• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin pesat dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan yang terjadi di perkotaan. Salah satu dampaknya yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan (Sukirno, 1996).

Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan menyebabkan kenaikan pendapatan sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan di negara berkembang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan

(2)

2 kerja sedangkan kemampuan negara berkembang dalam menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas (Arsyad, 2004).

Produktivitas tenaga kerja dapat mempengaruhi besar pendapatan yang akan diperoleh untuk pemenuhan kebutuhan hidup (Sumarlin, 2007). Oleh karena itu, banyak pekerja yang tergiur untuk mendapatkan pendapatan lebih dengan berbagai motivasi yang melatarbelakanginya. Salah satu cara untuk mengingkatkan produktivitas kerja adalah dengan cara memiliki pekerjaan sampingan atau memiliki pekerjaan lebih dari satu (Renna, 2002). Pekerjaan sampingan merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang di luar pekerjaan utamanya pada waktu yang sama (Nawawi, 1997).

Dewasa ini, banyak pula pekerja yang berjenis kelamin perempuan akibat gencarnya kesetaraan gender sehingga menghilangkan stereotype bahwa perempuan hanya di rumah untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya dengan bekerja baik dalam sektor formal maupun sektor informal. Hal tersebut yang membuka kemungkinan bagi perempuan untuk memiliki pekerjaan sampingan dengan tujuan mendapatkan pendapatan yang lebih atau dengan berbagai motivasi lainnya.

Peningkatan jumlah keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi ditandai oleh dua proses menurut Abdullah (2001) yaitu peningkatan jumlah perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah tangga atau outdoor activities dan peningkatan dalam jumlah bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan. Peningkatan jumlah perempuan yang terlibat dalam outdoor

(3)

activities dapat dilihat dari kenaikan tingkat partisipasi perempuan dari waktu ke waktu. Peningkatan dalam jumlah bidang pekerjaan berupa bidang-bidang yang sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki berangsur-angsur dimasuki atau bahkan mulai didominasi oleh perempuan.

Menurut Sulistiyaningsih dan Haiyani Rumondang (2006), semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja perempuan maka semakin menurun perlakuan diskriminasi yang diterima dalam kesempatan kerja. Hal tersebut mendorong adanya kesetaraan derajat antara wanita dan pria. Oleh karena itu, banyak wanita pada era globalisasi saat ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih maju, dikarenakan pendidikan dianggap sebagai modal bekerja pada manusia. Dengan tingkat pendidikan yang lebih maju, banyak wanita yang lebih percaya diri terdorong ke dalam persaingan kerja tidak hanya di daerah tetapi juga di perkotaan.

Permasalahan yang ditemui terkait dengan fenomena multiple job holding tersebut adalah pekerjaan utama yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga sehingga diharuskan untuk memiliki pekerjaan sampingan agar dapat menambah pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan. Adanya pekerjaan sampingan juga dianggap sebagai ketimpangan karena di sisi lain masih banyak pengangguran di Indonesia. Namun, Renna (2002) menyatakan pekerjaan sampingan dapat juga dianggap sebagai solusi alternatif bagi masalah pemenuhan kebutuhan sehingga sah saja untuk dilakukan.

(4)

4 perekonomian dominan yang terdapat di perkotaan berupa perdagangan dan jasa sehingga jenis pekerjaan yang ditawarkan lebih bervariasi. Selain itu, karena adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat di bidang perdagangan dan jasa secara online, tidak sedikit perempuan yang juga memanfaatkan teknologi tersebut untuk dapat memperoleh pendapatan tambahan.

Kegiatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi ICT (Information, Communication, and Technology) dapat mempersingkat dan mempermudah perempuan dalam melakukan pekerjaan sampingan. Menurut BPS terkait dengan data penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sektor bisnis 2014, kegiatan terkait e-commerce khususnya dalam sektor perdagangan dapat berupa kegiatan mencari informasi barang/jasa sebesar 70,39%, menerima pemesanan barang/jasa sebesar 35,75%, melakukan pembelian barang/jasa sebesar 34,64%, menyediakan pelayanan bagi pelanggan sebesar 31,28%, serta berbagai kegiatan lainnya yang menggunakan ICT untuk mendukung sektor perdagangan. Data berikut menggambarkan bahwa ICT memiliki peran dalam mendukung sektor bisnis di Indonesia. Selain itu, berdasarkan informasi yang didapat dari GoodNewsFromIndonesia.org, Indonesia diprediksi akan bersaing keras menjadi pusat e-commerce di Asia Tenggara karena cukup menjadi favorit pemain digitas bermarkas pada tahun 2010-2016 dengan investasi sebesar 894 juta Dollar.

Aktivitas jual beli dengan menggunakan e-commerce dapat membentuk interaksi spasial bagi perempuan yang memilki pekerjaan sampingan atau multiple job holding. Hal tersebut dikarenakan adanya kebebasan dalam berinteraksi yang tidak terbatas oleh jarak sehingga dapat membentuk suatu pola interaksi dari

(5)

kegiatan multiple job holding dengan memanfaatkan ICT tersebut. Aktivitas usaha dengan memanfaatkan situs e-commerce membentuk suatu mobilitas berupa mobilitas konvensional maupun mobilitas virtual. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan sebuah penelitian dengan judul “Mobilitas Spasial Perempuan Pelaku Usaha E-Commerce di Kota Bekasi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka secara terperinci masalah yang akan diteliti adalah sejauh mana peran perempuan dengan ICT dalam ruang virtual untuk melakukan kegiatan usaha. Apa yang menyebabkan terjadinya fenomena multiple job holding padahal masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan.Bagaimana suatu motivasi dapat mendorong pekerja perempuan untuk memiliki pekerjaan sampingan dan motivasi lainnya yang melatarbelakangi perempuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih beserta bagaimana interaksi spasial yang terbentuk dari kegiatan pekerjaan sampingan tersebut.

Dari masalah di atas maka dapat diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah motivasi pekerja perempuan untuk memiliki pekerjaan sampingan?

2. Bagaimana interaksi spasial yang terbentuk dari kegiatan pekerjaan sampingan dengan memanfaatkan ICT dan pekerjaan utama?

(6)

6 4. Bagaimana sumbangan pendapatan hasil dari pekerjaan sampingan pada

pendapatan total rumah tangga?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan motivasi yang mendorong pekerja perempuan di Kota Bekasi untuk memiliki pekerjaan sampingan.

2. Menganalisis hubungan antara interaksi spasial yang terbentuk dari kegiatan pekerjaan sampingan yang memanfaatkan e-commerce dengan durabilitas produk yang dijual.

3. Mengukur berapa besar sumbangan pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan sampingan yang memanfaatkan e-commerce terhadap total pendapatan rumah tangga.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu diantaranya:

1. Secara keilmuan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian terkait analisis ketenagakerjaan berdasarkan gender. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian terkait dengan pekerjaan yang memanfaatkan e-commerce serta berbagai motivasi yang melatarbelakanginya.

2. Secara pembangunan wilayah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terkait kekuatan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas kerja sebagai pendorong terjadinya pertumbuhan wilayah.

(7)

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian terkait dengan perempuan pelaku pekerjaan sampingan yang memanfaatkan ICT masih jarang ditemukan khususnya di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan cukup sulitnya mencari referensi dari penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan terkait dengan perempuan pelaku multiple job holding yang memanfaatkan ICT melihat beberapa aspek seperti motivasi bekerja sampingan, interaksi spasial yang terbentuk dari pekerjaan sampingan, hubungan antara interaksi spasial yang terbentuk dengan motivasi bekerja sampingan, serta sumbangan pendapatan yang dihasilkan pekerjaan sampingan terhadap pendapatan total rumah tangga.

Penelitian terkait dengan pekerjaan sampingan yang pernah dilakukan Irianti (2014) dengan judul Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Akan Pekerjaan Sampingan (Studi Kasus Kota Bandung dan Kota Sumedang) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan di Kota Bandung dan Kota Sumedang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif kuantitatif dengan analisis uji MWD dan regresi data cross-section. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan bahwa variabel gaji, jumlah anak dalam tanggungan, lokasi kerja, dan status pekerjaan pasangan, berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan, meski variabel lokasi kerja berpengaruh secara lemah. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan

(8)

8 yang melakukan pekerjaan sampingan. Selain itu, penelitian yang dilakukan Miranthy tidak mengkaji pemanfaatan ICT dalam kegiatan pekerjaan sampingan serta tidak mengkaji interaksi spasial yang terbentuk dari pekerjaan sampingan tersebut.

Penelitian terkait motivasi bekerja yang pernah dilakukan yaitu yang pernah dilakukan oleh Anggraeni (2016) tentang perbedaan motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik antara pekerja perempuan berstatus kawin dan pekerja perempuan berstatus belum kawin di CV Berkah Karunia, Kulonprogo. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji perbedaan motivasi kerja instrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik pada pekerja perempuan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu uji statistik independent sample t–test. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tersebut mendeskripsikan motivasi pekerja perempuan dalam melakukan pekerjaan utama bukan pekerjaan sampingan. Selain itu, jenis pekerjaan dari pekerja perempuan tidak menggunakan media ICT.

Rasmaya (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Mendukung Kegiatan Bekerja dan Konsumsi Fasilitas Pemilik Perumahan Formal di Kecamatan Jatinangor bertujuan untuk menemukenali dan mengkaji peran teknologi komunikasi dan informasi dalam mendukung kegiatan bekerja dan konsumsi fasilitas pemilik perumahan formal di Kecamatan Jatinangor. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan pengumpulan data di lapangan serta analisis cross-tab dan uji Chi-Square. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu dalam penelitian Rasmaya (2014), tidak terkait

(9)

dengan pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh perempuan sehingga cukup berbeda. Hal yang terkait hanya sebatas hal media ICT dalam mendukung kegiatan bekerja.

(10)

10 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penulis Tujuan Metode Hasil

1 Perbedaan Motivasi Kerja Intrinsik dan Motivasi Kerja Ekstrinsik Antara Pekerja Perempuan Berstatus Kawin dan Pekerja Perempuan Berstatus Belum Kawin di C.V. Berkah Karunia, Kulon Progo

Anggraeni Menguji perbedaan motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik pada pekerja perempuan.

Metode deskriptif kuantitatif yaitu uji statistik independent sample t - test.

Hasil analisis independent sample t-test yang menggambarkan bahwa motivasi kerja intrinsik dan ekstrinsik pada pekerja perempuan belum kawin dan sudah kawin adalah sama.

2 Peran Teknologi Informasi dan

Komunikasi Dalam

Mendukung Kegiatan Bekerja dan Konsumsi Fasilitas

Alia Rasmaya, Ridwan Sutriadi Menemukenali, mengkaji peran teknologi komunikasi dan informasi dalam Metode Deksriptif Kuantitatif: 1. Pengumpulan data

1. Grafik Peluang TIK Untuk Membentuk Pemilihan Lokasi

(11)

Pemilik Perumahan Formal di Kecamatan Jatinangor

mendukung kegiatan bekerja dan konsumsi fasilitas pemilik perumahan formal di Kecamatan Jatinangor

di lapangan

2. Analisis cross-tab dan uji Chi Square

Penggunaan Teknologi Komunikasi dan Informasi Untuk Kegiatan Bekerja dan Konsumsi Fasilitas Pemilik Perumahan Formal Kecamatan Jatinangor

3 Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Akan Pekerjaan Sampingan (Studi Kasus Kota Bandung dan Kota Sumedang) Miranthy Indriastuti Irianti Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan di Kota Bandung dan Kota Sumedang

Metode analisis deskriptif kuantitatif dengan analisis uji MWD dan regresi data cross-section

Variabel gaji, jumlah anak dalam tanggungan, lokasi kerja, dan status pekerjaan pasangan, berpengaruh terhadap kebutuhan pegawai negeri sipil akan pekerjaan sampingan.

(12)

12 1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Ruang Lingkup Geografi

Ilmu Geografi memiliki berbagai pendekatan dalam melakukan kajian. Mengingat ilmu geografi tersebut sangat luas dapat dianalogikan sebagai perpaduan dari berbagai disiplin ilmu maka geografi sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan. Seperti halnya dikemukakan oleh James (1959) dalam Waluya (2012): “Geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that started with observations of the actual face of earth turned to the study of specific processes whereever they might be located”. Dengan demikian ruang lingkup disiplin geografi memang sangat luas dan mendasar, seperti yang dikatakan Murphey (1966) dalam Waluya (2012), mencakup aspek alamiah dan aspek insaniah, yang kemudian aspek-aspek tersebut dituangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran, dan kronologinya. Selanjutnya prinsip relasi ini diterapkan untuk menganalisa hubungan antara masyarakat manusia dengan alam lingkungannya, yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya serta persebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip relasi, penyebaran, dan kronologinya pada kajian geografi ini dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya. Dengan demikian terungkaplah adanya region-region yang berbeda antara region satu dengan lainnya. Geografi secara makro dapat dikelompokkan dalam dua sub-disiplin yakni georafi fisik, dan geografi manusia yang sebagian para ahli menyebutnya sebagai geografi sosial.

Definisi Geografi Manusia menurut Rilanto (2004) yaitu sebagai cabang ilmu geografi yang bidang studinya adalah aspek keruangan gejala dipermukaan

(13)

bumi, dengan manusia sebagai objek pokok. Didalam gejala manusia sebagai objek studi pokok, didalamnya termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budaya. Berdasarkan pendekatan topik dan struktural dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, Geografi manusia dibedakan ke dalam cabang-cabang yaitu Geografi Penduduk, Geografi Ekonomi, Geografi Politik, Geografi Permukiman dan Geografi Sosial.

Geografi Ekonomi adalah cabang Geografi Manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi. Dengan titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia, yang termasuk didalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan komunikasi. Dalam analisis geografi ekonomi faktor lingkungan ditinjau sebagai faktor pendukung (sebagai sumberdaya) dan sebagai faktor penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk (Rilanto, 2004). Tinjauan dari ilmu Geografi Ekonomi berbeda dengan ilmu Ekonomi secara umum karena Geografi Ekonomi berisi konsep masalah ekonomi dalam hal ruang, tempat dan skala serta cenderung didasarkan empiris. Sedangkan, ilmu Ekonomi cenderung mengamati ekonomi dunia dan menganggap pasar sebagai aspatial. Munculnya globalisasi dalam sektor perekonomian dunia salah satunya disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi dalam mendukung kegiatan ekonomi seperti sektor perdagangan dengan memanfaatkan ICT untuk kegiatan mencari informasi adanya barang dan atau jasa, melayani pelanggan, hingga proses jual beli barang dan atau jasa secara online.

(14)

14 1.6.2 Tenaga Kerja

Definisi tenaga kerja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki -laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Subri (2003), tenaga kerja adalah permintaan partisipasi tenaga dalam memproduksi barang atau jasa atau penduduk yang berusia 15-64 tahun. Tenaga kerja termasuk dalam angkatan kerja (orang yang mencari pekerjaan/menganggur ditambah dengan orang yang bekerja) dan bukan angkatan kerja (orang yang mengurus rumah tangga, bersekolah, dan penerima pendapatan).

Penduduk yang tergolong sebagai tenaga kerja menurut Dumairy (1997) adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama.

Menurut Rasjidin (1994) dalam Saidah (2013) Secara umum tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja Rohani

Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatan kerjanya lebih banyak menggunakan pikiran yang produktif dalam proses produksi. Contohnya manager, direktur, dan sejenisnya.

(15)

2. Tenaga Kerja Jasmani

Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatannya lebih banyak mencakup kegiatan pelaksanaan yang produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut

a. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non-formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya.

b. Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis, dan lain-lain. c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu,

(16)

16 Peluang perempuan dibidang ekonomi untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masih terkendala oleh berbagai faktor. Contohnya seperti prinsip pembeda utama dalam pembagian kerja di perkebunan yang digolongkan berdasarkan jenis. Pekerja dibedakan berdasarkan pekerjaan untuk laki-laki dan pekerjaan untuk perempuan. Perempuan lebih banyak bekerja pada pekerjaan yang ringan saja. Faktor lain yaitu pengelaman, pendidikan dan keterampilan perempuan yang masih kurang baik, sehingga diupah tidak sama dengan laki-laki menurut Tetiani (2005) dalam Saidah (2013).

1.6.3 Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan utama adalah jika seseorang hanya mempunyai satu pekerjaan maka pekerjaan tersebut digolongkan sebagai pekerjaan utama. Dalam hal pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu, maka penentuan pekerjaan utama adalah waktu terbanyak yang digunakan. Sedang jika waktu yang digunakan sama maka penghasilan yang terbesar sebagai pekerjaan utama (Barthos, 1999). Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain di samping pekerjaan utama. Pekerjaan sampingan dapat memberikan kesempatan untuk menunjukkan kompetensi diri, terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berinteraksi sosial. Karier ganda juga dapat dilihat dari sudut pandang lain yakni seorang pekerja yang memikul tanggung jawab pada dua pekerjaan pada rentang waktu yang sama (Nawawi, 1997).

1.6.4 Motivasi Kerja

Motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi kerja terbagi atas dua bentuk yaitu motivasi intrisik dan motivasi

(17)

ekstrinsik (Nawawi, 1997). Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau makna pekerjaan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan, baik karena mampu memenuhi kebutuhan, menyenangkan, memungkinkan mencapai suatu tujuan, atau karena memberikan harapan tertentu secara positif di masa depan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya mengerjakan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah yang tinggi, jabatan yang terhormat atau memiliki kekuasaan yang besar, pujian, hukuman, dan lain-lain.

Menurut Panos (2011) dalam Nurharwanti (2013), motivasi utama untuk bekerja sampingan adalah kebutuhan keuangan, yaitu bekerja sampingan digunakan sebagai strategi kelangsungan hidup rumah tangga berpenghasilan rendah. Selain kendala keuangan, beberapa motif tambahan dalam bekerja sampingan menurut Heineck dan Schwarze (2004) dalam Panos (2011) dalam Nurharwanti (2013) menyimpulkan bahwa pekerja dapat mengambil pekerjaan kedua lainnya untuk manfaat keuangan, perolehan keterampilan baru atau untuk mendapatkan pengalaman dalam pekerjaan alternatif.

Adanya pekerjaan sampingan atau multiple job holding yang dilakukan dapat memiliki nilai negatif maupun positif. Positifnya dari pekerjaan sampingan adalah banyaknya jam kerja dari pekerjaan utama yang memungkinkan untuk

(18)

18 pemanfaatan ICT sebagai sarana pendukung kegiatan pekerjaan sampingan yang praktis, murah, tidak terbatas, dan cepat. Nilai negatif yang timbul dari adanya pekerjaan sampingan adalah indikasi bahwa pendapatan pekerjaan utama tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehingga dibutuhkan pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan (Renna, 2002).

1.6.5 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi merupakan penjabaran dari teknologi baru. Teknologi informasi menurut Nuryanto (2012) dapat dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyimpanan, penyebaran dan pemanfaatan suatu informasi. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perkembangan tekonologi informasi telah memunculkan berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi seperti government, commerce, education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya yang berbasis elektronika. Perkembangan perangkat teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat pada dasawarsa belakangan ini. Untuk itu suatu negara akan menjadi terbelakang bila masyarakatnya tidak mau mengikuti perkembangan teknologi ataupun pemerintah Negara membatasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi modern.

Teknologi informasi dan komunikasi mengubah dunia dengan cepat, menciptakan komunikasi tanpa jarak, tak terbatas, dan langsung (Yunus, 2008). Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) yang semakin pesat serta infrastruktur informasi global, telah merubah pola dan tata

(19)

cara kegiatan bisnis perdagangan dan pemerintahan. Castells (1996) dalam Ibrahim dan Bachruddin Ali (2014) menyatakan meskipun teknologi komunikasi yang diperantarai oleh internet mengalami kemajuan, tetap tidak menghilangkan jaringan sosial yang sudah ada dalam arti tatap muka, tetapi justru memperkuatnya. Internet telah menciptakan hubungan abstrak di antara para penggunanya dalam ikatan yang konkret dan membentuk masyarakat seperti sarang laba yang satu tali saling berhubungan sehingga membentuk sebuah masyarakat dalam dunia maya.

Pemanfaatan ICT dalam bidang ekonomi mulai berkembang seiring dengan perkembangan zaman yang menjadikan ICT sebagai trend. Penggunaan ICT dianggap mempermudah kegiatan ekonomi karena biaya yang relatif murah, dapat dilakukan di mana saja, cepat, dan tidak terbatas. Penggunaan ICT semakin digemari karena kemudahannya sehingga kini banyak ditemukan berbagai aktivitas ekonomi berbasis ICT seperti e-commerce, e-banking, dan jenis aktivitas lainnya. ICT tersebut juga dimanfaatkan oleh kaum perempuan sebagai media untuk melakukan pekerjaan sampingan agar dapat memperoleh penghasilan tambahan.

1.6.6 E-Commerce

Electronic Commerce (E-Commerce) merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web Internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet Turban (2000) dalam Suyanto (2003).

(20)

E-20 adanya hubungan antara penjual dan pembeli, transaksi antar pelaku bisnis, dan proses internal yang mendukung transaksi dengan perusahaan (Javalgi dan Ramsey, 2001). Menurut David Baum (1999) dalam Purbo dan Wahyudi (2001), e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik. E-commerce adalah aktivitas penjualan dan pembelian barang atau jasa melalui fasilitas internet (Ferraro, 1998).

Menurut Kalakota dan Whinston (1997) dalam M. Suyanto (2003), istilah e-commerce dapat dilihat dari empat perspektif antara lain:

1. Berdasarkan perspektif komunikasi, e-commerce merupakan penyediaan barang, jasa, informasi atau pembayaran melalui jaringan jaringan komputer atau alat elektronik lainnya.

2. Berdasarkan perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi dengan tujuan mengotomatisasi transaksi bisnis dan langkah-langkah dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Berdasarkan perspektif pelayanan, e-commerce merupakan sebuah alat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, konsumen, dan manajemen agar dapat meminimalisir biaya pelayanan, meningkatkan kualitas pelayanan pada konsumen, serta meningkatkan kecepatan pelayanan konsumen.

4. Berdasarkan perspektif online, e-commerce dapat memungkinkan terjadi proses jual beli produk dan informasi melalui internet.

(21)

Purbo dan Wahyudi (2001) menjabarkan keuntungan-keuntungan apa saja yang dapat diperoleh dengan adanya e-commerce yaitu:

Revenue stream yaitu aliran pendapatan baru yang mungkin lebih menjanjikan dan yang tidak bisa ditemui di system transaksi tradisional.

 Dapat meningkatkan market exposure atau pangsa pasar.  Menurunkan biaya operasional.

 Melebarkan jangkauan.

 Meningkatkan costumer loyalty.  Meningkatkan supplier management.  Memperpendek waktu produksi.

 Meningkatkan value chain atau mata rantai pendapatan.

Aktivitas jual beli melalui e-commerce menghasilkan suatu interaksi. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk interaksi di dunia bisnis menurut Sandhausen (2008) dalam Pradana (2015):

1. B2B (Business to Business) yaitu interaksi bisnis yang transaksinya dilakukan antara pelaku bisnis dengan pelaku bisnis lainnya yang dapat berupa kesepakatan spesifik untuk mendukung kelancaran bisnis.

2. B2C (Business to Consumer) yaitu interaksi bisnis yang aktivitasnya dilakukan produsen kepada konsumen secara langsung.

(22)

22 4. C2B (Consumer to Business) yaitu model bisnis di mana konsumen

menciptakan dan membentuk nilai akan proses bisnis.

5. B2G (Business to Government) yaitu model yang serupa dengan B2B tetapi memiliki perbedaan yaitu proses terjadi antara pelaku bisnis dan instansi pemerintah.

6. G2C (Government to Consumer) yaitu model interaksi antara pemerintah dengan masyarakat untuk memudahkan masyarakat dalam menjangkau pemerintah untuk memperoleh pelayanan.

Berdasarkan bentuk-bentuk interaksi bisnis tersebut, maka variasi bisnis e-commerce dapat diklasifikasikan. Klasifikasi bisnis e-commerce menurut Luckman (2014) dalam Pradana (2015) antara lain:

1. Iklan baris

Iklan baris berfungsi sebagai sebuah platform untuk memasang produk dagangan secara gratis. Pendapatan diperoleh dari iklan kategori premium. Interaksi bisnis yang terbentuk berupa B2C atau C2C.

2. Online marketplace

Model bisnis di mana website yang bersangkutan tidak hanya mempromosikan barang dagangan tetapi juga memfasilitasi transaksi secara online. Interaksi bisnis yang terbentuk dari online marketplace adalah model C2C.

3. Shopping mall

Serupa dengan marketplace tetapi penjual yang dapat berdagang di situs tersebut harus memiliki brand ternama karena proses verifikasi

(23)

yang ketat. Interkasi bisnis yang terbentuk dari bisnis e-commerce shopping mall adalah B2B atau B2C.

4. Toko online

Sebuah toko online dengan alamat website (domain) sendiri yang produknya dijual secara online kepada pembeli. Interaksi yang terbentuk dari toko online adalah B2C.

5. Toko online di media sosial

Penggunaan media sosial sebagai media promosi produk. Interaksi yang terbentuk melalui toko online adalah C2C.

6. Website crowdsourcing dan crowdfunding

Platform untuk mengumpulkan orang-orang dengan skill yang sama atau penggalangan dana secara online. Interaksi yang terbentuk melalui website tersebut adalah C2B.

Pekerjaan sampingan pada perempuan yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah pekerjaan sampingan yang memanfaatkan ICT berupa aktivitas dalam sektor perdagangan yaitu e-commerce dengan klasifikasi bisnis berupa online marketplace.

1.6.7 Interaksi dan Pergerakan

Yunus (2010) mengungkapkan istilah ruang (space) merujuk pada makna keluasan yang dapat diartikan sebagai absolut dan relatif. Arti absolut dari ruang adalah ruang yang bersifat riil, wujud atau kasat mata. Sedangkan arti relatif merupakan konsep yang diciptakan oleh manusia dan bersifat persepsual semata

(24)

24 maya (virtual space atau cyber space), dan ruang lainnya yang dihasilkan dari konsep yang diciptakan oleh manusia.

Hubungan antar individu di dunia virtual bukan sekedar hubungan substansi halunasi. Hubungan tersebut terjadi secara nyata, memiliki arti, dan juga bisa berdampak pada kehidupan. Rheingold (1993) dalam Nasrullah (2012) mengatakan bahwa cyber space merupakan ruang konseptual di mana semua kata, hubungan manusia, data, kesejahteraan, dan juga kekuatan dimanifestasikan oleh setiap orang melalui teknologi Computer Mediated Communication. Adanya ruang maya tersebut dapat mendukung aktivitas interaksi yang dinamis antar hubungan individu maupun kelompok.

Hisyam dan Cahyo Pamungkas (2016) menyatakan bahwa mobilitas bukan lagi merujuk pada konsepsi kuno dalam ilmu sosial yang akrab diasosiasikan dengan mobilitas sosial baik vertikal maupun horizontal, karena mobilitas saat ini ditelaah lebih jauh dan berkaitan dengan pergerakan fisik maupun non fisik, manusia maupun benda, serta gambar dan atau informasi. Terkait dengan konsep mobilitas baru tersebut, Urry (2002) dalam Hisyam dan Cahyo Pamungkas (2016) menggolongkan lima hal yang menyebabkan saling membentuk dan dibentuk dalam jejaring yang berbeda seperti:

1. Aktivitas perjalanan dalam rangka memenuhi kebutuhan lahiriah seperti untuk pergi bekerja, waktu luang, kehidupan keluarga, kesenangan, migrasi dan hiburan.

2. Pergerakan fisik terhadap benda yang dikirimkan kepada produser, konsumer dan retailer.

(25)

4. Perjalanan virtual yang seringkali dalam real time saat terkoneksi dengan internet sehingga dapat melampaui jarak geografis dan jarak sosial. Perjalanan virtual dapat mencakup perjalanan orang, benda maupun informasi. Dengan setiap perangkat teknologi mobile yang mudah dibawa, setiap orang selalu terkoneksi internet dan bisa melakukan aktivitas virtual di mana pun dan kapan pun.

5. Perjalanan komunikatif melampaui pesan-pesan orang per-orangan melalui surat, telepon, faksimili, dan telepon genggam.

Interaksi pengguna ICT yang berulang dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola interaksi. Menurut Ullman (1980) dalam Jati dan J. Christanto (2012), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi interaksi antar wilayah yaitu:

1. Complementarity, yaitu interaksi antar wilayah yang dipengaruhi adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi.

2. Intervening Opportunity, yaitu adanya faktor yang menghambat interaksi antar wilayah sehingga harus diisi wilayah lain untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Transferability, yaitu adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang.

Perkembangan ICT yang pesat dapat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Menurut Zhu (2013), di masa mendatang ICT akan menghilangkan kebutuhan manusia untuk bertatap muka baik dalam hal bekerja maupun dalam

(26)

26 menggunakan telekomuter tinggal lebih jauh dibandingkan dengan pekerja yang tidak menggunakan telekomuting. Telekomuter adalah pekerja yang menggunakan ICT untuk melakukan pekerjaan dan melakukan perjalanan ke tempat kerja paling sedikit satu kali dalam sebulan dan tidak mengharuskan pekerja tersebut untuk datang setiap hari ke kantor. Non telekomuter adalah pekerja yang masih harus datang setiap hari ke kantor.

Mokhtarian (1990) dalam Rasmaya (2014) menyebutkan bahwa penggunaan telekomunikasi akan menyebabkan beberapa kemungkinan pergerakan antara lain:

 Subtitusi, penggunaan telekomunikasi dapat mengurangi pergerakan.  Enchanment, penggunaan telekomunikasi dapat menambah

pergerakan.

Operational efficiency, penggunaan telekomunikasi meningkatkan pergerakan dengan membuat sistem transportasi menjadi lebih efisien.

Indirect, penggunaan telekomunikasi dapat membentuk pemilihan lokasi sehingga mempengaruhi pergerakan.

Menurut Laurens (2004) dalam Al Faraby (2010), adanya aspek interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya yang membentuk perilaku. Di dalam kehidupannya, manusia selalu melakukan interaksi dengan lingkungannya. Sarwono (1992) dalam Al Faraby (2010) menyatakan bahwa pada lingkungan yang sudah dikenali, ada kecenderungan manusia memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai keadaan seimbang.

(27)

Al Faraby (2010) mengungkapkan bahwa persepsi, perilaku dan lingkungan merupakan tiga hal yang memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain. Perilaku spasial muncul sebagai tanggapan atas rangsang yang datang dari lingkungannya. Dengan berbekal persepsi terhadap lingkungannya, manusia dapat mengorganisasikan, menyimpan, dan memanggil kembali informasi yang terkait dengan tatanan pada lingkungan fisiknya, seperti lokasi, jarak, dan sebagainya. Interaksi yang terbentuk dari kegiatan pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh perempuan dapat membentuk suatu perilaku spasial dengan memanfaatkan media ICT dalam kegiatannya.

1.6.8 Logistik

Logistik merupakan bagian dari proses rantai suplai yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan, penyimpanan barang, pelayanan, dan informasi mulai dari titik awal atau point of origin hingga titik konsumsi atau point of consumption dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen (Siagian, 2005). Proses aliran bahan baku dan aliran penjualan produk merupakan salah satu proses logistik.

Produk logistik merupakan atau supply chain merupakan salah satu variabel terpenting yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, pendapatan, kegunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan Kotler (2003) dalam Siagian (2005). Produk tersebut memiliki sifat-sifat yang berkaitan dengan umur produk atau daya tahannya. Umur suatu produk dapat ditinjau dari dua pendekatan yaitu pendekatan teknis yang berkaitan dengan

(28)

28 memiliki kaitan dengan penanganan produk, jauh dekatnya pasar yang akan dijangkau, transportasi pengangkutan yang digunakan, bahkan dengan kelangsungan hidup usaha (Siagian, 2005). Misalnya, produk berupa sayuran yang hanya tahan selama dua hari tidak mungkin dijual ke tempat yang relatif jauh dan memakan waktu lama dari tempat asal produk dihasilkan, kecuali ada sistem teknologi yang mampu menahan kerusakan sayuran tersebut atau terdapat alat transportasi yang sangat cepat untuk menempuh jarak asal produk dihasilkan dengan lokasi tujuannya.

1.6.9 Transportasi Logistik

Transportasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses pemasaran. Transportasi memindahkan produk ke pasar yang kadangkala jaraknya berjauhan tetapi harus dilakukan secara cepat dan efisien serta meningkatkan kepuasan konsumen (Siagian, 2005). Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan produk mempengaruhi baya transportasi dan harga. Faktor-faktor berikut digunakan sebagai pertimbangan penentuan klasifikasi produk pada tingkat harga menurut Siagian (2005):

1. Berat

Berat atau beban mengacu pada rasio berat isi produk yang akan dikirim. Pada umunya produk yang ringan biayanya diukur dalam satuan kilogram. 2. Penyimpanan

Penyimpanan adalah tingkatan suatu produk dapat mengisi ruang kendaraan pengangkutan. Kemampuan penyimpanan bergantung dari ukuran, bentuk, dan rapuh tidaknya suatu produk.

(29)

Semakin sulit suatu produk untuk diangkut maka akan semakin mahal biaya transportasi dan harga produk. Proses pengangkutan barang yang ukuran dan bentuknya berbeda pasti membutuhkan waktu yang lebih lama dan tidak dapat memaksimalkan penggunaan ruang angkut.

4. Pertanggungjawaban produk

Pertanggungjawaban produk terkait dengan keamanan dan resiko dari produk. Dalam pengangkutan diusahakan tidak rusak atau hancur dan mengirimkan produk dengan waktu yang tepat bagi produk yang memiliki jangka waktu seperti sayuran yang produknya mudah layu. Produk-produk dengan tanggungjawab lebih besar akan lebih mahal biaya transportasinya karena produk tidak hanya diangkut tetapi resiko keadaan produk juga menjadi tanggungan pengangkut.

1.7 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Pekerjaan sampingan atau karier ganda juga dapat dilihat dari sudut pandang lain yakni seorang pekerja yang memikul tanggung jawab pada dua atau lebih pekerjaan pada rentang waktu yang sama (Nawawi, 1997). 2. Motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi kerja terbagi atas dua bentuk yaitu motivasi intrisik dan motivasi ekstrinsik (Nawawi, 1997).

(30)

30 setiap orang melalui teknologi Computer Mediated Communication seperti yang dikatakan Rheingold (1993) dalam Nasrullah (2012).

4. Teknologi informasi menurut Nuryanto (2012) dapat dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyimpanan, penyebaran dan pemanfaatan suatu informasi.

5. Electronic Commerce (E-Commerce) merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web Internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet berdasarkan Turban (2000) dalam Suyanto (2003).

6. Situs e-commerce yang digunakan merupakan situs e-commerce dengan model marketplace yaitu model bisnis di mana website yang bersangkutan tidak hanya membantu mempromosikan barang yang dijual tapi juga memfasilitasi transaksi uang secara online menurut Pradana (2015).

7. Mobilitas saat ini ditelaah lebih jauh dan berkaitan dengan pergerakan fisik maupun non fisik, manusia maupun benda, serta gambar dan atau informasi menurut Hisyam dan Cahyo Pamungkas (2016).

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi spasial yaitu complementarity, intervening opportunity, dan transferability menurut Ullman (1980) dalam Jati dan J. Christanto (2012).

9. Produk memiliki sifat yang berkaitan dengan umur produk atau daya tahannya (Siagian, 2005).

(31)

11. Pekerja sampingan yang diteliti merupakan pekerja sampingan berjenis kelamin perempuan yang memanfaatkan e-commerce.

12. Pendapatan dari pekerjaan sampingan merupakan banyaknya pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan pekerjaan sampingan.

13. Pendapatan rumah tangga merupakan seluruh pemasukan yang dihasilkan dari seluruh anggota keluarga yang memiliki pekerjaan.

1.8 Kerangka Pemikiran

Berbagai motivasi yang melatarbelakangi perempuan untuk memiliki pekerjaan sampingan didasari oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Nawawi, 1997). Faktor internal yang mendasari perempuan untuk melakukan pekerjaan sampingan berasal dari dalam diri sendiri seperti pemenuhan kebutuhan, gaya hidup, kegemaran, dan waktu luang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat adalah dengan melakukan pekerjaan sampingan baik secara sementara maupun berkelanjutan. Gaya hidup yang tinggi akibat dari tingginya standar kehidupan di perkotaan juga dapat memotivasi perempuan untuk memiliki pekerjaan sampingan walaupun sebenarnya pekerjaan sampingan yang dilakukan tidak terlalu dibutuhkan.

Motivasi lainnya yang menyebabkan perempuan memiliki pekerjaan sampingan dapat berawal dari kegemaran atas suatu kegiatan sehingga kemudian dapat menghasilkan pendapatan. Waktu luang juga dianggap sebagai salah satu motivasi perempuan untuk melakukan pekerjaan sampingan karena jam kerja dari

(32)

32 Motivasi yang melatarbelakangi perempuan untuk melakukan pekerjaan sampingan dapat berasal dari faktor eksternal yaitu dorongan atau tarikan yang berasal dari luar. Faktor eksternal tersebut dapat berupa adanya peluang bisnis atau pekerjaan sampingan yang tinggi, fleksibilitas jadwal kerja, dan pekerjaan pasangan.

Motivasi untuk melakukan pekerjaan sampingan tersebut menjelaskan berbagai alasan mengapa perempuan ingin melakukan pekerjaan sampingan. E-commerce memiliki peran sebagai media dalam kegiatan pekerjaan sampingan khususnya bagi perempuan. Penggunaan e-commerce yang praktis, tidak terbatas, cepat dan murah dapat memudahkan kegiatan secara online. Dewasa ini banyak dijumpai perempuan pelaku e-commerce dengan berbagai kegiatan seperti pembelian barang atau jasa, penjual barang atau jasa, distributor barang, reseller, dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai pekerjaan sampingan bagi perempuan dan membentuk suatu interaksi ruang melalui media ICT. Interaksi yang terbentuk bervariasi karena media ICT dapat memfasilitasi komunikasi tanpa batas walaupun jarak antar pembeli dan penjual berjauhan.

Kegiatan pekerjaan sampingan melalui e-commerce yang menghasilkan suatu interaksi merupakan kegiatan pemnbelian bahan baku dan penjualan produk. Interaksi tersebut juga dapat terbentuk berdasarkan durabilitas produk yang dijual yaitu barang yang memiliki jangka waktu terbatas dalam penggunaannya dan barang dengan jangka waktu panjang. Kegiatan pekerjaan sampingan tersebut diharapkan dapat menambah pendapatan yang dihasilkan. Kegiatan pekerjaan sampingan diharapkan memberi sumbangan pendapatan terhadap pendapatan total rumah tangga. Dengan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan

(33)

tersebut, perempuan dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Berikut ini kerangka pemikiran yang disusun berdasarkan uraian di atas.

(34)

34 Interaksi Spasial

Variabel Independen: Durabilitas produk Variabel Dependen: 1. Jarak asal bahan baku 2. Jarak tujuan permintaan

Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif Sumbangan Pendapatan

1. Pendapatan pekerjaan utama 2. Pendapatan pekerjaan

sampingan

3. Pendapatan pekerjaan utama anggota keluarga

4. Pendapatan pekerjaan sampingan anggota keluarga lainnya Analisis deskriptif kuantitatif Pekerjaan Sampingan Motivasi 1. Pemenuhan kebutuhan 2. Gaya hidup 3. Kegemaran 4. Waktu luang 5. Peluang pekerjaan 6. Fleksibilitas jadwal kerja 7. Pekerjaan pasangan

E-Commerce

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

(35)

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

41 tahun 1999 hutan memiliki pengertian sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

Skeg adalah salah satu bentuk modifikasi yang diberikan pada bagian buritan kapal tongkang untuk mengubah arah aliran fluida yang melewati buritan kapal.. Seiring berjalannya waktu,

Pembelajaran dengan bahan ajar berbentuk Komik Si Kabayan memberikan siswa menjadi lebih mudah untuk memahami dan mempelajari materi karena bahan ajar berbentuk komik

bahwa ketentuan retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal dan Bandar Udara,

Sensor tegangan dari photodioda didapat dari rangkaian pembagi tegangan yang dikonversikan menjadi digital oleh ADC0804 dan output dari ADC0804 dijadikan sebagai input

Menyerahkan copy sah ijazah atau Surat Keterangan dari Kepala Sekolah bahwa telah mengikuti Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015 bagi calon peserta didik dari SD/MI,

Gaya kepemimpinan disini merupakan suatu kegiatan dimana seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada orang lain untuk bekerja sama secara sukarela tentang tugas-tugas

 Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.  Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu/penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu.  Impor Barang Kena