• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI WREDA PENGAYOMAN PELKRIS DAN PANTI WREDA OMEGA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI WREDA PENGAYOMAN PELKRIS DAN PANTI WREDA OMEGA SEMARANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA (LANSIA)

DI

PANTI WREDA PENGAYOMAN “PELKRIS”

DAN PANTI WREDA OMEGA

SEMARANG

Devi Oktavia*).,

P.A. Indriati **), Supriyadi ***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,

***) Dosen Ilmu Statistika dan Metodologi POLTEKES Semarang

ABSTRAK

Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif, seperti hipertensi. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 68,4% (diastolik 95-104 mmHg), hipertensi sedang sebesar 28,1% (diastolik 105-129 mmHg), hipertensi berat sebesar 3,5% (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg).Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan melakukan latihan yoga secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Panti Wreda Pengayoman “PELKRIS” dan Panti Wreda Omega Semarang. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment, jumlah sampel 30 responden, yang terdiri dari 15 orang dari Panti Wreda Pengayoman “PELKRIS” dan 15 orang dari Panti Wreda Omega dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 32,4 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 13,38 mmHg dengan nilai p < 0,05, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan yoga selama 6 hari berturut-turut. Rekomendasi dari hasil penelitian ini, diharapkan pelayanan keperawatan dapat mengaplikasikan latihan yoga secara teratur pada lansia yang menderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Kata Kunci : Latihan Yoga, Penurunan Tekanan Darah, Lansia

ABSTRACT

Elderly is the age at high risk for degenerative diseases, such as hypertension. The prevalent of low hypertension is 68,4% (diastolic 95-104 mmHg), average hypertension is 28,1% (diastolic 105-129 mmHg), heavy hypertension is 3,5% (diastolic≥ 130 mmHg).One of the ways to decrease the blood pressure of the hypertension patients is by yoga exercise regulary. This research is aim to know the influence of yoga excercise to decreasing of the high blood of the elderly peoples in Panti Wreda Pengayoman “PELKRIS” dan Panti Wreda Omega Semarang. The design of this research is quasi eksperiment, with 30 respondences, consist of 15 people from Panti Wreda Pengayoman “PELKRIS” and 15 people from Panti Wreda Omega by purposive sampling technic. The result show that the average decreasing of sistolic blood pressure is 32,4 mmHg and diastolic blood pressure is 13,38 mmHg with the value p < 0,05, it means there is a significant influence between the previous and the next blood pressure after yoga exercise during six days continually. The recommendation of this research is hopefully the nursery service can apply yoga exercise regulary to the elderly people that is affected hypertension to decrease the blood pressure.

(2)

PENDAHULUAN

Kemajuan ekonomi, pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup manusia. Hal ini mengakibatkan pertambahan jumlah orang usia lanjut akan meningkat dengan cepat (Azizah, 2011, hlm.1). Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk lansia akan meningkat, yaitu sekitar 1,2 milyar jiwa (Bandiyah, 2009, hlm.3). Menurut Menkokesra tahun 2008, mengatakan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18% dan di pulau Jawa dan Bali sebanyak 7% (Azizah, 2011, hlm.31). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007, jumlah lansia di Jawa Tengah sekitar 6,86%.

Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi, diabetes militus, gout (rematik) dan kanker. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah hipertensi. Menurut Ridwan (2009, hlm.2), prevalensi hipertensi ringan sebesar 68,4% (diastolik 95-104 mmHg), hipertensi sedang sebesar 28,1% (diastolik 105-129 mmHg), hipertensi berat sebesar 3,5% (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada lansia dapat dicegah atau diobati. Ada berbagai cara untuk mengobati hipertensi, antara lain dengan mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah, pengaturan pola makan, olahraga, mengurangi stres, menghindari alkohol, merokok (Kowalski, 2010, hlm.287).Selain itu, untuk menurunkan tekanan darah dapat juga menggunakan konsep

keperawatan holistik (Kozier, Erb, Berman, et al, 2010, hlm.306).

Dalam keperawatan holistik terdapat empat kelompok besar modalitas penyembuhan, seperti terapi sentuhan (masase, akupresur, refleksologi kaki dan reiki), terapi pikiran-tubuh (relaksasi progresif, umpan balik hayati, imajinasi, yoga, meditasi, berdoa, terapi musik, tertawa, hipnosis dan aroma terapi), terapi transpersonal (sentuhan terapeutik nonkontak dan doa perantara), dan terapi pengobatan alternatif (akupuntur dan pengobatan oriental, kiropatik, pengobatan herbal, homeopati dan naturopati) (Kozier, Erb, Berman, et al, 2010, hlm.310). Yoga adalah suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul) (Ridwan, 2009, hlm.127). Yoga mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan (Jain, 2011, hlm.190). Yoga dianjurkan pada penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancar, mengindikasikan kerja jantung yang baik (Ridwan, 2009,hlm.128). Penelitian menemukan bahwa, kombinasi antara yoga, meditasi dan pemantauan kondisi tubuh menggunakan peralatan elektronik telah membuat 25% dari pasien penderita tekanan darah tinggi berhenti mengkonsumsi obat dan yang 35% mulai menguranginya (Jain, 2011, hlm.190).

Menurut jurnal penelitian Sasmita (2007), didapatkan hasil penelitian yang menunjukan penurunan tekanan darah diastol 10 mmHg dengan nilai p < 0,05. Sedangkan tekanan darah sistol tidak menunjukan penurunan yang sisgnifikan dengan nilai p > 0,05.

(3)

Menurut jurnal penelitian Aerni (2009), menunjukan 6 (20%) orang tidak mengalami penurunan tekanan darah dan 24 (80%) orang mengalami penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol, 30 orang (100%) tidak mengalami penurunan. Menurut jurnal penelitian Sepdianto (2008), menunjukan perbedaan tekanan darah diastol sebesar 15,5 mmHg dan perbedaan penurunan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 9,9 mmHg.

Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 22 Desember 2011 di Panti

Wreda Pengayoman “PELKRIS”,

didapatkan data jumlah lansia yang tinggal di sana ada 70 orang dan yang menderita hipertensi ada 80% dan di Panti Wreda Omega, didapatkan data jumlah lansia yang tinggal disana ada 44 orang dan yang menderita hipertensi ada 80%. Dikedua panti wreda, penanganan hipertensi pada lansia yang dilakukan selama ini hanya berfokus pada obat. Dikedua panti wreda tidak ada diet khusus pada penderita hipertensi. Untuk olahraga atau senam lansia tidak diadakan di Panti Wreda Omega, sedangkan di

Panti Wreda Pengayoman “PELKRIS”

hanya dilakukan satu minggu sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan Panti

Wreda Omega.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dan menggunakan rancangan penelitian one group pretest-postest. Penelitian quasi eksperiment merupakan eksperimen semu, karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena

variabel-variabel yang seharusnya di control atau dimanipulasi (Notoatmodjo, 2005, hlm.164). Rancangan penelitian one group pretest-postest merupakan penelitian yang tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010, hlm.57).

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” yang berjumlah 22 responden dan Panti Wreda Omega yang berjumlah 21 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah 30 responden.

Alat pengumpulan data yang dipergunakan yaitu lembar check list, berisi nama, jenis kelamin, usia dan tekanan darah.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini, meliputi karakteristik responden dan variabel tekanan darah responden. Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan uji dependent t-test yang digunakan untuk menguji pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan yoga pada lansia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Tekanan Darah pada Lansia sebelum Melakukan Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan

(4)

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Responden Sebelum Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan Panti

Wreda Omega Tahun 2012 Tekanan

Darah

Sebelum Latihan Yoga Frekuensi Presentase Normal Prehipertensi Ringan Sedang Berat Maligna -8 7 13 2 -26,7 23,3 43,3 6,7 Total 30 100 Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik Responden Sebelum Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan Panti

Wreda Omega Tahun 2012

Semakin bertambahnya usia, maka terjadi perubahan struktur dan fungsi pada aorta. Hal ini yang mengakibatkan kekakuan, penurunan elastisitas dan penebalan pada dinding aorta. Penebalan pada dinding aorta disebabkan oleh peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Penebalan ini mengakibatkan penyempitan pada aliran darah aorta selama denyut sistol. Jika dinding aorta menjadi lebih

sempit akibat penebalan, maka tekanan aliran darah dari jantung cenderung meningkat. Menurut Jain (2011, hlm.222), pertambahan usia mengakibatkan semakin tua pembuluh darah utama yang cenderung tidak elastis dan lebih lemah, meningkatnya kelemahan mengakibatkan meningkat-nya tekanan darah sistolik.

Dalam penelitian ini, sebagian besar penderita hipertensi sistolik adalah wanita. Hal ini terjadi setelah wanita mengalami menopouse. Pada saat memasuki usia menopouse, produksi hormon seksual seperti estrogen cenderung menurun. Hormon estrogen mempunyai peranan penting dalam tubuh seorang wanita, seperti merangsang maturasi pada organ kewanitaan dan pemeliharaan struktur normal kulit dan pembuluh darah. Jika produksi hormon estrogen terus menurun dengan bertambahnya usia, maka fungsi untuk pemeliharaan struktur normal pembuluh darah juga akan menurun. Menurunnya fungsi pemeliharan hormon estrogen pada pembuluh darah, mengakibatkan pembuluh darah tidak elastis dan cenderung lebih kaku. Selain itu, Greenspan dan Baxter (2000, hlm.553) mengatakan bahwa hormon estrogen dapat meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL), sedikit menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma.

2. Gambaran Tekanan Darah pada Lansia Sesudah Melakukan Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan

Panti Wreda Omega Tekanan

Darah

Sebelum Latihan Yoga Frekuensi Presentase (%) Normal Prehipertensi Ringan Sedang Berat Maligna 13 4 5 4 2 2 43,3 13,3 16,7 13,3 6,7 6,7 Total 30 100

(5)

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Responden Sesudah Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan Panti

Wreda Omega Tahun 2012 Tekanan

Darah

Sesudah Latihan Yoga Frekuensi Presentase Normal Prehipertensi Ringan Sedang Berat Maligna 6 9 12 3 -20,0 30,0 40,0 10,0 -Total 30 100 Tabel 4

Distribbusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik Responden Sesudah Latihan Yoga di Panti Wreda

Pengayoman “PELKRIS” dan Panti

Wreda Omega Tahun 2012

Penurunan tekanan darah, disebabkan karena responden dalam penelitian dapat mengikuti instruksi peneliti dengan baik. Sehingga, manfaat pada latihan yoga selama 6 hari berturut-turut dapat menunjukan hasil yang optimal. Latihan yoga secara teratur dapat menyeimbangkan sistem saraf otonom, sehingga tubuh menjadi lebih relaks dan pengeluaran hormon-hormon yang berperan dalam peningkatan tekanan darah, seperti

hormon adrenalin dan eprineprin lebih terkontrol. Menurut Rusaidah (2011, ¶3), latihan yoga membuat sistem saraf otonom menjadi seimbang dan tenang yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.

Yoga termasuk dalam olahraga, jika hal ini dilakukan secara teratur dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan menurunkan trigliserida dan meningkatkan lipoprotein densitas tinggi (HDL).

3. PengaruhLatihan Yoga terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia

Tabel 5

Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansiadi Panti Wreda Pengayoman

“PELKRIS” danPanti Wreda Omega Tahun 2012

Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik dapat meningkatkan tekanan darah. Naiknya tekanan darah tersebut merupakan bagian dari proses untuk mempersiapkan dan mempertahankan tubuh, karena selama beraktivitas terjadi peningkatan aliran darah ke otot-otot besar tubuh, tetapi kenaikan tersebut hanya sebentar dan bersifat sementara. Tekanan Darah Sesudah Perlakuan Frekuensi Presentase Normal Prehipertensi Ringan Sedang Berat Maligna 24 2 4 -80,0 6,7 13,3 -Total 30 100 Variabel Perbedaan Rerata p value Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah 32,4 0,000 Tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah 13,38 0,000

(6)

Salah satu contoh aktivitas fisik adalah olahraga atau latihan jasmani. Olahraga yang dimaksudkan disini bukan olahraga berat, seperti berlari, push-up dan angkat berat. Olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga yang disesuaikan dengan usia dan tekanan darah seseorang, karena jika seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun dan menderita hipertensi melakukan olahraga berat akan berdampak buruk. Olahraga itu dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat ke tingkat yang membahayakan dalam waktu singkat. Salah satu jenis olahraga yang bermanfaat dan tidak menimbulkan dampak yang buruk adalah yoga. Ada berbagai macam jenis latihan yoga, yang intinya menggabungkan antara teknik bernapas (pranayama), relaksasi dan meditasi, serta latihan peregangan. Yoga dalam penelitian ini adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. Bernapas adalah suatu tindakan yang otomatis tanpa harus diperintah untuk melakukannya. Tetapi, jika kita bernapas dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik. Bagian dari proses panik adalah peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur napas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah. Menurut Jain (2011, hlm197), Pranayama (teknik bernapas) pada yoga berfungsi untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang membuat detak jantung lebih tenang sehingga tekanan darah dan produksi hormon adrenalin menurun.

Meditasi adalah suatu teknik menenangkan dan memfokuskan pikiran. Meditasi bertujuan untuk membuat tubuh lebih relaks. Dengan memfokuskan pikiran pada sebuah pemikiran atau gambaran, sebuah kondisi pikiran dapat menerima hal apapun yang masuk tanpa harus dipertimbangkan. Hal ini berarti, kita dapat menarik diri sementara dari aktivitas sehari-hari yang mampu membuat kita stres dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sehingga, kita dapat mencapai kondisi yang relaks yang salah satu efeknya dapat menurunkan tekanan darah. Menurut Jain (2011, hlm.202), meditasi bertujuan untuk merangsang gelombang alfa pada otak yang terhubung dengan kondisi relaksasi yang mendalam dan kewaspadaan mental, hal ini dapat menurunkan tekanan darah.

Latihan peregangan secara teratur dapat menguatkan otot jantung yang mengakibatkan jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan usaha yang minimal. Sehingga, kerja jantung menjadi lebih ringan. Latihan peregangan juga dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Hal ini mengakibatkan, hambatan pada dinding arteri menjadi berkurang dan kekuatan aliran darah dari jantung menjadi normal. Sehingga tekanan darah dapat menurun. Salah satu sistem dalam tubuh yang mengontrol tekanan darah adalah baroreseptor yang berarti merasakan nilai tekanan darah. Ketika tekanan darah turun, baroreseptor bereaksi dengan meningkatkan denyut jantung dan respon sistem saraf simpatik, sehingga pembuluh darah berkontraksi dan tekanan darah dipertahankan.

(7)

Menurut Townsend (2010, hlm.66), hipertensi terjadi karena baroreseptor mengatur ulang nilai dasar ditingkat yang lebih tinggi dan mempertahankan nilai tekanan darah yang lebih tinggi tersebut. Dengan latihan peregangan secara teratur dapat mengatur ulang nilai baroreseptor ketingkat yang lebih rendah dan lebih sehat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, setiap bagian dari latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama untuk menurunkan tekanan darah, maka yoga sangat direkomendasikan pada penderita tekanan darah tinggi. Yoga memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot, peningkatan beberapa asanas (posisi tubuh) yang dipercaya dapat mempengaruhi sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin yang mengatur fungsi internal termasuk detak jantung dan produksi hormon. Yoga dapat membuat 25% dari pasien penderita tekanan darah tinggi berhenti mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi dan 35% lagi mulai menguranginya (Jain, 2011, hlm.190). SIMPULAN

Dari hasil dependen t-test, pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic pada lansia diperoleh nilai probabilitas 0,000 yang berarti < taraf signifikan 0,05 atau 5%. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 32,4 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan diastolik sebesar 13,38 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan yoga selama 6 hari berturut-turut pada lansia di Panti Wreda Pengayoman

“PELKRIS” danPanti Wreda Omega. SARAN

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan, diharapkan dapat menerapkan latihan yoga sebagai salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi hipertensi khususnya pada lansia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan, diharapkan yoga dapat dijadikan acuan pengembangan ilmu keperawatan gerontik untuk mengatasi hipertensi pada lansia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya,

diharapkan dapat

mengembangkan hasil penelitian ini dengan menggunakan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah, seperti gaya hidup atau lingkungan. Sehingga, didapatkan implementasi lain yang dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, diharapkan adanya penelitian tentang yoga untuk mengetahui manfaat lain yang dapat berguna untuk berbagai keluhan penyakit tertentu. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih memperhatikan kriteria sampel khususnya pada responden yang menggunakan obat anti hipertensi. DAFTAR PUSTAKA

Aerni, Ni Luh Putu. A. (2009). Perbedaan tekanan darah penderita hipertensi pada wanita dewasa yang melakukan senam yoga dan penderita hipertensi pada wanita dewasa yang tidak melakukan senam yoga. http:// digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod =browse&op=read&id=yoptumyf kpp-gdl-niluhputua-73 diperoleh tanggal 18 Mei 2011

Armiyati, Yunie. (2009). Bab III kerangka konsep, pertanyaan

(8)

penelitian dan definisi operasional. http://eprints.lib.ui. ac.id/4177/9/125548TESIS0594% 20Yun%20N09k-Komplikasi%20 intradialisis-Metodologi.pdfdiperoleh tanggal 20 Agustus 2011

Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Greenspan, S. Francis., Baxter, D. John. (2000). Endokrinologi dasar & klinik. Edisi 4. Jakarta: EGC

Jain, Ritu. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kowalski, E. Robert. (2010). Terapi hipertensi. Bandunng: Qanita

Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses & praktik. Jakarta: EGC

Maryam, R.Siti, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sasmita, S. Andri. (2007). Pengaruh latihan hatha yoga modifikasi selama 12 minggu terhadap tekanan darah diastol dan sistol wanita berusia 50 tahun keatas. http://eprints.undip.ac.id/22395/1/

andri.pdf diperoleh tanggal 18 Mei 2011

Sepdianto. (2008). Pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah dan kecemasan di kota blitar. http://www.library.upnvj. ac.id/pdf/3keperawatanpdf/20731 2013/bab2.pdf diperoleh tanggal 18 Mei 2011

Townsend, R. Raymond. (2010). 100 tanya-jawab mengenai tekanan darah tinggi (hipertensi). Jakarta: Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2013 bersama ini kami mengundang

Warna merupakan elemen yang penting dari seni visual, setiap warna memiliki psikologi tersendiri yang bisa menyimbolkan tentang perasaan atau makna tersendiri. Meskipun

Hasil wawancara dengan kepala ruang perinatology mengatakan bahwa perawatan metode kanguru sangat bagus untuk bayi BBLR terutama dalam membantu meningkatkan berat badan

In short, it appeared from the narratives (1) that the entrepreneur tended to be quite realistic about problems and challenges confronting the firm while at the same time

Sahabat MQ/ Lembaga penggiat antikorupsi Indonesia Corruption Watch/ mengecam pernyataan Menteri Dalam Negeri -Gamawan Fauzi/ soal honor dari Bank Pembangunan

Museum purna bhakti pertiwi yang berada di area taman mini Indonesia indah/hadir melengkapi wahana rekreasi edukatif di area tersebut // Bangunan museum purna bhakti

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi Ekonomi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance terhadap profitabilitas