• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American. Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American. Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PEMBAHASAN

A.Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Awal perkembangannya istilah sistem pengendalian intern dimulai dari istilah internal cek, yang kemudian sejak tahun 1949 berubah menjadi sistem pengendalian intern. Pada dasarnya sistem pengendalian intern telah dikembangkan secara alamiah melalui pengalaman atau trial and error, dan secara naluriah banyak ditemukan pada para pengusaha tradisional yang berusaha mengembangkan sistem pengendalian intern dalam mengamankan hartanya, disamping berkembang secara ilmiah sistem pengendalian intern juga berkembang sesuai kebutuhan.

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American

Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah sebagai berikut:

Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

Disisi lain pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip oleh La Midjan dan Azhar (2001:58) diartikan sebagai berikut:

(2)

Meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi serta mendorong ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan.

Sistem Pengendalian Intern menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf (2003:258) adalah “Sistem Pengendalian Intern yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran yang penting bagi suatu usaha dapat dicapai”.

Menurut Mulyadi (2010:163) sistem pengendalian intern itu sendiri adalah: Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa konsep dasar tentang sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu, dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi perusahaan yang diharapkan dapat menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

(3)

B.Tujuan dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern

Tujuan dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2010:163) adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi, dan

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Mulyadi (2010:163) menyatakan bahwa “Tujuan dari sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam: pengendalian intern akuntansi (Internal Accounting Control) dan pengendalin intern administratif (Internal Administrative Control)”. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian intern akuntansi yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, yang meliputi struktur organisasi, metode yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sistem pengendalian intern memiliki fungsi seperti yang diungkapkan oleh Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Deni dan Dewi (2006:229) terdiri dari tiga fungsi yakni:

1. Pengendalian untuk pencegahan (preventive control) mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personel akuntansi yang berkualifikasi tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai, dan

(4)

secara efektif mengendalikan akses fisik atas asset, fasilitas dan informasi, merupakan pengendalian secara efektif. 2.

2. Pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contohnya pemeriksaan salinan atas perhitungan dengan mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.3.

3. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan dan mengubah sistem agar masalah dimasa yang akan datang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contohnya dengan pemeliharaan salinan (backup copies) atas transaksi dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukan data, seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut.

C.Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Unsur-unsur yang mendukung atau menunjang terlaksananya sistem pengendalian intern yang baik menurut Mulyadi (2010:164) adalah sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka (Framework) pembagian

(5)

melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggungjawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberitanggungjawab penuh untuk

melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

Pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi penyimpanan, catatan akauntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit organisasi yang memegang fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.Dengan demikian dalam pelaksanaan suatu transaksi dapat terdapat internal check di antara unit organisasi pelaksana.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dan pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut oleh karena itu, dalam organisasi hanya dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Salah satu media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi adalah formulir, oleh karenanya penggunaan formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya (reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya

(6)

dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang diteliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit

organisasi.

Pembagian tanggungjawab dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya

harus dipertanggungjawabkan oleh orang yang berwenang. b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d. Perputaran jabatan (job rotation)

e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.

f. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan

catatannya.

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek

(7)

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.

Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat bergantung kepada manusia yang yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh:

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh

pekerjaannya.

b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

D.Konsep Umum Perkreditan

Menurut Veitzal (2007:438) “Istilah kredit, berasal dari perkataan lain Credo yang berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan”.Sedangkan kredit menurut Rachmat dan Maya (2009:1) yaitu “Suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu”.

Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dikutip oleh Kasmir (2011:96) adalah sebagai berikut:

(8)

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Sedangkan menurut Teguh (2001:9) kredit adalah “Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

E.Prosedur Pemberian Kredit dan Pengembalian Kredit

Menurut Suhardjono (2003:195) dalam proses pemberian putusan kredit, prosedur kredit dibagi dalam empat tahap diantaranya:

1. Tahapan Prakarsa dan analisa permohonan kredit :

Kegiatan pada tahap ini adalah penerimaan permohonan kredit dari nasabah atau memprakarsai permohonan kredit, baik untuk Permohonan kredit baru, perpanjangan kredit, perubahan jumlah kredit, perubahan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit.

a. Analisa dan evaluasi kredit

Analisa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa kredit melipiti analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral) yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitaf.

b. Perhitungan kebutuhan kredit

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini

(9)

dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya di luar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. c. Pembagian risiko kredit

Dalam upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, bank membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi kredit, asuransi kerugian maupun asuransi jiwa debitur.

d. Negosiasi kredit

Negosiasi dilakukan dalam rangka mendiskusikan suatu permasalahan kredit yang terjadi antara pihak bank dan pemohon, dalam rangka mencapai kesepakatan mengenai jumlah kredit, kelengkapan dokumen, struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat kredit yang harus dipenuhi oleh pemohon.

2. Tahapan pemberian rekomendasi kredit

Rekomendasi kredit merupakan suatu kesimpulan dari analisa dan evaluasi atas proposal kredit yang disajikan oleh pemrakarsa kredit.Rekomendasi harus secara jelas menguraikan kekuatan dan kelemahan pemohon untuk memenuhi angsuran yang telah dijadwalkan.Rekomendasi kredit harus memastikan bahwa tidak ada kebijakaan dan prosedur kredit yang dilanggar serta tidak ada masalah hukum.

3. Tahapan pemberian putusan

Pemberian keputusan hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemutus kredit atau komite kredit yang diberikan kewenangan untuk memutus kredit. Sebelum memberikan putusan kredit pejabat pemutus kredit harus

(10)

memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit berdasarkan pengalaman dan pengetahuan bisnis yang dimilikinya, pejabat pemutus kredit melihat analisa dan evaluasi yang dibuat oleh bagian rekomendasi akan mampu memberikan putusan kredit secara akurat.

4. Tahapan persetujuan pencairan kredit

Pencairan kredit dapat dilakukan setelah instruksi pencairan kredit ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu petugas administrasi kredit sebagai pembuat instruksi (maker) dan disetujui oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan

Langkah selanjutnya adalah merupakan prosedur pengembalian kredit. Menurut Thomas dkk (2003:86) “Pengembalian kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang peminjam terhadap bank yang berakibat hapusnya perjanjian kredit”.

Adapun prosedur pengembalian kredit menurut Suhardjono (2003:197) adalah sebagai berikut:

1. Debitur dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar.

Dalam memenuhi kewajibannya, debitur menyerahkan pembayaran baik pembayaran pokok, bunga atau lainnya apabila ada. Sebagai tanda pembayaran, debitur menerima kuitansi dari kasir dan menerima struk yang berisikan total sisa pinjaman sebagai kontrol jumlah kewajiban yang masih harus dibayar.

2. Kasir menerima pembayaran dari debitur.

Kasir menerima sejumlah uang dari debitur sebagai pembayaran, baik pokok, bunga ataupun yang lainnya.Menghitung atau membandingkan

(11)

pembayaran yang harus dipenuhi oleh debitur yaitu pembayaran pokok pinjaman, bunganya ataupun pembayaran lainnya dengan jumlah potongan yang telah jatuh tempo.Kasir kemudian menerbitkan dan menyerahkan kuitansi sebagai bukti pembayaran yang diperuntukan kepada debitur dan bagian kredit.Transaksi di atas dicatat pada buku transaksi.

3. Pencatatan oleh bagian perkreditan.

Bagian perkreditan mencatat jumlah pembayaran yang dilakukan oleh debitur, kemudian mengeluarkan struk sisa pinjaman yang dipotong sebagai pemberitahuan mengenai jumlah kewajiban yang masih harus dipenuhi debitur.

4. Pencatatan oleh bagian akuntansi.

Bagian akuntansi menerima bukti bembayaran dari bagian kredit, dilakukan pencatatan pada buku besar piutang dan dicocokannya dengan buku kas masuk bagian kredit.

F. Pengendalian Berupa Pengawasan Kredit dan Penyelamatan Kredit

Menurut Suhardjono (2003:229) prinsip-prinsip dalam pengawasan kredit yang pada umumnya dilakkan antara lain:

a. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus didasarkan atas asas-asas perkreditan yang sehat dan menguntungkan/ melindungi kepentingan bagi bank.

b. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur pengawasan ganda dan pengawasan melekat yang berkesinambungan.

(12)

c. Setiap pemberian kredit harus dipantau perkembangan usaha debitur yang dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada debitur agar kredit yang diberikan mencapai sasaran dan mencegah kemungkinan penurunan kualitas kredit.

d. Setiap pemberian kredit tidak hanya diawasi oleh pejabat kredit saja. Tetapi juga oleh unit kerja yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengawasan, yaitu audit internal. Menurut Suhardjono (2003:230) pengawasan kredit adalah “Kegiatan pengawasan/ monitoring terhadap tahapan-tahapan proses pemberian kredit, pejabat kredit yang melaksanakan proses pemberian kredit serta fasilitas kreditnya”. Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan bahwa pengelolaan, penjagaan dan pengawasan kredit sebagai asset telah dilakukan dengan baik sehingga tidak timbul resiko-resiko kredit yang diakibatkan penyimpangan baik oleh debitur maupun oleh bank. Pengawasan kredit dapat dilakukan dengan cara pengawasan preventif dan pengawasan represif.

Pengawasan preventif dimaksudkan untuk mencegah terjadinya masalah dalam perkreditan dalam perkreditan yang dapat dilakukan dengan penerapan prinsip kehati-hatian pada setiap tahapan proses pemberian kredit sejak permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit. Sedangkan pengawasan represif dimaksudkan untuk memperbaiki masalah yang terjadi dalam bidang perkreditan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara setelah kredit direalisasi dan digunakan oleh debitur sampai dengan kredit lunas.

Suhardjono (2003:252) mengemukakan bahwa “Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian

(13)

atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit”. Walaupun semua tahap-tahap dalam proses pemberian kredit telah dilakukan secara hati-hati dan telah dilakukan pengawasan dan pengendalian kredit secara berkesinambungan, namun demikian tidak seratus persen kredit akan menjadi lancar.

Menurut Suhardjono (2003:272), upaya penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penjadwalan kembali (Rescheduling)

Penjadwalan kembali yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya yang meliputi: perubahan grace period, perubahan jadwal pembayaran, perubahan jangka waktu, perubahan jumlah angsuran dan sebagainya.

2. Persyaratan kembali (Reconditioning)

Persyaratan kembali yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut maksumin saldo kredit, yang meliputi: perubahan tingkat suku bunga atau denda, perubahan cara perhitungan tingkat suku bunga, keringanan bunga atau denda, perubahan atau penggantian kepemilikan atau pengurus, perubahan atau penggantian nama atau status perusahaan, perubahan atau penggantian nasabah atau novasi, perubahan atau penggantian agunan.

3. Penataan kembali (Restructuring)

Penataan kembali yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi penambahan dana, pengurangan tunggakan pokok, konversi seluruh atau

(14)

sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, perubahan jenis fasilitas kredit termasuk konversi pinjaman dalam valuta asing atau sebaliknya, konversi seluruh atau sebagaian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, penjualan agunan/ asset debitur.

Tabel 3.1

Rata-Rata Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan, serta Laba yang Diproleh PT. Pegadaian (Perero) Kanwil I Medan Tahun 2010-2014

TAHUN JUMLAH KREDIT DISALURKAN (Rp) PEROLEHAN LABA OPERASIONAL (Rp) 2010 973.763.979 748.984.332 2011 1.006.122.248 948.589.944 2012 1.320.821.575 910.478.247 2013 1.806.981.263 936.466.617 2014 1.634.830.798 1.031.883.716 JUMLAH 6.742.519.863 4.576.402.856 Rata-rata 1.348.503.973 915.280.517

Sumber PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, 2015

Tabel 3.2

Pengendalian Intern PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan Tahun 2010-2014

Komponen Hasil Analisa

Lingkungan Pengendali an

PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan terhadap pemberian kredit memiliki struktur organisasi termasuk didalamnya pembagian tugas , wewenang dan tanggungjawabnya masih terdapat rangkap jabatan antara

(15)

Komponen Hasil Analisa

fungsi penagih yang akan berpengaruh pada kegiatan penagihan kurang efektif, kasir hanya bisa melakukan penagihan melalui telepon dan tidak bisa melakukan pengihan melalui telepon dan tidak bisa melakukan penagihan secara langsung kepada nasabah yang nomor teleponnya tidak bisa dihubungi. Pengendalian akan menjadi sangat efektif apabila hanya satu orang yang bertanggung jawab pada satu tugas, hal ini dimaksudkan agar penelusuran dapat mudah dilakukan dan pemisahan tanggung jawab sangat perlu dilakukan agar antar satu karyawan dengan karyawan lain dapat saling mengevaluasi.

Penaksiran Resiko

Kredit macet pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan dipengaruhi risiko internal dan risiko eksternal:

a. Risiko internal

Terjadinya kredit macet pada PT. Pegadain (Persero) Kanwil I Medan dikarenakan dengan kurang mempertimbangkan penurunan harga emas sehingga terlalu tinggi dalam menaksir barang yang digadaikan.

b. Risiko eksternal

Terjadinya kredit macet pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan sebagai berikut:

(16)

Komponen Hasil Analisa

2. memperpanjang emas yang digadaikan karena

terjadinya penurunan harga emas.

3. Nasabah dengan tidak sengaja tidak menebus

atau memperpanjang barang yang digadaikan karena tidak mampu, sebelum melelang barang jaminan yang digadaikan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan akan melakukan upaya penyelesaian kredit bermasalah sebagai berikut: a. Rescheduling

Merupakan upaya yang dilakukan lembaga keuangan untuk menangani kredit bermasalah dengan membuat penjadwalan kembali

b. Reconditioning

Merupakan upaya yang dilakukan lembaga keuangan dalam menyelamatkan kredit dengan mengubah seluruh atau sebagian perjanjian yang telah dilakukan oleh lembaga keuangan dengan nasabah.

c. Restructing

Merupakan upaya yang dilakukan oleh lembaga keuangan dalam penyelamatankredit bermasalah dengan cara mengubah struktur pembiayaan yang mendasari pemberian kredit

(17)

Komponen Hasil Analisa Aktivitas

Pengendalian

Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, setiap karyawan dalam menjalankan tugas, wewenang dan taggung jawabnya masing-masing dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan perusahaan dan dokumen yang digunakan sudah bernomor urut cetak sehingga dapat mempemudah pemakainya dalam mengelola data.

Informasi dan Komunikasi

informasi bagi seluruh bagian kerja yang berbeda didapat dari catatan kredit gadai yang sudah ditandatangani dan dicap, dicatat dan kemudian melaporkan kepada masing-masing pihak yang bertaggung jawab.

Pemantauan Dilakukan langsung oleh piminan cabang dan pemantauan

pemberian kredit kepada seluruh nasabah dilakukan penaksir dengan menaksir barang yang akan digadaikan dan mengecek identitas nasabah apakah sudah pernah melakukan transaksi pegadaian, apabila sudah pernah melakukan transaksi pegadaian kreditnya macet maka pihak pegadaian tidak akan memberikan kredit kepada nasabah dan sebaliknya apabila kreditnya lancar dan tidk macet maka pegadaian akan memberikan kredit pada nasabah. Sumber: Wawancara

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah kredit gadai yang disalurkan dan laba yang diperoleh oleh PT. Pegadaian Kanwil I Medan dari tahun 2010

(18)

sampai dengan 2014 dapat dianalisis dengan melihat rata – rata jumlah kredit yang disalurkan dan perolehan laba selama 5 (lima) tahun.

Untuk mengetahui besarnya penyaluran kredit gadai dengan hasil persentase dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%Perolehanpertahun Kreditpriodeberjalan-Kreditpriodesebelumnya Kreditpriodesebelumnya

Berdasarkan rumus diatas, maka hasil persentase yang didapatkan dari pemberian kredit gadai dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Penurunan / Peningkatan Jumlah kredit yang Disalurkan

(Tahun 2010-2014) Tahun Jumlah Kredit Disalurkan (Rp) Selisih (Rp) Persentase (%) 2006 973.763.979 - - 2007 1.006.122.248 32.358.269 3,3 2008 1.320.821.575 314.699.327 31,3 2009 1.806.981.263 486.159.688 36,8 2010 1.634.830.798 -172.150.465 - 9,5 TOTAL 6.742.519.863 661.066.819 61,9

Sumber: PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan 1. Tahun 2010

Pada tahun 2010 jumlah kredit gadai yang disalurkan adalah sebesar Rp. 973.763.979,-. Setiap bulannya, jumlah kredit gadai yang disalurkan mengalami kenaikan dan penurunan.Jumlah kredit gadai yang disalurkan biasanya meningkat pada bulan Juni dan Desember. Karena kebutuhan

(19)

masyarakat akan meningkat pada bulan itu untuk memenuhi biaya sekolah anak dan natalan. Pada tahun 2010 jumlah kredit gadai yang disalurkan jumlah kecil.

2. Tahun 2011

Pada tahun 2011 jumlah pemberian Kredit gadai mengalami peningkatan sebesar Rp. 32.358.269,- . Jumlah kredit gadai yang disalurkan pada tahun ini hanya mengalami peningkatan yang kecil, yaitu sebesar 3.3 % dari tahun 2011. Hal ini terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan uang dan didukung oleh pelayanan PT. Pegadaian yang baik sehingga nasabah yang sudah pernah menggunakan jasa kreditnya merasa puas.

3. Tahun 2012

Penyaluran kredit gadai untuk tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 314.699.327,- dengan persentase kenaikkan sebesar 31.3 %. Hal ini disebabkan karena usaha pihak bank yang selalu terus berupaya untuk memberikan pelayanan terbaiknya bagi nasasabah agar nasabahnya benar – benar puas akan pelayanan yang diberikan khususnya pelayanan kredit gadai ini.

4. Tahun 2013

Pada tahun 2013 jumlah kredit gadai yang disalurkan mengalami kenaikan, yaitu sebesar 36.8 % dari tahun sebelumnya, atau dengan jumlah sebesar Rp. 486.159.688,-. Tahun 2013 merupakan tahun dimana jumlah kredit gadai yang disalurkan terbanyak dan yang paling tinggi selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Hal ini terjadi karena PT. Pegadaian semakin giat

(20)

dalam memasarkan kredit gadai dan didukung dengan kepuasan nasabah akan pelayanan kredit gadai ini.

5. Tahun 2014

Pada tahun 2014 untuk penyaluran kredit gadai tidak sama dengan tahun tahun sebelumnya, dimana untuk tahun 2014 ini kredit gadai yang disalurkan justru mengalami penurunan tetapi jumlah nya tidak besar yaitu sebesar Rp. 172.150.465,- dengan tingkat persentase ( 9.5 %). Penurunan jumlah Kredit gadai yang disalurkan untuk tahun ini tidak begitu besar, penurunan ini disebabkan karena berkurangnya pengajuan kredit gadai dari masyarakat dan juga karena debitur yang telah melunasi kreditnya tidak mengajukan kredit lagi karena belum membutuhkan dana. Selain itu juga dikarenakan adanya calon debitur yang datang membawa barang jaminan yang tidak diterima PT. Pegadaian sebagai persyaratan pengajuan kredit gadai sehingga menyebabkan terjadinya penolakan kredit, sehingga jumlah kredit gadai yang disalurkan mengalami penurunan.

(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern kredit pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan adalah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas dapat dikatakan kurang baik, karena masih adanya rangkap jabatan antara fungsi operasi dan fungsi akuntansi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan

yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya telah dilakukan dengan memadai, karena telah didukung oleh prosedur pemberian dan pengembalian kredit serta dokumen dan catatan kredit.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit

organisasi telah dilakukan dengan memadai, karena pengawasan kredit tidak hanya dilakukan oleh pimpinan cabang tetapi dibantu oleh penaksir dan penyelamatan kredit bermasalah dilaksanakan dengan berbagai upaya

seperti: penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali

(reconditioning) dan penataan kembali (restructuring) hingga pada proses pelelangan barang jaminan.

4. Penyaluran kredit yang sudah berjalan cukup efektif, hal ini sebaiknya terus ditingkatkanpada periode yang akan datang dengan terus memantau aktivitas kredit secara lebih intensifguna meminimalkan terjadinya kredit bermasalah

(22)

dan berkembang sesuai dengan perekonomian global yang bergerak secara dinamis.

5. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya dapat dikatakan

cukup berkualitas, karena pada kenyataannya masih menerima karyawan baru yang memiliki tingkat pendidikan SMA.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa serta simpulan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat diberikan kepada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil Medan adalah sebagai berikut:

1. Agar dilakukan pemisahan fungsi, antara fungsi operasi dan fungsi

akuntansi. Sehingga apabila telah dilakukan pemisahan fungsi antara fungsi operasi dan fungsi akuntansi akan dapat meningkatkan pengendalian intern kredit dalam pelaksanaan operasional perusahaan.

2. Untuk posisi kasir agar menerima karyawan baru dengan tingkat pendidikan minimal Diploma (D3) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang menjadi determinan perempuan keluar dari praktik kawin anum , yaitu variabel individual (berpendidikan tinggi

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tingkat bahaya erosi di kawasan sub DAS Krung Simpo pada berbagai jenis penggunaan lahan dengan teknik konservasi yang

especially English, thematic-integrated learning can be used by teachers who or schools which have difficulties in exposing English to the students and place English as the

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Hasil

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Kadar Imunoglobulin A (IgA) pada Saliva Sebelum

Polen yang telah disimpan selama dua bulan dapat digunakan untuk menyerbuk dengan jumlah yang lebih rendah tanpa menurunkan jumlah buah normal yang terbentuk. Penambahan

oleh berbagai program Kerja sama Pengembangan Surat Utang Regional (KPSUR) yang sedang berjalan, dimana Indonesia terlibat aktif di dalam pembahasannya. 7) Program

Yang dimaksud dengan Badan Layanan Umum Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang