• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISTILAH. : Metodologi terstruktur yang digunakan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISTILAH. : Metodologi terstruktur yang digunakan dalam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

xviii

DAFTAR ISTILAH

Critical Part : Bagian dari metode QFDiterasi dua (Part Deployment), critical part ini didapatkan dari karakteristik teknis

Direction of Goodness : Target yang ditentukan perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk

House of Quality : Matriks Hubungan, bertujuan untuk mengumpulkan kebutuhan dan keinginan pengguna (iterasi pertama pada QFD) Part Deployment : Merupakan QFDiterasi dua yang mengolah

atribut karakteristik teknis menjadi critical part

QFD :

Metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan True Customer Needs :

Atribut kebutuhan yang dijadikan prioritas pengembangan produk

Voice of

Customer

: Suatu istilah yang digunakan untuk

melambangkan proses mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan atau diharapkan oleh pelanggan mengenai suatu produk atau layanan

(2)

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan atau penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut menunjang peranan dalam pola makanan sehari-hari di Indonesia baik sebagai lauk-pauk maupun sebagai makanan ringan (snack) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB, 1981).

Tahu sudah seperti menu wajib pendamping nasi serta tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebagai hasil olahan kacang kedelai tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi, karena tahu mempunyai mutu protein nabati yang cukup baik dan mempunyai komposisi asam amino paling lengkap yang diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85% - 98%) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB, 1981).

Pola konsumsi masyarakat Indonesia sebenarnya telah beragam. Dalam hal ini keanekaragaman pola makan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan pengetahuan, serta ketersediaan dan keterjangkauan. Kebutuhan yang beragam tersebut tidak hanya dari jenis pangannya tetapi juga dari pengolahan, tambahan kandungan nutrisi, penampilan, pengemasan dan sebagainya. Penganekaragaman pangan dalam masyarakat harus dilakukan karena walaupun proses penganekaragaman pangan telah terjadi dalam masyarakat Indonesia, namun tingkat keanekaragaman pangan seperti yang selama ini diharapkan hingga kini masih belum tercapai (Krisnamurthi, 2003).

Sekarang ini konsumen lebih kritis dalam memilih suatu produk pangan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri pangan untuk mendesain dan memproduksi produk yang benar – benar sesuai untuk keinginan konsumen (Benner et al, 2003). Produk pangan yang lezat, bergizi dan murah saja tidaklah cukup. Konsumen

(3)

2

menginginkan sesuatu yang lain dalam mengkonsumsi suatu produk pangan. Jadi, untuk bertahan dalam bisnis pangan, produsen tidak hanya dituntut untuk reaktif tetapi juga proaktif dalam menyikapi keinginan pasar. Fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah sekitar 59% penentu kepuasan pembelian suatu produk adalah shopper (orang yang belanja), sementara sisanya (41%) dipengaruhi oleh keinginan orang – orang disekitar shopper (Misal : keluarga) (Anonim, 2005).

Tahu Kinanti merupakan sebuah usaha menengah yang bergerak di bidang industri makanan sebagai produsen tahu yang diimplementasikan di Lembang, Kabupaten Bandung. Dari hasil wawancara dengan owner Tahu Kinanti, Bapak Agus Sofyan diketahui bahwa Tahu Kinanti telah beroperasi selama lebih dari 5 tahun dan memiliki pasang surut dalam bisnisnya sebagai produsen tahu. Tahu kinanti memiliki 3 macam jenis produk yakni tahu putih, tahu kuning, dan tahu susu. Berawal dari sekedar suplai tahu ke berbagai restoran dan hotel, saat ini Tahu Kinanti telah memiliki outlet sendiri yang berlokasi sangat strategis yakni di Jalan Raya Sesko AU Lembang. Terdapat 2 sistem penjualan yang dilakukan Tahu Kinanti yaitu penjualan berdasarkan kontrak atau menjadi supplier ke rumah makan, restoran, hotel di sekitar Lembang dan Bandung serta penjualan secara langsung kepada end user di lokasi outlet.

Fokus target pasar untuk produk Tahu Kinanti saat ini ditargetkan untuk pasar di kalangan menengah ke atas yang dimana Tahu Kinanti ingin melakukan ekspansi pasar dengan target penjualan kepada wisatawan lokal yang hendak berkunjung ke Lembang dan kepada masyarakat sekitar Lembang, di sisi lain lokasi outlet yang sangat strategis berada di Lembang menjadi keunggulan tersendiri dalam mencakup pasar wisatawan lokal yang hendak membawa oleh – oleh Tahu Lembang untuk dibawa pulang. Dalam menunjang hal tersebut Tahu kinanti telah menaikan standar dari segi kualitas produk inti berupa bahan baku kedelai, ukuran tahu, tingkat kepadatan, tingkat kelembutan, dan citarasa ekstrak kedelai dalam produknya, namun Tahu Kinanti masih belum bisa meningkatkan standar dari segi kualitas produk pembungkus.

(4)

3

Diketahui dari Bapak Agus Sofyan selaku owner bahwa hal yang saat ini menjadi masalah adalah kemasan produknya yang masih belum memenuhi standar, hal ini menjadi sulit untuk ditanggulangi dikarenakan keterbatasan resource dan tidak adanya staf ahli yang dapat menangani masalah desain kemasan produk. Masalah ini dapat dibuktikan dari banyaknya keluhan dan komentar dari para pelanggan seputar pengemasan produk Tahu Kinanti, hal ini tentunya berakibat kepada kurangnya daya tarik serta rendahnya nilai jual produk di pasar menengah keatas. Selain dari daya tarik syarat utama dalam kemasan harus mencantumkan informasi produk yang lengkap, telah berlabel SNI (Standar Nasional Indonesia), pengemasan produk yang baik, dan lulus uji laboratorium (Choirullah, 2012).

Fenomena ini yang menjadi dasar utama pemikiran penulis untuk merancang usulan perbaikan desain kemasan produk Tahu Kinanti guna meningkatkan nilai bisnis dalam usaha Tahu Kinanti. Berdasarkan hasil survey pendahuluan tentang kemasan produk Tahu Kinanti berupa kuisioner dengan 30 orang pelanggan yaitu 5 orang supplier dan 25 orang end user yang sudah pernah membeli produk Tahu Kinanti, banyak dari pelanggan menilai bahwa produk Tahu Kinanti masih terdapat banyak kekurangan dalam kemasan produknya sehingga perlu adanya perbaikan kualitas dari segi kemasan demi meningkatkan daya jual produk dan melakukan ekspansi pasar. Gambar I.1 menunjukkan kekurangan dari kemasan produk Tahu Kinanti yang masih dirasakan oleh pelanggan.

(5)

4

Gambar I.1 Kekurangan Kemasan Produk Tahu Kinanti Sumber Survei Pendahuluan (2015)

Dari data survey di atas didapatkan hasil mengenai kekurangan kemasan produk Tahu Kinanti yaitu sebanyak 80,00% dari total responden mengatakan kualitas kemasan dari (bahan, bentuk, warna, gambar, informasi) kemasan produk Tahu Kinanti masih belum memenuhi standar kualitas kemasan, lalu 93,33% dari total responden mengatakan resiko kerusakan produk yang dikemas tinggi, kemudian 70,00% warna kurang menarik, 66,67% bentuk kemasan kurang menarik, 86,67% informasi tentang produk kurang lengkap, 70,00% bahan kemasan kurang cocok dengan produk yang dikemas, dan sebanyak 80,00% responden mengatakan tidak sesuainya kapasitas kemasan dengan produk.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 1

Kemasan produk Tahu Kinanti belum memenuhi standar kualitas kemasan

Resiko kerusakan produk yang dikemas tinggi Warna kurang menarik

Bentuk kemasan kurang menarik

Informasi tentang produk kurang lengkap

80.00% 66.67% 70.00% 70.00% 86.67% 93.33% 80.00%

(6)

5

Didapat kesimpulan bahwa masih banyaknya kekurangan yang dirasakan konsumen mengenai kemasan dari Tahu Kinanti. Untuk menyikapi permasalahan dari kemasan produk Tahu Kinanti tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan desain kemasan produk agar produk Tahu Kinanti ini dapat bersaing dan melakukan ekspansi pasar. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam perbaikan produk adalah metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD ini dipilih karena berbasis pada kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tidak hanya berfungsi sebagai alat kualitas, tetapi juga sebagai alat perencanaan suatu produk dalam melakukan perbaikan, sehingga langkah strategis yang dihasilkan dari penelitian ini akan lebih memberikan kepuasan pelanggan (Cohen, 1995). Pada penelitian ini, pelanggan yang dimaksud adalah supplier dan end user. Dimana supplier merupakan badan usaha yang memasarkan produk tahu Kinanti dalam jangka waktu tertentu dan end user merupakan konsumen akhir dari produk Tahu Kinanti.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apa saja karakteristik teknis yang diprioritaskan dalam merancang desain kemasan produk Tahu Kinanti?

2. Apa saja part specification yang perlu diprioritaskan dalam merancang desain kemasan produk Tahu Kinanti?

3. Bagaimana rekomendasi spesifikasi kemasan produk Tahu Kinanti untuk dapat melakukan ekspansi pasar dan upaya memenuhi kebutuhan pelanggannya di kota Bandung?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, ditetapkan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik teknis yang diprioritaskan dalam merancang desain kemasan produk Tahu Kinanti.

(7)

6

2. Mengidentifikasi part specification yang diprioritaskan dalam merancang desain kemasan produk Tahu Kinanti.

3. Merumuskan rekomendasi spesifikasi kemasan produk Tahu Kinanti untuk dapat melakukan ekspansi pasar dan upaya memenuhi kebutuhan pelanggannya di kota Bandung.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, diantaranya adalah :

1. Menjadi acuan bagi perusahaan dan bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan perbaikan kemasan produk untuk meningkatkan daya jual.

2. Menjadi acuan perbaikan kemasan produk untuk memenangkan persaingan bisnis.

Batasan Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penulis merumuskan batasan masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Penerapan QFD hanya sampai pada iterasi 2, yaitu matriks part deployment.

Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini diuraikan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan penelitian analisis kelayakan usaha yang dari penelitian ini.

BAB III Metodologi Penelitian

Merupakan bagian yang menjelaskan tahapan dalam memecahkan masalah dalam penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(8)

7

Pada bab ini menggambarkan tentang pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada penelitian. Bab ini berisi data-data yang telah dikumpulkan yang selanjutnya diolah menggunakan metode yang telah ditentukan sebelumnya. Bab V Analisis Data dan Rekomendasi

Pada bab ini menggambarkan tentang analisis terhadap pengolahan data. Analisis dan rekomendasi yang diberikan pada penelitian ini adalah analisis mengenai metode yang diterapkan, yaitu analisis Quality Function Deployment (QFD) dan rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan penulis.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menggambarkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran yang diberikan untuk perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya terhadap bidang yang sama.

(9)

8

Tinjauan Pustaka

Pengemasan

Definisi Pengemasan

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Secara umum, pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada suatu wadah (containment), perlindungan produk, kegunaan (utility), dan informasi. Untuk keperluan transportasi, fungsi pengemasan lebih diutamakan untuk pemuatan dan perlindungan. Sedangkan pengemasan enceran (retail) lebih dititik beratkan pada fungsi kegunaan dan informasi produk (Peleg, 1985).

Unsur Kemasan

Menurut Kotler (2001) unsur-unsur kemasan antara lain: 1. Warna

Warna merupakan salah satu unsur yang menghasilkan daya tarik visual. Konsumen melihat warna jauh lebih cepat dari pada melihat bentuk atau rupa, dan warnalah yang pertama kali produk dipajangkan. Ada beberapa fungsi warna dalam kemasan yaitu :

a. Untuk identifikasi

b. Untuk menciptakan suatu citra c. Untuk meningkatkan minat 2. Bahan

Apabila ingin mendapatkan bahan kemasan yang sesuai, desainer harus mampu memahami karakter fisik dan kimia dari produk yang akan dikemas. Terdapat beberapa macam bahan yang digunakan untuk kemasan, diantaranya:

a. Kertas : kertas minyak dan kertas karton b. Botol : botol kecap dan botol minuman ringan c. Aluminium foil : snack, rokok, cokelat

(10)

9 e. Logam : tin late dan ac late 3. Bentuk

Bentuk kemasan merupakan pendukung utama terciptanya seluruh daya tarik visual. Bentuk biasanya ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, pertimbangan pemajangan dan cara penggunaan. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah kemasan:

a. Bentuk kemasan yang sederhana

b. Suatu bentuk yang teratur mempunyai daya tarik yang lebih c. Suatu bentuk yang seimbang

d. Bentuk kemasan yang mudah terlihat 4. Ukuran

Ukuran kemasan tergantung pada jenis produk yang dibungkusnya, baik untuk ukuran panjang, lebar, maupun tipis dan tebalnya kemasan.

5. Merek / logo

Merek dagang atau logo perusahaan memiliki peranan penting dalam

meningkatkan kemasan. Beberapa faktor yang biasanya dipertimbangkan dalam menetapkan rupa merek dagang adalah :

a. Sejarah

b. Identitas (kekhasan) c. Komunikatif

d. Simbolik 6. Label

Label merupakan pesan informatif tertulis yang harus berdasarkan kepada fakta tentang suatu produk.

Persyaratan Bahan Kemas

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai pelanggan tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda

(11)

10

pengolahan dan kondisi penyimpanan. Menurut Jaswin (2008) fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Kemampuan atau daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan, dan penyusunan atau penumpukan.

b. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai resiko dari luar, seperti udara panas atau dingin, sinar matahari, bau asing, benturan atau tekanan mekanis, dan kontaminasi mikroorganisme.

c. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen, mencangkup informasi dan penampilan seperti warna dan keindahan bahan kemasan yang harus mendapatkan perhatian.

d. Persyaratan ekonomi, yaitu kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

e. Mempunyai ukuran, bentuk, dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang, mudah dibentuk atau dicetak.

Standar Kemasan

Menurut UU RI No.7 Tahun 1996 tentang peraturan kemasan pangan, hal yang wajib disampaikan dalam kemasan pangan antara lain :

a. Nama produk

b. Bahan baku yang digunakan c. Nama dan alamat produsen d. Berat bersih

e. Keterangan tentang halal

f. Keterangan tentang kadaluarsa produk g. Kode produksi

h. Nilai gizi

(12)

11

Pencemaran Bakteri Pada Tahu

Cara penyimpanan dengan perendaman dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dalam tahu dibandingkan cara penyimpanan tanpa perendaman. Kemasan yang digunakan untuk mengemas tahu yang direndam memiliki ruang kosong yang lebih kecil daripada kemasan yang digunakan untuk mengemas tahu yang tidak direndam. Ruang kosong yang lebih kecil menyebabkan oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk berkembangbiak lebih sedikit sehingga pertumbuhannya dapat dihambat.

Analisis total mikroba menunjukkan bahwa kenaikan total mikroba tertinggi pada tahu yang tidak direndam yang dikemas dalam kemasan polipropilen rigid terbuka dengan laju peningkatan 2,70, sedangkan kenaikan terendah pada tahu yang direndam yang dikemas dalam kemasan rigid kedap udara (air sealed) laju peningkatan 1,41. (Fardiaz, 1989).

Metode Quality Function Deployment (QFD)

QFD adalah salah satu alat sistem mutu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan kepuasan pelanggan di banyak industri (Sullivan, 1986; dalam Chiou dan Cheng, 2008). QFD dikembangkan oleh Yoji Akao di Jepang pada tahun 1966. Menurut Akao (1990), QFD adalah metode untuk mengembangkan kualitas desain yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan dan kemudian menerjemahkan permintaan pelanggan menjadi target desain dan poin utama kualitas jaminan untuk digunakan di seluruh tahap produksi. QFD adalah cara untuk menjamin kualitas desain sedangkan produk yang masih dalam tahap desain merupakan sisi yang sangat penting. Manfaat produk ditujukan ketika tepat diterapkannya QFD yang telah menunjukkan pengurangan pembangunan waktu dengan satu setengah sampai sepertiga (Akao, 1990).

Manfaat-manfaat dari penerapan QFD dalam proses perencanaan dan perbaikan produk adalah meningkatkan kehandalan produk, meningkatkan kemasan produk, meningkatkan kepuasan pelanggan, memperpendek time to market, mereduksi biaya

(13)

12

perancangan, meningkatkan komunikasi, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan keuntungan perusahaan (Dale, 2003).

Metode QFD menurut Cohen (1995) memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan yang disebut empat fase model QFD. Gambar II.1 menunjukkan bagan fase model QFD.

Gambar II.1 Fase Model QFD Sumber : Cohen (1995)

Tahap perencanaan dan pengembangan fase model QFD dapat disebut juga matriks, adapun matriks perencanaan dan pengembangan QFD adalah sebagai berikut:

1. Matriks perencanaan produk (house of quality).

Menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assement, dan targets. HoQ terdiri dari tujuh bagian utama tersebut.

2. Matriks perencanaan part (part of deployment).

Merupakan faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk. 3. Matriks perencanaan proses (process planning).

Merupakan matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk. 4. Matriks perencanaan produksi (production plannning).

(14)

13 QFD Iterasi 1

QFD iterasi 1 merupakan matriks perencanaan produk (House of Quality). QFD iterasi 1 mengkombinasikan voice of customer dengan karakteristik teknis atau spesifikasi teknis dari sebuah produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai karakteristik teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Gambar II.2 berikut menunjukkan bagan dari House of Quality.

Gambar II.2 Bagan House of Quality Sumber : Cohen (1995)

• Bagian A – Matriks Kebutuhan Pelanggan (Customer Needs and Benefits) Matriks ini berisi daftar kebutuhan pelanggan secara terstruktur yang lansung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan, sering disebut juga voice of customer. • Bagian B – Matriks Perencanaan (Planning Matrix)

Menurut Cohen (1995) matriks perencanaan merupakan alat yang dapat membantu tim pengembangan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan. Matriks ini mencatat seberapa penting masing-masing kebutuhan atau keuntungan dari produk atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan interpretasi tim pengembangan dan data hasil penelitian. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan antara prioritas perusahaan dan prioritas pelanggan. Bagian-bagian dari matriks perencanaan adalah sebagai berikut:

(15)

14

1. Tingkat kepentingan pelanggan (important to customer)

2. Tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction performance)

3. Tingkat kepuasan pelanggan pesaing (competitive satisfaction performance)

4. Goal

5. Improvement ratio

6. Sales point

7. Raw weight

8. Normalized raw weight

9. Cumulative normalized raw weight

• Bagian C – Matriks Karakteristik Teknis (Technical Responce)

Matriks ini memuat karakteristik teknis yang merupakan bagian dimana perusahaan melakukan penerapan metode yang mungkin untuk direalisasikan dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk menentukan arah peningkatan (Direction of Goodness) digunakan simbol yang dapat dilihat pada Tabel II.1.

Tabel II.1 Simbol Direction of Goodness

Simbol Arti

MTB atau ↑ The More the Better atau semakin besar semakin baik LTB atau ↓ The Less the Better atau semakin kecil semakin baik

TB atau Ο Target is Best atau nilai optimal, target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai nominal

• Bagian D – Matriks Hubungan (Relationship)

Matriks ini menentukan hubungan antara VoC dengan karakteristik teknis dan kemudian menerjemahkannya menjadi suatu nilai yang menyatakan kekuatan hubungan tersebut (impact). Tabel II.2 menunjukkan simbol yang digunakan dalam matriks hubungan.

(16)

15

Tabel II.2 Simbol dalam Matriks Hubungan

Simbol Arti Nilai

Blank Not Linked (tidak berhubungan sama sekali) 0 Possibly Linked (berhubungan tapi sangat sedikit sekali) 1

Moderately (cukup berhubungan) 3

Strongly (sangat berhubungan) 9

• Bagian E – Matriks Korelasi Karakteristik Teknis (Technical Correlation) Matriks ini menggambarkan peta saling ketergantungan (independency) dan saling berhubungan (interrelationship) antara karakteristik teknis. Tabel II.3 menunjukkan simbol yang digunakan dalam matriks korelasi karakteristik teknis.

Simbol Arti

 Strong Positive Impact

Moderate Positive Impact

Blank No Impact

x Moderate Negative Impact xx Strong Negative Impact

• Bagian F – Matriks Teknis

Matriks ini berisi tiga jenis informasi, yaitu:

1. Kontribusi karakteristik teknis kepada performansi produk atau jasa secara keseluruhan. Kontribusi ini didapat dengan mengurutkan peringkat karakteristik teknis, berdasarkan bobot kepentingan dan kebutuhan pelanggan pada bagian B serta hubungan antara karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan pada bagian D.

(17)

16

2. Technical benchmark yang menguraikan informasi pengetahuan mengenai keunggulan karakteristik pesaing. Dilakukan dengan membandingkan masing-masing karaketristik teknis.

3. Target untuk karakteristik teknis diekspresikan sebagai ukuran performansi fungsi dari karakteristik teknis, yang selanjutnya akan menjadi target aktivitas pengembangan.

QFD Iterasi 2

QFD iterasi 2 sering disebut sebagai matriks Part Deployment. Gambar II.3 menunjukkan gambaran matriks secara umum.

Gambar II.3 Matriks Part Deployment Sumber : Cohen (1995)

Perencanaan dari matriks part deployment ini dilakukan dengan membuat bagian-bagian berikut ini:

• Bagian A - Karakteristik Teknis (Technical Response)

Bagian ini berisi hasil karakteristik teknis yang didapat pada QFD iterasi 1. • Bagian B – Normalisasi Kontribusi (Normalized Contribution)

Bagian ini menunjukkan normalisasi yang berasal dari karakteristik teknis. • Bagian C – Part specification Requirement

Bagian ini menunjukkan part-part teknis yang berhubungan dan bersesuaian dengan karakteristik teknis yang dihasilkan matriks HoQ pada QFD iterasi 1.

(18)

17 • Bagian D – Relationship

Bagian ini memetakan hubungan kekuatan antara karakteristik teknis dengan part specification . Setiap hubungan diberikan penilaian tingkat kekuatan hubungannya yang digambarkan dengan simbol tertentu.

• Bagian E – Part specification Contribution, Part Spesification

Bagian ini memuat kontribusi part specification serta part specification. Kontribusi part specification merupakan penjumlahan dari setiap kontribusi relasi antara masing-masing karakteristik teknis dengan part specification , sedangkan part specification berisi informasi dari tiap-tiap part specification yang mencangkup satuan, serta target dari part specification.

Perbandingan Metode QFD dengan Metode Lain

Tabel II.4 Perbandingan Metode Peningkatan Kualitas Sumber: (Joyosuyono, 2011)

Metode /

Model Ikhtisar Concern Kelebihan Kelemahan

Lean Six Sigma

Mengeliminasi waste dan mencapai

zero defect agar efisien dan efektif

Efisiensi dan zero defect −Mengurangi waste −Mempercepat proses kualitas produk (barang/jasa) zero defect −Tidak ada framework yang standar −Tidak ada standar tools yang yang digunakan setiap fase Servqual Mengukur kepuasan konsumen dengan

mencari nilai gap berasal dari nilai

harapan dan persepsi konsumen Kepuasan konsumen −Data kepuasan langsung didapatkan dari konsumen dengan cara penyebaran kuesioner −Dapat langsung mengetahui atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen −Mudah dalam pengukurannya − Jumlah pertanyaan yang banyak mempunyai potensi bias − Penilaian yang subyektif dari konsumen − Lebih berfokus pada proses penyampaian layanan, bukan pada hasil

(19)

18

Tabel II.2 Perbandingan Metode Peningkatan Kualitas (lanjutan)

Blitz QFD Sebuah kerangka untuk menyampaikan kebutuhan konsumen dengan mengembangkan kebutuhan tersebut berdasarkan ranking tertinggi Peningkat an kualitas produk atau jasa −Meminimasi waktu pengembangan −Mengetahui kebutuhan konsumen lebih jelas −Menggunakan beberapa metode yang mempermudah penggunaannya − Memerlukan keahlian spesifik − Bersifat subjektif QFD Metode perbaikan kualitas produk atau jasa dengan input berupa voice of customer (VOC) yang akan dijadikan

dasar penelitian Peningkat an kualitas produk atau jasa − Mampu menangkap input dari konsumen − Mampu menerjemahkan input konsumen menjadi substitute quality characteristic − Mampu menerjemahkan karakteristik kualitas menjadi spesifikasi teknis − Mampu melakukan benchmarking − Mampu menentukan arah desain secara jelas pada awal proses desain −Fleksibel untuk perancangan produk, jasa, proses, ataupun aplikasi lainnya − Memerlukan keahlian spesifik beragam − Kesulitan dalam pengisian matriks, terutama bila ukurannya terlalu besar − Hanya merupakan suatu alat − Tidak ada kejelasan kerangka pemecahan masalah − Bersifat proyek tanpa kelanjutan

Berdasarkan ketiga metode tersebut, QFD merupakan metode yang mempertimbangkan suara pelanggan dalam upaya peningkatan atau perbaikan kualitas. QFD dapat menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa

Gambar

Gambar I.1 Kekurangan Kemasan Produk Tahu Kinanti Sumber Survei  Pendahuluan (2015)
Gambar II.1 Fase Model QFD Sumber : Cohen (1995)
Gambar II.2 Bagan House of Quality Sumber : Cohen (1995)
Tabel II.1 Simbol Direction of Goodness
+5

Referensi

Dokumen terkait

Emakumeek idatzitako nobela intismistetan “emakumeen espazioak barne espazioak dira nagusiki” (idem: 49), baina eleberri honetako pertsonaiak bestelako harreman bat du

Amy Mardhatillah, Ph.D selaku wakil dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta dan selaku penguji skripsi saya yang sudah dengan sabarnya membantu

Data yang terkumpul dari wawancara dan berbagai literatur mengenai sistem kewarisan (Islam, Nasional dan adat) dan diseleksi kemudian menggunakan pendekatan

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan terjadinya banjir pada underpass makamhaji yaitu salah satunya pada 12 Desember 2015 kemungkinan diakibatkan pompa yang macet dan

Paham Anarkisme muncul dari kata serapan dari bahasa inggris anarchy atau anarchie, yang berakar dari kata yunani anarchos/anarchien tanpa pemerintahan atau

rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi dari pada siswa

Walaupun wilayah dengan kerentanan sangat tinggi mempunyai luasan yang relatif kecil dari total wilayah kajian yang terdiri dari tiga kecamatan, namun lokasi

dalam kondisi yang damai dan dengan menghormati TUHAN, Allah Israel dan Daud juga bersyukur dapat menyelesaikan dengan baik dan menyaksikan raja yang meneruskan.