sama lain.

PT Sanken Indonesia belum sepenuhnya menerapkan sistem JIT Purchasing terhadap pembelian material, penerapan JIT diterapkan hanya pada pembelian material yang sering digunakan untuk proses produksi dan kepada supplier yang tempatnya tidak jauh dengan PT SKI.

B. Analisis Penerapan Sistem JIT Production pada PT Sanken Indonesia Produksi adalah kegiatan menciptakan atau manambah kegunaan suatu barang atau jasa. Sedangkan proses produksi adalah suatu cara , metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana yang ada diubah menjadi suatu hasil).

PT SKI adalah sebuah perusahaan manufaktur yang jenis pekerjaannya bergerak dalam bidang pembuatan power supply. Perusahaan memprediksi suatu barang dengan sistem tarik (Pull System). Artinya produksi berdasarkan permintaan dari proses produksi berikutnya. Barang diproduksi apabila ada permintaan dari konsumen, untuk memenuhi permintaan pelanggan, perusahaan memproduksi barang dengan waktu yang tepat sesuai dengan permintaan.

(9)

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT SKI antara lain : 1. Adaptor (ADP)

Customer PT SKI untuk Adaptor diantaranya : a. Toshiba

b. Matsushita c. IBM

2. Switch Mode Power Supply (SMPS)

Customer PT SKI untuk SMPS Office Appliance ( SMPS untuk peralatan kantor seperti mesin fotocopy, printer) diantaranya :

a. Canon b. PFU c. Omron

3. Un-Interuptible Power Supply (UPS)

Khusus untuk UPS, saat ini Sanken Indonesia memproduksi berdasarkan permintaan dari Sanken Jepang.

Adapun proses pembuatan power supply secara garis besar pada PT Sanken Indonesia adalah :

1. Proses insert pada departemen Auto Insert/SMT

Pada proses insert ini dilakukan dengan menggunakan mesin, dimana setiap mesin dioperasikan oleh 1 orang operator. Proses yang dilakukan di Auto Insert/SMT terdiri dari : PCB (Printed Circuit Boards) Blank Proses Eyelet Proses jumper Proses Axial Proses Radial Proses SMT Proses Visual.

(10)

PT SKI memproduksi banyak model untuk tiap-tiap jenis power supply sesuai dengan permintaan dari pelanggan. Setiap model yang dikerjakan melalui tiap mesin mempunyai tack time yang berbeda-beda. Perhitungan tack time tiap mesin didasarkan pada insert point tiap model per prosesnya dan persentase kecepatan mesin, kecepatan tiap mesin per proses pun berbeda-beda, mesin dengan keluaran terbaru tentunya akan menghasilkan barang dengan tack time yang lebih cepat daripada mesin dengan keluaran lama.

Untuk membuat produksi menjadi efisien, dalam hal ini maintenance mesin dan pembuatan schedule sangat berperan penting. Contohnya saja perbaikan mesin secara berkala tanpa mengganggu kelancaran proses produksi seperti di hari libur sangat diperlukan, mengingat setiap mesin mempunyai umur ekonomis yang jika tidak dirawat maka akan cepat rusak. Selain itu pembuatan schedule untuk tiap-tiap model dan target per harinya pun harus diperhatikan agar tidak membuat produksi yang berlebihan.

Di departemen Auto Insert/SMT ini telah mengoptimize program untuk tiap-tiap model yang akan diproduksi dari proses mesin eyelet sampai ke proses terakhirnya yaitu proses mesin SMT, hal ini dilakukan untuk mengefisiensikan produksi yang ada di Auto Insert/SMT. Optimize program baru dilakukan untuk model-model dengan jumlah yang banyak per harinya dan jalan continue pada proses selanjutnya.

(11)

2. Proses Sub Assy

Proses Sub Assy adalah proses yang terdiri dari: a. Cutting

Proses cutting bertujuan untuk mendapatkan ukuran lead komponen dengan tepat dan memudahkan proses cutting setelah dipso.

b. Forming

Proses forming bertujuan untuk member jarak antara komponen dengan PCB dan agar tidak terjadi kesalahan insert.

c. Penyekruan

Proses penyekruan bertujuan untuk merakit atau menyatukan material tambahan.

3. Proses line

Proses line ini adalah proses lanjutan dari proses Auto Insert/SMT, dimana produk yang telah dihasilkan (WIP) dari departemen Auto Insert/SMT dilanjutkan ke proses line, dimana prosesnya antara lain :

Manual Insert Visual atas Dipso visual bawah Syusei Visual ICT Assembly Visual Assy Output Check Hi Pot test Final test Packing.

Target tiap line per harinya berbeda-beda sesuai dengan Production Instruction yang dikeluarkan oleh Departement PPIC, dan line harus mencapai target yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu Supervisor dan Leader line harus membuat perbaikan-perbaikan secara terus menerus agar proses produksi di line bisa mencapai target. Dalam hal

(12)

ini Supervisor dan Leader produksi berkerja sama dengan Engineering dan Maintenance untuk pembuatan JIG dan perbaikan mesin-mesin yang ada di line produksi. Pembuatan JIG dapat membantu memudahkan operator dalam bekerja, dan hal ini tidak mengandung biaya tambah, hanya biaya operasional saja, sedangkan perbaikan mesin dengan cepat dapat memudahkan dan melancarkan proses produksi sehingga tidak terjadi waktu tunggu diproses setelah mesin tersebut dan tidak mengalami penumpukan pada proses sebelum mesin tersebut.

4. Proses Outgoing Check

Proses Outgoing Check adalah proses pengecekan untuk masalah kualitas produk, diantaranya :

a. Visual Atas

Visual atas adalah pengecekan pada bagian atas PCB yang telah dirakit oleh departemen Auto Insert/SMT dan proses Line. Pengecekannya meliputi NG : Missing, Wrong Polarity, Wrong Insert, Lifting, OLNI, Double Insert.

b. Visual Bawah

Visual bawah adalah pengecekan bagian bawah PCB, yang meliputi NG solder seperti : No Solder, Solder Short, Solder Ball.

Proses Outgoing Check ini adalah proses terakhir dalam proses produksi, oleh karena itu diproses ini harus memastikan benar-benar bahwa barang yang telah di produksi itu benar-benar baik dan tidak ada cacat, karena setelah ini barang akan langsung di Export. Apabila

(13)

ada barang yang cacat ditemukan diproses ini maka, seluruh barang yang diproduksi harus dirework terlebih dahulu sebelum di export, hal ini akan membuat biaya bertambah karena yang seharusnya barang jadi di export menggunakan angkutan laut dengan biaya yang tidak terlalu mahal maka akan menggunakan angkutan udara dengan biaya yang mahal, selain itu proses produksi pun terhambat karena harus melakukan rework terlebih dahulu.

Rencana pemakaian bahan baku tidak selalu sama setiap bulannya, namun tergantung pada banyaknya permintaan yang ada dan kebijaksanaan perusahaan, serta lead time yang ada. Biasanya management telah mebuat forecast untuk 3 bulan kedepan, setelah itu perusahaan bernegosiasi dengan supplier-supplier yang sanggup untuk memenuhi target pengiriman bahan baku yang tepat waktu kepada PT SKI. Kemudian dibuatlah kontrak jangka panjang kepada supplier yang sanggup memenuhi target yang telah perusahaan ajukan, dimana kontrak tersebut memuat jenis bahan baku, kualitas dan kuantitas bahan baku, pengiriman serta pembayarannya.

Bahan baku yang digunakan oleh SKI terdiri dari bahan baku langsung dan bahan baku penolong. Bahan baku langsung merupakan bahan baku yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan dalam kalkulasi biaya produksi atau bahan yang dapat diidentifikasi terhadap produk yang sudah jadi.

(14)

Adapun bahan baku langsung yang digunakan untuk membuat Power Supply di PT Sanken Indonesia antara lain :

1. Printed Circuit Boards (PCB) 2. Material Auto Insert

3. Material SMT

4. Material Manual Insert

Bahan baku penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian daripada produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian dari produk jadi tetapi nilainya relatif kecil, sehingga lebih praktis bila dikatakan merupakan bahan yang ikut memperlancar proses produksi.

Adapun bahan baku penolong yang digunakan untuk membuat Power Supply di PT Sanken Indonesia antara lain :

a. Silicon b. Timah c. Box d. Glue e. Pasta

Untuk menciptakan tenaga kerja yang fleksibel dan memperlancar proses produksi, perusahaan telah memberikan pelatihan kepada semua tenaga kerja sebelum mereka ditempatkan dibagiannya masing-masing. Dalam hal ini bagian training memberikan pelatihan kepada semua tenaga kerja yang baru masuk di PT SKI, dan setelah tenaga kerja baru tersebut ditempatkan ke bagiannya masinng-masing, maka tugas para Leader lah

(15)

untuk memberikan pelatihan pada setiap proses yang ada di bagian tersebut. Hal ini dimaksudkan agar setiap tenaga kerja baru dapat bekerja dengan teliti dan benar, dan dapat mengoperasionalkan mesin apabila mereka ditempatkan dimesin. Program pelatihan tidak hanya diberikan kepada karyawan baru saja, akan tetapi karyawan lama pun juga diberikan pelatihan sesuai dengan bagian-bagiannya agar mereka mempunyai skill yang baik. Selain itu tenaga kerja dituntut untuk bekerja lebih hati-hati dalam mengrjakan setiap order yang diterima oleh perusahaan. Hal ini memungkinkan untuk memprkecil terjadinya kesalahan dalam setiap proses dan memperkecil produk NG dan SCRAP.

Untuk di departemen Auto insert/SMT semua operator bekerja menggunakan mesin, mereka mengoperasionalkan mesin. Leader harus memberikan pelatihan yang baik kepada operatornya untuk semua proses mesin yang aada di Auto Insert/SMT, karena apabila nantinya ada salah satu karyawan yang tidak masuk kerja maka operator yang lainnya bisa menggantikannya begitu juga pada waktu istirahat, istirahat mereka dibagi menjadi dua jadi pada saat operator yang pertama istirahat maka operator yang di dalam harus menggantikannya, begitu juga sebaliknya. Hal ini dimaksudkan agar mesin tidak berhenti dan proses produksi tetap berjalan.

(16)

Manfaat yang diperoleh oleh PT SKI dengan diterapkannya JIT Production adalah :

1. Pengendalian Kualitas

Penerapan sistem JIT di perusahaan telah membawa dampak terhadap pengendalian kualitas. Kualitas setiap proses produksi sangan diperhatikan, mulai dari bahan baku yang datang dari supplier sampai proses perakitan dan terakhir proses packing.

Selain itu, jumlah lot bahan baku yang digunakan untuk proses produksi kecil akan memudahkan usaha pengendalian kualitas, mempermudah dan mempercepat usaha penemuan penyimpangan dalam proses dan hasil produksi. Selain itu, lot yang kecil akan mempersingkat production lead time.

2. Pengendalian produktivitas

Dalam sistem JIT pekerja mempunyai keterampilan untuk menangani beberapa mesin. Kemampuan pekerja dalam arus produksi lebih dikembangkan agar pekerja tidak merasa bosan dari kegitan sehari-hari.

Selain itu, selama dalam proses produksi, produktivitas para pekerja dapat ditingkatkan. Di perusahaan sistem ini dapat diterapkan, jika suatu hari pekerja bagian mesin itu tidak hadir, maka pekerja yang lain dapat menjalankan mesin tersebut tanpa harus memberhentikan lini produksinya akibat tidak hadirnya pekerja tersebut. Sistem pekerja

(17)

ini multifungsi yang dapat meningkatkan efisiensi baik waktu maupun biaya.

Aplikasi penerapan Just in Time Production , yaitu :

1. Departemen Production Planning mengeluarkan draft schedule (rencana produksi) untuk satu bulan kedepan. Disini diambil contoh untuk model PANASONIC : 3T270HI-N selama bulan Desember 2009.

Qty Produksi selama bulan Desember 2009 : 88.280 pcs

Production Amount ($) : 2.125.782,4

Tabel 4.1

Rencana produksi Model 3T270H-N Bulan Desember 2009

Item No Item Description Morder LOT

SIZE SKI IN 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV18480 10000 1091120 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV18740 5000 1091123 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV28550 9000 1091130 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV28560 9000 1091201 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV28570 7000 1091202 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV33830 10000 1091207 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV33860 10000 1091208 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV39470 10000 1091214 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV39480 10000 1091215 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV43260 9000 1091221 37214671 N0AC3FJ00001(3T270H-N) MV43270 9000 1091222

Sumber : Production Schedule, Desember 2009 Keterangan ;

Item No : Part number untuk tiap-tiap model Item Description : Nama model yang akan di produksi M. Order : Nama Material Order

(18)

Kemudian memberikan rincian daily produksinya kepada departemen purchasing agar bisa memenuhi kebutuhan material yang akan digunakan tepat waktu dan tidak ada keterlambatan dan masalah baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

2. Departemen Purchasing membuat list untuk kebutuhan material untuk model 3T270HI-N per harinya sesuai dengan draft yang diberikan oleh departemen Production Planning. Kemudian mengorder material kepada supplier sesuai dengan kebutuhan per harinya. Departemen purchasing menargetkan lead time 3 hari untuk kedatangan material. Untuk departemen Auto insert material yang dibutuhkan antara lain : PCB Blank : 4900 pcs per hari

Eyelet : 3 item Jumper : 1 item Axial : 36 item Radial : 25 item SMT : 83 item Line : 48 item Diketahui :

Permintaan rata-rata model 3T270HI-N : 4.013 pcs per hari Permintaan maksimal model 3T270HI-N : 5.150 pcs per hari Permintaan bulanan model 3T270HI-N : 88.280 pcs

Biaya penyimpanan per unit : $5

(19)

Tenggang waktu : 3 hari EOQ = 2PD/C

= 2 x 1.000 x 88.280 : 5 = 35.312.000

= 5.943 pcs

Dari data diatas didapat EOQ sebesar 5943 pcs, ini berarti bahwa jumlah bahan baku yang paling ekonomis adalah bahan baku untuk memproduksi 5.943 pcs. Frekuensi pemesanan = 88.280 : 5943 = 14,85 kali atau jika dibulatkan menjadi 15 kali.

Safety Stock : Penggunaan maksimal : 5.150 pcs Penggunaan rata-rata : 4013 pcs

Selisih : 1.137 pcs

Tenggang waktu : x3 Safety stock : 3.411 pcs (1.137 pcs x 3 hari)

ROP = (Penggunaan rata-rata x tenggang waktu) + Safety stock = (4.013 x 3 ) + 3.411 pcs

= 15.450 pcs

3. Departemen produksi menjalankan sesuai dengan schedule yang diberikan oleh departemen production Planning. Disini departemen produksi harus berusaha untuk mencapai target yang telah ditetapkan

(20)

dengan sebisa mungkin meminimalkan pemborosan-pemborosan yang ada dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang berkesinambungan agar bisa mencapai target tanpa harus menambah waktu kerja (over time). Disini departemen produksi Auto Insert sebagai awal dari produksi telah melakukan perbaikan dengan mengoptimize program pada mesin yang ada dalam proses auto insert mulai dari proses Eyelet sampai dengan proses SMT. Untuk model 3T270HI-N terlihat JIT nya dengan Optimize program sebagai berikut :

Tabel 4.2

Optimize Program Mesin

PROSES POINT BEFORE TIME AFTER TIME

EYELET 84 41 sec/ pcs 30 sec/pcs

JUMPER 117 30 sec/pcs 23 sec/pcs

AXIAL 56 16 sec/pcs 15 sec/pcs

RADIAL 19 16 sec/pcs 14 sec/pcs

SMT 244 40 sec/pcs 37 sec/pcs

Sumber : Kaizen AI/SMT Departemen, 2009 Misalkan produksi per hari 4900 pcs maka :

Before Time : Eyelet : 41 sec * 4900 pcs / 3600 = 55,81 Jam

Jumper : 30 sec * 4900 pcs / 3600 = 40,83 Jam Axial : 16 sec * 4900 pcs / 3600 = 21,77 Jam

(21)

Radial : 16 sec * 4900 pcs / 3600 = 21,77 Jam SMT : 40 sec * 4900 pcs / 3600 = 54,44 Jam

After Time : Eyelet : 30 sec * 4900 pcs / 3600 = 40,83 Jam

Jumper : 23 sec * 4900 pcs / 3600 = 31,31 Jam Axial : 15 sec * 4900 pcs / 3600 = 20,42 Jam Radial : 14 sec * 4900 pcs / 3600 = 19,06 Jam SMT : 37 sec * 4900 pcs / 3600 = 50,36 Jam

Dari data diatas telihat efisiensi kerja mesin akibat dari optimize program : Eyelet : 55,81 jam – 40,83 jam = 14.98 jam

Jumper : 40,83 jam – 31,31 jam = 9,52 jam Axial : 21,77 jam – 20,42 jam = 1,35 jam Radial : 21,77 jam – 19,06 jam = 2,71 jam SMT : 54,44 jam – 50,36 jam = 4,08 jam

Untuk mesin eyelet, jumper dan SMT tidak mungkin dikerjakan dalam satu hari dengan satu mesin, maka untuk mencapai target 4900 per hari maka digunakan dua mesin untuk menjalankan model 3T270HI-N. Dalam hal ini peran schedule produksi sangat penting, bagaimana membuat schedule dengan kapasitas mesin yang ada agar target produksi dapat tercapai.

(22)
(23)

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk mengefisiensikan produksi dengan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang pada dasarnya merupakan suatu pemborosan antara lain :

1. Reduce dan modifikasi proses dimanual insert dengan malakukan proses bending di M/I 1-2

2. Untuk memudahkan flow produk dari shock test ke burn in menggunakan rak sekat dengan kapasitas 16 pcs, dimana sebelumnnya hanya menggunakan box hitam dengan kapasitas 4 psc.

3. Kemudian dilakukan perbaikan kembali untuk burn in rack dari bentuk horizontal dengan kapasitas 45 pcs menjadi bentuk vertikal dengan kapasitas 45 pcs sehingga memperkecil tempat untuk penyimpanan WIP

4. Pengurangan operator pada proses V-Cut dan pembubuhan dari 2 orang menjadi 1 orang.

5. Pengurangan operator di Sub Assy dari 3 orang menjadi 2 orang. 6. Perbaikan proses handling dari burn in-noise-F/T dengan

menggunakan rell yang menghilangkan adanya proses handling yang memakan waktu.

Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan diatas, maka tact time untuk line produksi berubah menjadi :

(24)
(25)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas menjadi meningkat dengan melakukan perbaikan pada point-point seperti :

1. Perbaikan proses ( metode, JIG, dan keahlian operator) 2. Perbedaan proses

3. Pengurangan operator

Tabel 4.5 Productivity UP

MAN POWER QTY/8H

B Sub Assy 3 E Manual Insert 12 F Syusei 7 O Assy 7 800 pcs R Burn-In 2 E Noise 1 Total 32 A Sub Assy 2 F Manual Insert 11 T Syusei 7 E Assy 7 1100 pcs R Burn-In 2 Noise 1 Total 30 Sumber : kaizen OA Departemen, 2009

Catatan ;

(26)

Sebelum :

Target ; 800 / 8H Man Power : 32 Orang

ST : 0.32 ( 32 * 8H / 800) Sesudah :

Target : 1100 / 8H Man Power : 30 Orang

ST : 0.22 ( 30 * 8H / 1100 )

Dari data diatas terjadi efisiensi pada Man Power yang awalnya 32 orang menjadi 30 orang dan efisiensi waktu dengan ST awal 0.32 menjadi 0.22. Dari data diatas juga terdapat peningkatan produktivitas sebesar 47% (( 0.32-0.22) / 0.22 * 100%). Dan memberikan keuntungan US$ 7.611 per bulannya ((1100-800) * $25,37) atau Rp. 72.304.500,00 per bulannya. Catatan:- harga 1 pcs produk jadi model 3T270H-N adalah $25,37 - harga $1 adalah Rp.9.500

C. Manfaat penerapan JIT dalam kaitannya dengan efisiensi produksi pada PT Sanken Indonesia

Manfaat atau keuntungan yang didapat oleh PT SKI di dalam menerapkan sistem JIT adalah :

1. Ruangan yang digunakan untuk menyimpan persediaan tidak banyak, karena sebagian telah menggunakan sistem JIT dimana bahan baku yang baru datang langsung diproduksi.

(27)

2. Mengurangi biaya perawatan penyimpanan bahan baku, karena persediaan yang menganggur tidak banyak.

3. Mengurangi pemborosan bahan baku yang rusak pada proses produksi, karena apabila terjadi kesalahan pada proses produksi maka kesalahan tersebut langsung diatasi dengan sistem pengendalian kualitas yang telah diterapkan oleh perusahaan.

4. Penyusunan schedule produksi yang tepat untuk menentukan kapan berbagai produk yang berbeda harus dimasukkan kedalam proses produksi oleh departemen PPIC, dengan memperhatikan kondisi bahan baku yang akan digunakan sehingga proses produksi akan berjalan lancar.

5. Proses produksi dapat dilakukan dengan cepat, karena hampir seluruh proses produksi dilakukan dengan mesin terutama pada departemen Auto Insert/SMT, sehingga menghasilkan produk dengan kuantitas yang besar dan dalam waktu yang tepat.

6. Pengurangan lead time produksi memungkinkan perusahaan berproduksi dengan waktu yang efisien dan efektif.

7. Penggunaan Lot yang kecil dapat mempercepat proses produksi dan mempermudah penelusuran apabila terjadi penyimpangan pada setiap proses.

8. Adanya kontrak jangka panjang dengan konsumen sehingga perusahaan tidak akan menalami kekurangan akan order produksi.

(28)

9. Tingkat produktivitas dapat meningkat karena jumlah stock yang hampir tidak ada, pengendalian mutu yang sangat baik dan jumlah pengerjaan ulang yang lebih sedikit.

10. Layout pabrik yang baik dimana antara proses yang satu dengan proses yang lain yang saling berhubungan tidak berjauhan, sehingga mengurangi waktu tunggu dalam proses produksi akibat pemindahan barang dalam proses, dan barang jadi dari satu tempat ke tempat lain.

D. Hambatan –hambatan yang dialami PT Sanken Indonesia dalam menerapkan sistem JIT.

Tidak semua perusahaan manufaktur dapat menerapkan sistem JIT dengan baik dan benar begitu juga dengan PT SKI. Oleh karena itu, meskipun perusahaan mendapatkan beberapa manfaat dari penerapan sistem JIT akan tetapi perusahaan juga mengalami hambatan karena penerapan sistem JIT tersebut. Hambatan-hambatan yang dialami PT SKI dalam menerapkan sistem JIT antara lain :

1. Karena supplier untuk bahan baku belum banyak yang menggunakan sistem JIT terutama supplier yang berada di luar negeri, terkadang kedatangan bahan baku terutama material sering terlambat sehingga menghambat proses produksi dan membuat produksi menjadi tidak efisien. 2. Terbatasnya tenaga kerja pada lini produksi, karena jumlah karyawan pada lini produksi disesuaikan dengan jumlah mesin yang digunakan pada lini produksi. Sehingga apabila satu karyawan pada lini produksi tersebut ada

(29)

yang tidak masuk kerja, maka ada satu karyawan yang bekerja tidak hanya menangani pada satu lini produksi tetapi lebih dari satu lini produksi. 3. Penanganan masalah kualitas, apabila ada cacat produksi ditemukan, maka

proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk serta pengiriman produk ke konsumen akan terlambat sehingga akan mengeluarkan biaya tambahan karena seharusnya menggunakan angkutan laut jadi menggunakan angkutan udara.

4. Bertambahnya biaya perawatan mesin yang digunakan untuk melakukan proses produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Karena apabila mesin yang digunakan untuk melakukan proses produksi tidak dirawat dengan baik, maka mesin akan cepat rusak dan hal tersebut dapat menghambat jalannya proses produksi.

5. Karena hampir semua proses produksi menggunakan mesin, maka akan memungkinkan terjadinya kecelakaan dalam proses produksi yang dapat dialami oleh karyawan, oleh karena itu di perlukan adanya kewaspadaan yang tinggi dari setiap karyawan dalam melakukan kegiatan.

Gambar

Tabel 4.5  Productivity UP

Referensi

Dokumen terkait

Apabila data yang dikirimkan berupa suara, dari segi jarak tidak mempengaruhi data rate-nya pada saat pengiriman data, dari segi kapaitasnya semakin besar kapasitas semakin besar

Dalam penelitian ini terlihat bahwa telah berjalannya beberapa konsep teknik informasi yang diterapkan di Kota Surakarta guna mendukung smart mobility seperti

tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D Nomor 15)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Akar mangrove jenis api-api, Sedimen yang berada pada stasiun C yaitu Muara Kali Wonorejo, dan stasiun B yaitu 2 km ke

Dalam percakapan sehari-hari dikalangan guru dan mahasiswa jurusan PLB masih sering terjadi ketidak konsistenan dalam menggunakan istilah menggunakan istilah anak berkebutuhan

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya ditempat kerja

1) Pemerintah mengangkat tenaga guru dan tata usaha PNS, sehingga berpeluang baik.. sebagai sumber daya manusia untuk melakukan promosi sekolah. 2) Adanya kebijakan

Pemberian dari instansi atau unit kerja yang berasal dari sumbangan bersama (sumbangan bersama adalah penghimpunan dana secara kolektif dalam suatu unit kerja untuk diberikan